Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus 3 RSSM

Demam Tifoid
Sophia Linda Agari Ferian
Pembimbing : dr. Kartika
Identitas Pasien
• Nama : Tn. Rezza Hadi
• Usia : 20 thn
• Alamat : Cikarang
• Agama : Islam
• Status Perkawinan : Belum menikah
• Pekerjaan : Karyawan Swasta
Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Anamnesis khusus : Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke IGD RS. Sentra Medika
dengan keluhan utama demam. Demam dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Demam
dirasakan hilang timbul, terutama saat sore hingga malam hari dan menurun pada pagi
hari. Demam dirasakan hingga pasien mengeluhkan menggigil.
Pasien juga mengeluh nyeri perut di ulu hati (+), mual (+), muntah (-)
BAK tidak ada keluhan, BAB tidak lancar dan terakhir BAB sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga merasa lemas
RPD : -
RPK : -
Usaha berobat : paracetamol 3x1, tidak ada perbaikan.
R. Alergi : tidak ada alergi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit sedang Kepala:
Kesadaran: compos mentis Mata:
BB: 68 kg • Konjungtiva anemis (-/-)
TB: 170 cm • Sklera ikterik (-/-)
Status gizi : Normal (BMI 23,5 kg/m2) Mulut:
• Mukosa mulut basah,
Tanda Vital • Tonsil tidak membesar, faring tidak
Tekanan darah: 107/60 mmHg hiperemis
Nadi: 102 x/menit regular, equal, isi cukup
Respirasi: 22 x/menit Leher:
Suhu: 38,5 oC • KGB tidak teraba,
• trakea letak sentral,
• JVP 5+0 cmH2O
Thorax:
Pulmo :
Inspeksi: pergerakan simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi
Palpasi: taktil fremitus kiri = kanan, nyeri tekan (-)
Perkusi: sonor kedua lapang paru
Auskultasi: VBS (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor:
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: ictus cordis teraba pada ICS V LMCS
Perkusi: batas jantung normal
Auskultasi: bunyi jantung murni S1=S2, murmur (-)
Abdomen:
Inspeksi: datar
Auskultasi: BU(+) normal
Palpasi: nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi: timpani
Ekstremitas: akral hangat, turgor kulit baik, CRT <2 detik, petekie (-), sianosis (-),
Punggung : nyeri ketok CVA (-)/(-)
Pemeriksaan Penunjang
1. Hematologi Rutin 2. Widal
○ Hb : 14,1 g/dL o Salmonella typhi O : (+) 1/160
o Salmonella typhi H : (+) 1/320
○ Leukosit : 14.200/mm3 o Salmonella paratyphi AO : Negatif
○ Trombosit : 183.000/mm3 o Salmonella paratyphi BO : Negatif
○ Eritrosit : 5.04 juta /uL o Salmonella paratyphi BH : Negatif
○ MCV : 79.4 fL o Salmonella paratyphi CO : Negatif
o Salmonella paratyphi CH : Negatif
○ MCH : 28 pg/mL
○ MCHC : 35.3 g/dL
Pemeriksaan Penunjang
Kesan :
• Cor dalam batas normal
• Tak tampak kelainan lainnya pada foto
thorax
Diagnosis Kerja
Demam Tifoid
Penatalaksanaan
Medikamentosa di IGD Advice dr. Indah, Sp.PD
- IVFD RL loading 1 kolf • IVFD RL loading 1 kolf  lanjut RL 8
- Inf. Paracetamol 1 gr drip jam/kolf
- Inj. Ranitidin 1 amp I.V • Inj. Ceftriaxone 1x3 gr dalam NaCl 0,9% 100
cc  skin test
• Inj. Ranitidin 1 amp I.V
• Paracetamol tab 3x500 mg
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Demam Tifoid
Definisi
1. Demam tifoid → infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella enteric
serotype typhi atau paratyphi .

2. Demam enterik (tifoid) adalah penyakit sistemik yang ditandai dengan demam dan
nyeri perut yang disebabkan oleh penyebaran S. Typhi atau S. Paratyphi.
Etiologi
Salmonella typhi dan Salminella paratyphi 11. 3 Antigen
A,B,C • Antigen O → antigen somatik (komponen dinding
1. Genus Salmonella sel bakteri lipopolisakarida)
2. Bakteri Gram (-) • Antigen H → terdapat pada flagel
3. Bentuk Basil/ batang
• Antigen Vi → kapsul yang meliputi tubuh bakteri
4. Motil dan melindungi antigen O dari fagositosis
5. Tidak berkapsul
6. Tidak membentuk spora
7. Fakultatif anaerob
8. Ukuran 2-3 x 0,4 - 0,6 mikrom
9. Tumbuh : Suhu optimum 37℃ dan pH 6-8
10. Reservoir satu-satunya : manusia
Faktor Risiko
1. Higiene perorangan yang rendah → budaya cuci tangan yang tidak terbiasa
2. Higiene makanan dan minuman yang rendah 
a. Contohnya : makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran
dan buah-buahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar
dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak dimasak, dan sebagainya. 
3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah yang tidak
memenuhi syarat-syarat kesehatan 
4. Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadai
5. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat 
6. Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna 
7. Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid
1 2

Patogenesis
Dosis infeksius : 200 – 106 CFU
Patofisiologi Demam Tifoid

Beberapa hari Makrofag


Endotoksin Emboli kuman
setelah demam menghasilkan
merangsang mengandung Pengerahan sel limfosit
me↑ monokin
pelepasan pyrogen Salmonella dan sel MN lainnya ke
oleh leukosit hepar, lien dan plak
peyeri sebagai respon
Lidah tampak kering, Rose Spot imun terhadap koloni
Salmonella Nekrosis seluler,
dilapisi selaput putih, di merangsang sistem
Mempengaruhi
bagian belakang tampak imun, instabilitas
pusat
lebih pucat, di bagian vaskuler, depresi
termoregulator di
ujung dan tepi lebih Infiltrasi sel radang ke sumsum tulang
hipotalamus
kemerahan + tremor ileum & plaque peyeri
→ Kerusakan mukosa Hepatosplenomegali
intestinal dan pembesaran plak
Demam peyeri
Typhoid tongue
Anemia, leukopenia,
trombositopenia
Nyeri Perut
fungsi absorbsi gerakan peristaltic menurun
terganggu → diare → bising usus menurun →
obstipasi
Manifestasi Klinis
Minggu I
1. Demam, ↑ suhu → stepladder pattern (semakin hari semakin ↑, demam
t.u pd sore dan malam hari)
2. Nyeri kepala
3. Keluhan penyerta : pusing, nyeri otot, anorexia, batuk
4. Mual muntah
5. Obstipasi/ Diare
6. Nyeri perut
7. Epitaksis

Minggu II (gejala lebih jelas)


8. Demam (kontinyu)
9. Bradikardi relative
10. Typhoid tongue
11. Hepatomegali
12. Splenomegali
13. Meteorismus (perut kembung)
14. Gg. Mental, somnolen, spopor, koma, delirium, psikosis
15. Rose spot (jarang di Indonesia)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
a. Leukopenia, N , Leukositosis
b. Anemia ringan dan trombositopenia
c. Hitung jenis : aneosinofilia dan limfopenia
d. LED ↑

2. Uji Widal
• Deteksi titer antibodi terhadap S. typhi dan S. paratyphi yaitu agglutinin O dan agglutinin H
• Prinsip : mendeteksi aglutinasi antara antigen dan agglutinin yg dideteksi
• Aglutinin mulai terbentuk pada akhir minggu I → puncaknya pada minggu IV → tetap tinggi
dalam beberapa minggu dgn pe ↑ agglutinin O terlebih dahulu diikuti agglutinin H
• Interpretasi : bila titer aglutinin O minimal 1/320 ATAU agglutinin H 1/640 atau terdapat ke↑
titer hingga 4 x lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari
…pemeriksaan
penunjang
4. Kultur Salmonella typhi (gold standard)
• + : memastikan demam tifoid
• - : tidak menyingkirkan demam tifoid
• Spesimen:
• Darah: minggu I-akhir minggu II, saat demam tinggi
• Feses: minggu II sakit dan selanjutnya
• Urin: minggu II dan III
• Cairan empedu: deteksi karier
• Sumsum tulang: paling baik karena tidak dipengaruhi waktu pengambilan dan
pemberian antibiotik sebelumnya. Namun pengambilan specimen menimbulkan nyeri

5. Uji TUBEX-TF
• mendeteksi IgM terhadap antigen 09 LPS Salmonella typhi.
• +: infeksi Salmonella serogrup D, tidak spesifik menunjukkan S.typhi
• -: infeksi S.paratyphi
• Sensitivitas 75-80%,spesifisitas 75-90%
…pemeriksaan
penunjang
6. Enzyme Immunoassay Test (Typhidot)
• mendeteksi IgM dan IgG pada protein luar terhadap S.typhi
• Hasil + 2-3 hari stlh infeksi
• Sensitivitas 98%, spesifisitas 76,6%

7. Uji IgM dipstick


• Deteksi khusus IgM spesifik S.typhi pada specimen serum/ darah
• Menggunakan strip yg mengandung antigen LPS S.typi dan anti IgM sebagai kontrol
• Akurasi diperoleh bila dilakukan 1 minggu setelah timbul gejala
8. Pemeriksaan lain :
• SGPT/SGOT
• Amilase/lipase
Penatalaksanaan
1. Terapi suportif
a. Tirah baring dan perawatan → mencegah komplikasi
b. Diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif)
c. Kontrol dan Monitor
…penatalaksanaan
2. Terapi definitive -→ antibiotik
a. Lini I: Kloramfenikol, ampisilin, amoksisilin, dan kotrimoksazol
 b. Lini II: seftriakson, sefiksim, dan golongan kuinolon
…penatalaksanaan
Kloramfenikol 4x500 mg PO/IV selama 10 hari
Tiamfenikol 4x500 mg / hari
Anak: 50 mg/kgbb/hari selama 5-7 hari
  bebas panas
Kotrimoksazol 2x960 mg selama 2 minggu
(1 tablet → SMX 400mg dan TMP 80mg)
Ampisilin, amoksisilin 50-150mg/kgbb selama 2 minggu
Seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100cc selama ½
jam perinfus sekali sehari, selama 3-5 hari
Anak: 80 mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal
selama 5 hari

Sefiksim Anak: 1.5-2 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis


selama 10 hari

Golongan fluorokuinolon
-Norfloksasin 2x400mg/hari selama 14 hari
-Siprofloksasin 2x500mg/hari selama 6 hari
-Ofloksasin 2x400mg/hari selama 7 hari
Pencegahan
1. Pencegahan: 
a. Meningkatkan hygiene dan menjaga kebersihan pribadi 
b. Menjaga kebersihan makanan dan minuman 
c. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan sampai
matang 
d. Membuang sampah di tempatnya dan menjaga sanitasi lingkungan
Komplikasi
Komplikasi Intestinal Komplikasi Ekstra Intestinal

1. Perdarahan intestinal 1. Komplikasi hematologic : ↑ PT, APTT


2. Perforasi usus hingga DIC
2. Hepatitis tifosa
3. Pankreatitis tifosa
4. Miokarditis
5. Toksik tifoid / manifestasi
neuropsikiatrik
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam (resiko berulangnya)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai