hiperglikemia yang terjadi karena kelainan 2. Gemuk: BB > 120% BB idaman , IMT > 25
sampai yang dominan defek sekresi insulin 7. Riwayat TGT dan GDPT
Komplikasi kronik:
Makroangiopati pada pembuluh darah
Komplikasi akut: jantung dapat menyebabkan infark miokard,
KAD (Ketoasidosis Diabetikum) pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan
Koma Hiperosmolar stroke.
Hiperglikemia Non Ketotik Mikroangiopati dapat menyebabkan
Koma Hipoglikemia retinopati diabetika dan nefropati diabetika.
Neuropati diabetika
Gastropati diabetika
Tinjauan Pustaka: Pielonefritis Akut
Definisi
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim
ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi
bakteri pada jaringan ginjal dimulai dari saluran kemih bagian
bawah terus naik ke ginjal.
Tinjauan Pustaka:
Patofisiologi Pielonefritis Akut
Tinjauan Pustaka:
Etiologi Pielonefritis Akut
Bacteria % uncomplicated % complicated
Gram negatif
Gram positif
Other <1 2
Tinjauan Pustaka:
Pielonefritis Akut
DDR -
SGOT 48 0 – 50 I/U
Laporan Kasus
Pemeriksaan Urinalisa ( 18/ 09/ 2018 ) IGD
JenisPemeriksaan
Hasil Nilai Rujukan Satuan
(makroskopis)
pH 6.0 4.5-8.5
Protein Negatif
Reduksi Negatif
Leukosit Positif
Bilirubin Negatif
Urobilinogen Normal
Keton Negatif
Blood +1 Negatif
JenisPemeriksaan
Hasil Nilai Rujukan Satuan
(mikroskopis)
Leukosit +3 Sel/LPB
Eritrosit +2
Epitel +
Slinder ++
Kristal -
Bakteri +++
Laporan Kasus
E.Terapi
- IVFD RL 20 tpm
D. Diagnosa - Injeksi Ceftriakson 2 x 1 gr (IV)
1.Diabetes Melitus tipe 2 - Injeksi Ranitidin 2 x 25mg (IV)
- Injeksi Ondansentron 3 x 2mg (IV)
2.Pielonefritis Akut
- Metformin 3 x 500mg (PO)
- Glimiperid 1 x 3 mg (PO)
- Paracetamol 3 x 500mg (PO)
Laporan Kasus
Follow Up Tanggal 20-09-2018 A - Diabetes Melitus tipe 2
S Demam (-), Mual/Muntah (-), Lemas (-), Nyeri pinggang (+) - Pielonefritis Akut
berkurang, BAK nyeri (+) berkurang.
P - IVFD RL 20 tpm
O KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos mentis
TTV : - Injeksi Ceftriakson 2 x 1 gr (IV)
TD : 110/70mmHg, N : 80x /menit, SB : 36,7oC, RR : 20x /menit, - Injeksi Ranitidin 2 x 25mg (IV)
K/L : CA (-/-), SI (-), OC (-), P>KGB (-)
- Injeksi Ondansentron 3 x 2mg (IV)
Thorax :
- Pulmo : I : Simetris ikut gerak nafas, - Metformin 3 x 500mg (PO)
P : Vokal Fremitus D = S - Glimiperid 1 x 3 mg (PO)
P : Sonor
- Paracetamol 3 x 500mg (PO)
A : Suara napas vesikuler (+/+),Rho(-/-), Whe (-/-)
- Cor : I : Iktus kordis tak tampak - Rencana pulang terapi :
P : Iktus kordis teraba normal - Metformin 3x500mg
P : Batas jantung dalam batas normal
- Glimiperid 1x3mg
A : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : I : Tampak datar,
- Cefixime 2 x 200mg
A : BU (+) normal, - Kontrol Poli Penyakit Dalam (5 hari
P : Supel, nyeri tekan(-), nyeri ketok CVA(+) kanan,
setelah BPL)
H/L tidak teraba,
P : Tympani
Pembahasan
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah penyakit
Pada pasien ini dari hasil anamnesa
metabolik dengan karakteristik
didapatkan keluhan khas trias DM yaitu;
hiperglikemi yang terjadi karena resistensi
polifagia dimana pasien mengaku cepat
insulin disertai defisiensi insulin. Diagnosis
merasa lapar, poliuri dimana pasien
DM Tipe 2 dapat dilakukan dengan
sering ingin kencing dan polidipsi pasien
anamnesa dan pemeriksaan penunjang.
merasa sering haus. Keluhan tidak khas
Gejala klinis yang khas: poliuri, polifagi,
yaitu lemas. Pemeriksaan penunjang
polidipsi. Pemeriksaan penunjang: glukosa
dilakukan pemeriksaan darah GDS
plasma puasa > 126mg/dL, glukosa plasma
didapatkan nilai 589mg/dL,
setelah tes toleransi glukosa oral >
pemeriksaan GDP 282mg/dL, dan
200mg/dL, glukosa plasma sewaktu >
HbA1C 8%
200mg/dL dan pemeriksaan HbA1c > 6,5%
Pembahasan
Peningktan kadar gula darah yang tidak
terkontrol (hiperglikemia) pada penderita Infeksi saluran kencing berupa
diabetes menyebabkan respon sistem imun munculnya bakteri pada urin
menjadi lambat saat terpapar oleh suatu (bakteriuria), nanah dalam urin
kuman penyakit. Kondisi hiperglikemi juga (pyuria), radang kandung kemih
cenderung menguntungkan bagi kuman,
(sistitis) dan infeksi saluran kencing
karena kadar glukosa tinggi dapat
bagian atas. Penyebabnya adalah
meningkatkan kemampuan kuman untuk
tumbuh dan menyebar lebih cepat. Infeksi
bakteri yang menginfeksi saluran
pada penderita diabetes melitus lebih mudah kencing terutama terjadi pada sekitar
terjadi pada kulit dan rongga hidung maupun kandung kemih dan dapat
telinga pada bagian kepala namun juga menyebabkan infeksi ginjal
infeksi sering terjadi pada saluran kencing
(pielonefritis).
bahkan pada ginjal.
Pembahasan
Pielonefritis akut adalah suatu reaksi inflamasi yang terjadi karena infeksi pada pielum dan parenkim ginjal, dimulai dari
saluran kencing bagian bawah naik ke ginjal melalui ureter. Trias pielonefritis: demam, nyeri pada sudut costavertebral dan
mual/muntah.
Pada pemeriksaan fisik menunjukan tanda-tanda:
1. Demam dengan suhu > 38,5 – 39,4 C
2. Takikardi
3. Nyeri ketok pada sudut costovertebra, unilateral atau bilateral
4. Ginjal tidak dapat dipalpasi karena adanya nyeri tekan dan spasme otot
5. Dapat ditemukan nyeri tekan pada area suprapubik
6. Distensi abdomen dan bising usus menurun
Pemeriksaan penunjang sederhana:
1. Urinalisa, dilakukan pemeriksaan dipstick dan mikroskopik. Temuan yang mengarah pada PNA adalah:
- Piuria, leukosit 5-10 LPB
- Silinder leukosit
- Hematuria
- Bakteriuria > 10.000 koloni/ml
2. Kultur urin dan tes sensitifitas-resistensi antibiotik
3. Darah perifer dan hitung jenis leukosit, tampak leukositosis dan dominan neutrofil
4. Kultur darah
5. BNO polos abdomen untuk menyingkirkan adanya obstruksi atau batu disaluran
Pembahasan
Pada pasien trias pielonefritis yaitu demam, nyeri pada sudut costavertebral dan
mual/muntah didapatkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Nyeri ketok CVA + di
kanan. Gejala lain seperti frekuensi kencing yang meningkat, nyeri perut bagian bawah
juga ada pada pasien ini. Faktor resiko terjadinya PNA pada pasien ini dikarenakan
status pasien dengan diabetes melitus sehingga sistem imun tubuh pasien lebih rentan
untuk terkena infeksi.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium urinalisa yang mengarah ke PNA
pada pasien didapatkan leukosit +++ (10-29) LPB, slinder leukosit ++ (1-10) LPK,
hematuria dimana eritrosit +2 (5-9) sel/LPB, bakteriuria +++ (>10.000).
Pembahasan
Pada pasien ini diberikan penatalaksanaan untuk diabetes melitusnya terapi farmakologis
oral, yaitu metformin 3x 500mg dan glimiperid 1x 3mg.
Metformin termasuk obat yang meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, dengan efek
utamanya mengurangi produksi glukosa di hati (glukoneogenesis) dan mengambil ambilan
glukosa di jaringan perifer. Metformin juga merupakan pilihan utama pada DM T 2. Metformin
dapat menurunkan HbA1C 1.0-2.0%, dengan dosis 500-3000mg, lama kerja 6-8 jam dan
diberikan bersama atau setelah makan.
Glimiperid termasuk golongan sulfonilurea sebagai pemacu sekresi insulin oleh sel beta
pankreas, penurunan HbA1C 1.0-2.0% dengan dosis harian 1-8mg dengan lama kerja 24 jam
dan diberikan sebelum makan.
Terapi nonfarmakologis yaitu edukasi pola hidup sehat dengan terapi nutrisi komposisi
makanan yang dianjurkan dan latihan jasmani secara teratur 3-5 kali/minggu selama 30-
45 menit.
Pembahasan