DEFINISI
Peritonitis : Peradangan pada membrane serosa yang melapisi ronga abdomen dan organ yang terdapat
di dalamnya.
Abdominal Sepsis : Peradangan pada peritoneum yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan
produknya.
ETIOLOGI
Peritonitis Primer : Peritonitis yang terjadi dari penyebaran infeksi secara hematogen. Contoh :
Spontaneus Bacterial Peritonitis.
Peritonitis Sekunder : Peritonitis yang berhubungan dengan efek patologi yang terjadi pada organ
visceral seperti perforasi, trauma dan iatrogenic.
Peritonitis Tersier : Peritonitis yang terjadi akhibat infeksi (peritonitis) yang rekuren atau persisten walau
sudah dilakukan terapi yang adekuat. Contoh : Peritonitis Tuberculosa yang MDR.
Peritonitis Generalisata (Umum) : Peritonitis yang terjadi secara menyebar dei seluruh lapisan
peritoneum.
Intra abdominal Abses : Peritonitis yang terjadi secara terlokalisir.
GEJALA
Gejala SBP :
- Nyeri Abdomen
- Distensi Abdomen (kecuali pada pasien yang menggunakan kortikosteroid, nephropathy
diabeticum, setelah menjalani rawat inap, pada usia muda atau tua)
- Mual dan Muntah
TANDA
Tanda Vital :
Suhu >38oC, pada pasien dengan sepsis terkadang suhu bias hipotermi (T < 35 oC)
Tachycardia
Hipovolemi Intravascular (tekanan darah menurun) (5-14%)
Oliguria atau Anuria
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Distended (kecuali pada pasien yang menggunakan kortikosteroid, nephropathy diabeticum,
setelah menjalani rawat inap, pada usia muda atau tua)
Auskultasi : Peristaltik menurun bahkan hilang
Perkusi : Hipertimpani, Tympani atau dullness jika terdapat asites atau masa omentum
Palpasi : Tenderness, Rebound Tenderness dengan nyeri maksimal, Defense Muscular.
Pemeriksaan Rectal Toucher : Nyeri bertambah dengan menekan dinding rectum, jika nyeri di kanan
mengindikasikan ada perforasi appendix, terdapat fluktuasi dan teraba penuh di dinding anterior rectum
(cul de sac abses).
Pemeriksaan dalam Vaginal (pada pasien wanita) : untuk meyakinkan adanya gangguan obstetric
gynecology.
Catatan : Seluruh gejala dan tanda tersebut benjadi kabur bahkan sulit diamati pada pasien :
immunocompremize (diabetes berat dengan tanda HHS/KHOK, penggunaan steroid, pos transplantasi,
infeksi HIV), pada pasien dengan penurunan kesadaran (trauma kepala, enchepalopathy toxic, septic
shock, pemberian obat analgesic), pasien paraplegia dan pasien tua. Penegakan diagnosis dapat
dilakukan hanya dengan adanya tanda demam dan infeksi peritoneum yang dalam.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Lengkap : Leucocytosis (>11000sel/mcl), dengan pergeseran kearah sel immature. (kecuali pada
pasien sepsie berat, immunocompromise, dengan agen infeksi tertentu dan pasien SBP dengan
hipersplenisme). HCT meningkat jika terjadi dehidrasi.
PPT, APTT, INR
SGOT, SGPT
Amylase, Lypase jika curiga terjadi pancreatitis
Kultur Darah
Albumin Serum
Urinalysis (untuk menyingkirkan penyakit saluran kemih
Feses Rutin pada pasien diare
Diagnostic Peritoneal Lavage dan Analisis Cairan Peritoneum : Pada pasien SBP ditemukan leucocyte 500
sel/mcl (sensitifitas 86%, spesifisitas 98%), ambang batasnya 250 sel/mcl (sensitifitas 93%, Spesifisitas
94%), analisis glukosa, Protein, LDH, Hitung Sel, Pewarnaan Gram, Kultur Aerob dan Anaerob.
Radiology
BOF dan Left Lateral Decubitus : untuk melihat adanya udara bebas.
Ultrasonography : untuk melihat penyebab secara spesifik.
DIAGNOSIS BANDING
Abdominal Aneurismal
Angioedema
Appendicitis Akut
Mesentric Ischemia
Infeksi Saluran Kemih
Whipple Disease
TERAPI
TERAPI AWAL
Resusitasi Cairan bertujuan untuk mengataasi dehidrasi dan meningkatkan suplai darah ke organ
penting. Pemberian disesuaikan derajat dehidrasinya.
Koreksi elektrolit
Koreksi ganguan Koagulasi
Monitor Kondisi Umum, Tanda Vital, Urine Output, Blood Gas Analysis, Hemoglobin, Hemtocrite,
Electrolit dan Faal Ginjal.
Pemberian antibiotic segera jika terjadi sepsis dan jika kondisi baik maksimal pemberian dalam 2 jam
setelah terdiagnosis. Antibiotik yang diberikan dapat berupa antibiotic tunggal Broad Spectrum atau
Ganda, dengan prinsip dapat mengatasi infeksi bakteri gram positif, gram negative, aerob dan anaerob.
Pilihan yang dapat digunakan adalah Ceftriaxon dan Metronidazol. Pemberian anti biotik dapat
dihentikan jika sudah terbukti tidak ada infeksi. Jika didapatkan tanda recuren maka pemberian antibiotic
dapat diperpanjang 2-3 minggu.
TERAPI LANJUTAN (DEFINITIF)
Nutrisi
PROGNOSIS
Kombinasi antibiotic yang adekuat, perawatan intensif dan penegakan diagnosis dan terapi yang cepat
dapat mengurangi mkorbiditas dan mortalitas.
Peritonitis Primer
Mortalitas SBP tidak lebih dari 5 %, jika terdiagnosis dan mendapat terapi dengan tepat, Namun pada
penderita yang dirawat di rumah sakit, rata-rata mortalitas dalam 1 tahun mencapai 50-70%. Hal
tersebut dapat terjadi akhibat komplikasi berupa perdarahan gastrointestinal, disfungsi renal dan
pemburukan sirosis itu sendiri. Mortalitas SBP bias mencapai 30% jika terlambat dalam diagnosis dan
terapinya, namun jika pasien mengkompensasi dengan baik mortalitas dapat turun mencapai 10%.
Pasien yang pernah di rawat inap dengan SBP memiliki risiko kekambuhan dalam 1 tahun dan
mortalitasnya berkisar 50%. Angka kekambuhan dapat berkurang hingga 20% jika pasien mendapatkan
antibiotic jangka panjang seperti Quinolone dan Cotrimoxazol.
Peritonitis Sekunder
Peritonitis Sekunder tanpa komplikasi mortalitasnya berkisar 5%. Jika komlikasinya berat seperti terdapat
infeksi berat mortalitasnya mencapai 30-50%, dengan sepsis, MODS mortalitasnya 70% bahkan jika
sudah terjadi Shock Septik Mortalitasnya menjadi 80%. Faktor prediksi yang independen menentukan
baik buruknya hasil terapi meliputi :
- Umur
- Status Gizi
- Keberadaan Kanker
- Skor APACHE II
- Keberadaan disfungsi organ preoperative
- Keberadaan abses yang kompleks
- Gagal membaik dalam waktu 24-72 jam paskaoperasi.
Peritonitis Tersier
Pasien dengan peritonitis tersier memiliki prognosis yang buruk. Pasien akan mengalami perawatan yang
lama di ICU, perawatan lama di rumah sakit, tingginya skor disfungsi organ. Dan mortalitasnya berkisar
50-70%.