Anda di halaman 1dari 26

BAB I

KONSEP DASAR

I. Pengertian
Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada
fagosis mononuclear dan membutuhkan tata nama ynag terpisah (Harison,
1995 : 53).
Thypus abdominalis (demam thipoid, enteric fever) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam
lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran
(Manjoer, 2000 : 432).

II. Etiologi
Penyebab Thypus abdominalis adalah kuman genus Salmonela yang
dibagi atas 3 golongan :
1. Salmonela Thyposa, S. paratypi A, B dan C
2. S. thipimutium, S. cholreraesius dan S.enteriditi
3. Salmonela yang hanya patogen untuk binatang
(Himawan, 1973 : 32)
Salmonela typi, basil gram negatif bergerak dengan Rambut getar, tidak
berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 4 macam antigen, yaitu O
(Semotic), H (flagella), V1 dan protem membran tialin (Mansjoer, 2003 :
132).
III. Manifestasi Klinis
Masa tunas demam Thypus berlangsung 10-14 hari.
Minggu pertama penyakit, gejalanya :
1. Demam 7. Muntah
2. Sakit kepala 8. Diare
3. Pusing 9. Perasaan tidak enak di perut
4. Nyeri: otot 10. Batuk
5. Anoreksia 11. Epyaksis
6. Mual 12. Pada pemeriksaan fisik didapat suhu badan
tinggi

Minggu kedua gejalanya menjadi jelas, yaitu :


1. Demam
2. Budikardi rehtis
3. Lidah yang khas (kolor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremas)
4. Hepotomegali
5. Spiziomegali
6. Meteorismus
7. Gangguan mental berupa somnolen, stuper, koma, delirium, psikosis)
(Soeparman, 1987 : 331)

IV. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas 2 bagian :
- Komplikasi pada usus halus
- Komplikasi di luar usus halus

1. Komplikasi pada usus halus


- Perdarahan di usus
- Perforasi
- Peritonitis
2. Komplikasi di luar usus halus
- Bronchitis
- Bronkpnemonia
- Grisfolopati
- Koleristitis
- Meningitis
- Miokarditis
- Kronik karier
(Ranpengan, 1997 : 63)

V. Data Penunjang
- Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosa
a. Pemeriksaan darat tepi
Terdapat gambaran leukopenia, umfositosis relatif dan eneosinosilia
pada nermuloar sakit. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia
ringan.
b. Pemeriksaan sumsum tulang
Terdapat gambaran sumsum tuang berupa hiperaktif RES dengan
adanya sel markofag sedangkan sistem eritroposis, graruloposis dan
tromopesis berkurang.
- Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosa
a. Biakan empedu
Basil Salmonela Typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita
biasanya dalam minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering
ditemukan dalam urin dan feses biasanya positif.
b. Pemeriksaan Kidal
Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum
penderita dicampur dengan suspensi antigen S. typhosa. Pemeriksaan
(+) ialah bila terjadi reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan
serum untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti
terhadap antigen O liter yang ternilai 1/200 atau lebih dan atau
menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat
diagnosis. Tidak selalu pemeriksaan kidal positif walaupun penderita
sungguh-sungguh menderita Thypus abdominalis sebagaimana
terbukti pada autopsy penderita meninggal dnia. Sebaliknya titer dapat
(+) karea keadaan sebagai berikut :
1) Titer O 5 lt tinggi karena terdapatnya aglutirim normal, karena
infeksi basil coli patogen dalam usus
2) Pada reonamis, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali
pusat
3) Terdapat infeksi silang dengan rioketsia
4) Akibat imunisasi secara ilmiah karena masuknya basil peroral
atau pada keadaan infeksi subklinis.

VI. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita demam tifoid secara garis besar ada 2 bagian yaitu :
- Perawatan
- Diet
- Obat

 Perawatan
- Penderita perlu diisolasi, observasi, serta pengobatan
- Penderita harus tirah baring 5-7 hari bebas demam
- Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi
penderita
- Penderita dengan kesadaran menurun perlu observasi
- BAK dan BAB perlu mendapat perhatian.
 Diet
Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai
dengan keadaan penderita. Kualitas makanan disesuaikan kebutuhan baik
kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineral diusahakan makanan
rendah selulosa.
 Obat-obatan
- Kloranfenikol
Kloramfenikol tetap digunakan sebagai “drug of choice” pada kasus
demam tifoid. Kekurangannya reaksi hipersensitifitas, reaksi toksik.
Dosis yang dianjurkan ialah 50-100 mg/kg BB/hari.
- Tiamfenikol
Mempunyai efek yang sama dengan kloramfenikol. Dosis yang
dianjurkan 50-00 mg/kg BB/hari.
- Cotrimoksazole (kombinasi trimatropin dan sulfametoxazole)
Dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap klonamfenikol,
penyerapan di usus cukup baik. Dosis oral : 30-40 mg/kg BB/hari.
- Ampisilin dan amoksisilin
Digunakan pada kasus resistensi terhadap kloramfenikol, lebih lambat
menurunkan demam dibanding klorramfenikol. Dosis yang dianjurkan
Ampisilin 100-200 mg/kg BB/hari
Amoksisilin 100 mg/kg BB/hari
(Rampengan, 1993 : 67-69)
VII. Pathways
Salmonella Thykosa

Masuk bersama makanan / minuman yang tercemar

Sebagian masuk lambung Sebagian masuk ke usus halus

Mencapai jaringan limfoid (plak peyer)


Musnah oleh HCP
dan berkembangbiak

Peradangan dan nekrose setempat


Selanjutnya kuman melalui pembuluh limfe masuk ke aliran darah

Bakteremia primer

Menuju organ RES (hati dan limfa)

Kuman yang dipagosik oleh RES Kuman yang tidak difogosit

Musnah Kembali masuk ke darah dan


menyebar ke seluruh tubuh

Bakteremia sekunder

MK : Resti S. Thypi dan endoktoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat


infeksi pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang demam

DEMAM THYPOID

Minggu I Minggu II

Kelenjar limfe mesontrial Otot jantung


Zat pitogen mempengaruhi Gejala toksik
penuh fagosit membengkak
pusat thermoregulasi di t/g : - anoreksia
hipotalamus - mual Membesar + melunak Miokanditis
- muntah
Demam - rasa tidak anak Spleomegoli
di perut Hepatomegali
Meteorismus t/q - TD  nadi
MK : Hiperthermi - diare
lembat
- malaise
- Brodikardi
- brodikardi
MK: perub.nutrisi < MK: relatif
- Lidah kotor
dr keb. tubuh Gangguan rasa
nyaman
MK: perub.eliminasi MK: perub.membran
BAB siang mukosa oral
VIII. Pengkajian Fokus
1. Suhu tubuh
- Naik secara bertahap selama 1 mg sampai 40 oC (menurun di pagi
hari)
- Terus menerus 40 oC dalam waktu 3-4 mg
2. Tanda subyek
Sakit kepala, malaise, anoreksia
3. Nadi
Nadi lambat (erodikandi)
4. Abdomen
- Pembesaran limfa
- Nyeri abdomen
- Distensi
5. Kulit
- Rose spots dari tubuh setelah minggu pertama
- Infeksi kulit sering terjadi
6. Respirotary
- Batuk non produktif.
7. Gastrointestinal
- Konstipasi diare
- Kalositisis bila terjadi komplikasi
8. Sensori
- Berkurangnya pendengaran
9. Muskuloskeletal
- Nyeri sendi
10. Eliminasi
- Terjadi retensi urin
11. Kardiovaskuler
- Tikardi, hipotensi, syok bila terjadi perdarahan, infeksi sekunder.
12. Sistem saraf pusat
- Demam sampai stupor
- Perubahan kepribadian
- Kototonia
- Afasta
(Thomson, 1986 : 1534)
IX. Fokus Intervensi
1. Dx : Resiko infeksi berhubungan dengan area-area yang
dipertimbangkan beresiko tinggi terhadap penyakit yang menular
melalui angkutan salmonela
KH Individu akan :
1. Mengungkapkan kebutuhan untuk diisolasi sampai tidak
menularkan infeksi
2. Menggambarkan cara penularan penyakit
Intervensi :
1. Identifikasi cara penularan berdasarkan agen-agen penginfeksi (udara,
kontak, vector, sarana mis: makanan, air, darah).
2. Lakukan tindakan kewaspadaan isolasi yang sesuai
3. Amankan ruangan yang digunakan tergantung pada jenis infeksi dan
praktek hygiene dari orang yang terinfeksi
4. Ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik
di Rumah Sakit dan rumah.
(Carpenito, 1998 : 209)

2. Dx : Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi


sekunder terhadap infeksi.
KH : - Suhu tubuh menurun sampai - normal (36 oC – 37 oC)
- Bebas dari kedinginan
Intervensi :
1. Periksa subuh tubuh
2. Ajarkan klien klien pentingnya mempertahankan masukan cairan yang
adekuat (200 ml/hr)
3. Ajarkan untuk memakai pakaian tipis atau menyerap keringat
4. Ajari untuk memakai es / handuk basah pada tubuh khususnya di
sekitar lipatan paha
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antiseptik
3. Dx : Resiko infeksi berhubungan dengan area-area yang
dipertimbangkan beresiko tinggi terhadap penyakit yang menular
melalui angkutan salmonela
KH Individu akan :
3. Mengungkapkan kebutuhan untuk diisolasi sampai tidak
menularkan infeksi
4. Menggambarkan cara penularan penyakit
Intervensi :
5. Identifikasi cara penularan berdasarkan agen-agen penginfeksi (udara,
kontak, vector, sarana mis: makanan, air, darah).
6. Lakukan tindakan kewaspadaan isolasi yang sesuai
7. Amankan ruangan yang digunakan tergantung pada jenis infeksi dan
praktek hygiene dari orang yang terinfeksi
8. Ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik
di Rumah Sakit dan rumah.
(Carpenito, 1998 : 209)

4. Dx : Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan infeksi


demam typoid
KH : - Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi jika
mengetahinya
- Melaporkan diare berkurang
Intervensi :
1. Kaji faktor-faktor penyebab (yang mempengaruhi)
2. Hentikan makanan padat, hindari produk susu
3. Perbanyak cairan tinggi K dan Na (jus jeruk, buah anggur, air daging)
4. Tingkatkan masukan oral untuk mempertahankan berat jenis normal
urine (unre pucat, kuning)
5. Hati-hati terhadap penggunaan cairan yang sangat panas / dingin
(Carpenito, 1998 : 32)
5. Dx : Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan infeksi
KH : individu akan :
- Memperlihatkan integritas rongga mulut
- Bebas dari plak-plak yang membahayakan untuk mencegah
infeksi sekunder
- Bebas dari rasa tidak nyaman saat makan dan minum
- Memperlihatkan pengetahuan tentang hygiene oral
Intervensi :
1. Evaluasi kemampuan individu untuk melakukan hygiene oral
2. Anjurkan perawatan mulut yang benar
a. Lepaskan dan bersihkan gigi palsu dan kawat gigi setiap hari
b. Bersihkan gigi dan benang gigi (setiap 24 jam)
c. Sikat gigi (setelah makan dan sebelum tidur)
d. Amati mulut terhadap lesi, sariawan, perdarahan
3. Lakukan hygiene oral pada individu tak sadar
4. Hindari kumur-kumur dengan cairan yang banyak mengandung
alcohol, swab gliserin atau hydrogen peroksida dalam waktu lama
5. Gunakan agen-agen pengoksidasi untuk mengencerkan …yang kental
(Carpenito, 1998 : 301)

6. Dx : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, ketidakmampuan menyerap / mencerna
makanan.
KH : pasien :
- Mengungkapkan pengertian kekurangan nutrisi
- Penambahan berat badan
- Nafsu makan bertambah
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi
2. Kaji faktor-faktor penyebab anoreksia
3. Kaji makanan yang lebih disukai dan tidak disukai
4. Pantau masukan makanan dan BB tiap hari
5. Beri makanan dalam lingkungan yang tenang
6. Beri posisi yang nyaman selama makan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang persiapan diit, makanan khusus
(Tucker, 1998 : 5)

7. Dx : Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan proses infeksi


(pembesaran hasil)
KH : pasien dapat :
- Mengidentifikasi sumber nyeri
- Mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan
menurunkan nyeri
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan teknik pengurang nyeri
Teknik relaksasi, distraksi
3. Berikan individu kesempatan untuk istirahat
4. Kolaborasi pemberian obat pengurang rasa nyeri (analgetik)
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. EGC : Jakarta.


Himawan, Sutisno. 1973. Patifiologi. Media Aesculapius : Jakarta.
Junadi, Punawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Media Aesculapius :
Jakarta.
Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius : Jakarta.
Soeparman. 1967. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Thomson. 1986. Clinical Nursing. CV Mosby Company : Missouri.
Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC : Jakarta.
BAB II
RESUM KEPERAWATAN

Tanggal masuk : 6 Desember 2005


Jam masuk : 07.30 WIB
Tanggal pengkajian : 6 Desember 2005
Jam Pengkajian : 14.00 WIB

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Tempat, Tgl Lahir : Semarang, 10 Januari 1980
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum kawin
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Suyudono 41 Semarang
Dx. Medis : Diare akut

2. Identitas Pananggung jawab


Nama : Tn.A
Hub. Dg pasien : Kakak
Alamat : Jl. Suyudono 41 Semarang

3. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh BAB cair > 5 x / hari, demam.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien sejak 2 hari yang lalu buang air besar cair > 5 x / hari disertai panas
sudah minum obat parasetamol tetapi panas belum turun, lalu periksa ke
UGD RS Telogorejo dan oleh Dr. Budi R dianjurkan untuk opname.
c. Riwayat kesehatan lalu
Pasien pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit Telegorejo.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah menderita
thypus, maupun penyakit menurun / menular.

4. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/70 mmHg N : 80 x/mnt S : 39 oC RR : 22 x/mnt
Kesadaran : Composmentis
Kepala/wajah : Rambut hitam, tidak ada lesi kulit kepala, Rambut tidak
rontok, wajah kemerah-merahan
Mata : sclera putih, konjungtiva : tidak anemis, memakai kaca
mata minus. Ka : 1,25, Ki : 1,00
Kulit : Sawo matang, tidak ada lesi di kulit, turgor kulit baik,
badan teraba panas, keringat dingin.
Telinga : pasien dapat mendengar suara pelan perawat dalam jarak
2 langkah, tidak ada penumpukan serumen.
Hidung : dapat membedakan bau vioks dengan sabun, tidak ada
penumpukan secret
Mulut : mukosa bibir kering, tidak terdapat stomotitis, tidak ada
gigi berlubang, lidah berwarna putih kemerahan.
Leher : tidak ada nyeri tekan.
Dada : simetris, pengenakan paru simetris, pernafasan vesikuler.
Abdomen : tidak teraba mossa, tidak terdapat distensi abdomen,
bising usus 32 x/mnt, nyeri tekan kuadron 5.
Ekstremitas : terpasang infus pada tangan kiri, capilery reffil : < 2
detik
Genetalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan gatal, bersih.
5. Pengkajian Virginia Handerson
 Pola nafas
- Di rumah : klien bernafas dengan spontan, tidak mengalami sesak
nafas.
- Di RS : klien bernafas dengan spontan, tidak mengalami sesak
nafas, tidak menggunakan alat bantu nafas.
 Pola nutrisi
- Di rumah : klien makan 3x sehari, minum 4-5 gelas per hari, tidak
ada pantangan makan, sejak sakit nafsu makan
berkurang.
- Di RS : klien makan 3x sehari, minum 4-5 gelas per hari, nafsu
makan berkurang, makan habis 5 sendok, diit lembek
tidak santan, tidak susu, mual.
 Pola eliminasi
- Di rumah : klien BAB 4-5 x/hr, konsistensi cair, warna coklat
kehijau-hijauan, BAK 3-4 x/hr, lancar
- Di RS : klien BAB 4-5 x/hr, konsistensi cair, warna coklat
kehijau-hijauan, BAK 3-4 x/hr, warna kuning ± 200 k
sekali kencing
 Pola tidur
- Di rumah : pasien tidur 7-8 jam / hari
- Di RS : pasien tidur 7-8 jam / hari, kadang terbangun malam hari
untuk BAB.
 Pola mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
- Di rumah : pasien memilih memakai baju tipis saat udara panas, dan
baju tebal saat udara dingin.
- Di RS : pasien menggunakan baju berlengan panjang dan selimut
karena merasa kedinginan.
 Kebutuhan gerak dan keseimbangan
- Di rumah : pasien mampu berjalan, melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri tanpa bantuan.
- Di RS : pasien mampu duduk sendiri di atas tidur, berdiri dengan
bantuan perawat.
 Kebutuhaan berpakaian
- Di rumah : pasien dapat memilih dan memakai pakaian sendiri
sesuai kebutuhan.
- Di RS : pasien dapat memilih pakaian sendiri dan dalam
memakai dibantu oleh perawat.
 Kebutuhan personal hygiene
- Di rumah : pasien mandi 2 x /hari, gosok gigi 1 x /hari, menyisir
Rambut, memotong kuku sendiri.
- Di RS : pasien mandi 2 x/hari, gosok gigi 1 kali (pagi), dibantu
oleh perawat.
 Kebutuhan aman dan nyaman
- Di rumah : pasien merasa aman dan nyaman karena tinggal bersama
keluarga.
- Di RS : pasien merasa aman karena ditunggu oleh keluarga, juga
disamping kanan kiri bed terdapat pagar (mal siae),
pasien merasa kurang nyaman karena merasa tidak enak
pada perut, mual, lemas, nyeri perut muncul kadang-
kadang, skala nyeri 3, bertambah berat jika banyak
bergerak.
 Kebutuhan komunikasi
- Di rumah : pasien berkomunikasi dengan lancar, menggunakan
bahasa Indonesia.
- Di RS : pasien dapat mengungkapkan apa yang dirasakan pada
perawat dengan menggunakan bahasa Indonesia tidak
yang gangguan komunikasi
 Kebutuhan spiritual
- Di rumah : pasien selalu menjalankan ibadah shalat 5 waktu.
- Di RS : pasien hanya berdua demi kesembuhan penyakitnya.
 Kebutuhan bekerja
- Di rumah : pasien bekerja sebagai karyawan swasta.
- Di RS : pasien tidak dapat melakukan pekerjaan dan aktivitas
yang biasa dilakukan selama sakit di RS
 Kebutuhan rekreasi
- Di rumah : pasien bekerja sebagai karyawan swasta
- Di RS : pasien senang jika dikunjungi keluarga dan teman-
temannya
 Kebutuhan belajar
Pasien mengetahui tentang penyakitnya yaitu thypus, mengetahui tanda
gejalanya seperti panas terutama malam hari lebih dari 3 hari, tidak enak
di perut, mual, tahu untuk menghindari makanan pedas, susu, dan
makanan yang mengandung serat karena sebelumnya sudah pernah
dirawat.

6. Data Penunjang
Hasil laboratorium : 6 Desember 2005
Hematology Hasil Satuan Batas normal
Hb 15,1 g/dl 13,5 – 17,5
Leukosit 4,5 10^ g/dl 4,1 – 10,9
Trombosit 160 10^ g/dl 150 – 400
Hemotokrit 45 % 41 – 53

Serologi Widal
S. typhi H -
S. typhi O -
S. paracityphi A-O -
S. paracityphi A-H -
S. paracityphi B-H -
S. paracityphi B-O 1/160
Positif paratyphoid fever
Faeses
Warna coklat
Konsistensi cair
Lendir +
Amoeba -
Lekosit 1-2

Terapi Oral
Ciprofloxilin 500 mg 2,5 x 1 tb
Biodiar 3 x 1 tb
Dumin 3 x 1 tb

Terapi parenteral
1 fls infus 0,5% 20 tts/mnt
injeksi 1 amp pernafasan 2,5 mg
1 x sehari (kp)
7. Analisa Data
Tgl/ Data Maladaptif Penyebab Masalah
Jam
6/12 DO: suhu 39oC, tampak Tidak efektifnya Hipertermi
2005 kedinginan, badan terasa termoregulasi
14.00 panas, wajah kemerah- sekunder terhadap
merahan. infeksi
DS: Pasien mengatakan
kedinginan, keringat
dingin.
14.00 DO: pasien BAB 4-5 x/hr, Proses infeksi Perubahan
konsistensi cair, warna demam thypoid eliminasi BAB :
coklat kehijau-hijauan. diare.
DS: Pasien mengatakan BAB
4-5 x/hari cair, rasa tidak
baik pada perut.
14.00 DO: pasien makan 5 sendok, Anoreksia Resti nutrisi
nafsu makan berkurang. kurang dari
DS: Pasien mengatakan kebutuhan
mual, nafsu makan tubuh.
berkurang.
8. Daftar Masalah
No. Tgl Tgl
Diagnosa Keperawatan Paraf
Dx Ditemukan Teratasi
1. Hipertermi berhubungan dengan 6 Des ‘05
efektifnya termoregulasi sekunder
terhadap infeksi.
2. Perubahan eliminasi BAB: diare
berhubungan dengan proses infeksi
demam thypoid.
3. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Amoreksil
Rencana Keperawatan
Tgl/ No. Tujuan & KH Intervensi Paraf
Jam Dx
6/12 1. Tujuan: peningkatan suhu tubuh 1. Monitor TTV
2005 dapat teratasi setelah 2. Anjurkan pasien untuk
14.00 dilakukan tindakan memperbanyak minum ± 7-8
keperawatan 3 x 24 jam. gelas/hari
KH : 3. Berikan kompres es / air
- Suhu tubuh menurun sampai dingin pada tubuh khususnya
normal (36 oC – 37 oC) aksila dan lipatan paha
- Bebas dari kedinginan 4. Anjurkan untuk memakai
- Badan tidak teraba panas pakaian tipis/menyerap
keringat
5. Lanjutkan pemberian th/
sesuai indikasi
3 x 1 tb Durin
2 x 1 tb Ciprofloxacin
2. Tujuan: diare teratasi setelah 1. Kaji faktor-faktor yang
dilakukan tindakan mempengaruhi / penyebab
keperawatan 3 x 24 jam. 2. Hentikan makanan pedas,
KH : hindari produk susu
- Frekuensi BAB berkurang 3. Anjurkan untuk minum air
- Konsistensi faeces kembali putih 7-8 gelas / hari
normal (lembek biasa) 4. Tingkatkan masukan personal
5. Anjurkan untuk menghindari
makanan / cairan yang sangat
panas / dingin
6. Lanjutkan pemberian th/
3 x 1 tb Biordiar
Tgl/ No. Tujuan & KH Intervensi Paraf
Jam Dx
3. Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien 1. Anjurkan pasien untuk
terpenuhi setelah makan makan sedikit-sedikit
dilakukan tindakan tapi sering
keperawatan 3 x 24 jam. 2. Sajikan makanan selagi
KH : hangat sesuai diit
- Makan habis ¾ porsi 3. Berikan posisi yang nyaman
- Nafsu makan bertambah saat makan
- Mual berkurang – hilang 4. Lanjutkan pemerian th/mg 3
x sehari 1 amp. primperan
Catatan Keperawatan
Tgl/ No.
Implementasi Respon Paraf
Wkt Dx
1/12 1,2 Menganjurkan pasien DO: Pasien minum ½ gelas air
2005 untuk banyak minum 7-8 putih.
15.00 gls/hari. DS: Pasien mengatakan mau
minum banyak ap.
16.00 1 Mengukur TTV DO: TD: 10/70 mmHg, N: 76
x/mnt
16.10 1 Membantu kompres air DO: Kompres pada dahi dan
dingin aksia
DS: Pasien mengatakan masih
kedinginan.
17.30 2,3 Menyajikan makanan DO: Pasien makan 5 sendok
peroral DS: Pasien mengatakan nafsu
makan kurang, masih
mual.
17.40 1,2 Memerikan obat peroral: DO: Obat masuk, tidak
1 tb dumin dimuntahkan
1 tb Biordian DS: Pasien mengatakan obat
1 b Ciprofloxacin mau langsung diminum
18.00 3 Menganjurkan pasien DO: pasien makan ½ roti
untuk makan sedikit- tawar
sedikit tapi sering. DS: pasien mengatakan mau
makan sedikit
18.30 1,2 Mengontrol pasien dan DO: S: 27 oC, BAB cair 2x,
suhu tubuh. badan terasa panas.
DS: Pasien mengatakan BAB
masih cair, dari siang
sudah 2x mengatakan
masih kedinginan keluar
keringat banyak.

17/12 1 Mengukur suhu tubuh DO: Suhu tubuh 37 oC


2005
14.00
16.00 1 Mengukur TTV DO: pasien makan 1 bh pisang
DS: Pasien mengatakan mau
makan sedikit tapi sering.
16.15 2 Memberi kompres air DO: Kompres di dahi dan
dingin aksila
DS: Pasien mengatakan mau
dikompres
17.20 2,3 Menyajikan makanan DO: pasien makan ½ porsi
selagi hangat sesuai diit DS: pasien mengatakan mual
berkurang, nafsu makan
masih (-)
18.00 1 Mengukur suhu tubuh DO: S: 37 oC
DS: pasien mengatakan
dingin berkurang.
19.00 2 Mengkaji BAB pasien DO: BAB cair + ampas, warna
coklat
DS: pasien mengatakan BAB
cair sudah ada ampasnya,
dari pagi BAB 2 x
17/12 3 Menyajikan makanan DO: pasien makan ¾ porsi, 1
2005 selagi hangat sesuai diit buah pisang.
08.00 DS: pasien mengatakan mual
berkurang nafsu makan
bertambah
08.30 1,2 Memberikan obat peroral DO: obat diminum tidak
1 tb Dumin dimuntahkan.
1 tb Biondia
1 tb Ophafioxacia

10.30 1 Mengukur TTV DO: TD: 120/70 mmHg, N:


80 x/mnt, S: 37 oC, tidak
teraba panas.
DS: pasien mengatakan panas
berkurang, sudah tidak
kedinginan
11.40 2 Mengkaji tentang fisik, DO: pasien BAB 1 x / hari,
konsistensi BAB pasien. BAB lembek.
DS: pasien mengatakan BAB
sudah lembek dari pagi
baru sekali.

Catatan Perkembangan
Tgl/ No.
Perkembangan (SOAP) Paraf
Wkt Dx
6/12 1 S : Pasien mengatakan badan panas, kedinginan
2005 O : Suhu: 378 oC, badan terasa panas.
20.00 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5
3 S : Pasien mengatakan masih mual, nafsu makan kurang
O : Pasien makan habis 5 sendok, nafsu makan kurang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3
3 S : Pasien mengatakan BAB siang sudah 3x, masih cair.
O : Pasien BAB dari siang 2 x, konsistensi cair
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, 5
7/12 Data Fokus
2005 DO: Pasien panas 378 oC, badan terasa panas, makan habis
14.00 1/3 porsi, BAB cair + ampas.
DS: Pasien mengatakan badan terasa panas, masih mual,
nafsu makan masih kurang, BAB 4 x sehari masih cair
tetapi sudah terampas
1 S : Pasien mengatakan badan terasa panas
O : Suhu badan 37 oC badan terasa panas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
2 S : Pasien mengatakan BAB 4 x sehari, masih cair tetapi
sudah berampas.
O : Pasien BAB konsistensi cair + ampas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4,5
3 S : Pasien mengatakan masih mual, nafsu makan masih
kurang.
O : Pasien makan habis 1/3 porsi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3
20.00 1 S : Pasien mengatakan dingin berkurang
O : Suhu badan 37 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

Anda mungkin juga menyukai