Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

Diabetes Melitus Tipe 2


dan Pielonefritis
Oleh : Indah Mewal, S.Ked

Pembimbing: dr. Silvester Salombe, Sp.PD


Pendahuluan
Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok penyakit
metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi
karena sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Kejadian infeksi lebih sering terjadi pada pasien dengan


diabetes akibat munculnya lingkungan hiperglikemi yang
meningkatkan virulensi patogen, menurunkan produksi
interleukin, menyebabkan terjadinya disfungsi kemotaksis
dan aktifitas fagositik, serta kerusakan fungsi neutrofil,
glikosuria dan dismotilitas gastrointestinal dan saluran
kemih.

Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim


ginjal yang disebabkan infeksi bakteri.
Tinjauan Pustaka: Diabetes Melitus
2.1.3 Faktor Resiko

2.1.1 Definisi Faktor resiko terjadinya Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah kelompok adalah :

penyakit metabolik dengan karakteristik 1. Usia > 45 tahun

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan 2. Gemuk: BB > 120% BB idaman , IMT > 25

sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. kg/m2

(ADA, 2010). 3. Hipertensi, tekanan darah ≥ 140/90 mmHg

2.1.2 Klasifikasi 4. Riwayat DM di keluarga

2. Diabetes Melitus Tipe II 5. Riwayat melahirkan bayi BB > 4.000 gram

Bervariasi, mulai yang dominan resistensi 6. Riwayat DM pada kehamilan (DM

insulin disertai defisiensi insulin relatif gestasional)

sampai yang dominan defek sekresi insulin 7. Riwayat TGT dan GDPT

disertai resistensi insulin. 8. Penderita PJK, TBC, dan hipertiroid


9. Kadar lipid (kolesterol HDL ≤ 35 mg/ dL
dan atau trigliserida ≥ 200 mg/dL
Tinjauan Pustaka:
Patogenesis DM
Tinjauan Pustaka:
Gejala & Tanda Diabetes Melitus
✓Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
✓Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Tinjauan Pustaka:
Diagnosis Diabetes Melitus
Tinjauan Pustaka:
Penatalaksanaan Diabetes
Melitus
Tinjauan Pustaka:
Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi kronik:
Makroangiopati pada pembuluh darah
Komplikasi akut: jantung dapat menyebabkan infark miokard,
KAD (Ketoasidosis Diabetikum) pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan
Koma Hiperosmolar stroke.
Hiperglikemia Non Ketotik Mikroangiopati dapat menyebabkan
Koma Hipoglikemia retinopati diabetika dan nefropati diabetika.
Neuropati diabetika
Gastropati diabetika
Tinjauan Pustaka: Pielonefritis Akut

Definisi
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim
ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi
bakteri pada jaringan ginjal dimulai dari saluran kemih bagian
bawah terus naik ke ginjal.
Tinjauan Pustaka:
Patofisiologi Pielonefritis Akut
Tinjauan Pustaka:
Etiologi Pielonefritis Akut
Bacteria % uncomplicated % complicated

Gram negatif

Escherichia coli 70-95 21-54

Proteus mirabilis 1-2 1-10

Klebsiella spp 1-2 2-17

Citrobacter spp <1 5

Enterobacter spp <1 2-10

Pseudomonas aeruginosa <1 2-19

Other <1 6-20

Gram positif

Coagulase-negative staphylococci 5-10 1-4

Enterococci 1-2 1-23

Group B Streptococci <1 1-4

Staphylococcus aureus <1 1-23

Other <1 2
Tinjauan Pustaka:
Pielonefritis Akut

2.2.5 Gejala Klinis


2.2.4 Faktor Resiko Presentasi klinis: trias demam, nyeri sudut costovertebral,

Wanita usia subur dan mual/muntah.


Pada pemeriksaan fisik menunjukan tanda-tanda:
Pasangan koitus per rektal
1. Demam dengan suhu > 38,5 – 39,4 C
Pasien dengan imunokompromise 2. Takikardi
3. Nyeri ketok pada sudut costovertebra, unilateral atau
Penyakit obstruktif urologi: tumor,
bilateral
striktur, batu saluran kemih dan 4. Ginjal tidak dapat dipalpasi karena adanya nyeri tekan
pembesaran prostat dan spasme otot
5. Dapat ditemukan nyeri tekan pada area suprapubik
Refluks vesikoureteral.
6. Distensi abdomen dan bising usus menurun
Pemeriksaan penunjang sederhana:
1.Urinalisa, dilakukan pemeriksaan dipstick dan mikroskopik. Temuan yang
mengarah pada PNA adalah:
- Piuria, leukosit 5-10 LPB
- Silinder leukosit
- Hematuria
- Bakteriuria > 10.000 koloni/ml
2.Kultur urin dan tes sensitifitas-resistensi antibiotik
3.Darah perifer dan hitung jenis leukosit, tampak leukositosis dan dominan
neutrofil
4.Kultur darah
5.BNO polos abdomen untuk menyingkirkan adanya obstruksi atau batu disaluran
kemih
Tinjauan Pustaka:
Penatalaksanaan Pielonefritis
✓ Medikamentosa:
a. Antibiotik empiris

✓Non Medikamentosa: Antibiotik perenteral: ceftriaxone,


cefepime, ciprofloxacin dan levofloxacin
a. Identifikasi dan meminimalkan resiko
yang dapat diberikan 24-48 jam
b.Tatalaksana kelainan obstruktif yang ada Terapi oral: fluorokuinolon, amoxicilin,
c. Menjaga kecukupan hidrasi sefalosporin generasi ke tiga selama 7-14
hari. Penggunaan antibiotik selanjutnya
✓ Konseling dan Edukasi
disesuaikan dengan tes sensitifitas dan
Mengenai penyakit, faktor resiko dan cara-cara
resistensi.
pencegahan berulangnya PNA. Pasien dengan seksual
b. Simtomatik
aktif disarankan untuk berkemih dan membersihkan
Obat simtomatik dapat diberikan sesuai
organ kelamin segera setelah koitus.
dengan gejala klinik yang dialami pasien,
✓ Rencana tindak lanjut
misalnya analgetik-antipiretik dan
Apabila respon klinis buruk setelah 48-72 jam terapi,
antiemetik.
dapat dilakukan reevaluasi faktor-faktor pencetus
komplikasi dan efektifitas obat.
Tinjauan Pustaka:
Komplikasi Pielonefritis
• Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan
darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis
papila guinjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada
tempat terjadinya obstruksi.
• Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter
yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam
pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal
mengalami peregangan akibat adanya pus.
• Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan
meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Laporan Kasus
1.Identitas Pasien
Nama : Ny. S T
No. DM : 47 75 70
Tanggal lahir : 01-11-1961
Umur : 57tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Toware
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Berat Badan : 67 kg
Tinggi badan : 150 cm
Tanggal MRS : 19 September 2018
Laporan Kasus
1.Keluhan Utama
Badan lemas
2.Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar kelurganya ke IGD RSUD Abepura dengan keluhan badan
lemas sudah 1 minggu, tidak mau makan dan minum. Keluhan lemas disertai pusing-
pusing ketika berdiri dan duduk, keluhan membaik ketika berbaring. Pasien mengaku
cepat merasa haus, dan lapar namun tidak nafsu makan. Keluhan lainnya demam 4
hari SMRS, demam turun dengan minum paracetamol. Keluhan demam disertai nyeri
perut bagian bawah dan menjalar ke pinggang belakang, keluhan semakin memberat
saat pasien ingin buang air kecil, terasa perih terbakar saat buang air kecil, kencing
tidak tuntas dan jadi lebih sering ingin kencing. Keluhan ini sudah sering dirasakan
berulang dan mengganggu aktifitas pasien karena rasa tidak nyaman, namun pasien
tidak pernah berobat.
Laporan Kasus
1. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayatpenyakit jantung
(-) 5. RiwayatSosial Ekonomi

- Hipertensi (-) - Pendidikan terakhir SMA

- Diabetes mellitus (-) - Pekerjaan sehari-hari adalah ibu rumah tangga


- Penyakitparu-paru (-) 6. Riwayat Kebiasaan
- Asma (-) - Merokok (-)
- Alergi (-) - Konsumsi alkohol (-)
- Penyakit Hati (-) - Riwayat Konsumsi Obat-obatan Jangka Panjang (-)

1. Riwayat Penyakit Keluarga


- Hipertensi (-)
- Diabetes mellitus (-)
- Penyakitparu-paru (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
Laporan Kasus
1. Pemeriksaan Mata
B.Pemeriksaan Fisik Konjungtiva : Anemis (-/-)
1.Status Generalis Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Refleks cahaya (+/+), isokor Ø 3
KU : Tampak sakit sedang
mm
Kesadaran : Compos Mentis
2. Pemeriksaan Hidung
Berat Badan : 65 kg Serumen (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan
Tinggi Badan : 150cm (-/-), perdarahan (-/-)

2.Tanda-tanda Vital 3. Pemeriksaan Mulut


Bibir tampak normal, bibir sianosis (-), oral
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
candidiasis (-), tonsil T1/T1, faring
Denyut Nadi : 82 x/menit hiperemis (-)
Pernapasan: 20 x/menit 4. Pemeriksaan Leher

Suhu Tubuh : 37,0oC Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP


meningkat(-)
Laporan Kasus 1.Abdomen
1. Pemeriksaan Thorax Inspeksi : permukaan cembung,
Paru warna sama seperti kulit sekitar, spider
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, nevi(-), caput medusa (-), umbilicus
retraksi (-) cembung (-)
Palpasi : vocal premitus dextra/sinistra Auskultasi : Bising usus (+) normal
normal
Perkusi : Timpani
Perkusi : sonor
Palpasi : Nyeri tekan (+) bagian
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+),
perut bawah regio supra pubik. H/L:
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
ttb
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tak tampak Nyeri ketok Costovertebrae angel

Palpasi : Iktus cordis teraba normal (CVA) (+) (kanan)


Perkusi : Batas jantung dalam batas 2.Ekstremitas
normal Ekstremitas atas : Sianosis (-), Akral
Auskultasi : Bunyi Jantung I – II reguler, teraba hangat, Edema (-/-), CRT < 2”
mur-mur (-), gallop (-). Ekstremitas bawah: Sianosis (-), Akral
Laporan Kasus
C. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Darah lengkap ( 18/ 09/ 2018 ) IGD
JenisPemeriksaan Hasil NilaiRujukan Satuan

HGB (Hemoglobin) 13.6 11 - 16,5 g/dl

RBC (Eritrosit) 5.1 3,8 - 5,8 106/mm

HCT (Hematokrit) 41.0 35 – 50 %


Imunologi
PLT (Trombosit) 241.0 150 – 500 103/mm3 HbsAg : Non Reaktif
WBC (Leukosit) 14.8 3,5 – 10 10/3mm3
HCV antibodi : Non Reaktif
MCV 80.1 80 – 97 Fl
Tes VCT Antibodi
MCH 26.6 26,5 - 33,5 Pg

MCHC 33.2 31,5 – 35 g/dl SD HIV ½ 3.0 : Non Reaktif


Neutrofil 73.1 46-73 %

Lym 16.3 17-48 %

DDR -

GDS dgn Stik (21.13) 589 <150 mg/dL

GDS (21.45) 521 <150 mg/dL

GDS (23.19) 476 <150 mg/dL

Ureum (urea) 30 10 – 50 mg/dL

Kreatinin (crea) 1.0 0,9 -1,5 mg/dL

SGOT 48 0 – 50 I/U
Laporan Kasus
Pemeriksaan Urinalisa ( 18/ 09/ 2018 ) IGD
JenisPemeriksaan
Hasil Nilai Rujukan Satuan
(makroskopis)

Warna Kuning keruh

pH 6.0 4.5-8.5

Berat jenis 1020 1003-1030

Protein Negatif

Reduksi Negatif

Leukosit Positif

Bilirubin Negatif

Urobilinogen Normal

Keton Negatif

Blood +1 Negatif

JenisPemeriksaan
Hasil Nilai Rujukan Satuan
(mikroskopis)

Leukosit +3 Sel/LPB

Eritrosit +2

Epitel +

Slinder ++

Kristal -

Bakteri +++
Laporan Kasus

E.Terapi
- IVFD RL 20 tpm
D. Diagnosa - Injeksi Ceftriakson 2 x 1 gr (IV)
1.Diabetes Melitus tipe 2 - Injeksi Ranitidin 2 x 25mg (IV)
- Injeksi Ondansentron 3 x 2mg (IV)
2.Pielonefritis Akut
- Metformin 3 x 500mg (PO)
- Glimiperid 1 x 3 mg (PO)
- Paracetamol 3 x 500mg (PO)
Laporan Kasus
Follow Up Tanggal 20-09-2018 A - Diabetes Melitus tipe 2
S Demam (-), Mual/Muntah (-), Lemas (-), Nyeri pinggang (+) - Pielonefritis Akut
berkurang, BAK nyeri (+) berkurang.
P - IVFD RL 20 tpm
O KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos mentis
TTV : - Injeksi Ceftriakson 2 x 1 gr (IV)
TD : 110/70mmHg, N : 80x /menit, SB : 36,7oC, RR : 20x /menit, - Injeksi Ranitidin 2 x 25mg (IV)
K/L : CA (-/-), SI (-), OC (-), P>KGB (-)
- Injeksi Ondansentron 3 x 2mg (IV)
Thorax :
- Pulmo : I : Simetris ikut gerak nafas, - Metformin 3 x 500mg (PO)
P : Vokal Fremitus D = S - Glimiperid 1 x 3 mg (PO)
P : Sonor
- Paracetamol 3 x 500mg (PO)
A : Suara napas vesikuler (+/+),Rho(-/-), Whe (-/-)
- Cor : I : Iktus kordis tak tampak - Rencana pulang terapi :
P : Iktus kordis teraba normal - Metformin 3x500mg
P : Batas jantung dalam batas normal
- Glimiperid 1x3mg
A : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : I : Tampak datar,
- Cefixime 2 x 200mg
A : BU (+) normal, - Kontrol Poli Penyakit Dalam (5 hari
P : Supel, nyeri tekan(-), nyeri ketok CVA(+) kanan,
setelah BPL)
H/L tidak teraba,
P : Tympani
Pembahasan
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah penyakit
Pada pasien ini dari hasil anamnesa
metabolik dengan karakteristik
didapatkan keluhan khas trias DM yaitu;
hiperglikemi yang terjadi karena resistensi
polifagia dimana pasien mengaku cepat
insulin disertai defisiensi insulin. Diagnosis
merasa lapar, poliuri dimana pasien
DM Tipe 2 dapat dilakukan dengan
sering ingin kencing dan polidipsi pasien
anamnesa dan pemeriksaan penunjang.
merasa sering haus. Keluhan tidak khas
Gejala klinis yang khas: poliuri, polifagi,
yaitu lemas. Pemeriksaan penunjang
polidipsi. Pemeriksaan penunjang: glukosa
dilakukan pemeriksaan darah GDS
plasma puasa > 126mg/dL, glukosa plasma
didapatkan nilai 589mg/dL,
setelah tes toleransi glukosa oral >
pemeriksaan GDP 282mg/dL, dan
200mg/dL, glukosa plasma sewaktu >
HbA1C 8%
200mg/dL dan pemeriksaan HbA1c > 6,5%
Pembahasan
Peningktan kadar gula darah yang tidak
terkontrol (hiperglikemia) pada penderita Infeksi saluran kencing berupa
diabetes menyebabkan respon sistem imun munculnya bakteri pada urin
menjadi lambat saat terpapar oleh suatu (bakteriuria), nanah dalam urin
kuman penyakit. Kondisi hiperglikemi juga (pyuria), radang kandung kemih
cenderung menguntungkan bagi kuman,
(sistitis) dan infeksi saluran kencing
karena kadar glukosa tinggi dapat
bagian atas. Penyebabnya adalah
meningkatkan kemampuan kuman untuk
tumbuh dan menyebar lebih cepat. Infeksi
bakteri yang menginfeksi saluran

pada penderita diabetes melitus lebih mudah kencing terutama terjadi pada sekitar
terjadi pada kulit dan rongga hidung maupun kandung kemih dan dapat
telinga pada bagian kepala namun juga menyebabkan infeksi ginjal
infeksi sering terjadi pada saluran kencing
(pielonefritis).
bahkan pada ginjal.
Pembahasan
Pielonefritis akut adalah suatu reaksi inflamasi yang terjadi karena infeksi pada pielum dan parenkim ginjal, dimulai dari
saluran kencing bagian bawah naik ke ginjal melalui ureter. Trias pielonefritis: demam, nyeri pada sudut costavertebral dan
mual/muntah.
Pada pemeriksaan fisik menunjukan tanda-tanda:
1. Demam dengan suhu > 38,5 – 39,4 C
2. Takikardi
3. Nyeri ketok pada sudut costovertebra, unilateral atau bilateral
4. Ginjal tidak dapat dipalpasi karena adanya nyeri tekan dan spasme otot
5. Dapat ditemukan nyeri tekan pada area suprapubik
6. Distensi abdomen dan bising usus menurun
Pemeriksaan penunjang sederhana:
1. Urinalisa, dilakukan pemeriksaan dipstick dan mikroskopik. Temuan yang mengarah pada PNA adalah:
- Piuria, leukosit 5-10 LPB
- Silinder leukosit
- Hematuria
- Bakteriuria > 10.000 koloni/ml
2. Kultur urin dan tes sensitifitas-resistensi antibiotik
3. Darah perifer dan hitung jenis leukosit, tampak leukositosis dan dominan neutrofil
4. Kultur darah
5. BNO polos abdomen untuk menyingkirkan adanya obstruksi atau batu disaluran
Pembahasan

Pada pasien trias pielonefritis yaitu demam, nyeri pada sudut costavertebral dan
mual/muntah didapatkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Nyeri ketok CVA + di
kanan. Gejala lain seperti frekuensi kencing yang meningkat, nyeri perut bagian bawah
juga ada pada pasien ini. Faktor resiko terjadinya PNA pada pasien ini dikarenakan
status pasien dengan diabetes melitus sehingga sistem imun tubuh pasien lebih rentan
untuk terkena infeksi.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium urinalisa yang mengarah ke PNA
pada pasien didapatkan leukosit +++ (10-29) LPB, slinder leukosit ++ (1-10) LPK,
hematuria dimana eritrosit +2 (5-9) sel/LPB, bakteriuria +++ (>10.000).
Pembahasan
Pada pasien ini diberikan penatalaksanaan untuk diabetes melitusnya terapi farmakologis
oral, yaitu metformin 3x 500mg dan glimiperid 1x 3mg.
Metformin termasuk obat yang meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, dengan efek
utamanya mengurangi produksi glukosa di hati (glukoneogenesis) dan mengambil ambilan
glukosa di jaringan perifer. Metformin juga merupakan pilihan utama pada DM T 2. Metformin
dapat menurunkan HbA1C 1.0-2.0%, dengan dosis 500-3000mg, lama kerja 6-8 jam dan
diberikan bersama atau setelah makan.
Glimiperid termasuk golongan sulfonilurea sebagai pemacu sekresi insulin oleh sel beta
pankreas, penurunan HbA1C 1.0-2.0% dengan dosis harian 1-8mg dengan lama kerja 24 jam
dan diberikan sebelum makan.

Terapi nonfarmakologis yaitu edukasi pola hidup sehat dengan terapi nutrisi komposisi
makanan yang dianjurkan dan latihan jasmani secara teratur 3-5 kali/minggu selama 30-
45 menit.
Pembahasan

Penatalaksanaan untuk Pielonefritis akut pada pasien ini tatalaksana


medikamentosa dengan pemberian antibiotik empiris secara paerenteral
yaitu ceftriaxone 1gr / 12 jam selama 3 hari. Kemudian dilanjutkan
dengan pemberian antibiotik oral cefixime 200mg / 12 jam selama 7
hari. Pasien juga diberikan terapi simtomatik paracetamol 3x500mg
untuk mengatasi demam dan nyeri, diberikan ranitidin injeksi 2x 25mg
dan ondancentron injeksi 3x 8mg untuk mengatasi mual muntahnya.
Kesimpulan
Diabetes Melitus adalah kelompok penyakit metabolic
dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin maupun kerja insulin.

Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan anamnesa dan


pemeriksaan penunjang.

Kondisi hiperglikemi menyebabkan respon system imun


menjadi lambat saat terpapar kuman penyakit.

Infeksi pada penderita DM lebih mudah terjadi pada kulit,


rongga hidung maupun telinga dan infeksi pada saluran
kencing.
Pada pasien ini kondisi hipergliemi disertai dengan
pielonefritis akut.

Penatalaksanaan pada pasien ini dengan mengatasi DM nya


denan terapi oral metformin 3x500mg dan glimiperid 1x3mg.
Dan terapi antibiotic empiris perenteral ceftriaxone 1gr/12 jam
selama 3 hari dilanjutkan dengan oral cefixim 200mg/12 jam
selama 7 hari, serta simtomatik antiemetic dan
antipiretik/analgetik.
“TERIMA KASIH.”

Anda mungkin juga menyukai