Berbasis Teknologi Informasi Penguatan peran kelembagaan petani dalam peningkatan kapabilitas petani
mengelola inovasi berbasis teknologi informasi pada dasarnya No Thumbnail ditujukan guna
menghadapi isu daya saing produk hortikultura khususnya sayuran/globalilisasi
ekonomi, meminimalkan ketergantungan petani terhadap informasi saluran formal,
efektivitas layanan informasi bagi petani, memecah kebuntuan/stagnasi informasi,
menjembatani petani View/Open yang berakses lemah informasi, optimalisasi realisasi UU
Penyuluhan Fulltext (46.70Mb) Pertanian Perikanan dan Kehutanan Nomor 16 Tahun 2006, UU
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Nomor 19 Tahun 2013, PerMentan
No:82/Permentan/OT.140/8/2013 dan Undang-undang Nomor Date 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Secara 2016 spesifik, penguatan peran kelembagaan
juga penting dalam menghadapi kompleksitas peluang dan tantangan pembangunan
pertanian ke depan, Author kemajuan teknologi informasi, konvergensi komunikasi, inovasi
masa Prawiranegara, Darojat depan, akses terhadap pasar, akses terhadap sumberdaya produktif, Sumardjo penyuluhan
cafetaria, daya saing lembaga petani. Kelembagaan petani Lubis, Djuara P. yang dinamis dan adaptif
yang mampu mengaplikasi teknologi informasi Harijati, Sri dalam pengelolaan dan pemanfaatan
informasi serta akses pada sumber informasi secara global merupakan salah satu
jawaban yang patut Metadata diperhitungkan untuk menangkap peluang perkembangan teknologi
Show full item record informasi dan komunikasi/TIK bagi peningkatan kapabilitas petani mengelola inovasi.
Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis peran kelembagaan petani dalam
meningkatkan kapabilitas petani mengelola inovasi berbasis teknologi informasi di
dataran tinggi Jawa Barat; (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kelembagaan petani dalam proses peningkatan kapabilitas petani mengelola inovasi
berbasis teknologi informasi di dataran tinggi Jawa Barat; (3) merumuskan strategi
penguatan peran kelembagaan petani dalam meningkatkan kapabilitas petani mengelola
inovasi berbasis teknologi informasi di dataran tinggi Jawa Barat.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dan di
Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat yang merupakan dua sentra
penghasil sayuran dengan ragam dan jenis produk inovatif terbanyak di Jawa Barat.
Selain itu, penentuan daerah penelitian didasarkan pada pertimbangan antara lain
jumlah petani yang mengembangkan produk inovatif komoditas sayuran banyak,
tipologi geografis dataran tinggi, serta banyaknya petani dan kelembagaan petani yang
telah memanfaatkan informasi melalui jaringan internet (internetworking). Sampel
penelitian berjumlah 243 orang (114 orang petani di Kabupaten Bandung Barat dan 129
orang petani di Kabupaten Cianjur).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei, studi literatur dan
wawancara. Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan, survey terstruktur
dengan kuesioner, wawancara mendalam (in-depth interview) dan fokus grup
diskusi/FGD. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi laporan dari berbagai instansi
terkait. Strategi penguatan peran kelembagaan petani menggunakan dasar hasil analisis
Structural Equational Moddelling/SEM.
Hasil penelitian menunjukkan pentingnya penguatan peran kelembagaan petani
dalam meningkatkan kapabilitas petani mengelola inovasi melalui peran mengelola
informasi, mediasi informasi, edukasi insan informasi, wahana kerjasama dan unit
usaha yang didukung oleh penguatan karakteristik individu anggota kelembagaan
petani, dinamisasi kelembagaaan petani, perbaikan kualitas informasi dan dukungan
kelembagaan eksternal (lembaga penyuluhan, penelitian, lembaga pendidikan dan
latihan, lembaga input/output, lembaga kebijakan dan dukungan jaringan sarana
prasarana teknologi informasi komunikasi/ICT).
Secara simultan peran kelembagaan petani di Jawa Barat telah memiliki peran
yang cukup baik di lihat dari nilai validitas perananya mengelola informasi (0.91),
mediasi informasi (0.81), edukasi insan informasi (0.64), wadah kerjasama (0.63) dan
unit usaha/peningkatan nilai tambah (0.64). Penguatan peran kelembagaan petani
sangat bergantung pada karakteristik individu anggota (thitung5.89), kualitas informasi
(thitung1.20), dinamika kelompok (thitung10.21) dan dukungan kelembagaan eksternal
(thitung1.21). Model matematik dari faktor-faktor yang berpengaruh pada peran
kelembagaan petani adalah: Y1 = 0.25*X1 + 0.042*X2 + 0.65*X3 + 0.095*X4,
errorvar = 0.23 dan R2 = 0.77. Nilai R menunjukkan bahwa 77% varian dari peran
kelembagaan petani dipengaruhi 25% oleh karakteristik individu, 4.2% oleh kualitas
informasi, 65% oleh kedinamisan kelompok dan 9.5% oleh dukungan kelembagaan
eksternal sisanya 23% pengaruhi faktor lain. Peran kelembagaan berpengaruh nyata
(thitung8.59 > 1.96), karakteristik petani (thitung6.68 > 1.96), kualitas informasi (thitung9.56
> 1.96) terhadap peningkatan kapabilitas inovasi petani. Tingkat kapabilitas petani
sayuran dataran tinggi Jawa Barat masih rendah. Berdasarkan hasil pengukuran
validitas dengan menggunakan Confirmatory Faktor Analysis (CFA) pengukuran
kapabilitas inovasi individu petani dapat dilakukan dengan indikator: (1) kemampuan
beradaptasi dengan inovasi (0.89); (2) kemampuan menyaring inovasi (0.97); (3)
kemampuan komitmen terhadap inovasi (0.92); (4) perilaku mengelola sumberdaya
yang ada (0.89); dan (5) kemampuan melaksanakan inovasi (0.91).
Rumusan strategi peningkatan kapabilitas inovasi petani sayuran di dataran tinggi
Jawa Barat berbasis teknologi informasi dilakukan melalui empat pendekatan. Pertama,
perbaikan terhadap intern kelembagaan kelompoktani; kedua, perbaikan terhadap
karakteristik perilaku inovasi individu petani; ketiga, perbaikan terhadap kualitas
informasi; dan keempat, tingkatkan dukungan eksternal kelembagaan kelompok tani.
URI http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80611