Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdirinya sebuah Rumah Sakit dilengkapi dengan bermacam-macam peralatan yang
memerlukan perawatan atau pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan,
kesehatan, mencegah kebakaran dan persiapan penanggulangan bencana. Keselamata
Kerja diterapkan di lingkungan kerja yang mana didalamnya terdapat bahaya kerja.
Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan pencegahan terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya
promotif, prefenti, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja lingkungan sehingga
setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat atau orang lain di sekelilingnya dan tercapai produktivitas kesehatan
dan produktifitas pekerja Rumah Sakit.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Kesehatan Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Kesehatan Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor : 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan swasta di Bidang Medik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 028/MENKES/PER/I/2011
tentang Klinik;
7. Surat Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor : 445/3125 tentang Surat Ijin
operasional Rumah Sakit Umum Kelas D;
8. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
002/SK/YRSIB/I/2013, tanggal 14 Januari 2013 tentang Struktur Organisasi Rumah
Sakit Islam Banjarnegara;
9. Surat Keputusan Direktur Nomor : 079/SK/RSIB/II/2013 tanggal 22 Februari 2013
Tentang Pemberlakuan Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
10. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
100/SK/RSIB/III/2013, Tanggal 07 Maret 2013 Tentang Penetapan Pejabat Struktural
Di Lingkungan Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
11. Surat Keputusan Direktur RSI Banjarnegara Nomor : 419 / SK / RSIB / VI / 2013
Tentang Revisi Pembentukan Tim Akreditasi RSI Banjarnegara;

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 1
12. Surat Keputusan Direktur RSI Banjarnegara Nomor : 273 / SK / RSIB / VI / 2013
Tentang Pembentukan Tim Mutu RSI Banjarnegara;
13. Surat Keputusan Direktur RSI Banjarnegara Nomor : 462 / SK / RSIB /IX / 2013
Tentang Pembentukan Tim P2K3 RSI Banjarnegara;

C. Maksud Dan Tujuan


1. Maksud
Sebagai petunjuk semua unit kerja di Rumah Sakit, khususnya unit kerja yang
mempunyai resiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan agar diperoleh satu dasar, satu pengertian, dan pemahaman tata
cara pelaksanaan yang benar.
2. Tujuan
Agar dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan upaya kesehatan dan
keselamatan kerja secara baik dan benar sehingga tercapai :
a. kesehatan dan keselamatan pekerja selama bertugas
b. kegiatan rumah sakit berjalan lancer tanpa adanya hambatan
c. tingkat produktifitas yang optimal

D. FALSAFAH
Keselamatan, kesehatan kerja (K3) di Rumah Sakit, adalah suatu upaya
pengelolaan resiko di lingkungan kerja untuk meminimalkan dampak tempat kerja
sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman dan sehat.

E. PENGERTIAN
Dalam pedoman ini ada beberapa pengertian yang mesti diketahui antara lain :
1. Tampat kerja
Tampat kerja adalah tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk
melaksanakan tugas
2. Karyawan
Karyawan adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa palayanan kesehatan kepada
masyarakat.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja
Keselamatan, kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan antarakesehatan dan keselamatan.
Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI
Banjarnegara Tahun 2014 Page 2
4. Upaya keselamatan
Upaya keselamatan adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri maupun masyarakat disekelilingnya.
5. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
6. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan, karena
peristiwa tersebut tidak terdapat unsure kesengajaan, lebuh-lebih dalam bentuk
perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling
berat.
7. Penyakit akibat kerja
Adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang mengandung
paparan/kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 3
BAB II
KEBIJAKAN DIREKTUR

Kebijakan direksi tentang keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana adalah:

1. Pembentukan Tim P2K3


Bahwa sangat diperlukan adanya pelaksanaan upaya keselamatan kerja, kebakaran dan
kewaspadaan bencana diRumah Sakit, sebagai upaya untuk meminimalkan terjadinya
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, sehingga ditetapkan :
o Perlu untuk membentuk dan mengangkat Tim P2K3 di Rumah Sakit yang merupakan
organisasi non struktural.
o Tim P2 K3 diRumah Sakit terdiri dari tenaga staf adalah tenaga yang menjadi anggota
Tim P2K3 rumah sakit, dan tenaga pendukung adalah tenaga/pegawai yang
melaksanakan fungsi P2K3 Rumah Sakit.
o Tim P2K3 Rumah Sakit memiliki system komunikasi internal dan eksternal.
o System komunikasi internal menggunakan sambungan pesawat telefon nomor langsung
dan pesawat melalui operator serta pesawat telefon lain untuk faksimile.
o Bilaman terjadi bencana di Rumah Sakit, maka pesawat dengan nomor tersebut hanya
diperuntukanj penggunaannya oleh Tim P2K3 Rumah Sakit selain Tim P2K3 Rumah
Sakit dilarang menggunakan pesawat telefon tersebut.
2. Keselamatan kerja
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tampat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kerja dan penyakit akibat kerja bagi pegawai diupayakan melalui kegiatan-
kegiatan seperti :
 Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin penyelenggaraan pemeriksaan
kesehatan pra pekerjaan terhadap semua calon pegawai.
 Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala sesuai ketentuan.
 Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus
 Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap beresiko dilingkungan Rumah Sakit.
 Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai Rumah Sakit wajib menggunakan alat
pelindung diri sesuai ketentuan yang berlaku.
 Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang K3 bila ada partisipasi aktif dari seluruh pegawai dan unit
kerja terkait.
 Diperlukan suatu sistem pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 4
 Yaitu sistem yang mengatur pelaporan semua jenis penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja saat sedang melakukan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh kondisi tidak
aman dan tindakan tidak aman, sistem ini dapat terlaksana.
 Pengadaan barang beracun dan berbahaya dilaksanakan secara terkoordinasi antara
pengguna, Tim K3 dan departemen logistic, dan dalam hal pengadaan barang B3 perlu
disertakan lembar data keselamatan/material safety data sheet (MSDS) dari rekanan
pemasok.
 Dilaksanakan sertifikasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketepatan dalam
peraturan perundang-undangan.
 Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas perlengkapan untuk menangani limbah seperti
IPAL : untuk limbah cair dan pengelolaan limbah medis dan non medis yang dikelola
oleh pihak kedua (dari luar rumah sakit).
 Rumah Sakit wajib menyediakan fasilitas sanitasi.
 Disediakan fasilitas perlengkapankeamanan pasien yang selalu terpelihara baik dengan
adanya pengeekan dan perbaikan sesuai jadwal yang ditetapkan.

3. Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian kebakaran di Rumah Sakit dapat diterapkan saat akan
membangun Rumah Sakit, sebagai berikut :
 Menyediakan system alarm kebakaran di Rumah Sakit dengan jumlah yang cukup.
 Ditetapka system komusikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
 Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien
 Sarana dan prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perjanjian perundang-undangan
yang berlaku.
4. Pendidikan dan pelatihan K3
Pendidikan dan pelatihan K3 di rumah sakit, ditetapkan sebagai berikut :
 Setiap pegawai di Rumah Sakit diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan
pelatihan K3 untuk menambah pangetahuan dan ketrampilan dibidang K3.
 Rumah Sakit melalui urusan diklat menyelenggaraka pendidikan dan pelatihan K3 bagi
pegawai secara berkala dan berkesinambungan.
 Materi pendidikan dan latihan K3 akan selalu disesuikan dengan kebutuhan, kemajuan
dan perkembangan K3.
 Pendidikan dan pelatihan K3 dapat melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah, dll.

5. Evaluasi dan pelaporan

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 5
Evaluasi dan pelaporan tentang kegiatan-kegiatan K3 di Rumah Sakit, adalah sebagai
berikut :
a. Memuat seluruh aspek K3, yaitu :
 Disaster progam
 Pencegahan dan pengendalian kebakaran
 Keamanan pasien, pengunjung, dan pegawai
 Keselamatan dan kesehatan pegawai
 Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
 Kesehatan lingkungan kerja
 Sanitasi Rumah Sakit
 Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan
 Pengelolaan limbah padat, cair, dan gas
 Pendidikan dan pelatihan K3
 Pengumpulan, pengolahan, dan pelaporan data
b. Evaluasi ini dilakukan untuk jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan jenis kegiatan
yang dilaksanakan, dapat dilakukan 3 bulan, 6 bulan, dst.
c. Hasil evaluasi dibuatkan laporannya dan disampaikan kepada direktur Rumah Sakit
untuk mendapatkan tindak lanjut, untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
d. peningkatan mutu
Peningkatan mutu K3 Rumah Sakit, meliputi:
 Ada pencatatan tentang semua kejadian serta penanggulangan kasus K3.
 Dilakukan analisa terhadap kasus kejadian K3 dirumah sakit oleh panitia K3
Rumah Sakit.
 Hasil analisa dibuatkan rekomendasi dan laporannya kepada direktur Rumah Sakit.

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 6
BAB III
PEMBENTUKAN ORGANISASI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN,
KESEHATAN KERJA (P2K3)

A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merupakan suatu bentuk bada usaha di bidang jasa yang meliputi
komponen manusia, mesin, peralatan dan energy yang merupakan asset untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja
yang lebih baik. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya agar setiap pegawai dapat
bekerja secera sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun pegawai lainnya dan
lingkungan Rumah Sakit. Upaya tersebut diatas meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan, oleh karenanya harus dilakukan identifikasi permasalahan,
evaluasi dan tindak lanjut yang harus segera dilakukan. Kegiatan-kegiatan K3 Rumah
Sakit harus dapat meminimalkan terjadinya penyakit akibat kerja dan ecelakaa akibat
kerja serta memberikan rasa aman akan adanya bencana dan kebakaran. Berdasarkan hal
tersebut diatas maka dipandang perlu untuk menunjuk dan mengangkat panitia K3
Rumah Sakit yang merupakan organisasi non structural, yang terdiri dari tenaga staf dan
tenaga penunjang.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Pembentukan panitia K3 bermaksud untuk menentukan dan membagi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab dalam melakukan pengawasan, pengoordinasian,dan
pengendalian kegiatan K3 di Rumah Sakit terhadap seluruh pagawai, dokter, pasien dan
pengunjung lainnya. Kepanitiaan K3 dibentuk bertujuan untuk menciptakan kondisi
sehat, aman dari kecelakaan kerja dan lingkungan yang nyaman bagi pegawai sehingga
produktifitas kerja meningkat dan rasa aman dari bahaya kebakaran dan bencana
lainnya.

C. PROSEDUR PEMBENTUKAN PANITIA K3


Panitia K3 Rumah Sakit (P2K3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh direktur
Rumah Sakit berdasarkan pada usulan-usulan dan pertimbangan yang disampaikan oleh
Ka. Bagian umum & keuangan dengan tetap memperhatikan prestasi kerja masing-
masing P2K3RS, kemudian ditetapkan dalam surat keputusan direktur Rumah Sakit.
D. ORGANISASI DAN POLA KETENAGAAN
Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI
Banjarnegara Tahun 2014 Page 7
a. Organisasi
Sebagai organisasi non structural, PK3RS memiliki struktur organisasi sendiri
dan hubungannya sengan organisasi structural Rumah Sakit. Struktur PK3RS
terdiri dari 2 bagian besar yaitu :
1. Tenaga staff yaitu tenaga yang menjadi anggota panitia K3.
2. Tenaga pendukung yaitu pegawai Rumah Sakit yang melaksanakan fungsi
K3, sebagai pimpinan P2K3RS ditetapkan ketua P2K3RS, ketua P23RS
bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit. Ketua P2K3RS
membawahi tenaga staf P2K3RS yang terdiri dari beberapa tim dan
membawahi tenaga pendukung P2K3RS. Skretaris P2K3RS membantu ketua
dalam menjalankan kegiatan manajemen PK3RS. Secara rinci tergambarkan
dalam bagan organisasi P2K3RS sebagai berikut:
b. Tugas dan tanggung jawab ketua panitia P2 K3
Rumah Sakit mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Memberikan saran dan pertimbangan kepada direktur mengenai masalah K3.
2. Menghimpun dan mengolah segala data atau permasalahan K3 ditempat kerja
masing-masing bidang/bagian.
3. Mendorong ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, pendidikan dan latihan
serta penelitian.
4. Tercapainya sasaran untuk menurunkan tingkat kecelakaan kerja di Rumah
Sakit.
5. Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit.

Direktur Rumah Sakit , panitia keselamatan kerja, Tim penanggulangan


kebakaran, Tim kewaspadaan bencana pendukung P2K3 RS, Ketua P2K3 Rumah Sakit,
sekretaris P2K3 Rumah Sakit , Ketua P2K3 Rumah Sakit membawahi tenaga staff P2K3
Rumah Sakit yang terdiri dari beberapa tim dan membawahi tenaga pendukung P2K3
Rumah Sakit, Sekretaris P2K3 Rumah Sakit membantu ketua dalam menjalankan
kegiatan manajemen P2K3 Rumah Sakit. Secara rinci tergambarkan dalam bagan
organisasi P2K3RS .
c. Tugas dan tanggung jawab ketua Tim P2 K3
Rumah Sakit mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Memberikan saran dan pertimbangan kepada direktur mengenai masalah K3.
2. Menghimpun dan mengolah segala data atau permasalahan K3 ditempat kerja
masing-masing bidang/bagian.
3. Mendorong ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, pendidikan dan latihan serta
penelitian.
4. Tercapainya sasaran untuk menurunkan tingkat kecelakaan kerja di Rumah Sakit.
Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI
Banjarnegara Tahun 2014 Page 8
5. Bertanggung jawab langsung kepada direktur Rumah Sakit.
d. Anggota Tim P2K3RS mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Bertanggujawab langsung kepada ketua Tim P2K3RS.
2. Bertanggungjawab menyusun dan menetapkan program P2K3RS sesuai
kedudukannya dalam tim .
3. Bertugas melaksanakan kegiatan yang telah tersusun dalam program P2K3RS.
4. Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan program dan disampaikan kepada ketua
Tim P2K3RS.
e. Pendukung P2K3RS mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan program P2K3RS.
2. Bertugas memberikan usulan/saran untuk peningkatan pelaksanaan program
P2K3RS.
3. Bertanggungjawab kepada ketua P2K3RS.

E. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA (P2K3) RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGAR

Direktur

Ketua Panitia K3RS

Sekretaris Panitia K3RS

Kelompok Kerja
Kelompok Kerja Kelompok Kerja

F. POLA KETENAGAAN
Dalam kepanitiaan K3 dibutuhkan ketenagaan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI
Banjarnegara Tahun 2014 Page 9
1. Ketua P2K3RS
Ketua adalah seorang dokter umum/ perawat berpengalaman dibidang K3 minimal
3 tahun. Mampu melaksanakan pertolongan hidup dasar (Basic Life Support)
2. Anggota P2K3RS
Pegawai Rumah Sakit dari berbagai unsur bagian Rumah Sakit sesui kedudukan
dalam tim, seperti:
o Tim keselamatan kerja terdiri dari unsure medis (dokter umum), personalia,
kesehatan lingkungan.
o Tim kebakaran terdiri dari unsur manager rumah tanggga, satpam, tekhnisi,
tata graha.
o Tim kewaspadaan bencana terdiri dari unsur perawat, dokter UGD. Staf ini
harus telah mendapatkan pelatihan K3.

3. Pendukung PK3RS
Anggota pendukung PK3RS adalah seluruh pegawai Rumah Sakit yang setingkat
dengan kepala urusan/ Unit/kepala perawat dan penanggungjawab ruangan.
Pegawai rumah sakit ini telah mengikuti pelatihan K3. Pelaksanaan kegiatan K3 di
Rumah Sakit harus berjalan setiap saat, mengingat pola kerja di Rumah Sakit pada
umumnya yang terbagi menjadi tiga shift kerja maka ditetapkan pola tenaga P2
K3 agar dapat memenuhi ketenagaan pendukung P2K3 disetiap shiftnya, sebagai
brikut :
o SHIFT pagi Disediakan tenaga pendukung sebanyak 24 orang yang terdiri dari
Kepala Unit / Perawatan/ urusan/ yang bertugas saat ini.
o SHIFT sore dan SHIFT malam
Disediakan tenaga pendukung masing-masing shift sebanyak 18 orang yang
terdiri dari penanggung jawab shift disetiap ruangan ditambah dengan seorang
dokter UGD dan kepala jaga. Dengan demikian dapat dihitung bahwa seluruh
tenaga pendukung yang tersedia di Rumah Sakit adalah 24 +18+18+2=62
orang.

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 10
BAB IV
KESEHATAN KERJA

A. LATAR BELAKANG

Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di setiap
tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan
meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin resiko
kecelakan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan
produktifitas dan efesiensi. Dalam pelaksanan pekerjaan sehari-hari karyawan/ pekerja di
sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajang
dengan resiko.
Bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai
yang paling berat tergantung jenis pekerjaanya. Dalam Undang-undang nomor 23 tahun
1992 tentang kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya
kesehatan kerja wajib diselengarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja
yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk
memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan
tenaga kerja .
B. PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan pemantauan keselamatan kerja adalah sekumpulan kegiatan yang
menganalisa, menilai dan memberikan masukkan dalam upaya menjamin terciptanya
kondisi produktivitas dapat ditingkatkan.
C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari pemantauan keselamatan kerja adalah sekumpulan kegiatan yang
menganalisa, menilai dan memberikan masukan mengacu pada perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku, meliputi :
a. PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM
Merupakan air yang mempunyai kualitas minimal sebagaimana yang terlampir dalam
PERMENKES no.416 tahun 1990. Pemantauan air bersih dan air minnum dilakukan
dengan cara :
 Memeriksa dan menjamin ketersediaaan air bersih dan air minum yang
dilakukan setiap hari pada penampungan sir bersih dan gudang air minum
 Mengirimkan sampel air minum dan air bersih ke laboratorium BTKL dengan
frekuensi penngiriman sebanyak 4 kali setahun denngan perameter bekteriologi
dan kimia dan merujuk pada keputrusan Dirjen P2MPLP Nomor :

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 11
HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang persyaratan petun juk teknis tata taca
penyehatan lingkungan rumah sakkit dengan hasil yang segera dievaluasi dan
ditindak lanjuti.

b. PENGOLAHAN LIMBAH
Pengolahan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasinal Rumah
Sakit sehinggan memenuhi persyaratan yang terdapat dalam ....................................
tentang penetapan dan baku mutu air sungai/badan air serta baku mutu limbah cair .
Pengolahan air limbah ini diolah dalam instansi pengolahan air limbah dengan sistem
aerob dan anaerob bio filter sytem. Pemantauan pengolahan air limbah dilakukan
dengan cara :
 Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan parameter
fisik dan bau.
 Pemeriksaan setip hari tempat penyimpanan limbah B3

Mengirim sampel air limbah dari outlet IPAL ke BPLHD sebanyak 4 kali setahun
dengan parameter sesuai ................................................................. dengan hasil segera
di nevaluasi dan ditindaklanjuti.
c. PENGOLAHAN SAMPAH

Pengolahan terhadap semua sampah baik sampah medis maupun sampah nonmedis
yang dihasulkan dalam kegiatan operasional RSIA Hernia podomoro sehingga
memeuhi persyaratan tercantum dalam SK Dirjen P2MPLP No.281-II-/PD.03.04.Lp
tahun 1989 tentang persyaratan kesehatan pengelolahan sampah dan SK Dirjen
P2MPLP no. HK.00.06.6.44 tahun1993 tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata
cara penyehatan limgkungan rumah sakit. Untuk kategori sampah nono
medisdilakukan pengolahan dengan cara dimasukan ke dalam kantong plastik
berwarna hitam. Untuk keetegori medis, pengolahan sampah dimasukan ke dalam
kantong plastik berwarna kuning. Pemantauan pengolahan sampah dilakukan dengan
cara :
 Pemeriksaan kebersihan TPS non medis dan medis setiap hari dengan lembar
kontrol.
 Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis dengan
sampah non medis.
 Wawancara dengan pegawai, pengunjung serta warga sekitar tentang pengolahan
sampah.
d. PENGENDALIAN SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU

Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga, tikus, kucing,


cacing, rayap, ataupun hewan yang menjadi perantara menukarkan penyakit tertentu.
Pemantauan pengendalian serangga dan binatang-binatang penganggu dilakukan
dengan cara :

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 12
 Melakukan pemantauan tehadap kebersihan baik dalam gedung maupun luar
gedung setiap hari dengan alat bantu checklist
 melakukan uji samping kepadatan lalat, kecoa, dan nyamuk setiap 3 bulan sekali
dengan parameter : Lalat adalah 8 ekor/ flygrill (100X100 cm ) per menit,
parameter kecoa adalah 2 ekor/plate (20x20cm) per 24 jam\. Parameter nyamuk
adalah angka Container Index ≤ 5 %.
 Pemantauan tingkat kepadatan tikus dengan parameter tingkat kepadatan tikus
mendekati angka 0 setiap 3 bulan sekali.

e. SANITASI MAKANAN

Upaya memantau faktor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan yang


mungkin dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai Rumah Sakit.
Kegiatan dilakukan di dapur sebagai tempat pengolahan dan pengolahan makanan.
Pemantauan terhadap sanitasi maknan dilakukan dengan cara :
 Pemantauan terhadap pelaksanaan 6 prinsip hygiene sanitasi makanan dengan
mengisi lembar kontrol yang tersedia setiap bulan.
 Pemeriksaan Kesehatan khusus terhadap tenaga penjamah makanan minimal
sekali dalam setahun yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
 Pemriksaan sampel makanan ke BTKL setiap 3 bulan sekali dengan hasil segera
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
 Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan sekali, segera
dievaluasi dan ditindaklanjuti.

f. PENYEHATAN RUANG LAUNDRY

Upaya penyehatan terhadap tempat dan sarana pencucian linen hingga linen siap
dipakai dalam kegiatan operasional Rumah Sakit. Pemantauan terhadap ruang laundry
meliputi :
 Proses pencucian dan penghalusan sesuai standar yang telah ditentukan
 Penggunaan APD di ruang laundry
 Pengukuran suhu dan kelembaban setiap bulan dan dilakukan evaluasi serta
tindaklanjut dari hasil pengukuran.
g. INFEKSI NOSOKOMINAL

Kegiatan pemantauan Infeksi Nosokominal dilakukan dengan cara :


 Terhadap proses tindakan bagi pasien dengan standar yang telah ditetapkan
 Pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruangan, usap peralatan medis,
usap linen, usap tangan dan dilakukan setiap 6 bulam sekali, yang kemudian
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI
Banjarnegara Tahun 2014 Page 13
 Terhadap kepadatan serangga dan binatang pengganggu.
h. DESINFEKSI

Pemantauan proses desinfeksi dilakukan dengan cara :


 Usap peralatan medis/instrument setiap 3 bulan sekali ke BTKL yang hasilnya
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
 Uji sampling larutan desinfektan setiap 6 bulan sekali ke laboratorium AKL
DepKes Jakrta yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.

i. PENYULUHAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Upaya memberikan penyuluhan mengenai menyehatkan dan memelihara


lingkungan Rumah Sakit dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar RS dari
PK3RS yang dilaksankan oleh petugas kesling rumah sakit kepada karyawan ,
pengunjung, pasien serta masyarakat setiap 6 bulan sekali dengan materi menyangkut
upaya peningkatan kualitas kesehatan dalam operasional kegiata Rumah Sakit,
Pemantauan dilakukan dengan cara :
 Wawancara terhadap karyawan atau pasien atau pengunjung atau pendapat dari
instansi pemerintah tentang upaya penyehatan lingkungan di Rumah Sakit.
 Pemantauan terhadap frekuensi keluhan terhadap masalah kesehatan lingkungan
di Ruamah Sakit.
j. PENCAHAYAAN RUANGAN

Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efesien dan produktif di semua bagian
dalam dari gedung Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara pengkuran
kualitas pencahyaan setiap bulan sekali dengan perameter yang telah ditentukan.
k. PENYEHATAN UDARA

Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memandai untuk
menjamin kesehatan pemakaian ruangan, diseluruh bagian gedung Rumah Sakit,.
Pemantuan dilakukan dengan cara menukur tingkat suhhu dan kelembaban setiap hari
dengan parameter yangb telah ditentukan.
l. KEBISINGAN RUANGAN

Adalah upaya untuk pengatur tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki


sehingga menggaggu dan atau membahyakan kesehatan. Di senua bagian dalam
gedung Ruamh Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cra pengukuran tingkat
kebisingan setiap 1 bulan sekali dengan parameter kebisingan ruangan adalah :
 Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi maksimal 45 dBA
 Poliklinik/poli gigi maksimum 80 dBA

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 14
 Laboratorium maksimum 68 dBA
 Ruang cuci, dapur, maksimum 78 dBA

m. INSTALASI LISTRIK

Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai tenaga pembangkit untuk


melakukan kegiatan operasional rumah sakit. Pemantauan instalasi listrik dilakukan
dengan cara :
 Memeriksa amper, tegangan dan tahanan pada panel induk setiap hari dengan
parameter sesuai dengan daya yang tersedia dari pihak PLN.
 Pengujian terhadap instalasi listrik secara keseluruhan yang dulakukan oleh
petugas kantor Departemen Tenaga Kerja Kab. Banjarnegara dengan frekuensi
setiap 5 tahun sekali.
n. INSTALASI PEMADAMAN KEBAKARAN

Suatu sistem pendeteksi dini terhadap ancaman terjadinya bahaya kebakaran


dengan alat pendeteksi berupa Heat Detector dan Smoke Detector yang dilengkapi
dengan Fire Alarm yang akan berbunyi secara otomatis jika terdeteksi adanya bahaya
kebakaran. Pemantauan terhadap fungsinya sistem pendeteksi dini ancaman kebakaran
dilakukan dengan cara melakukan simulasi terjadinya ancaman dini bahaya kebakaran
setiap 1 tahun sekali.
o. FASILITAS TOILET

Tempat yang tersedia oleh Rumah Sakit sebagai tempat pembuangan dan atau
keperluan lain yang diperuntuhkan bagi pasien, pengunjung dan karyawan.
Pemantauan terhadap fasilitas toilet dengan cara :
 Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan frekuensi sebanyak 3 kali
24 jam
 Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat dalam fasilitas toilet
yang dilakukan setiap hari.
 Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam fasilitas toilet setiap 3
bulan sekali.
p. KETENAGAAN

Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di rumah sakit
aman terhadap tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh salama
melaksanakan kegiatan dinas dirumah sakit sehingga karyawan merasa aman bekerja
dan tetap terjaga kesehatanya. Pemantauan terhadap kesehatan karyawan dilakukan
dengan cara :
 Pemeriksaan para pekerja bagi calon pegawai yang melamar di Rumah Sakit,
meliputi pemeriksaan fisik organ, laboratorium rutin serta evaluasi psikologi.

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 15
 Pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal 1 tahun
sekali, meliputi pemeriksaan fisik, dan laboratorium lengkap.
 Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang bekerja pada tempat-tempat
khusus, karyawan berusia diatas 40 tahun, karyawan dengan penyakit-penyakit
tertentu yang dianggap beresiko tinggi oleh dokter, dengan frekuensi pemeriksaan
minimal 1 tahun sekali.

q. ALAT PELINDUNG DIRI

Adalah alat yang digunakan untuk pengamanan pegawai dalam pelaksanan tugas
dan tanggung jawab terhadap resiko terkontaminasi diri dari pasien, radiasi
penyinaran, bahan bahaya dan beracun (B3), pengunaan peralatan, dll.

r. SERTIFIKASI PERALATAN MEDIK DAN UMUM

Bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan non medik


sebagaimana mestinya sehingga tidak merugikan pengguna alat tersebut. Pemantauan
kelayakan alat medik dan non medik dengan cara : uji kalibrasi yang dilakukan oleh
lembaga pemerintahan yang telah ditentukan.

s. PENETAPAN TEMPAT-TEMPAT BERESIKO

Agar seluruh pegawai, pasien, kluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui


tempat-tempat yang berbahaya di lingkungan Rumah Sakit maka diberikan petunjuk-
petunjuk yang ada pada tempat-tempat yang telah ditentukan. Tempat-tempat yang
dianggap beresiko ditetapkan oleh direktur rumah sakit, yaitu :
 Unit Radiologi
 Unit Laboratorium
 Unit Farmasi
 Unit Kamar Operasi

t. FASILITAS PERLENGKAPAN KEAMANAN PASIEN

Merupakan sarana yang berkaitan dengan pisik gedung atau bangunan Rumah
Sakit denngan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien, dan
pengunjung Rumah Sakit. Fasilitas perlengkapan tersebut meliptuti ;
 Pegangan pada tepi tangga
 Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil
 Pintu dapat dibuka dari luar
 Tempat tidur delengkapi tralis penahan dibagian tepi
 Sumber listrik (stop Kontak) mempunyai pengaman

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 16
 Pasokan Oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti kamar operasi,
ICU/NICU,UGD
 Tersedia suction/alat penghisap pada keadaan gawat darurat
 Pasokan tenga listrik 24 jam pengganti listrik PLN bilamana padam

BAB V
KEBAKARAN

A. LATAR BELAKANG
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/memwaspadai kan faktor-faktor
yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-
langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan
kebakran membutuhkan suatu program penmdidikan dan pengawasan beserta
pengawasan pagawai, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas
bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang
baik dari peralatan pemadaman kebakaran termasuk memedmliharanya baik segi siap-
pakainya maupun dari segi mudah dicapainya.
B. PENGERTIAN
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
hendaki, merugikan dan pada umunya sukar dikendalikan.
C. PENCEGAHAN KEBAKARAN
Pengolahan pencegahan kebakartan di Rumah sakit yaitu dengan mengendalikan
sumber panas seperti Listrik, Listrik statis, Nyala api dan bahan mudah terbakar seperti
kertas, karpet, karet dll. Cara pengendaliannya Adalah sebagai berikut :
 Menyediakan alat peralatan pemadam Api Ringan (APAR) Dengan jumlah Cukup
sesuai ketentuan yang berlaku.
 Inspeksi tanda peringatan pemadaman kebakaran secara berkala.
 Pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya kebakaran pada tempat-tempat
beresiko.
D. PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya
Oksigen dalam kebakaran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pemadam Api Ringan (APAR), yang fungsinya mengisolasi adanya oksigen dalam api
yang dapat manimbulkan kebakaran. APAR sebagai media yang dapat menimbulkan
reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut. Agar pegawai
dapat melakukan penanggulangan kebakaran secara berkala dengan menggunakan
APAR , simulasi penggunaan dan mengontrol fungsi Alat pendekteksi asap agar
berfungsi baik. Alarm kebakaran dengan jumlah cukup . alat pemandaman API Ringan

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 17
(APAR) dengan jumlah cukup sesuai denngan ketentuan yang berlaku. Diklat
pemadaman api bagi pegawai Rumah Sakit, yang dilakukan secara berkala 1 kali dalam
1 tahun.

BAB VI
KEWASPADAAN BENCANA

A. Latar Belakang
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja datangnya tiba-tiba. Rumah
Sakit sebagai salah satu “Public Area” tidak mustahil menghadapi bahaya ini.
Sehubungan dengan hal di atas perlu disusun suatu acuan atau pedoman bagi seluruh
pegawai Rumah Sakit untuk menghadapi suatu bencana yang mungkin akan terjadi di
Rumah Sakit.

B. Pengertian Bencana
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugiam harga benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, dan prasarana umum yang memerlukan
pertolongan dan bantuan secara khusus.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan-kegiatan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit, meliputi:
a. Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bancana yang dapat
digunakan bagi seluruh pegawai rumah sakit dalam mengambil langkah-langkah
yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di rumah sakit, oleh
karena itu telah dibuat buku pedoman penanggulangan bencana yang dapat
dievaluasi untuk perbaikan system penanggulangan bencana.
b. Pembakalan bagi pegawai dalam menghadapi bencana untuk pembekalan
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam penanggulangan bencana
maka diadakan pelatihan dan stimulasi penanggulangan bencana yang dilaksanakan
sebanyak 1x setiap satu tahunnya.
c. Ditetapkan system komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
menggunakan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
d. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien.
e. Sarana dan prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perjanjian perundang-
undangan yang berlaku.

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 18
BAB VII
PENDIDIKAN DAN LATIHAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, dan pengalaman
pegawai Rumah Sakit dalam melaksanakan kegiatan/unsur-unsur K3 maka dipandang
perlu untuk melaksanakan pendidikan dan latihan K3. Tujuan diselenggarannya diklat
K3 adalah untuk membentuk karyawan yang peka, tanggap dan waspada terhadap K3
sehingga mempunyai kesadaran dan kemauan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
K3.
B. Pengertian
Diklat adalah suatu upaya menambah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman
secara sistimatik dari suatu pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang ingin
didapatkan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan diklat adalah :
a. Diklat kelas
Diklat kelas untuk pembahasan teori, dan diskusi sesuai dengan materi yang
disampaikan dan berkaitan dengan unsur-unsur K3.
b. Simulasi
Dilakukan simulasi K3 yang bermanfaat memberikan pengalaman dan gambaran
peristiwa kejadian K3, seperti:
 Pemadaman api dengan APAR
 Evakuasi pasien

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 19
BAB VIII
SISTEM EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah
kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal. Evaluasi bertujuan untuk
menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan sekaligus memberikan penilaian apakah
kegiatan yang dilakukan telah mencapai sasaran yang diharapkan atau hasil kegiatan belum
memenuhi harapan sehingga perlu dilakukan tindak lanjut sehingga dicapai sasaran yang
diharapkan.

B. PENGERTIAN
Evaluasi merupakan hasil pelaksanan kegiatan dari rencana kegiatan-kegiatan atau yang
telah bibuat. Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil
pelakasanaan kegiatan atau evaluasi.

C. RUANG LINGKUP
Kegiatan meliputi :
a. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur-unsur K3 rumah sakit
b. Mengadakan pertemuan 3 (tiga) bulanan guna membahas hasil pelaksanan kegiatan k3
c. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
d. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada direktur rumah
sakit

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 20
BAB IX. PENUTUP

Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna
masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu masukan dan saran untuk
memperbaikan peningkatan buku pedopman ini, merupakan suatu yang sangat berharga. Semoga
buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk berkecimbung
dibidang K3 RSI Banjarnrgara.

Banjarnegara, 7 Oktober 2014


Direktur RSI Banjarnegara

Dr. Setyoko M

Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI


Banjarnegara Tahun 2014 Page 21

Anda mungkin juga menyukai