Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN IKAN PALSU DARI PANDANGAN TINGKAT KEHALALAN

BAGI KONSUMEN MUSLIM

OLEH:
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persepsi yang berbeda terhadap perilaku konsumen muslim memiliki dampak yang signifikan
terhadap keputusan pembelian. Namun, persepsi memiliki tanda-tanda karena tuntunan Islam
memiliki batasan-batasan yang harus dipatuhi agar persepsi tidak menyimpang. 1 Selain itu,
keputusan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama: motivasi,
persepsi, pembelajaran, keyakinan, dan sikap. Pengetahuan produk dan pemahaman konsep
mashlahah juga penting. Konsumen muslim perlu memperhatikan label halal pada kemasan
produk dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya, terutama dalam hal pembelian kosmetik.
Label ini dapat menjamin kosmetik yang digunakan halal dan tidak mengandung unsur haram.
Menurut Sancoyo, akibatnya, semakin banyak konsumen yang memilih produk ikan palsu
bersertifikat halal karena maraknya fenomena migrasi di kalangan generasi milenial saat ini.
Selain itu, para milenial ini mencari berbagai tren dan inovasi yang dapat membantu mereka
mencapai kepuasan diri di era modern dengan cara yang sesuai dengan prinsip Islam. Maraknya
media sosial sebagai sarana jual beli antara merek dan konsumen semakin memudahkan
konsumen untuk memenuhi kebutuhannya akan produk ikan palsu. Menurut catatan Kementerian
Perindustrian, industri barang imitasi diperkirakan tumbuh sebesar 9% pada 2019. Angka
tersebut meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2018 yang mencapai 7%.
Banyak pelaku usaha memanfaatkan potensi pasar barang imitasi yang sangat besar untuk
memperdagangkan atau bahkan membuat barang tersebut. Sehingga sampai saat ini masih
banyak barang yang dicap halal atau barang haram seperti ikan haram. Mayagustina mengatakan,
kebijakan perbatasan yang masih memasukkan barang-barang yang tidak berizin (izin produk
bisa menyusul) tidak terlepas dari maraknya barang ilegal di Indonesia. Ada potensi impor
barang ilegal akibat kebijakan itu. Ada 96 kasus barang ilegal senilai Rp yang beredar antara
Januari hingga November 2019. 58,9 triliun Nilai tersebut kini lebih tinggi dari tahun lalu. Selain
dari label pada kemasannya, masyarakat umum sebenarnya bisa menentukan apakah suatu
kosmetik itu halal atau haram.
Muhammad Muflih menegaskan bahwa secara teori, syariah melarang konsumsi makanan dan
minuman saja. Informasi pembeli tentang larangan penggunaan barang haram mempengaruhi
pilihan pembelian. barang diharamkan karena zatnya buruk bagi jiwa dan raga. Sebaliknya,
larangan berbahaya bagi moralitas dan spiritualitas selain substansinya. 5 Tujuan konsumen
Muslim adalah untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan material mereka. Konsep mashlahah
Islam berfungsi sebagai dasar untuk proses pengambilan keputusan tentang konsumsi. Sebagai
sarana menghindari dosa, seorang muslim memilih antara barang halal dan thayib.
Informasi para pembeli muslim tentang pentingnya mengkonsumsi atau menggunakan produk
perawatan kecantikan yang halal, khususnya yang tidak mengandung zat-zat yang merusak jiwa
dan raga atau berbahaya bagi etika dan keduniawian, selain itu upaya untuk menjaga kesehatan
juga menghindari dosa . Konsumen Muslim saat ini dihadapkan pada semakin banyak pilihan
untuk mengkonsumsi berbagai barang. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2018,
industri kosmetik mengalami ekspansi yang lebih besar di tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.
Wajar jika peningkatan jumlah pelanggan mengikuti peningkatan jumlah industri. Hal ini
seharusnya mengarah pada peningkatan jumlah konsumen muslim yang memilih kosmetik
bersertifikat halal di era milenial yang ditandai dengan migrasi. Padahal, potensi pasar dalam
bisnis make up sangat besar. dimanfaatkan secara luas oleh pelaku bisnis untuk bertukar atau
mencoba dan memproduksi produk perawatan kecantikan. Masih banyak kosmetik ilegal dan
bersertifikat nonhalal di pasaran saat ini karena peningkatan distribusinya di tahun 2019 saja.
Septika Olshop yang berada di Jalan Pramuka No., merupakan salah satu toko kosmetik yang ada
di kawasan Ponorogo. Ponorogo 102. Kosmetik, pakaian, aksesoris, tas, dan segala jenis produk
lainnya bisa didapatkan di Septika Olshop. Khusus untuk barang-barang korektif yang dijual
memiliki merek, jenis, dan harga yang berbeda-beda. Kosmetik dengan dan tanpa label halal
dapat dibeli di Septika Olshop. Mayoritas pelanggan yang berbelanja di Septika Olshop adalah
wanita muslimah yang berhijab, menurut sebuah survei. Hanya sekitar 24% kosmetik yang dijual
di Septika Olshop bersertifikat halal, dan 76% sisanya tidak. Sebagian besar produk perawatan
kecantikan yang dijual di Septika Olshop hanyalah produk perawatan kecantikan yang sudah
mendapat izin BPOM dan belum memiliki tanda halal MUI.
Konsumen Muslim perlu memiliki pengetahuan lebih tentang kosmetik yang saat ini tersedia di
pasar. Faktanya, banyak barang ilegal, juga dikenal sebagai "kosmetik palsu", tidak memiliki
atribut produk yang lengkap dan mudah terlihat. Demikian pula, 76% kosmetik yang tersedia di
Septika Olshop belum mencantumkan label halal pada kemasannya. Konsumen Muslim harus
memperhatikan kosmetik yang akan dibeli baik merek, kemasan, komposisi, label halal, dan
tanggal kedaluwarsa sebagai bentuk kehati-hatian. Sekalipun suatu produk halal,
mengkonsumsinya setelah tanggal kedaluwarsa dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh kita.
Motivasi konsumen untuk menggunakan dan membeli kosmetik mencerminkan keinginan untuk
memenuhi kebutuhan psikologis dan fisiologis. 10 Prinsip dasar ajaran agama juga berdampak
pada pelanggan Muslim motivasi. Mereka harus memilih dan menggunakan kosmetik yang telah
dinyatakan halal oleh lembaga yang berwenang sebagai konsumen muslim. Sebagian besar
produk yang dijual di SeptikaOlshop Ponorogo belum memiliki sertifikat halal dari LPPOM-
MUI. Akibatnya, motivasi konsumen muslim untuk membeli kosmetik yang halal atau belum
ditetapkan kehalalannya merupakan faktor yang signifikan dalam keputusan ini.
Pengenalan persyaratan yang menjadi pendorong untuk memenuhi persyaratan ini akan datang
sebelum keputusan untuk membeli atau menggunakan produk di lokasi tertentu. Ketika
konsumen percaya bahwa suatu produk dapat memuaskan kebutuhan tersebut, mereka
melakukan pencarian informasi. 12 Maslahah adalah konsep Islam yang digunakan untuk
menentukan layak atau tidaknya melakukan pembelian. Yang terpenting adalah terpenuhinya
kebutuhan, dan kepuasan tidak selalu datang dalam bentuk kesenangan. 13 Banyaknya
pelanggan Muslim yang berbelanja kosmetik di Septika Olshop Ponorogo menimbulkan
pertanyaan tentang bagaimana memperhitungkan pemahaman dan motivasi mereka dalam
membeli kosmetik sebagai pelanggan Muslim.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetahuan konsumen muslim tentang produk ikan palsu
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan konsumen muslim membeli produk ikan palsu.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengetahuan dan motivasi konsumen muslim terhadap
perubahan penjualan produk ikan palsu.

3. Alasan
1. sebagai sumber yang dimaksudkan untuk memberikan informasi tambahan kepada pembaca,
khususnya mengenai persepsi konsumen Muslim terhadap keputusan yang mereka ambil saat
membeli produk ikan palsu bersertifikat halal.

4. Kerangka Teori
Persepsi Konsumen Muslim
Persepsi berasal dari kata latin perceptio yang berarti mengambil atau menerima. Proses
pemilihan, pengorganisasian, dan interpretasi berbagai rangsangan menjadi informasi yang
berguna disebut persepsi. Saat ini, ada dua jenis konsep pemikiran konsumen di bidang ekonomi.
Konsep utilitas, yang didefinisikan sebagai tingkat kepuasan konsumen terhadap konsumsi
barang dan jasa, adalah konsep pertama yang diturunkan dari ekonomi konvensional. Konsep
mashlahah yang diartikan sebagai proses pemetaan perilaku konsumen berdasarkan prinsip
kebutuhan dan prioritas merupakan konsep ekonomi Islam yang kedua. Konsep mashlahah
adalah satu-satunya yang mencakup pola pikir hemat, membatasi diri pada produk halal, dan
mengutamakan kebutuhan dasar seseorang. Bukan konsep utilitas.
Konsep maslahah, yang mengacu pada berkah dan manfaat, lazim dalam ekonomi Islam. Dengan
demikian, perspektif subyektif konsumen muslim mengenai keutamaan dan keberkahan
konsumsi dapat diartikan sebagai persepsi konsumen muslim terhadap mashlahah. Tujuan
Mashlahah adalah untuk menghasilkan keberkahan dan manfaat yang menempatkan kebutuhan
di atas keinginan. Karena paham mashlahah tidak sinkron dengan mudharat, hal itu membuat
orang meyakini bahwa menjauhi mudharat berarti menghindari barang haram, mengabaikan
kebutuhan orang lain, dan membahayakan diri sendiri. Persepsi mardhatillah yang mendorong
persepsi berdasarkan kebutuhan (kebutuhan Islami) melahirkan gagasan mashlahah yang
mendorong sikap yang lebih mengutamakan manfaat daripada kesenangan.
Pengetahuan Konsumen
Informasi yang dimiliki pelanggan tentang berbagai produk dan layanan disebut pengetahuan
konsumen. Keputusan pembelian dipengaruhi oleh pengetahuan konsumen. 17 Ada tiga kategori
pengetahuan konsumen, yang meliputi: 18
sebuah. Pengetahuan produk adalah kumpulan informasi tentang produk, termasuk merek, harga,
kategori, karakteristik, dan kepercayaan mereka.
b. Kumpulan informasi yang diproses pelanggan untuk memperoleh suatu produk disebut
sebagai pengetahuan pembelian. Ketika seorang konsumen membuat keputusan untuk membeli
suatu produk, dia akan memilih kapan dan di mana melakukannya. Beli informasi seperti
informasi tentang toko, area dan situasi barang di toko.
c. Pelanggan yang tahu cara menggunakan suatu produk akan mendapatkan hasil maksimal dan
senang dengannya. Akibatnya, produsen sangat tertarik untuk mengedukasi pelanggan tentang
cara menggunakan produk mereka dengan benar.
d.Untuk menghindari pelanggaran hukum Islam, konsumen Muslim harus menyadari etika
konsumsi Islam. Pemanfaatan akhlak dalam Islam antara lain: 19 a. Tauhid (Persatuan) Dalam
perspektif Islam, kegiatan konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Akibatnya, pelanggan selalu mematuhi hukum Allah SWT.
f. Sesuai dengan syariat, Islam yang adil memungkinkan orang untuk menikmati nikmat duniawi
yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka dengan cara yang adil, memungkinkan mereka
untuk meraup imbalan spiritual dan material pada saat yang bersamaan.
g. Kehendak Bebas Walaupun manusia dapat memiliki kehendak bebas, namun tidak terlepas
dari qadha dan qadar atau kehendak Allah SWT. Kebebasan konsumsi disertai dengan
pembatasan untuk mencegah kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.
h. Yakinlah bahwa Manusia adalah agen Allah SWT. Seseorang dapat dengan bebas memilih
untuk mengkonsumsi, tetapi mereka juga harus bertanggung jawab atas kebebasan ini,
keseimbangan alam, diri sendiri, masyarakat, dan akhirat.
saya. Hanya barang yang menunjukkan kebaikan, kesucian, dan manfaat baik material maupun
spiritual yang memenuhi syarat sebagai produk Halal yang dapat dikonsumsi. Sebaliknya,
produk yang buruk, najis, dan berpotensi membahayakan akan dilarang.
Tingkat Halal
Menurut Qardhawi (1993), prinsip pertama Islam adalah bahwa segala sesuatu yang diciptakan
oleh Allah adalah boleh dan halal. Kecuali ada teks yang valid dan tidak ambigu dari syariat
(otoritas untuk membuat hukum itu sendiri, khususnya Allah dan Rasul), tidak ada yang haram.
Perkaranya tetap apa adanya yaitu mubah, jika tidak ada nas yang sahih, seperti karena ada
beberapa hadits yang lemah atau tidak ada nash yang jelas (syarih) yang menandakan haram.
Kata bahasa Arab halla, yang berarti bebas atau tanpa batas, adalah asal kata halal. Pengertian
halal dalam kamus fikih adalah “segala sesuatu yang boleh dikerjakan atau dimakan”. Istilah ini,
sebagian besar terkait dengan masalah makanan dan minuman.
Mengenai perbedaan antara halal dan haram, Qardhawi (1993) mendefinisikan halal sebagai
sesuatu yang diizinkan oleh Allah untuk diputuskan oleh suatu simpul yang merugikan. Siapa
pun yang menentang haram akan dikenakan murka Allah di akhirat. Haram adalah sesuatu yang
sangat dilarang oleh Allah. Di dunia ini, dia sesekali juga diancam dengan sanksi syariah.
Motivasi Konsumen Muslim
Kebutuhan yang dirasakan pelanggan memberikan motivasi. Seringkali, kebutuhan dibedakan
berdasarkan manfaat menggunakan dan membeli suatu produk. Seseorang termotivasi untuk
bertindak dalam menanggapi kebutuhan yang dirasakan. Kegiatan ini bisa bermacam-macam,
misalnya pelanggan akan mencari informasi tentang toko, barang atau merek, pembeli mungkin
datang ke toko atau berbicara dengan rekan, pembeli mungkin membeli barang atau layanan
untuk mengatasi masalah mereka. Dengan memenuhi kebutuhan, tindakan ini akan membantu
pelanggan mencapai tujuannya.
Produk dengan maslahah paling banyak biasanya akan dipilih oleh pelanggan. Jika suatu produk
memenuhi kebutuhan psikologis, fisik, atau material pelanggan, itu akan bermanfaat bagi
mereka. Di sisi lain, ketika konsumen menggunakan produk yang diperbolehkan menurut syariat
Islam, mereka akan mendapat keberkahan. Ketaatan kepada Allah SWT mengharuskan
menggunakan produk halal atau memakannya. sehingga Anda akan dihargai. Keberkahan dari
produk yang digunakan adalah pahala. Di sisi lain, pelanggan tidak akan menggunakan produk
yang tidak bersih karena tidak membawa berkah dan membuat mereka berdosa.
Keputusan pembelian
Pilihan antara alternatif disebut keputusan. Ada pilihan berdasarkan logika atau pertimbangan,
ada beberapa pilihan untuk memilih pilihan yang terbaik, ada tujuan yang ingin dicapai, dan
keputusan yang lebih dekat dengan tujuan adalah tiga arti dari hal ini. Kesan konsumen terhadap
individu yang secara hati-hati mengevaluasi atribut produk, merek, atau layanan dan memilih
salah satu solusi alternatif untuk suatu masalah dikenal sebagai pengambilan keputusan
konsumen. Pengambilan keputusan oleh Pelanggan Sebagai pemecah masalah, masuk akal untuk
berasumsi bahwa Pelanggan memiliki tujuan yang berbeda. keinginan untuk berhasil. Pelanggan
memilih tindakan yang akan mereka ambil untuk mencapai tujuan mereka dan menyelesaikan
masalah.
Maslahah adalah formula Islam untuk membuat keputusan pembelian. Dalam konsep maslahah
terdapat tiga persepsi yaitu persepsi kebutuhan, persepsi menolak mudharat dan menarik
maslahah, dan persepsi mardhatillah. Pelanggan Muslim membuat pilihan mereka berdasarkan
bagaimana ketiga persepsi ini berinteraksi satu sama lain. Keuntungan dan kerugian, manfaat,
dan efek di masa depan diperhitungkan saat membuat pilihan komoditas. Oleh karena itu, prinsip
pertimbangan maslahah digunakan untuk menilai kepuasan konsumsi individu atau individu.
Produk Ikan Palsu
Menurut Tjiptono (2005):77 ada empat jenis produk ikan palsu:
1. Produk yang memalsukan atau membajak nama merek, simbol, logo, atau merek dagang dari
produk asli disebut sebagai produk palsu. Pembajak produk adalah nama lain untuk barang palsu.
Jenis ini melanggar hukum dan bertentangan dengan hak paten dan hak cipta. Pelanggan
mungkin atau mungkin tidak khawatir tentang kecurangan yang disengaja oleh pembajak.
2. Menurut Phau dan Teah (2009), pemalsuan adalah tindakan meniru label atau merek dagang
produk asli, biasanya dalam bentuk pakaian atau kosmetik.
Produk yang sangat mirip atau kompatibel dengan aslinya tetapi membawa nama mereknya
sendiri dikenal sebagai tiruan atau tiruan. Klon produk adalah legal. Biasanya, produk semacam
ini merupakan produk dasar yang sama dengan inovator, tetapi harganya lebih murah dan tidak
memiliki merek terkenal.
3. Produk yang meniru dan mengandalkan gaya, desain, model, atau gaya dari produk pesaing
yang terkenal disebut tiruan desain atau pakaian dagang.
4. Adaptasi kreatif Peniruan jenis ini adalah yang paling orisinal. di mana bisnis mengadaptasi
produk mereka yang sudah ada ke pasar baru atau secara bertahap meningkatkannya. Namun,
peniruan dan perluasan juga merupakan bagian dari jenis inovasi ini.
Umpan ikan tiruan atau disebut juga Huhate atau pole and line merupakan salah satu jenis
produk ikan palsu. Jenis alat tangkap ini banyak digunakan oleh nelayan di Sulawesi Utara. Ikan
pelagis besar, seperti: cakalang, madidihang, mata besar, dan tuna adalah semua spesies. Jika
dibandingkan dengan jenis alat tangkap lainnya, huate memiliki kelebihan yaitu mudah
dioperasikan dan menghasilkan tangkapan yang berkualitas tinggi karena menangkap ikan saat
masih hidup (Susanto et al., 2012).
Meluasnya penggunaan rumpon sebagai alat pengumpul ikan telah meningkatkan efektivitas
tiang. Karena diketahui posisi gerombolan ikan berada di sekitar rumpon, maka nelayan tidak
perlu lagi mencari tempat penangkapan ikan yang jauh (Monintja, 1993).
Bentuk kail yang tidak memiliki mata kail dan menggunakan umpan buatan serta membutuhkan
umpan ikan hidup untuk pengoperasiannya, inilah yang membuat huate menjadi unik. Mata kail
hanya digunakan untuk menangkap ikan dari laut sebelum dibawa ke atas kapal. Ketika ikan
yang menempel di tali pancing dilempar ke geladak kapal, maka akan segera dilepaskan. Ada
empat ukuran kail yang berbeda di pasaran: 1, 2, 3, dan 4. Dua dari empat ukuran kail biasanya
digunakan oleh nelayan: nomor 2 dan 3, juga dikenal sebagai kail berukuran sedang. Penggunaan
umpan buatan berwarna dengan maksud untuk mengecoh ikan target menjadi keunikan lainnya.
Warna merah, hijau, dan perak merupakan warna umum umpan buatan yang digunakan oleh
nelayan singgung (Puspito, 2010). Warna biru mengingatkan pada ikan terbang, selar, escape,
dan sarden, sedangkan warna putih mengingatkan pada ikan teri. Umpan tiruan berwarna merah
didasarkan pada warna tubuh ikan rambe. Kelimanya merupakan makanan cakalang,
madidihang, tuna besar, dan tongkol yang dijadikan umpan hidup oleh ikan pelagis besar.
BAB II
PEMBAHASAN

Kajian kesadaran konsumen muslim terhadap produk ikan palsu:


Ada tiga jenis pengetahuan konsumen: pengetahuan tentang produk, keterampilan pembelian,
dan keterampilan penggunaan. Berikut analisisnya:
sebuah. Pengetahuan produk Konsumen mencari informasi produk untuk mempelajari lebih
lanjut tentang suatu produk, yang kemudian diperhitungkan saat memilih produk yang akan
dibeli. Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mencermati karakteristik produk seperti
merek, kemasan, dan label pada kemasan. Mencari data dan fokus pada pengelompokan barang
sebelum melakukan pembelian merupakan pekerjaan pembelanja untuk menemukan barang yang
dibutuhkan dan salah satu bentuk ketelitian dalam memilih suatu barang.
pelanggan yang mengutamakan pembelian dan penggunaan produk dengan segala atributnya. Ini
sesuai dengan hipotesis yang diperkenalkan di bagian dua, khususnya, navigasi pelanggan adalah
kesan orang-orang yang dengan hati-hati menilai karakteristik suatu barang, merek atau
administrasi dan melakukan siklus penentuan untuk menelusuri salah satu jawaban pilihan untuk
masalah kebutuhan.
Pelanggan menggunakan produk perawatan kecantikan karena ingin merasakan manfaat produk
ikan palsu yang mereka gunakan. Tergantung pada bagaimana mereka merasakan manfaatnya,
pelanggan akan merasakan manfaatnya, baik secara positif maupun negatif. Kemudian,
konsumen perlu mengetahui manfaatnya karena mereka akan lebih cenderung melakukan
pembelian jika mereka mengetahui manfaatnya sebelum melakukan pembelian. Hal ini sejalan
dengan teori Ujang Sumarwan yang menyatakan bahwa setelah menggunakan suatu produk,
konsumen akan merasakan manfaat psikososial dan fungsional. Seorang konsumen biasanya
akan memilih produk dengan manfaat terbesar. Jika suatu produk memenuhi kebutuhan
psikologis, fisik, atau material pelanggan, itu akan bermanfaat bagi mereka.
Sudah atau belum berlogo halal MUI, ada banyak kosmetik yang beredar di pasaran. Begitu pula
banyak produk ikan palsu, seperti umpan ikan palsu, tidak berlogo halal MUI. Konsumen lebih
cenderung memilih produk halal jika mereka mengetahui kehalalannya. Ini adalah salah satu
ikhtiar pelanggan untuk menjauhi konten haram yang dapat menimbulkan dosa. Hal ini sesuai
dengan teori Muhammad Muflih yang menyatakan bahwa keuntungan meliputi keuntungan
finansial dan non finansial. Ia akan memperoleh keuntungan non ekonomi, termasuk
terpenuhinya kebutuhan, dan pahala dari Allah SWT karena memilih yang halal dalam upaya
menghindari dosa.
Tujuan membeli barang palsu adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Konsumen muslim
harus memilih produk ikan palsu yang aman terdaftar yang telah terdaftar di Badan POM dan
LPPOM MUI agar tidak mubazir dan merugikan. Produk yang jelas aman dan tidak
membahayakan meski digunakan dalam waktu lama akan lebih disukai pelanggan. sehingga
tidak ada pemborosan dan konsumen tidak sering berpindah-pindah kosmetik. Hal ini sesuai
dengan teori etika konsumsi Islam yang berpandangan bahwa perbuatan yang melanggar batas
(israf) adalah haram. Israf merujuk pada perbuatan menghambur-hamburkan harta tanpa manfaat
atau manfaat karena murni nafsu.
Seorang konsumen Muslim membeli produk ikan palsu bersertifikat halal.
Salah satunya adalah menjauhi bahan dosa. Logo halal MUI pada kemasan produk dapat
digunakan sebagai panduan dalam memilih produk ikan palsu bersertifikat halal dan thayyib.
Karena pengetahuan tersebut, beberapa konsumen Muslim yang berniat membeli produk ikan
palsu menggunakan label halal untuk meyakini bahwa produk yang mereka gunakan aman dan
bebas dari bahan-bahan yang dilarang secara Islam. Hal ini sejalan dengan teori etika konsumsi
Islam yang menyatakan bahwa hanya barang-barang yang menunjukkan nilai-nilai kebaikan,
kesucian, dan kemaslahatan spiritual yang boleh dikonsumsi. Sebaliknya, produk yang buruk,
najis, dan berpotensi membahayakan akan dilarang.
Namun, tidak semua muslim membeli produk ikan palsu berlabel halal karena butuh dan ingin
menggunakan produk tertentu dengan pertimbangan kualitas dan harga. terlepas dari kenyataan
bahwa hal utama yang harus dipikirkan sebagai pelanggan Muslim.
b. Memperoleh Pengetahuan
Konsumen memperoleh pengetahuan pembelian dengan meneliti lokasi pembelian. Pelanggan
mengetahui bahwa produk yang mereka butuhkan dapat ditemukan di Toko Produk Ikan Palsu.
Beberapa dari mereka mendapatkan rekomendasi dari teman atau mencari informasi produk di
Instagram toko untuk mengetahui lebih banyak tentang produk tersebut. Karena konsumen tidak
bisa lepas dari media sosial setiap harinya, hal ini menjadi pengingat bagi pemasar untuk
berusaha melakukan pemasaran baik secara langsung (offline) maupun melalui media sosial. Hal
ini sejalan dengan gagasan bahwa sebagian besar keputusan pelanggan tentang tempat membeli
produk akan didasarkan pada pengetahuan mereka. Konsumen di toko barang imitasi juga perlu
mengetahui cara penggunaan produk agar mendapatkan hasil yang maksimal dari suatu produk
dan sesuai dengan yang diinginkan—implikasi penting bagi pemasar untuk memberikan
informasi kepada konsumen tentang tempat membeli suatu produk. Pengetahuan Penggunaan
Karena penggunaan produk yang tidak sesuai juga menghasilkan reaksi negatif, pelanggan perlu
mengetahui kebutuhan mereka sendiri. Butuh beberapa waktu untuk merasakan manfaat
menggunakan kosmetik yang aman. Hal ini sesuai dengan gagasan bahwa konsumen akan
memperoleh manfaat maksimal dari suatu produk kosmetik jika digunakan dengan benar.
Ketidaktahuan pembeli dalam menggunakan barang dapat menyebabkan kesalahan yang
mengakibatkan barang tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Pengetahuan Penggunaan
Karena penggunaan produk yang tidak sesuai juga menghasilkan reaksi negatif, pelanggan perlu
mengetahui kebutuhan mereka sendiri. Butuh beberapa waktu untuk merasakan manfaat
menggunakan kosmetik yang aman. Hal ini sesuai dengan gagasan bahwa konsumen akan
memperoleh manfaat maksimal dari suatu produk kosmetik jika digunakan dengan benar.
Ketidaktahuan pembeli dalam menggunakan barang dapat menyebabkan kesalahan yang
mengakibatkan barang tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Pengetahuan Penggunaan
Karena penggunaan produk yang tidak sesuai juga menghasilkan reaksi negatif, pelanggan perlu
mengetahui kebutuhan mereka sendiri. Butuh beberapa waktu untuk merasakan manfaat
menggunakan kosmetik yang aman. Hal ini sesuai dengan gagasan bahwa konsumen akan
memperoleh manfaat maksimal dari suatu produk kosmetik jika digunakan dengan benar.
Ketidaktahuan pembeli dalam menggunakan barang dapat menyebabkan kesalahan yang
mengakibatkan barang tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
2. Analisis keputusan konsumen muslim untuk membeli produk ikan palsu
Motivasi muncul dari kebutuhan yang dirasakan konsumen. Umat Islam pergi ke toko produk
ikan palsu untuk membeli umpan ikan tiruan karena ingin menangkap ikan yang diperbolehkan
oleh Islam selama kegiatan tersebut tidak berlebihan dan tidak merugikan orang lain. Hal ini
sesuai dengan ketentuan hukum fatwa MUI yang menyatakan bahwa kosmetik dapat digunakan
sebagai hiasan asalkan bahannya halal dan suci.
Analisis Implikasi Pengetahuan Konsumen Muslim dan Motivasi Terhadap Fluktuasi
Penjualan Produk Ikan Palsu
Toko Produk Ikan Palsu merupakan salah satu toko online dan offline Indonesia dan
menggunakan media sosial sebagai sarana promosi. Dengan menampilkan seluruh produk
Olshop, media ini dapat mempengaruhi pengetahuan pembelian konsumen. Selain itu, WhatsApp
digunakan sebagai metode tindak lanjut bagi pelanggan untuk mengonfirmasi keinginan mereka
untuk membeli suatu produk sebelum penjual mengirimkannya kepada mereka. Hal ini sesuai
dengan teori interaksi multi-tahap yang menyatakan bahwa media mempengaruhi influencer dan
influencer dipengaruhi oleh influencer. Pelanggan mungkin termotivasi untuk mencari nasihat
dari orang-orang berpengaruh sebagai akibat dari keakraban mereka dengan informasi yang
disajikan di media.
Saat ini banyak sekali toko yang menjual produk ikan palsu. Prosedur pemasaran yang layak
diperlukan untuk memenuhi pencarian, atau bahkan meningkatkan penjualan. Selain menjual
barang secara online dan offline, toko ini juga mematok harga jual produknya dengan harga yang
murah untuk mendapatkan lebih banyak pembeli dan pelanggan. Meski banyak penjual yang
menjual barang yang sama, pelanggan akan lebih cenderung membeli produk ikan palsu di toko
tersebut jika harganya lebih murah. Hal ini sesuai dengan gagasan bahwa konsumen akan sensitif
terhadap harga karena harga merupakan pertimbangan terpenting saat memilih barang dan jasa.
Penjualan produk tertentu berfluktuasi sebagai akibat dari berbagai opsi pembelian ini.
Di Olshop banyak sekali produk ikan palsu, namun hanya sedikit yang berlabel “halal MUI”.
Sedangkan produk Olshop mayoritas tidak memiliki label halal MUI dan hanya memiliki nomor
BPOM. Meski demikian, tingkat penjualan produk ikan palsu dengan nama halal juga tidak
kalah populer, jika dibandingkan dengan penawaran produk perawatan kecantikan tanpa label
halal. dicontohkan dengan adanya pelanggan harian yang membeli produk ikan palsu berlabel
halal. Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa kecenderungan seseorang untuk berhemat dan
selektif terhadap barang-barang yang meragukan, jika tidak ilegal, akan dipengaruhi oleh
karakteristik konsumsinya yang asimetris.
Hasil positif atau negatif pasti bagi mereka yang telah membeli dan menggunakan produk ikan
palsu. Kosmetika yang menimbulkan masalah pada saat digunakan tidak akan dibeli kembali
oleh konsumen karena penggunaan yang terus menerus akan berbahaya. Di sisi lain, konsumen
lebih cenderung untuk membeli kembali produk yang mereka yakini sesuai dan memiliki efek
positif saat digunakan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan pada Bab 2, yang
menyatakan bahwa suatu komoditi dipilih berdasarkan kelebihan dan kekurangannya, serta
dampaknya di masa mendatang. Alhasil, meski tidak semua konsumen muslim membeli dan
menggunakan produk yang jelas halal, setidaknya konsumen muslim terus berupaya
memperbaiki diri dengan membeli dan menggunakan produk halal. Motivasi diri konsumen
dipengaruhi oleh kesadaran konsumen akan pentingnya menggunakan produk halal. Akibatnya,
konsumen cenderung tidak membeli barang palsu berlabel MUI halal di masa mendatang. Hal ini
sesuai dengan gagasan bahwa umat Islam akan memilih dan menggunakan produk halal.
Pengambilan keputusan konsumen terhadap pembelian produk sangat dipengaruhi oleh
ketentuan dalam mengkonsumsi produk halal. Namun, tanpa adanya label halal pada
kemasannya, konsumen muslim tidak dapat menentukan kehalalan suatu produk. sehingga
pelanggan perlu mengetahui label halal MUI pada kemasan produk. bahwa umat Islam akan
memilih produk halal dan menggunakannya. Pengaturan konsumsi barang halal secara signifikan
mempengaruhi pembeli dalam memutuskan pembelian barang. Namun, tanpa adanya label halal
pada kemasannya, konsumen muslim tidak dapat menentukan kehalalan suatu produk. sehingga
pelanggan perlu mengetahui label halal MUI pada kemasan produk. bahwa umat Islam akan
memilih produk halal dan menggunakannya. Pengambilan keputusan konsumen terhadap
pembelian produk sangat dipengaruhi oleh ketentuan dalam mengkonsumsi produk halal.
Namun, tanpa adanya label halal pada kemasannya, konsumen muslim tidak dapat menentukan
kehalalan suatu produk. sehingga pelanggan perlu mengetahui label halal MUI pada kemasan
produk.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan temuan penelitian tentang persepsi konsumen
Muslim terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli produk
ikan palsu, khususnya umpan ikan tiruan:
Analisis pengetahuan konsumen muslim terhadap produk ikan palsu, seperti umpan ikan tiruan,
terungkap bahwa konsumen mengetahui produk yang diperlukan tersedia di toko palsu dengan
cara mengunjungi beberapa toko kosmetik, mendapatkan rekomendasi dari teman, atau mencari
sendiri informasi produk di Instagram. Berbelanja barang palsu Produk dengan segala fiturnya
semakin digemari konsumen. Meskipun tidak semua konsumen muslim membeli produk
bersertifikat halal, pengetahuan tentang halal juga mempengaruhi keputusan mereka untuk
membelinya.

2. Temuan
Ukuran kail dan warna umpan tiruan yang digunakan adalah dua dari banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan operasi penangkapan ikan singgung. Ukuran kail dan warna umpan
buatan biasanya digabungkan secara sembarangan oleh nelayan tanpa bantuan penelitian ilmiah.
Menurut wawancara dengan nelayan singgung, kombinasi warna umpan buatan dan ukuran mata
kail yang menghasilkan jumlah tangkapan terbanyak bervariasi dari orang ke orang. Oleh karena
itu, untuk meningkatkan jumlah tangkapan huhate, harus ditemukan kombinasi yang tepat antara
ukuran kail dan warna umpan buatan.

3. Rekomendasi
Meningkatkan jumlah kosmetik dengan label halal lebih diutamakan. Sebagai akibatnya, umat
Islam akan memiliki akses ke berbagai produk halal yang lebih luas. Begitu pula sebagai
pembelanja muslim, sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan untuk membeli barang halal,
tetapi juga menentukan pilihan membeli barang restoratif halal. Hal ini sebagai bentuk
peringatan kepada konsumen agar tidak menggunakan produk yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
SCOPUS
ANGRIYANI, A. M. (2020). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN
MUSLIM DARI PRODUK PANGAN YANG TIDAK BERLABEL HALAL DALAM
PERSPEKTIF HUKUM POSITIF YANG TERKAIT DI INDONESIA DAN DI
KOREA. Dialogia Iuridica, 12(1), 049-063.

Maspeke, F. I., Puspito, G., & Solihin, I. (2019). Kombinasi Ukuran Mata Pancing dan Warna
Umpan Tiruan Untuk meningkatkan Hasil Tangkapan Huhate. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 24(4), 239-251.

Qomaro, G. W. (2018). Sertifikasi Halal Dalam Persepsi Konsumen Pada Produk Pangan Di
Kabupaten Bangkalan. KABILAH: Journal of Social Community, 3(2), 241-251.

Rahmat, E., & Yahya, M. F. (2016). Teknik Pengoperasian Huhate (Pole And Line) Dan
Komposisi Hasil Tangkapannya Di Laut Sulawesi. Buletin Teknik Litkayasa Sumber
Daya Dan Penangkapan, 13(2), 119-123.

Yanuar, N. D., & Harti, H. (2020). Pengaruh Inovasi Produk Dan Orientasi Pasar Terhadap
Kinerja Penjualan Pada Home Industri Olahan Ikan Di Kabupaten Trenggalek. Jurnal
Manajemen Pemasaran, 14(2), 51-60.
KITAB
Ketentuan mengenai makanan halal dan haram sudah disebutkan dalam Al Qur'an Surat Al
Maidah ayat 3.
Hukum Islam dalam mengatur perlindungan konsumen berlandaskan kaidah utama dalam kitab
suci Alquran Surat Al-Baqarah Ayat 279: “ ... tidak menganiaya (merugikan) dan tidak dianiaya
(dirugikan)” di antara para pihak dalam aktivitas usaha/bisnis. Penetapan aturan-aturan
perlindungan konsumen didasarkan pada metode sumber hukum Islam, dengan urutan dan
prioritas: Alquran, hadist atau sunnah Nabi Muhammad SAW, Ijmak, dan Qiyas.
WEBSITE
https://uin-suka.ac.id/id/liputan/detail/121/teliti-perilaku-konsumen-muslim-terhadap-produk-
halal-comtc-adakan-fgd
http://halal.go.id/artikel/17

Anda mungkin juga menyukai