Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

THYPOID FEVER

Oleh:
dr. Reski Ambarwati, S.Ked

Pembimbing:
dr. Hj. Ratih Deviyanti
Identitas :

• Nama : An. NA
• Jenis Kelamin : Perempuan
• TTL : Makassar, 7 maret 2013
• Usia : 9 tahun
• Alamat : Kompleks Minasa Upa Blok G7/8
• No RM : 19-41-13
• Tgl Pemeriksaan : 04 Juli 2022
Keluhan Utama
Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan demam sejak ± 1 minggu yang
lalu. Demam mulai dirasakan naik pada sore - malam hari dan
turun pada pagi dan siang hari. 3 hari terakhir ibu pasien
mengaku sang anak sulit BAB. Pasien kadang mengeluhkan
nyeri diperutnya, beberapa kali dalam sehari mual dan muntah.
Frekuensi muntah hari ini 2x, muntah berisi air. Sebelumnya,
ibu pasien membelikan obat paracetamol diapotek namun
demam tak kunjung hilang. Sebelum sakit pasien sulit makan
namun sering jajan di luar rumah.
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Dahulu Keluarga
 tidak pernah mengeluh
• Disekitar rumah banyak
sakit seperti ini.
yang batuk dan flu.
• Keluarga pasien tidak ada
yang sedang sakit seperti
ini.
Riwayat Psikososial

Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Pasien


tinggal di rumah permanen, tidur bersama dengan kakak
kandung pasien. Terdapat ventilasi udara dan jendela.
Keseharian pasien lebih suka jajan di luar rumah daripada
makan masakan rumah.
Riwayat
Riwayat Imunisasi
Pengobatan
Selama demam pasien sudah Imunisasi lengkap
meminum obat paracetamol
yang dibeli di apotek, namun
demam tak kunjung hilang.

Riwayat Alergi

Pasien tidak ada riwayat alergi


terhadap obat, makanan, cuaca,
dan debu.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Suhu : 37,30C
Nadi : 76 kali per menit
Pernafasan : 18 kali per menit

Antropometri Status Gizi


BB skrg : 30 kg BB/U: 16/18 X100% = 88,88%
TB : 145 cm  gizi baik
TB/U: 105/108 X 100% = 97,22%
 gizi baik
Status Generalis
 Kepala : Normocephali. Rambut warna hitam tidak mudah rontok
 Mata : Conjungtiva anemis -/-. Sklera ikterik -/-. Refleks pupil +/+
isokor.
 Lidah : tremor (+), kotor (+)
 Leher: Pembesaran KGB (-), Retraksi Suprasternal (-)
 Thoraks : Bentuk dan gerak simetris. Pernapasan Vesikuler antara
kanan dan kiri. Ronki -/-, Wheezing -/-. Bunyi Jantung I dan II
murni regular. Retraksi ICS (-)
 Abdomen: Perut supel, distensi abdomen (-), Bising usus (+) normal,
hepar-lien tidak teraba.
 Ekstremitas
Atas : Akral hangat +/+, CRT<2 dtk +/+, sianosis -/-
Bawah : Akral hangat +/+, CRT<2 dtk +/+, sianosis -/-
Pemeriksaan penunjang
• Trombosit;
• Widal;
- Salmonella Thypi O 1/320,
- Salmonella Thypi H 1/320
Resume
An. NA usia 9 tahun diantar oleh ibunya ke poli umum PKM Minada Upa dengan
keluhan demam sejak ± 1 minggu yang lalu. Demam mulai dirasakan naik pada
sore-malam hari dan turun pada pagi dan siang hari. 3 hari terakhir ibu pasien
mengaku sang anak sulit BAB. Pasien kadang mengeluhkan nyeri diperutnya,
beberapa kali dalam sehari mual dan muntah. Frekuensi muntah hari ini 2x,
muntah berisi air. Sebelumnya, ibu pasien membelikan obat paracetamol diapotek
namun demam tak kunjung hilang. Sebelum sakit pasien sulit makan namun
sering jajan diluar rumah. Riwayat penyakit dahulu, pasien tidak pernah
mengeluh sakit seperti ini. Riwayat penyakit keluarga, keluarga pasien tidak ada
yang sakit seperti ini. Tanda vital yang didapatkan pasien tampak sakit sedang,
Suhu 37,3°C, nadi 76x/menit, pernapasan 20x/menit. Pemeriksaan fisik yang
didapatkan lidah tampak tremor dan kotor. Pemeriksaan penunjang yang
didapatkan, widal; Salmonella Thypi O 1/320, Salmonella Thypi H 1/320.
Diagnosis Kerja
Thypoid Fever
Penatalaksanaan

Bedrest
Diet lunak tinggi kalori tinggi protein, rendah serat
Kloramfenikol 500mg No. XX 4x1
Paracetamol syr No.I 3x2 cth
Domperidon Syr No.I 3x2 cth
Bkomp No.X 2x1
Bawa segera ke IGD RS jika demam sang anak
tidak turun atau tidak ada perubahan setelah
minum obat
Tinjauan Pustaka . . .
Definisi

Demam Typhoid adalah suatu infeksi akut yang disebabkan


oleh bakteri Salmonella.

Epidemiologi
Insidensi demam tifoid masih cukup tinggi di masyarakat yaitu
360-810 kasus /100.000 penduduk / tahun.
Penderita terbanyak adalah kelompok umur 3-19 tahun (77%).
Etiologi
• Salmonella Typhi
• Salmonella Paratyphi

Penularan
Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau

urin penderita demam tifoid dan mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) demam

tifoid.
Patofisiologi
Makanan
Lumen Respon imun humoral (IgA) Kuman menembus
terkontaminasi
usus mukosa usus kurang baik sel-sel epitel usus
Salmonella

duktus Magrofag melakukan Berkembangbiak di


torasikus fagositosis lamina propria

Kuman Masuk kedalam Kelenjar Kuman dibawa Kuman dapat hidup


sirkulasi darah mesenterika ke Plaque peyeri dalam makrofag

berkembangbiak
Bakterimia I
Menyebar ke organ
di luar sel atau
asimptomatik retikuloendotelial : Hepar dan lien
ruang sinusoid

Sebagian masuk kembali disekresikan ke


kandung empedu
ke sirkulasi darah dalam lumen usus

Feses
Bakterimia II simptomatik
Bakterimia II fagositosis Salmonella
Makrofag telah teraktifasi
simptomatik kembali

Sejumlah mediator
radang dilepaskan
(sitokin)

GEJALA reaksi inflamasi

Demam
Malaise
Mialgia
Sakit kepala
Sakit perut
Instabilitas vaskuler
Koagulasi
FAKTOR RESIKO

Penderita carrier Pengetahuan


kesehatan kurang

Kebiasaan makan Higiene yang


yang jelek jelek
Sanitasi lingkungan kurang
mendukung
Gejala Klinis
• Masa inkubasi : 7 – 14 hari
– Demam
– Ggn sal. cerna
– Ggn kesadaran
• 1. Demam :
– Mgg I : meningkat, berangsur meningkat
– Mgg II : merata
– Mgg III : menurun, berangsur menurun
– Setiap hari, sore & malam lebih tinggi
2. Gangguan Saluran Cerna

Bibir  kering, terkelupas, pecah-pecah


Lidah kotor (Coated tongue)
Anorexia
Mual
Muntah
Meteorismus
Konstipasi / Diare
Hepatomegali / Splenomegali
3. Gangguan Kesadaran :

Apatis  Somnolen, Suporous, Koma


Gejala lain :
Kulit & rambut kering
Bradikardi relatif
Roseola
Lesu, pusing & sakit kepala
Diagnosis

• Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik


• Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium
1. Darah Tepi :
Anemia ringan
Lekosit = normal, turun atau naik
 Lekopeni
Aneosinofili & limfopenia
Trombosit = normal atau trombositopenia
2. Bakteriologik :
Isolasi S. typhosa
Darah  mgg I
Tinja  mgg II
Urine  mgg III
3. Serologik

Reaksi Widal = suatu reaksi aglutinasi antara antibodi (aglutinin) dan antigen yang bertujuan untuk
menentukan adanya antibodi.

O  Spesifik

Vi
Akhir mgg I / awal mgg II

Antibodi (aglutinin) yang spesifik terhadap


Salmonella akan positif dalam serum pada :
- Pasien demam tifoid.
- Orang yang pernah tertular Salmonella.
- Orang yang pernah divaksinasi terhadap demam tifoid.

Nilai diagnosis Titer O :


Tube / Tabung : > 1/160
Tubex TF
Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif 10 menit
untuk deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh salmonella typhi,
melalui deteksi spesifik adanya serum antibodi lgM tersebut dalam
menghambat (inhibasi) reaksi antara antigen berlabel partikel lateks
magnetik (reagen warna coklat) dan

Intrepetasi Hasil
Diagnosis
1. Klinis :
Demam tiap hari > 1 mgg
Sore & malam > tinggi
Kesan Tifosa / status Tifosa
 Kesadaran menurun
 Rambut & kulit kering
 Bibir kering, pecah-pecah
 Lidah kotor, muka pucat
2. Laboratorium :
Biakan darah (+)
Test Widal
 Tube = titer O > 1/160
 Kenaikan titer O progresif
Penatalaksaan
• Penatalaksanaan demam typhoid yaitu :
(1)Istirahat dan perawatan
(2)Diet dan terapi penunjang
(3)Pemberian antibiotik.
Terapi Simptomatik
1. Tirah baring
– Mobilisasi
2. Masukan cairan & makanan
– Makan biasa
– Cukup cairan, kalori, tinggi
protein, vitamin,
– tidak merangsang
– Tidak banyak serat & gas
3. Hiperpireksia  kompres &
Antipiretik
Terapi Kausal
2.1. Pilihan pertama :
– Kloramfenikol 50 – 100 mg/kgBB/hari
10 hari
2.2. Pilihan lain :
– Kotrimoxazole : 6mg/kgBB/hari  10 hari
– Amoksisilin : 50-150 mg/KgBB/hari selama
2 minggu
– Seftriakson : 80 mg/kgBB/hari  5 hari
PENCEGAHAN
Ada 3 pilar strategis yang menjadi program pencegahan yakni:
1.Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam tifoid.
2.Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai
penularan.
3.Perlindungan dini agar tidak tertular.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai