KONSEP DASAR
I. Pengertian
Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada
fagosis mononuclear dan membutuhkan tata nama ynag terpisah (Harison,
1995 : 53).
Thypus abdominalis (demam thipoid, enteric fever) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam
lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran
(Manjoer, 2000 : 432).
II. Etiologi
Penyebab Thypus abdominalis adalah kuman genus Salmonela yang
dibagi atas 3 golongan :
1. Salmonela Thyposa, S. paratypi A, B dan C
2. S. thipimutium, S. cholreraesius dan S.enteriditi
3. Salmonela yang hanya patogen untuk binatang
(Himawan, 1973 : 32)
Salmonela typi, basil gram negatif bergerak dengan Rambut getar, tidak
berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 4 macam antigen, yaitu O
(Semotic), H (flagella), V1 dan protem membran tialin (Mansjoer, 2003 :
132).
III. Manifestasi Klinis
Masa tunas demam Thypus berlangsung 10-14 hari.
Minggu pertama penyakit, gejalanya :
1. Demam 7. Muntah
2. Sakit kepala 8. Diare
3. Pusing 9. Perasaan tidak enak di perut
4. Nyeri: otot 10. Batuk
5. Anoreksia 11. Epyaksis
6. Mual 12. Pada pemeriksaan fisik didapat suhu badan
tinggi
IV. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas 2 bagian :
- Komplikasi pada usus halus
- Komplikasi di luar usus halus
V. Data Penunjang
- Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosa
a. Pemeriksaan darat tepi
Terdapat gambaran leukopenia, umfositosis relatif dan eneosinosilia
pada nermuloar sakit. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia
ringan.
b. Pemeriksaan sumsum tulang
Terdapat gambaran sumsum tuang berupa hiperaktif RES dengan
adanya sel markofag sedangkan sistem eritroposis, graruloposis dan
tromopesis berkurang.
- Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosa
a. Biakan empedu
Basil Salmonela Typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita
biasanya dalam minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering
ditemukan dalam urin dan feses biasanya positif.
b. Pemeriksaan Kidal
Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum
penderita dicampur dengan suspensi antigen S. typhosa. Pemeriksaan
(+) ialah bila terjadi reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan
serum untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti
terhadap antigen O liter yang ternilai 1/200 atau lebih dan atau
menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat
diagnosis. Tidak selalu pemeriksaan kidal positif walaupun penderita
sungguh-sungguh menderita Thypus abdominalis sebagaimana
terbukti pada autopsy penderita meninggal dnia. Sebaliknya titer dapat
(+) karea keadaan sebagai berikut :
1) Titer O 5 lt tinggi karena terdapatnya aglutirim normal, karena
infeksi basil coli patogen dalam usus
2) Pada reonamis, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali
pusat
3) Terdapat infeksi silang dengan rioketsia
4) Akibat imunisasi secara ilmiah karena masuknya basil peroral
atau pada keadaan infeksi subklinis.
VI. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita demam tifoid secara garis besar ada 2 bagian yaitu :
- Perawatan
- Diet
- Obat
Perawatan
- Penderita perlu diisolasi, observasi, serta pengobatan
- Penderita harus tirah baring 5-7 hari bebas demam
- Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi
penderita
- Penderita dengan kesadaran menurun perlu observasi
- BAK dan BAB perlu mendapat perhatian.
Diet
Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai
dengan keadaan penderita. Kualitas makanan disesuaikan kebutuhan baik
kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineral diusahakan makanan
rendah selulosa.
Obat-obatan
- Kloranfenikol
Kloramfenikol tetap digunakan sebagai “drug of choice” pada kasus
demam tifoid. Kekurangannya reaksi hipersensitifitas, reaksi toksik.
Dosis yang dianjurkan ialah 50-100 mg/kg BB/hari.
- Tiamfenikol
Mempunyai efek yang sama dengan kloramfenikol. Dosis yang
dianjurkan 50-00 mg/kg BB/hari.
- Cotrimoksazole (kombinasi trimatropin dan sulfametoxazole)
Dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap klonamfenikol,
penyerapan di usus cukup baik. Dosis oral : 30-40 mg/kg BB/hari.
- Ampisilin dan amoksisilin
Digunakan pada kasus resistensi terhadap kloramfenikol, lebih lambat
menurunkan demam dibanding klorramfenikol. Dosis yang dianjurkan
Ampisilin 100-200 mg/kg BB/hari
Amoksisilin 100 mg/kg BB/hari
(Rampengan, 1993 : 67-69)
VII. Pathways
Salmonella Thykosa
Bakteremia primer
Bakteremia sekunder
DEMAM THYPOID
Minggu I Minggu II
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Tempat, Tgl Lahir : Semarang, 10 Januari 1980
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum kawin
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Suyudono 41 Semarang
Dx. Medis : Diare akut
3. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh BAB cair > 5 x / hari, demam.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien sejak 2 hari yang lalu buang air besar cair > 5 x / hari disertai panas
sudah minum obat parasetamol tetapi panas belum turun, lalu periksa ke
UGD RS Telogorejo dan oleh Dr. Budi R dianjurkan untuk opname.
c. Riwayat kesehatan lalu
Pasien pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit Telegorejo.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah menderita
thypus, maupun penyakit menurun / menular.
4. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/70 mmHg N : 80 x/mnt S : 39 oC RR : 22 x/mnt
Kesadaran : Composmentis
Kepala/wajah : Rambut hitam, tidak ada lesi kulit kepala, Rambut tidak
rontok, wajah kemerah-merahan
Mata : sclera putih, konjungtiva : tidak anemis, memakai kaca
mata minus. Ka : 1,25, Ki : 1,00
Kulit : Sawo matang, tidak ada lesi di kulit, turgor kulit baik,
badan teraba panas, keringat dingin.
Telinga : pasien dapat mendengar suara pelan perawat dalam jarak
2 langkah, tidak ada penumpukan serumen.
Hidung : dapat membedakan bau vioks dengan sabun, tidak ada
penumpukan secret
Mulut : mukosa bibir kering, tidak terdapat stomotitis, tidak ada
gigi berlubang, lidah berwarna putih kemerahan.
Leher : tidak ada nyeri tekan.
Dada : simetris, pengenakan paru simetris, pernafasan vesikuler.
Abdomen : tidak teraba mossa, tidak terdapat distensi abdomen,
bising usus 32 x/mnt, nyeri tekan kuadron 5.
Ekstremitas : terpasang infus pada tangan kiri, capilery reffil : < 2
detik
Genetalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan gatal, bersih.
5. Pengkajian Virginia Handerson
Pola nafas
- Di rumah : klien bernafas dengan spontan, tidak mengalami sesak
nafas.
- Di RS : klien bernafas dengan spontan, tidak mengalami sesak
nafas, tidak menggunakan alat bantu nafas.
Pola nutrisi
- Di rumah : klien makan 3x sehari, minum 4-5 gelas per hari, tidak
ada pantangan makan, sejak sakit nafsu makan
berkurang.
- Di RS : klien makan 3x sehari, minum 4-5 gelas per hari, nafsu
makan berkurang, makan habis 5 sendok, diit lembek
tidak santan, tidak susu, mual.
Pola eliminasi
- Di rumah : klien BAB 4-5 x/hr, konsistensi cair, warna coklat
kehijau-hijauan, BAK 3-4 x/hr, lancar
- Di RS : klien BAB 4-5 x/hr, konsistensi cair, warna coklat
kehijau-hijauan, BAK 3-4 x/hr, warna kuning ± 200 k
sekali kencing
Pola tidur
- Di rumah : pasien tidur 7-8 jam / hari
- Di RS : pasien tidur 7-8 jam / hari, kadang terbangun malam hari
untuk BAB.
Pola mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
- Di rumah : pasien memilih memakai baju tipis saat udara panas, dan
baju tebal saat udara dingin.
- Di RS : pasien menggunakan baju berlengan panjang dan selimut
karena merasa kedinginan.
Kebutuhan gerak dan keseimbangan
- Di rumah : pasien mampu berjalan, melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri tanpa bantuan.
- Di RS : pasien mampu duduk sendiri di atas tidur, berdiri dengan
bantuan perawat.
Kebutuhaan berpakaian
- Di rumah : pasien dapat memilih dan memakai pakaian sendiri
sesuai kebutuhan.
- Di RS : pasien dapat memilih pakaian sendiri dan dalam
memakai dibantu oleh perawat.
Kebutuhan personal hygiene
- Di rumah : pasien mandi 2 x /hari, gosok gigi 1 x /hari, menyisir
Rambut, memotong kuku sendiri.
- Di RS : pasien mandi 2 x/hari, gosok gigi 1 kali (pagi), dibantu
oleh perawat.
Kebutuhan aman dan nyaman
- Di rumah : pasien merasa aman dan nyaman karena tinggal bersama
keluarga.
- Di RS : pasien merasa aman karena ditunggu oleh keluarga, juga
disamping kanan kiri bed terdapat pagar (mal siae),
pasien merasa kurang nyaman karena merasa tidak enak
pada perut, mual, lemas, nyeri perut muncul kadang-
kadang, skala nyeri 3, bertambah berat jika banyak
bergerak.
Kebutuhan komunikasi
- Di rumah : pasien berkomunikasi dengan lancar, menggunakan
bahasa Indonesia.
- Di RS : pasien dapat mengungkapkan apa yang dirasakan pada
perawat dengan menggunakan bahasa Indonesia tidak
yang gangguan komunikasi
Kebutuhan spiritual
- Di rumah : pasien selalu menjalankan ibadah shalat 5 waktu.
- Di RS : pasien hanya berdua demi kesembuhan penyakitnya.
Kebutuhan bekerja
- Di rumah : pasien bekerja sebagai karyawan swasta.
- Di RS : pasien tidak dapat melakukan pekerjaan dan aktivitas
yang biasa dilakukan selama sakit di RS
Kebutuhan rekreasi
- Di rumah : pasien bekerja sebagai karyawan swasta
- Di RS : pasien senang jika dikunjungi keluarga dan teman-
temannya
Kebutuhan belajar
Pasien mengetahui tentang penyakitnya yaitu thypus, mengetahui tanda
gejalanya seperti panas terutama malam hari lebih dari 3 hari, tidak enak
di perut, mual, tahu untuk menghindari makanan pedas, susu, dan
makanan yang mengandung serat karena sebelumnya sudah pernah
dirawat.
6. Data Penunjang
Hasil laboratorium : 6 Desember 2005
Hematology Hasil Satuan Batas normal
Hb 15,1 g/dl 13,5 – 17,5
Leukosit 4,5 10^ g/dl 4,1 – 10,9
Trombosit 160 10^ g/dl 150 – 400
Hemotokrit 45 % 41 – 53
Serologi Widal
S. typhi H -
S. typhi O -
S. paracityphi A-O -
S. paracityphi A-H -
S. paracityphi B-H -
S. paracityphi B-O 1/160
Positif paratyphoid fever
Faeses
Warna coklat
Konsistensi cair
Lendir +
Amoeba -
Lekosit 1-2
Terapi Oral
Ciprofloxilin 500 mg 2,5 x 1 tb
Biodiar 3 x 1 tb
Dumin 3 x 1 tb
Terapi parenteral
1 fls infus 0,5% 20 tts/mnt
injeksi 1 amp pernafasan 2,5 mg
1 x sehari (kp)
7. Analisa Data
Tgl/ Data Maladaptif Penyebab Masalah
Jam
6/12 DO: suhu 39oC, tampak Tidak efektifnya Hipertermi
2005 kedinginan, badan terasa termoregulasi
14.00 panas, wajah kemerah- sekunder terhadap
merahan. infeksi
DS: Pasien mengatakan
kedinginan, keringat
dingin.
14.00 DO: pasien BAB 4-5 x/hr, Proses infeksi Perubahan
konsistensi cair, warna demam thypoid eliminasi BAB :
coklat kehijau-hijauan. diare.
DS: Pasien mengatakan BAB
4-5 x/hari cair, rasa tidak
baik pada perut.
14.00 DO: pasien makan 5 sendok, Anoreksia Resti nutrisi
nafsu makan berkurang. kurang dari
DS: Pasien mengatakan kebutuhan
mual, nafsu makan tubuh.
berkurang.
8. Daftar Masalah
No. Tgl Tgl
Diagnosa Keperawatan Paraf
Dx Ditemukan Teratasi
1. Hipertermi berhubungan dengan 6 Des ‘05
efektifnya termoregulasi sekunder
terhadap infeksi.
2. Perubahan eliminasi BAB: diare
berhubungan dengan proses infeksi
demam thypoid.
3. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Amoreksil
Rencana Keperawatan
Tgl/ No. Tujuan & KH Intervensi Paraf
Jam Dx
6/12 1. Tujuan: peningkatan suhu tubuh 1. Monitor TTV
2005 dapat teratasi setelah 2. Anjurkan pasien untuk
14.00 dilakukan tindakan memperbanyak minum ± 7-8
keperawatan 3 x 24 jam. gelas/hari
KH : 3. Berikan kompres es / air
- Suhu tubuh menurun sampai dingin pada tubuh khususnya
normal (36 oC – 37 oC) aksila dan lipatan paha
- Bebas dari kedinginan 4. Anjurkan untuk memakai
- Badan tidak teraba panas pakaian tipis/menyerap
keringat
5. Lanjutkan pemberian th/
sesuai indikasi
3 x 1 tb Durin
2 x 1 tb Ciprofloxacin
2. Tujuan: diare teratasi setelah 1. Kaji faktor-faktor yang
dilakukan tindakan mempengaruhi / penyebab
keperawatan 3 x 24 jam. 2. Hentikan makanan pedas,
KH : hindari produk susu
- Frekuensi BAB berkurang 3. Anjurkan untuk minum air
- Konsistensi faeces kembali putih 7-8 gelas / hari
normal (lembek biasa) 4. Tingkatkan masukan personal
5. Anjurkan untuk menghindari
makanan / cairan yang sangat
panas / dingin
6. Lanjutkan pemberian th/
3 x 1 tb Biordiar
Tgl/ No. Tujuan & KH Intervensi Paraf
Jam Dx
3. Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien 1. Anjurkan pasien untuk
terpenuhi setelah makan makan sedikit-sedikit
dilakukan tindakan tapi sering
keperawatan 3 x 24 jam. 2. Sajikan makanan selagi
KH : hangat sesuai diit
- Makan habis ¾ porsi 3. Berikan posisi yang nyaman
- Nafsu makan bertambah saat makan
- Mual berkurang – hilang 4. Lanjutkan pemerian th/mg 3
x sehari 1 amp. primperan
Catatan Keperawatan
Tgl/ No.
Implementasi Respon Paraf
Wkt Dx
1/12 1,2 Menganjurkan pasien DO: Pasien minum ½ gelas air
2005 untuk banyak minum 7-8 putih.
15.00 gls/hari. DS: Pasien mengatakan mau
minum banyak ap.
16.00 1 Mengukur TTV DO: TD: 10/70 mmHg, N: 76
x/mnt
16.10 1 Membantu kompres air DO: Kompres pada dahi dan
dingin aksia
DS: Pasien mengatakan masih
kedinginan.
17.30 2,3 Menyajikan makanan DO: Pasien makan 5 sendok
peroral DS: Pasien mengatakan nafsu
makan kurang, masih
mual.
17.40 1,2 Memerikan obat peroral: DO: Obat masuk, tidak
1 tb dumin dimuntahkan
1 tb Biordian DS: Pasien mengatakan obat
1 b Ciprofloxacin mau langsung diminum
18.00 3 Menganjurkan pasien DO: pasien makan ½ roti
untuk makan sedikit- tawar
sedikit tapi sering. DS: pasien mengatakan mau
makan sedikit
18.30 1,2 Mengontrol pasien dan DO: S: 27 oC, BAB cair 2x,
suhu tubuh. badan terasa panas.
DS: Pasien mengatakan BAB
masih cair, dari siang
sudah 2x mengatakan
masih kedinginan keluar
keringat banyak.
Catatan Perkembangan
Tgl/ No.
Perkembangan (SOAP) Paraf
Wkt Dx
6/12 1 S : Pasien mengatakan badan panas, kedinginan
2005 O : Suhu: 378 oC, badan terasa panas.
20.00 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5
3 S : Pasien mengatakan masih mual, nafsu makan kurang
O : Pasien makan habis 5 sendok, nafsu makan kurang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3
3 S : Pasien mengatakan BAB siang sudah 3x, masih cair.
O : Pasien BAB dari siang 2 x, konsistensi cair
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, 5
7/12 Data Fokus
2005 DO: Pasien panas 378 oC, badan terasa panas, makan habis
14.00 1/3 porsi, BAB cair + ampas.
DS: Pasien mengatakan badan terasa panas, masih mual,
nafsu makan masih kurang, BAB 4 x sehari masih cair
tetapi sudah terampas
1 S : Pasien mengatakan badan terasa panas
O : Suhu badan 37 oC badan terasa panas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
2 S : Pasien mengatakan BAB 4 x sehari, masih cair tetapi
sudah berampas.
O : Pasien BAB konsistensi cair + ampas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4,5
3 S : Pasien mengatakan masih mual, nafsu makan masih
kurang.
O : Pasien makan habis 1/3 porsi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3
20.00 1 S : Pasien mengatakan dingin berkurang
O : Suhu badan 37 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4