Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

PERANCANGAN REGULASI PENEMPATAN ALAT PEMBERI


ISYARAT LALU LINTAS (APILL) DI JALAN TANJAKAN DAN
TURUNAN PADA PEREMPATAN KASIPA KELURAHAN JANGLI

Najma Qadisha Ramadhanty


Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang.
Jl. Prof. Soedarto, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah
50275
najmaqadisha@gmail.com

Abstrak
Pada saat sekarang ini, jalan menjadi tempat yang sangat penting karena menjadi prasarana
transportasi yang dapat menghubungkan berbagai tempat dan daerah. Penempatan lampu
merah pada jalan tanjakan dan turunan tajam dan turunan serta tanjakan memiliki banyak
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini
adalah Untuk memberikan pertimbangan hukum serta pengadvokasian keluhan dan
mengetahui prosedur perancangan regulasi pada jalan tanjakan dan turunan yang
bertanjakan dan turunan di daerah Jangli. Dalam metode penelitian ini menargetkan agar
pihak kelurahan jangli Bersama pihak kelurahan Candisari dapat bekerjasama untuk
mengadvokasikan kepada kementrian perhubungan agar dapat merumuskan regulasi
penempatan lampu merah jangli agar mengurangi resiko kecelakaan pada lampu merah
perempatan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan hasil studi kasus Kecelakaan
Maut pada perempatan CBD Cibubur, melalui beberapa wawancara, dan studi kepustakaan.
Dari hasil penelitian ini adalah ditemukannya beberapa poin rekomendasi terkait
perancangan regulasi

Kata Kunci : Perempatan, Lampu Merah, Regulasi,

I. PENDAHULUAN Dari berbagai macam kondisi jalan yang


ada, ruas jalan tanjakan dan turunan tajam
Pada saat sekarang ini, jalan menjadi termasuk pada kondisi jalan yang hanya
tempat yang sangat penting karena menjadi memiliki sedikit proteksi keamanan,
prasarana transportasi yang dapat sehingga dikhawatirkan akan terjadinya
menghubungkan berbagai tempat dan kecelakaan. Beberapa proteksi keamanan
daerah. Namun pada beberapa tempat pada jalan tanjakan dan turunan adalah
kondisi jalan harus disesuaikan dengan rambu lalu lintas yang menunjukan bahwa
keadaan alamnya, terutama pada daerah jalan tersebut adalah tanjakan dan turunan
berbukit. Sehingga perancangan jalannya dengan banyak belokan atau tanjakan dan
dibuat menikung dan tidak sedikit yang turunan tajam. Berdasarkan tinjauan lokasi
menjadi tanjakan dan turunan tajam. yang telah dilaksanakan oleh saya pribadi
Jalan tanjakan dan turunan tajam dan TIM II KKN UNDIP Kelurahan Jangli,
memiliki banyak faktor yang dapat lokasi lampu merah pada Perempatan
menyebabkan terjadinya kecelakaan seperti Kasipa berada diantara Tanjakan dan
tanjakan dan turunan yang dapat turunan. Tingkat kemiringan turunan serta
mengakibatkan kendaraan bertabrakan. Serta tanjakan itupun tergolong sebagai tanjakan
kurangnya jarak pandangan pada jalan yang dan turunan yang curam. Sehingga
berlawanan arah yang mana disebabkan dibutuhkan regulasi untuk mengatur
adanya penghalang seperti pepohonan keamanan dan ke-efektivitasan lampu merah
maupun bangunan.
KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

tersebut agar mengurangi risiko terjadinya pergerakan kendaraan agar dapat bergerak
kecelakaan pada perempatan tersebut. secara bergantian sehingga tidak saling
mengganggu antar-arus yang ada.
TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Jalan Raya


Jalan merupakan prasarana angkutan
darat yang sangat penting dalam
memperlancar kegiatan hubungan
perekonomian, baik antara satu kota dengan
kota lainnya, antara kota dengan desa, antara
satu desa dengan desa lainnya. Kondisi jalan
yang baik akan memudahkan mobilitas
penduduk dalam mengadakan hubungan
perekonomian dan kegiatan sosial lainnya.
Sedangkan jika terjadi kerusakan jalan akan
berakibat bukan hanya terhalangnya kegiatan
ekonomi dan sosial namun dapat terjadi Gambar 2. Lampu lalu lintas
kecelakaan.(I. M. Udiana, A. Saudale, 2014)
2.2.1 Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas terdiri atas:
A. lampu tiga warna;
B. lampu dua warna; dan
C. lampu satu warna.
2.2.2 Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas berupa:
A. Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas otonom;
B. Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas terkoordinasi.
Gambar 1. Jalan Tanjakan dan
turunan I.3 Sistem Lampu Lalu Lintas
Sistem pengendalian lampu lalu lintas
I.2 Lampu Lalu Lintas
dikatakan baik jika lampu-lampu lalu
Lampu lalu lintas (menurut UU no.
lintas yang terpasang dapat berjalan baik
22/2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
secara otomatis dan dapat menyesuaikan
Jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas atau
diri dengan kepadatan lalu lintas pada
APILL) adalah lampu yang
tiap-tiap jalur. Sistem ini disebut sebagai
mengendalikan arus lalu lintas yang
actuated controller. Namun, para
terpasang di persimpangan jalan, tempat
akademisi Indonesia telah menemukan
penyeberangan pejalan kaki (zebra cross),
sistem baru untuk menjalankan lampu lalu
dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu
lintas. Sistem ini dikenal sebagai Logika
ini yang menandakan kapan kendaraan
fuzzy. Metode logika fuzzy digunakan
harus berjalan dan berhenti secara
untuk menentukan lamanya waktu lampu
bergantian dari berbagai arah. Pengaturan
lalu lintas menyala sesuai dengan volume
lalu lintas di persimpangan jalan
kendaraan yang sedang mengantre pada
dimaksudkan untuk mengatur pergerakan
sebuah persimpangan. Hasil pengujian
kendaraan pada masing-masing kelompok
sistem logika fuzzy ini menunjukkan
NAJMA QADISHA RAMADHANTY – FAKULTAS HUKUM 2
KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

bahwa sistem lampu dengan logika ini


dapat menurunkan keterlambatan 1.6 Rambu Peringatan
kendaraan sebesar 48,44% dan panjang Rambu peringatan perubahan kondisi
antrean kendaraan sebesar 56,24%; jika alinyemen vertikal terdiri atas rambu:
dibandingkan dengan sistem lampu A. peringatan turunan landai;
konvensional. Lampu lalu lintas pada B. peringatan turunan curam;
umumnya dioperasikan dengan C. peringatan tanjakan landai;
menggunakan tenaga listrik. Namun, saat dan
ini sudah perkembangan teknologi lampu D. peringatan tanjakan curam.
lalu lintas dengan tenaga matahari.
1.7 Tata Cara Penempatan dan Pemasangan
Rambu Lalu Lintas
Penempatan dan pemasangan Rambu Lalu
1.4 Penyelenggaraan Alat Pemberi Lintas harus memperhatikan:
Isyarat Lalu Lintas A. desain geometrik jalan;
Penyelenggaraan Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas meliputi kegiatan: B. karakteristik lalu lintas;
C. kondisi tata guna lahan;
A. penempatan dan pemasangan; D. kelengkapan bagian konstruksi
B. pemeliharaan; dan jalan;
C. penghapusan. E. kondisi struktur tanah;
Penyelenggaraan Alat Pemberi Isyarat F. situasi arus lalu lintas;
Lalu Lintas dilakukan oleh: G. perlengkapan jalan yang sudah
terpasang;
A. Direktur Jenderal Perhubungan H. konstruksi yang tidak berkaitan
Darat, untuk jalan nasional; dengan Pengguna Jalan;
B. gubernur, untuk jalan provinsi; I. fungsi dan arti perlengkapan jalan
C. bupati, untuk jalan kabupaten lainnya.
dan jalan desa;
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan
D. walikota, untuk jalan kota. lampu tiga warna yang dipasang pada
persimpanganditempatkan di sebelah
1.5 Tujuan Lalu lintas kiri jalur lalu lintas Kendaraan dan
Pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 menghadap arah lalu lintas Kendaraan.
Tahun 2009, Lalu Lintas dan Angkutan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan
lampu tiga warna dapat ditambah pada
Jalan diselenggarakan dengan tujuan: sisi kanan. Alat Pemberi Isyarat Lalu
A. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dengan lampu tiga warna
Lintas Angkutan Jalan yang ditempatkan pada jarak paling sedikit 60
aman, selamat, tertib, lancar, (enam puluh) sentimeter diukur dari
dan terpadu dengan moda bagian terluar armatur ke tepi paling luar
bahu jalan. Pemberi Isyarat Lalu Lintas
angkutan lain untuk dengan lampu tiga warna yang dipasang
mendorong perekonomian pada ruas jalan ditempatkan di pemisah
umum, nasional, memajukan jalur atau median menghadap arah lalu
kesejahteraan memperkukuh lintas Kendaraan. Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas dengan lampu tiga warna
persatuan dan kesatuan ditempatkan pada jarak paling sedikit 30
bangsa, serta mampu (tiga puluh) sentimeter diukur dari bagian
menjunjung tinggi martabat terluar armatur ke tepi paling luar kiri dan
bangsa; kanan dari pemisah jalur atau median.
B. terwujudnya etika berlalu
1.8 Tata Cara Penghapusan Lampu Lalu
lintas dan budaya bangsa; dan Lintas
C. terwujudnya penegakan Penghapusan Alat Pemberi Isyarat
hukum dan kepastian hukum Lalu Lintas harus memenuhi persyaratan
bagi masyarakat.
KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

yang ditentukan berdasarkan: diperoleh dari sumber tidak langsung atau


a) umur teknis; sumber data penelitian ini merupakan data
sekunder. Data sekunder yaitu data yang
b) kebijakan pengaturan lalu lintas; diperoleh seorang peneliti secara tidak
dan langsung dari sumbernya (objek
c) keberadaan fisik Alat Pemberi penelitian) tetapi melalui sumber lain. 2
Isyarat Lalu Lintas. Penulis memperoleh data-data yang
Umur teknis paling lama 5 (lima) dibutuhkan melalui berbagai bahan
hukum dari data sekunder dengan rincian
tahun. Kebijakan pengaturan lalu lintas sebagai berikut:
dilakukan apabila terjadi perubahan a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan
pengaturan lalu lintas yang ditentukan oleh yang memiliki kekuatan mengikat
pejabat yang berwenang. Keberadaan fisik secara yuridis, terdiri dari:
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas meliputi 1. Peraturan Menteri Perhubungan
antara lain: kerusakan; dan hilang. Republik Indonesia Nomor 6
Penghapusan Alat Pemberi Isyarat Lalu Tahun 2018
Lintas dilakukan berdasarkan penilaian 2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun
kinerja oleh Pejabat sesuai dengan 2004 tentang Jalan (Lembaran
kewenangannya. Tata cara penilaian Negara Republik Indonesia
ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara
II. METODE PENELITIAN 3. Republik Indonesia Nomor 4444);
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun
II.1 Tempat Dan Lokasi Penelitian 2009 tentang Lalu Lintas dan
Penelitian dilaksanakan di lampu merah Angkutan Jalan (Lembaran
perempatan kasipa, batas kelurahan Jangli Negara Republik Indonesia
dan Candiasari Kota Semarang, Jawa Tahun 2009 Nomor 96,
Tengah. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
II.2 Metode Penelitian 5025);
II.2.1 Metode Pendekatan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32
Metode pendekatan yang digunakan Tahun 2011 tentang
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian empiris normatif. metode Manajemen dan Rekayasa,
penelitian dilakukan menggunakan bukti- Analisis Dampak, Serta
bukti empiris. Berupa kondisi asli pada Manajemen Kebutuhan Lalu
perempatan kasipa. Dan normative Lintas (Lembaran Negara
didapatkan dari Bukti empiris inilah Republik Indonesia Tahun 2011
sebagai informasi yang diperoleh melalui
observasi atau Eksperimen lapangan ke Nomor 61, Tambahan Lembaran
perempatan kasipa, Kelurahan Jangli Negara Republik Indonesia
Nomor 5221)
II.2.2 Jenis dan Sumber 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79
Data Tahun 2013 tentang Jaringan
Dalam penelitian ini, jenis data yang
digunakan adalah data kualitatif. Data Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk (Lembaran Negara Republik
angka yang dapat diperoleh dari rekaman, Indonesia Tahun 2013 Nomor
pengamatan, wawancara atau bahan 193, Tambahan Lembaran
tertulis (UU, dokumen, buku-buku dan Negara Republik Indonesia
sebagainya) yang berupa ungkapan-
ungkapan verbal. 1 Data penelitian ini Nomor 5468)
1
Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum hlm. 213.
(Filsafat, Teori, dan Praktik) (Depok: Rajawali Pers, 2020) 2 Ibid, hlm. 215.
NAJMA QADISHA RAMADHANTY – FAKULTAS HUKUM 4
KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

7. Peraturan Menteri Perhubungan no 1. Menyiapakan peralatan yang sudah


PM13 tahun 2014 Tentang ditentukan untuk riset
Rambu Lalu Lintas 2. Membuat daftar inventarisir masalah pada
8. Peraturan Menteri Perhubungan no perempatan kasipa
3. Melakukan tinjauan Pustaka terkait regulasi
PM34 tahun 2014 tentang Marka pada jalan
Jalan 4. Mewawancara pihak terkait dalam
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan- perumusan penelitian
bahan yang erat kaitanya dengan
badan hukum primer dan dapat
membantu menganalisis dan III. PEMBAHASAN
memahami badan hukum primer
yang berkaitan dengan objek III.1 Evaluasi keberjalanan lampu
penelitian ini. Bahan ini dapat merah kasipa kelurahan jangli
diperoleh melalui: Lampu merah kasipa, kelurahan jangli
1. Buku-buku;
2. Jurnal-jurnal hukum; terletak pada persimpangan tanjakan serta
3. Skripsi dan tesis; turunan curam yang berbatasan langsung
4. Makalah hukum; dengan kelurahan candisari, semarang.
5. Media publikasi; Setelah dilakukan oleh wawancara kepada
6. Bahan rujukan lainya bapak asep selaku bhabinkamtibmas
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum
komplementer yang memberikan (bhayangkara pembina keamanan dan
petunjuk maupun penjelasan ketertiban masyarakat), memang didapati
terhadap bahan hukum primer dan bahwa terdapat beberapa keluhan yang
sekunder yang berkaitan dengan masuk kepada beliau bahwa dari penduduk
asli kelurahan jangli yang sangat was was
penelitian hukum ini. Bahan ini
terdiri dari: dan khawatir ketika melewati lampu merah
1. Kamus Besar Bahasa
Indonesia; tersebut. Memang belum didapati kasus
2. Kamus hukum; kecelakaan pada perempatan tersebut,
3. Kamus ilmiah popular; namun bukan berarti tidak menutup
II.3 Metode Pengumpulan Data kemungkinan apabila lampu merah ini terus
Data kualitatif yang akan digunakan di digunakan, tidak akan terdapat kecelakaan.
dalam penelitian ini yaitu melalui: Apabila dikaji dari syarat syarat
Wawancara dilakukan dengan tujuan pemasangan apill pada suatu perempatan,
mendapatkan informasi secara jelas dan beberapa kondisi yang harus dipastikan
lengkap. Wawancara dilakukan kepada
stakeholder di kementrrian Perhubungan, adalah salah satunya tentang desain
Lurah Kecamatan Jangli, BHABIN geometrik jalan. Dari salah satu unsur
Kelurahan Jangli, Beberapa warga setempat, tersebut, tingkat kemiringan tanjakan serta
dan lembaga-lembaga negara yang telah turunan pada perempatan kasipa tersebut
dipilih oleh peneliti. Hal ini bertujuan untuk berkisar antara 35-40 derajat. Hal ini bergitu
mendapatkan data yang lebih lengkap dari
para pengamat mengenai evaluasi, saran, berbahaya apabila terdapat kendaraan besar
serta masukan terhadap lampu merah kasipa seperti truk atau bus yang hendak melewati
tersebut. Adapun wawancara yang dilakukan jalan ini. Ditambah lagi karakteristik lalu
adalah wawancara terarah, dimana peneliti lintas perempatan ini yang berdasarkan hasil
akan menyusun Terlebih dahulu daftar wawancara dengan beberapa warga sekitar,
pertanyaan untuk dijawab secara berurutan
oleh responden dan informan. perempatan ini tergolong sebagai
perempatan yang memiliki arus lalu lintas
II.4 Prosedur Penelitian yang tinggi. Terlebih ketika masa sebelum
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pandemi dan masyarakat aktif bepergian
prosedur penelitian dengan langkah – langkah untuk ke sekolah atau ke kantor. Dari unsur
sebagai berikut: kondisi tata guna lahan, pada perempatan ini
terdapat alfamart di pinggir perempatan
KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

tersebut yang akan meningkatkan jumlah cbd transyogi cibubur tersebut juga
kerugian yang tinggi apabila sampai terjadi berbahaya sebab berada pada turunan.
kecelakaan mobil ukuran besar yang tidak Kemiringan turunan tersebut pun mencapat
bisa mengendalikan kendaraanya/rem blong 20-30 derajat. Dan jalur cbd cibubur
dan menabrak alfamart tersebut. Kanan kiri transyogi tersebut adalah daerah yang
dari jalanan tersebutpun adalah rumah warga tergolong memiliki arus lalu lintas yang
yang pastinya akan sangat menggangu tinggi. Bahkan masyarakat cbd transyogi
keamanan dan kenyamanan apabila terjadi membuat petisi untuk menonaktifkan lampu
kecelakaan. Dari kelengkapan bagian merah tersebut.
konstruksi jalan dan kondisi struktur tanah, Imbas setelah kecelakaan tersebut
memang jalan terlihat masih bagus dan terjadi, stakeholder terkait mengadakan
belum termasuk jalan yang rusak atau forum grup discussion yang lalu
bolong-bolong dan perlu perbaikan. Jalanan menghasilkan ada 8 poin rekomendasi yang
pun sudah di beton sehingga sangat halus. harus ditindaklanjuti dari instansi terkait.
Fgd dihadiri berbagai pihak terkait, mulai
dari polres metro bekasi kota, jasa raharja,
III.2 Studi komparatif dengan kasus korlantas polri, dirlantas polda metro jaya,
kecelakaan cbd cibubur knkt, pertamina, dinas perhubungan, dinas
Berkaca dari salah satu kasus, yaitu pupr, hingga para ahli. Sementara lampu
kecelakaan terjadi di daerah transyogi, merah di pertigaan cbd tidak akan
kawasan cibubur, bekasi. Kecelakaan maut dibongkar, melainkan dinonaktifkan. Traffic
cibubur itu terjadi pada turunan dengan light tersebut akan difungsikan sebagai
lampu lalu lintas di ujung turunan arah ke lampu hazard. Kemudian, berikut 8
cbd cibubur. Kecelakaan cibubur terjadi rekomendasi hasil forum focus group
ketika truk pertamina melaju dari arah discussion:
cibubur
1. Median jalan yang terbuka ditutup
menuju cileungsi. Direktur lalu lintas polda permanen
metro jaya kombes latif usman menjelaskan 2. Traffic light atau alat pemberi
truk pertamina awalnya melaju dari arah isyarat lalu-lintas (apil)
cibubur menuju cileungsi. Lokasi kecelakaan dinonaktifkan diganti dengan
terjadi di jalan turunan menuju lampu merah.
Truk pertamina yang melaju di jalan turunan 3. lampu kedip-kedip kuning atau
itu kemudian menabrak sejumlah kendaraan warning light
yang tengah berhenti di lampu merah. Dalam 4. Arus yang keluar dari cbd harus
kecelakaan tersebut, kabid humas polda dikanalisasi agar diarahkan untuk
metro jaya kombes e zulpan mengungkapkan belok kiri sehingga tidak langsung
dari 10 korban tewas, 9 diantaranya masuk ke jalan raya untuk
jenazahnya sempat dibawa ke rs polri kramat mengurangi risiko dari
jati, jakarta timur. Sementara satu jenazah pemotongan arus
lainnya di rs permata cibubur. 5. Perlu adanya rambu rambu
Dari kecelakaan tersebut, banyak sekali petunjuk tikungan, turunan dari
pihak yang menyuarakan pendapatnya lewat atas
berbagai platform mulai dari instagram, 6. Dipasang rambu larangan berhenti
twitter, hingga tiktok yang berpendapat di sepanjang jalan turunan dan
bahwa selain disebabkan oleh adanya ditambah narasi peringatan
indikasi rem blong pada truk pertamina, 7. Lampu penerangan dipasang di
namun penempatan apill pada perempatan atas atau jembatan atau sementara
NAJMA QADISHA RAMADHANTY – FAKULTAS HUKUM 6
KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

di pinggir jalan karena masih ada 4.1 menejemen dan rekayasa, analisis
proses pembangunan dampak, serta menejemen kebutuhan lalu
8. Zebra cross yang ada di situ lintas
dihapus atau ditiadakan. Dan jika Atas permasalahan yang telah
perlu dipasang rambu dilarang dipaparkan tersebut maka dibutuhkan
untuk menyeberang pengoptimalan penggunaan jaringan jalan
9. Rumble strip atau garis kejut yang dan gerakan lalu lintas dalam rangka
sudah terpasang di turunan itu agar menjamin keamanan, keselamatan,
dipindahkan ke jalan sebelum ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan
turunan angkutan jalan. Manajemen kebutuhan lalu
lintas adalah kegiatan yang dilaksanakan
Berkaca pada kasus kecelakaan cbd cibubur dengan sasaran meningkatkan efisiensi dan
tersebut, terdapat beberapa persamaan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan
antara penempatan lampu merah kasipa, mengendalikan pergerakan lalu lintas. Dalam
kelurahan jangli, dengan penempatan pada evaluasi keberjalanan apill pada perempatan
perempatan transyogi. Bahkan, pada studi kasipa dapat dilaksanakan
kasus kecelakaan cbd transyogi, jalanan A. Perencanaan;
turunan masih bersifat landai dan panjang. B. Pengaturan;
Sedangkan pada perempatan kasipa, C. Perekayasaan;
perempatan tersebut terletak diantara D. Pemberdayaan; dan
persimpangan antara tanjakan curam serta E. Pengawasan.
turunan curam. Dalam perencanaan, pihak kelurahan
jangli dan candisari berkoordinasi untuk
membuat identifikasi masalah lalu lintas,
inventarisasi dan analisis situasi arus lalu
lintas, inventarisasi dan analisis
ketersediaan atau daya tampung jalan,
inventarisasi dan analisis ketersediaan
atau daya tampung kendaraan,
inventarisasi dan analisis angka
pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas,
Gambar 3. Turunan landai pada inventarisasi dan analisis dampak lalu
perempatan cbd transyogi cibububur lintas, penetapan tingkat pelayanan, dan
penetapan rencana kebijakan pengaturan
penggunaan jaringan jalan dan gerakan
lalu lintas.
Identifikasi masalah lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
huruf a bertujuan untuk mengetahui
keadaan keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan.

Kemudian, akan dilaksanakan penetapan


Gambar 4. Turunan curam pada
rencana kebijakan pengaturan penggunaan
perempatan kasipa, kelurahan jangli.
jaringan jalan dan gerakan lalu lintas yang
bertujuan untuk menetapkan rencana kebijakan
pengaturan penggunaan jaringan jalan dan
gerakan lalu lintas dari aspek penyediaan
KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

prasarana jalan, perlengkapan jalan, dan 4. Bupati, berupa pemantauan dan


optimalisasi manajemen operasional analisis terhadap efektivitas
keberjalanan apill tersebut. pelaksanaan kebijakan untuk jalan
Kemudian, dibuatlah kebijakan kabupaten dan jalan desa; dan
penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu 5. Walikota, berupa pemantauan dan
lintas yang berkaitan terkait implementasi analisis terhadap efektivitas
penggunaaan apill pada perempatan kasipa pelaksanaan kebijakan untuk jalan
tersebut berupa: kota
1. Perintah, larangan, peringatan,
dan/atau petunjuk yang bersifat umum di semua III.3 Poin Rekomendasi
ruas jalan kabupaten dan jalan desa; dan Didapati aspirasi serta keluhan dari
2. Perintah, larangan, peringatan, masyarakat Kelurahan Jangli, maka terdapat
dan/atau petunjuk yang berlaku pada masing- beberapa rumusan rekomendasi terkait
masing ruas jalan kabupaten dan jalan desa Lampu lalu lintas pada perempatan Kasipa,
ditetapkan oleh bupati. Kelurahan Jangli, yang berbatasan dengan
Pengadaan, pemasangan, perbaikan, Kelurahan Candisari. Diantaranya adalah:
dan pemeliharaan perlengkapan jalan yang 1. Traffic light atau alat pemberi
berkaitan langsung dengan pengguna jalan isyarat lalu-lintas (APIL)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat dinonaktifkan diganti dengan
(2) dilakukan oleh menteri yang bertanggung lampu kedip-kedip kuning atau
jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas warning light
dan angkutan jalan, gubernur, bupati, atau 2. Arus yang masuk atau keluar
walikota sesuai dengan kewenangannya. dari perempatan tersebut harus
Penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan dikanalisasi agar diarahkan
yang telah dibuat dan dirumuskan tersebut untuk menjadi satu jalur
dilaksanakan oleh: sehingga tidak langsung masuk
1. Menteri yang bertanggung jawab di ke jalan raya untuk mengurangi
bidang sarana dan prasarana lalu risiko kecelakaan pada turunan
lintas dan angkutan jalan, berupa 3. Perlu adanya rambu rambu
pemantauan dan analisis terhadap petunjuk tikungan, turunan dari
efektivitas pelaksanaan kebijakan di atas
jalan nasional; 4. Dipasang rambu larangan
2. Kepala kepolisian negara republik berhenti di sepanjang jalan
indonesia, meliputi: turunan dan ditambah narasi
A. Tingkat keamanan, peringatan
keselamatan, ketertiban, dan 5. Pihak Kelurahan Jangli dan
kelancaran lalu lintas; Kelurahan Candisari saling
B. Tingkat pelanggaran lalu lintas berkoordinasi untuk
dan angkutan jalan; dan merumuskan regulasi yang adil
C. Efektivitas penegakan hukum dan bijaksana dalam
terhadap pelanggaran lalu pengelolaan perempatan kasipa
lintas; tersebut.
3. Gubernur, berupa pemantauan dan 6. Perlu adanya evaluasi Kembali
analisis terhadap efektivitas dan forum group discussion
dengan pihak stakeholder
terkait untuk merumuskan
pelaksanaan kebijakan untuk jalan kebijakan tersebut.
provinsi;
NAJMA QADISHA RAMADHANTY – FAKULTAS HUKUM 8
KAJIAN RUMUSAN REGULASI PEREMPATAN KASIPA PROGRAM INDIVIDU KKN TIM II JANGLI

Peraturan Menteri Perhubungan no PM13


tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas
KESIMPULAN Peraturan Menteri Perhubungan no PM34
tahun 2014 tentang Marka Jalan
Untuk mencegah dan meminimalisir
risiko terjadinya kecelakaan di jalanan
lampu merah turunan, dan tanjakan
perempatan kasipa, stakeholder dan
pemangku kepentingan lainnya harus
betul-betul peduli terhadap aspek-aspek
keselamatan berkendara dan meng evaluasi
Kembali keberjalanan penempatan APILL
pada perempatan tersebut.
Dari sisi penempatan rambu-rambu lalu
lintas, termasuk lampu merah, kata dia
harus didasari atas penelitian atau studi
mendalam dampak lingkungan saat
pemasangan dan pembuatan dasar
hukumnya.
.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Perhubungan Republik


Indonesia Nomor 6 Tahun 2018
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4444);
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2011 tentang Manajemen dan Rekayasa,
Analisis Dampak, Serta Manajemen
Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5221)
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5468)

Anda mungkin juga menyukai