Anda di halaman 1dari 25

A.

TOPIK
TAK : Defisit Perawatan Diri
B. Latar Belakang

Kesehatan jiwa dimasa yang serba kritis seperti sekarang ini bukanlah hal yang
mudah dengan tekanan hidup yang semakin berat yang harus dihadapi. Bagi individu
yang tidak dapat beradaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini
sebagai ancaman bagi dirinya. Perasaan yang terancam terus menerus tanpa adanya
proses pemecahan masalah, dapat menimbulkan stress yang berkepanjangan dan dapat
mengakibatkan skizofrenia( Rahwanda, 2013 ).Setiap perubahan situasi kehidupan baik
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial
seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap
kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.
Skizofreniamerupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya
distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi
karena menurunya semua fungsi kejiwaan.

Skizofreniaadalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition),


emosi (affevtive), tindakan (psychomotor)(Keliat, 2011).Pasien skizofrenia kronis pada
umumnya tidak mampumelaksanakan fungsi dasar secara mandiri, misalnya
kebersihandiri, penampilan dan sosialisasi. Pasien skizofrenia mengalami kemuduran
dalam fungsi psikososialnya. Mereka mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak
dan berkomunikasi dengan orang lain, serta tidak mampu menghadapi realitas.

BerdasarkanRiset Kesehatan Jiwa (2013) jumlah pasien skizofrenia di Indonesia


terus bertambah, terdapat 14,1 % penduduk Indonesia mengalami skizofreniamulai dari
yang ringan hingga berat. Trihono (2011) mengatakan, dari temuan dilapangan terlihat
prevalensi penderita skizofrenia berat sebanyak 1,7/1000 orang. Banyaknya jumlah
penderita skizofrenia, Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menempati
urutan kelima terbanyak (Riskesdas, 2013). Prevalensi skizofrenia di Jawa Tengah yaitu
0,23% dari jumlah penduduk melebihi angka nasional 0,17% (Riskesda, 2013). Jumlah
kunjungan gangguan jiwa tahun 2012 di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Jawa
Tengah sebanyak 224.617, mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yang mencapai
198.387 kunjungan. Kunjungan terbanyak yaitu dirumah sakit sebanyak 138.399
kunjungan (61,62%) (Dinas Kesehatan/ Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012).
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan
memiliki kebersihan diri baik apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya
yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku dan kebersihan genetalia. Menurut
Thomas (2013) defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan
pada pasien dengan skizofrenia, dimana defisit perawatan diri sering diidentikan dengan
gangguan jiwa, 70% diantaranya mengalami defisit perawatan diri, (Hardiyah, 2010).

Departemen kesehatan (2000) menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa


yang mengalami defisit perawatan diri sebesar 2,5 juta jiwa yang diambil dari RSJ
seluruh indonesia. Sedangkan dari 32.952.040 penduduk jawa tengah terdapat sekitar
98.856 orang mengalami gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri. Sedangkan di
ruang cempaka 1 RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus sejak bulan Agustus-Oktober 2018
tercatat 63 penderita gangguan jiwa mengalami defisit perawatan diri.

Bertambahnya masalah personal hygiene pada pasien dengan skizofrenia terjadi


karena pasien dengan skizofrenia tidak dapat mempertahankan kebersihan kulit, tangan
dan kuku, rambut dan kebersihan genetalia. Fakta yang ada dilapangan menunjukan
bahwa pasien dengan skizofrenia seringkali terlihat kumal, bau dan mengalami berbagai
macam gangguan pada kesehatan kulitnya. Pasien yang mengalami skizofrenia seringkali
kurang memperdulikan perawatan diri. Dalam teori Orem mengemukakan mengenai
perawatan diri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu itu sendiri dalam
memenuhi serta mempertahankan kehidupan kesehatan serta kesejahteraan. Apabila
seseorang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias,
makan, BAB dan BAK (toileting). Oleh karena itu, personal hygiene sangat perlu
diterapkan mengingat banyak manfaat yang ada untuk mencegah segala penyakit yang
bisa ditimbulkan.

Tindakan yang dapat diberikan pada pasien defisit perawatan diri itu dapat
dilakukan dengan Terapi Aktivitas Kelompok dengan topik defisit perawatan diri
(personal hygiene) yang terdiri dari menggosok gigi, memakai sampo dan sabun. Terapi
ini merupakan terapi yang bertujuan untuk memberikan perawatan diri dengan tepat
sehingga pasien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari defisit perawatan diri
(Farida dan Yudi, 2011).
Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan memberikan
dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan
kesehatan. Apabila tidak dilakukan terapi maka akan terjadi dampak negative
diantaranya yaitu dampak fisik, psikosoial dan psikologis.

Dari data yaang telah didapatkan maka penulis tertarik membahas tentang defisit
perawatan diri pada pasien skizofrenia pada pasien yang dirawat inap di ruang cempaka
1 RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Selama 1 jam diharapkan pasien mampu melakukan kebersihan diri.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu menyebutkan manfaat kebersihan diri
b) Mampu mempertahankan kebersihan diri
c) Mampu menjaga kebersihan kuku dan rambut
D. Seleksi Klien
a. Kriteria Pasien
Peserta yang dapat mengikuti TAK adalah :
1. Pasien dengan masalah defisit perawatan diri
2. Pasien yang kooperatif
b. Jumlah Peserta TAK
Jenis masalah keperawatan sesuai indikasi TAK
Cempaka I adalah ruang yang dihuni oleh 12 orang dengan gangguan jiwa dengan
masalah defisit perawatan diri.
c. Nama Peserta TAK
1. Ny. J
2. Tn. C
3. Tn. A
4. Tn. A
5. Tn. S
6. Ny. S
7. Ny. R
8. Ny. I
d. Proses seleksi
Sebelum dilakukan TAK Defisit Perawatan Diri (Mandi), para mahasiswa Profesi
Ners STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS melakukan :
1) Observasi
2) Status kesehatan klien
3) Adanya kesepakatan dengan klien
4) Hasil diskusi kelompok
E. Jadwal Kegiatan
Hari/Tgl : Selasa, 27-11-2018
Waktu : Pukul 09.00-10.00 WIB
Tempat : Di taman ruang cempaka 1 RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. PEMBUKAAN a. Memberi salam a. Menjawab 5 menit
dan perkenalan. salam
b. Menjelaskan b. Mendengarkan
tujuan dan
memperhatikan
2 KEGIATAN a. Menjelaskan a. Mendengarkan 45
INTI pengertian defisit dan menit
perawatan diri memperhatikan
b. Menjelaskan b. Mendengarkan
jenis-jenis dan
perawatan diri memperhatikan
(mandi/kebersiha c. Mendengarkan
n, dan
berpakaian/berhia memperhatikan
s, makan, d. Mendengarkan,
toileting) memperhatikan
c. Menjelaskan
tanda dan gejala
defisit perawatan
diri (fisik,
psikologis)
d. Menjelaskan
manfaat
perawatan diri

3. PENUTUP a. Mengevaluasi a. Mendengarkan 10


manfaat dan memberi menit
perawatan diri umpan balik
b. Memberi salam b. Menjawab
salam
F. Metode
1. Diskusi &Tanya jawab
2. Bermain peran
G. Media dan Alat
1. Bola tenis
2. Musik
3. Kertas dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
H. Pengorganisasian
Leader :Novika Triyani
Co –leader :Dwi Kusumaningrum
Observer :Khikmatun Naimah
Fasilitator :Alamul Huda, Intan Nur Azizah, Noor Diana Ulfi, Romi Wijaya dan
Wahyu Pamungkas
I. Seting Tempat

: Leader : Observer : Pasien

: Co-leader : Fasilitator

J. Langkah Kegiatan TAK


1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak tempat waktu dan topik. Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
1) Aktif
2) Konsentrasi
3) Tidak boleh menyela
4) Jika ada klien yang akan meninggalkan tempat harus meminta ijin pada
terapis
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai dengan selesai
6) Lama kegiatan ± 60 menit
3. Tahap Kerja
a. Cara permainannya, pertama saat musik dihidupkan leader akan memberikan
bola, dan berputar searah jarum jam, lalu musik berhenti dan bola pun berhenti
pada salah satu teman-teman. lalu teman yang memegang bola berdiri dan
memberikan salam, menyebutkan nama.
b. Bagi anggota kelompok yang telah memperkenalkan diri maka di berikan
identitas berupa papan nama.
c. Membagikan kertas dan pulpen untuk klien.
d. Klien di suruh menulis di kertas yang disediakan tentang : Manfaat
membersihkan diri yang di bantu oleh fasilitator dan wajib untuk membaca hasil
tulisannya.
e. Leader memberikan pujian bagus bapak/ibu dapat menyebutkan manfaat
kebersihakan diri.
f. Leader meminta anggota TAK untuk membalik kertas dan kembali menulis alat-
alat yang digunakan untuk mandi di bantu oleh fasilitator dan wajib untuk
menyebutkan terlebih.
g. Leader memberikan pujian bagus sudah dapat menyebutkan alat-alat yang
digunakan untuk mandi.
h. Leader meminta anggota TAK menyebutkan langkah -langkah membersihkan diri
(mandi, gosok gigi, mencuci rambut, potong kuku) bagi yang memegang bola
saat musik berhenti, maka wajib untuk menyebutkan, yang dimulai oleh leader
dan dilanjutkan oleh anggota TAK.
i. Leader memberikan pujian bagus bapak/ibu telah menyebutkan langkah mandi,
menggosok gigi, dan mencuci rambut secara benar.
j. Leader memasukkan jadwal rutin setiap hari untuk peserta TAK.
4. Terminasi
a. Leader melakukan evaluasi subjektif (perasaan klien setelah terapi aktivitas
kelompok).
b. Leader melakukan evaluasi objektif (menanyakan hal-hal terkait dengan topik
TAK yang sudah dilakukan.
c. Leader bersama klien membuat Rencana Tindak Lanjut terkait topik TAK untuk
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
d. Membuat kontrak dengan klien tentang topik TAK, waktu TAK, Tempat TAK
yang akan datang.
5. Evaluasi
a. Evaluasi proses
No Evaluasi Ada Tidak
1. Pelaksanaan sesuai dengan proposal.
2. Waktu sesuai dengan yang telah disepakati.
3. Ada pertanyaan dari audien.
4. Media dapat digunakan secara efektif.

b. Evaluasi hasil

No Pertanyaan Jawaban B S
1. Menjelaskan Defisit perawatan diri adalah
pengertian defisit gangguan kemampuan untuk
perawatan dir melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan,
toileting) (Nurjannah, 2004)
2. Menjelaskan jenis- 1. Kurang perawatan diri :
jenis perawatan diri Mandi/kebersihan
2. Kurang perawatan diri :
Mengenakan pakaian/
berhias.
3. Kurang perawatan diri:
Makan
4. Kurang perawatan diri:
Toileting
3. Menjelaskan tanda 1. Fisik
dan gejala defisit a. Badan bau, pakaian kotor.
perawatan diri b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut
bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya,
rendah diri dan merasa
hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku
sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
BAK dan BAB di
sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
4. Menjelaskan manfaat 1. Mandi
perawatan diri a. Membersihkan kulit
dari bakteri
b. Pengurangan bau badan
2. Gosok gigi
a. Mencegah bau mulut
b. Mengurangi karies gigi
3. Cuci rambut
a. Mencegah kerusakan
rambut
b. Mengurangi minyak
berlebihan
c. Mengurangi ketombe,
kutu
4. Potong kuku
a. Mencegah infeksi
b. Mengurangi kotoran
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah
kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirina
(Poter& Perry, 2005).
B. Jenis-Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi/kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi / kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian/ berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukan
aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (Nurjannah: 2004)
C. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2003). Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut:
1) Kelelahan fisik
2) Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2. Faktir Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, keruskan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan indiidu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygine
adalah :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanjadalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomu
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagaian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
D. Manfaat perawatan diri
1. Mandi
a. Membersihkan kulit dari bakteri
b. Pengurangan bau badan
2. Gosok gigi
a. Mencegah bau mulut
b. Mengurangi karies gigi
3. Cuci rambut
a. Mencegah kerusakan rambut
b. Mengurangi minyak berlebihan
c. Mengurangi ketombe, kutu
4. Potong kuku
a. Mencegah infeksi
b. Mengurangi kotoran
E. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
c. Badan bau, pakaian kotor.
d. Rambut dan kulit kotor
e. Kuku panjang dan kotor
f. Gigi kotor disertai mulut bau
g. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak-acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
F. Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
G. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri
adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup
H. ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Pengkajian
Kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, makan secara mandiri berhias
secara mandiri, dan toileting. Buang Air Besar (BAB), Buang air kecil (BAK) secara
mandiri.
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah perawatan diri maka
tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan : Kurang
Perawatan Diri : ( Kebersihan diri, bedandan, makan, BAB/BAK)
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
b. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias/ berdandan secara mandiri
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK dengan baik
c. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara –cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, saudara dapat
melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan
b) Menjelaskan alat –alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara –cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/ berhias
Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk
pasien laki –laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien lai –laki latihannya meliputi:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita latihannya meliputi:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien saudara dapat melakukan tahapan
sebagai berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Menganjurkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Kita dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai
tahapan berikut
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK
a. Tindakan keperawatan dengan menggunakan pendekatan Strategi Pelaksanaan
(SP)
SP 1 pasien: mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara –cara perawatan kebersihan diri

Fase Orientasi
“Selamat pagi, kenalkan nama saya erawat Sinta”
“Namanya siapa? Senang dipanggil siapa? “
“Saya dinas pagi diruangan ini pk 07.00 -14.00. Selama di rumah sakit ini saying yang akan merawat
Tina”
“Dari tadi perawat lihat Tina menggaruk –garuk badannya, gatal ya?”
“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”
“Berapa lama kita berbicara? 20 menit ya, mau dimana? Disini saja ya?”
Fase Kerja
(Contoh untuk pasien perempuan)
“Berapa kali Tina mandi dalam sehari? Apakah Tina sudah mandi hari ini? Menurut Tina apa kegunaan
mandi? Apa alas an Tina sehingga tidak bisa merawat diri?”
“Menurut Tina apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira –kira tanda –tanda orang yang
tidak merawat diri dengan baik itu seperti apa ya. . .? badan gatal,mulut bau, apa lagi . . ? kalau tidak
teratur menjaga kebersihan dri masalah apa menurut Tina yang bisa muncul? Betul ada kudis, kutu, dsb.
. .”
“Apa yang Tina lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Tina menyisir Rambut?
Bagaimana dengan berdandan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”

(Contoh untuk pasien laki –laki)


“Berapa kali Tomi cukuran dalam seminggu? Kapan saja Tomi cukuran terakhir? Apa gunanya
cukuran? Apa alat –alat yang diperlukan? Iya. . . sebaiknya cukuran 2x seminggu,
dan ada alat cukurnya? Nanti bisa minta ke perawata ya”.

“Berapa kali Tomi makan sehari?”

“Apa pula yang dilakukan setelah makan? Betul, kita harus sikat gigi setelah makan”.
“Bagaimana kalau kita sekarang ke kamar mandi, perawata akan membimbing Tomi melakukannya.
Sekarang Tomi siram seluruh tubu Tomi termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala Tomi
sampai berbusa lalu bilas sampai bersih, bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan diseluruh tubuh
secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol, giginya disikat mulai
dari arah atas kebawah. Gosok seluruh tubuh Tomi mulai dari depan kebelakang. Bagus... lalu kumur-
kumur sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Tomi bagus sekali melakukannya. Selanjutnya Tomi
pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik”.

Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Tina setelah mandi dan mengganti pakaian? Coba Tina sebutkan lagi cara-cara
mandi yang baik yang sudah Tina lakukan tadi”.

“Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi? Sekarang
coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”.

“Bagus sekali, mau berapa kali Tina mandi dan sikat gigi? Dua kali, pagi dan sore. Mari kita masukkan
dalam jadwal aktifitas harian. Nah, lakukan ya Tina! Dan beri tanda kalau sudah dilakukan seperti M
(mandiri) kalau dilakukan tanpa

disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru dilaksanakan T (tidak) kalau tidak melakukan. Baik besok kita
akan latihan dandan. Oke? Pagi-pagi sehabis makan”.

SP 2 Pasien : percakapan saat melatih pasieb laki-laki berdandan:

1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur

Fase Orientasi

“Selamat pagi Tomi”

“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana mandinya? Sudah dilakukan? Sudah ditandai jadwal
hariannya?

“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya? Bagaimana kalau di ruang tamu? Kurang
lebih setengah jam”.

Fase Kerja

“Apa yang Tomi lakukan setelah selesai mandi? Apakah Tomi sudah ganti baju?”

“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih dan kering.
Berganti pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang coba
bapak ganti baju. Ya, bagus seperti itu”.

“Apakah Tomi menyisir rambut? Bagaimana cara menyisir? Coba praktekkan, lihat ke cermin, bagus sekali!”.

Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Tomi setelah berdandan”.

“Coba, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi!”

“Selanjutnya, Tomisetiap hari setelah mandi, berdandan dan pakai baju seperti itu tadi ya! Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berapa?”

“Nanti siang kita latihan makan dengan baik. Di ruang makan bersama dengan pasien yang lain”.

SP 3 Pasien : percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita

1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Berhias

Fase Orientasi

“Selamat pagi, bagaimana perasaan Tina hari ini? Bagaimana mandinya? Sudah ditandai jadwal hariannya?”

“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya Tina tampak rapi dan cantik. Mari kita dekat dengan cermin dan
bawa alat-alatnnya (sisir, bedak dan lipstik”.

Fase Kerja

“Sudah diganti tadi pakaiannnya sehabis mandi? Bagus...! Nah sekarang disisr rambutnya biar rapi, Bagus...!
Apakah Tina bisa pakai bedak? Coba di bedakin mukanya Tinayang rata dan tipis! Bagus sekali”

“Tina, punya lipstik mari diolesi tipis. Nah coba dilihat di kaca!”

Fase Terminasi

“Bagaimana persaan Tina hari ini belajar berdandan?”

“Tina jadi tampak srgar dan cantik. Nanti siang kita latihan makan siang yang baik di ruang makan bersama
pasien yang lain”

SP 4 Pasien : percakapan melatih pasien makan sendiri

4) Menjelaskan cara mempersiapkan makan


5) Menjelaskan cara makan yang tertip
6) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
4) praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

Fase orientasi :
“selamat siang Tina, wow masih rapi deh tina”
“siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan ya..!
Mari, sudah datang makanannya”.
Fase Kerja :
“bagaimana kebiasaan sebelumnya, saat, maupun setelah makan? Di mana Tina makan?
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! Bagus! Setelah itu kita
duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita ber’doa dulu. Silahkan Tina yang pimpin! Bagus!
“mari kita makan , saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya, ayo
sayurnya dimakan. Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul, dan kita akhiri
dengan cuci tangan. Ya bagus!
“Itu perawat Ani sedang membagi obat, coba Tina minta sendiri obatnya!”

Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita makan bersama-sama?”
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan? (cuci tangan, duduk yang baik, ambil makanan,
berdo’a, makan yang baik, cuci piring dan gelas lalu cuci tangan)”.
“Nah, coba Tina lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadwal? Besok kita ketemu
lagi untuk latihan BAB/BAK yang baik, bagaimana kalau jam 10.00 disini saja!”.

SP 5 Pasien: percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri:


1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Fase Orientasi:
“Selamat pagi Tina, bagaimana perasaan Tina hari ini?
Baik, sudah dijalankan jadwal kegiatannya? Sekarang kita akan membicarakan tentang cara berak dan
kencing yang baik”.
“Kira-kira 20 menit ya Tina, di mana kita duduk? Baik di sana saja”
Fase Kerja:
(Untuk pasien pria)
“Di mana biasanya Tomi berak dan kencing? Benar Tomi, kalau berak atau kencing yang baik itu di WC/
kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita
tidak berak/kencing disembarang tempat ya...”
“Sekarang coba Tomi jelaskan kepada saya bagaimana cara Tomi cebok?”
“Sudah bagus ya Tomi, yang perlu diingatkan saat Tomi cebok adalah Tomi membersihkan anus dan
kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa ditubuh Tomi.
Setelah Tomi selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di WC/kakus dibersihkan. Caranya
siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di
WC/kakus. Jika Tomi membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tomi ikut mencegah menyebarnya
kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/air kencing”.
“setelah selesai membersihkan tinja/air kencing, Tomi perlu merapikan kembali pakaian sebelum keluar
dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi, lalu cuci tangan menggunakan
sabun”.
(Untuk pasien wanita)
“Cara cebok yang bersih setelah Tina berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke belakang,
jangan terbalik ya.
Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran /tinja yang ada di anus ke BAB kemaluan kita”
“setelah Tina selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di WC/kakus dibersihkan. Caranya siram
tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing tidak tersisa di WC/kakus. Jika
Tina membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tina ikut mencegah menyebarnya kuman yang
berbahaya yang ada pada kotoran/air kencing”.
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan menggunakan
sabun”.
Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”
“Coba Tina jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik! Bagus..
“Untuk selanjutnya Tina bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi”
“Nah..besok kita ketemu lagi untuk melihat sudah sejauh mana Tina bisa melakukan jadwal kegiatannya”.

Tindakan keperawatan pada keluarga


a. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami kurang perawatan diri.
b. Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik
maka saudara

Harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien
dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat.

Tindakan yang dapat saudara lakukan adalah:

1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurang stigma
3) Diskusikan tentang keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh
pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
4) Anjurkan kepada keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah di sepakati)
5) Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam
merawat diri
6) Latih keluarga cara merawat pasien dengan deficit perawatan diri

c. tindakan keperawatan dengan menggunakan pendekatanstrategi pelaksanaan (SP)

SP 1 Keluarga : memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan


diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri
Fase Orientasi:
“ Selamat pagi pak/bu,, saya Sinta, perawat yang merawat Tina”
“ Apa pendapat bapak tentang Tina, Anak Bapak?
“ Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah apa yang dihadapi Tina dan bantuan apa yang
dapat diberikan”
“ berapa lama waktu bapak/ibu yang tersedia? Bagaimana kalau 20 menit? Mari kita duduk
diruang perawat”

Fase Kerja:

“ masalah apa saja yang bapak / ibu rasakan dalam merawat Tina? Perawatan diri yang utama
adalah kebersihan diri, berdandan makan dan BAB/BAK”
Perilaku yang di tunjukkan oleh tina itu di karenakan gangguan jiwanya yang membuat
pasien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri, Baik, akan saya jelaskan untuk
kebersihan diri, kami telah melatih tina untuk mandi, keramas, gosok gigi, ganti baju, dan
potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-alatnya. Tina juga telah
mempunyai jadwal jadwal pelaksanaannya untuk berdandan, karena anak Bapak/Ibu
perempuan, kami harapkan di motivasi setelah mandi untuk sisiran yang rapi, pakai bedak
dan lipstick. Untuk makan, sebaiknya makan bersama keluarga di rumah. Tina telah
mengetahui langkah-langkahnya: cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapi, cuci
piring dan gelas lalu cuci tangan. Sebaiknya makan pas jam minum obat, agar setelah makan
langsung minum obat, dan untuk BAB/BAK, di rumah ada WC pak/bu? Iya tina juga sudah
belajar BAB/BAK yang bersih. Kalau tina kurang motivasi dalam merawat diri apa yang
bapak lakukan? Bapak juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri, sehingga dapat di
ketahui apakah tina bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya”
“ ada yang bapak/ibu ingin tanyakan?”
Fase Terminasi:
Bagaimana perasaan pak jono setelah selesai bercakap-cakap?”
“ coba pak jono sebutkan lagi apa saja yang harus di perhatikan dalam membantu anak bapak
dalam merawat diri?”
“ baik nanti kalau bapak/ibu besuk bisa tanyakan pada tina. Dan di rumahnanti, cobalah
bapak/ibu mendampingi dan membantu Tina saat membersihkan diri.”
“Dua hari lagi kita akan bertemu dan bapak/ibu akan saya damping untuk memotivasi tina
dalam merawat diri.”

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga dalam merawat pasien

Fase Orientasi:
“ Assalamu’alaikum bapak/ibu, sesuai janji saya dua hari yang lalu, kita sekarang ketemu
lagi.”
“ bagaimana pak/bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang
lalu?”
“ sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak/bu”
“ kita akan coba di sini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke tina ya”
“berapa lama bapak/ibu punya waktu?”
Fase Kerja:
“ Sekarang anggap saya adalah Tina, coba bapak praktikkan cara memotivasi tina untuk
mandi, berdandan, buang air dan makan!”
“ Bagus, betul begitu caranya”
“ sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada tina!”
“ bagus, bagaimana kalau cara memotivasi tina minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwal?”
“ Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat tina”
“ Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada Tina?
(ulangi lagi semua cara di atas langsung kepada pasien)

Fase Terminasi:
“Bagaimana perasan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat Tina?
“ Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk Tina!”
“ Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat Tina sampai bapak dan ibu lancer melakukannya?”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Fase Orientasi :
“ Assalamu’alaikum bapak/ibu hari ini Tin sudah boleh pulang, untuk itu perlu
dibicarakan jadwal Tina selama di rumah “
“ Bagaimana pak/bu, selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat Tina ? ”
“ Nah, sekaran mari kita bicarakan jadwal di rumah tersebut di sini saja”
“ Berapa lama bapak dan ibu punya waktu ?”

Fase Kerja :

“ Pak/bu ini jadwal kegiatan Tina di rumah sakit, coba perhatikan apakah dapat
dilaksanakan di rumah ?”
“ Pak/bu jadwal yang telah dibuat selama Tina di rumah sakit tolong dilanjutkan di
rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”

“ Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak bapak/ibu selama di rumah. Kalau misalnya Tina menolak terus-menerus untuk
makan, minum dan mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku yang
membahayakan orang lain, maka segera hubungi perawat Dian di Puskesmas Ingin
Jaya, Puskemas terdekat dari rumah bapak/ibu, ini nomor telepon puskesmasnya :
(0651) 446xxx”
“ Selanjutnya perawat Dian yang akan membantu memantau perkembangan Tina
selama di rumah”

Fase Terminasi :

“ Bagaimana pak/bu, ada yang belum jelas? Ini jadwal harian Tina untuk dibawa
pulang”
“ Dan ini surat rujukan untuk perawat Dian di Puskesmas Ingin Jaya”
“ Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang
tampak, dan silahkan selesaikan administrasinya ”

Evaluasi

Format evaluasi untuk menilai kemampuan pasien keluarga dan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kurang perawatan diri.

Dokumentasi dan asuhan keperawatan

Panduan pengkajian pada pasien yang mengalami masalah kurang perawatan diri

1. Status Mental
a. Penampilan:
- Tidak rapi
- Penggunaan pakaian tidak sesuai
- Cara berpakaian tidak seperti biasanya
- Kebersihan diri kurang
- Badan bau keringat
- Kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias / berdandan
- Rambut acak-acakan
- Pakaian kotor dan tidak rapi
- Pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri
- Ketidakmampuan mengambil makan sendiri
- Makan berceceran
- Makan tidak pada tempatnya
d. Ketidakmampuan BAB / BAK secara mandiri
- BAB / BAK tidak pada tempatnya
- Tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB / BAK
2. Masalah keperawatan:
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
....................................................................................
A. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan masalah defisit
perawatan diri adalah: TAK stimulasi persepsi : perawatan diri
 Sesi I : Manfaat perawatan diri
 Sesi II : Menjaga kebersihan diri
 Sesi III : Tata cara makan dan minum
 Sesi IV : Tata cara toileting
 Sesi V : Tata cara berdandan

B. Pertemuan Kelompok Keluarga


Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan
melakukan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok
besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di BAB lain.
Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan di
BAB khusus yang membahas pertemuan keluarga.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DEFISIT PERAWATAN DIRI

SESI I (MANFAAT PERAWATAN DIRI) DIRUANG CEMPAKA I RSUD DR.


LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun oleh :

1. Alamul Huda
2. Dwi Kusumaningrum
3. Khimatun Hikmah
4. Intan Nur Azizah
5. Novika Triyani
6. Romi Wijaya
7. Noor Diana Ulfi
8. Wahyu Pamungkas

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUSPROGRAM


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2018

Anda mungkin juga menyukai