PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdirinya sebuah Rumah Sakit dilengkapi dengan bermacam-macam peralatan yang
memerlukan perawatan atau pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan,
kesehatan, mencegah kebakaran dan persiapan penanggulangan bencana. Keselamata
Kerja diterapkan di lingkungan kerja yang mana didalamnya terdapat bahaya kerja.
Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan pencegahan terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya
promotif, prefenti, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja lingkungan sehingga
setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat atau orang lain di sekelilingnya dan tercapai produktivitas kesehatan
dan produktifitas pekerja Rumah Sakit.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Kesehatan Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Kesehatan Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor : 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan swasta di Bidang Medik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 028/MENKES/PER/I/2011
tentang Klinik;
7. Surat Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor : 445/3125 tentang Surat Ijin
operasional Rumah Sakit Umum Kelas D;
8. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
002/SK/YRSIB/I/2013, tanggal 14 Januari 2013 tentang Struktur Organisasi Rumah
Sakit Islam Banjarnegara;
9. Surat Keputusan Direktur Nomor : 079/SK/RSIB/II/2013 tanggal 22 Februari 2013
Tentang Pemberlakuan Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
10. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
100/SK/RSIB/III/2013, Tanggal 07 Maret 2013 Tentang Penetapan Pejabat Struktural
Di Lingkungan Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
11. Surat Keputusan Direktur RSI Banjarnegara Nomor : 419 / SK / RSIB / VI / 2013
Tentang Revisi Pembentukan Tim Akreditasi RSI Banjarnegara;
D. FALSAFAH
Keselamatan, kesehatan kerja (K3) di Rumah Sakit, adalah suatu upaya
pengelolaan resiko di lingkungan kerja untuk meminimalkan dampak tempat kerja
sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman dan sehat.
E. PENGERTIAN
Dalam pedoman ini ada beberapa pengertian yang mesti diketahui antara lain :
1. Tampat kerja
Tampat kerja adalah tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk
melaksanakan tugas
2. Karyawan
Karyawan adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa palayanan kesehatan kepada
masyarakat.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja
Keselamatan, kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan antarakesehatan dan keselamatan.
Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI
Banjarnegara Tahun 2014 Page 2
4. Upaya keselamatan
Upaya keselamatan adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri maupun masyarakat disekelilingnya.
5. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
6. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan, karena
peristiwa tersebut tidak terdapat unsure kesengajaan, lebuh-lebih dalam bentuk
perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling
berat.
7. Penyakit akibat kerja
Adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang mengandung
paparan/kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.
Kebijakan direksi tentang keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana adalah:
3. Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian kebakaran di Rumah Sakit dapat diterapkan saat akan
membangun Rumah Sakit, sebagai berikut :
Menyediakan system alarm kebakaran di Rumah Sakit dengan jumlah yang cukup.
Ditetapka system komusikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien
Sarana dan prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perjanjian perundang-undangan
yang berlaku.
4. Pendidikan dan pelatihan K3
Pendidikan dan pelatihan K3 di rumah sakit, ditetapkan sebagai berikut :
Setiap pegawai di Rumah Sakit diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan
pelatihan K3 untuk menambah pangetahuan dan ketrampilan dibidang K3.
Rumah Sakit melalui urusan diklat menyelenggaraka pendidikan dan pelatihan K3 bagi
pegawai secara berkala dan berkesinambungan.
Materi pendidikan dan latihan K3 akan selalu disesuikan dengan kebutuhan, kemajuan
dan perkembangan K3.
Pendidikan dan pelatihan K3 dapat melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah, dll.
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merupakan suatu bentuk bada usaha di bidang jasa yang meliputi
komponen manusia, mesin, peralatan dan energy yang merupakan asset untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja
yang lebih baik. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya agar setiap pegawai dapat
bekerja secera sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun pegawai lainnya dan
lingkungan Rumah Sakit. Upaya tersebut diatas meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan, oleh karenanya harus dilakukan identifikasi permasalahan,
evaluasi dan tindak lanjut yang harus segera dilakukan. Kegiatan-kegiatan K3 Rumah
Sakit harus dapat meminimalkan terjadinya penyakit akibat kerja dan ecelakaa akibat
kerja serta memberikan rasa aman akan adanya bencana dan kebakaran. Berdasarkan hal
tersebut diatas maka dipandang perlu untuk menunjuk dan mengangkat panitia K3
Rumah Sakit yang merupakan organisasi non structural, yang terdiri dari tenaga staf dan
tenaga penunjang.
Direktur
Kelompok Kerja
Kelompok Kerja Kelompok Kerja
F. POLA KETENAGAAN
Dalam kepanitiaan K3 dibutuhkan ketenagaan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) RSI
Banjarnegara Tahun 2014 Page 9
1. Ketua P2K3RS
Ketua adalah seorang dokter umum/ perawat berpengalaman dibidang K3 minimal
3 tahun. Mampu melaksanakan pertolongan hidup dasar (Basic Life Support)
2. Anggota P2K3RS
Pegawai Rumah Sakit dari berbagai unsur bagian Rumah Sakit sesui kedudukan
dalam tim, seperti:
o Tim keselamatan kerja terdiri dari unsure medis (dokter umum), personalia,
kesehatan lingkungan.
o Tim kebakaran terdiri dari unsur manager rumah tanggga, satpam, tekhnisi,
tata graha.
o Tim kewaspadaan bencana terdiri dari unsur perawat, dokter UGD. Staf ini
harus telah mendapatkan pelatihan K3.
3. Pendukung PK3RS
Anggota pendukung PK3RS adalah seluruh pegawai Rumah Sakit yang setingkat
dengan kepala urusan/ Unit/kepala perawat dan penanggungjawab ruangan.
Pegawai rumah sakit ini telah mengikuti pelatihan K3. Pelaksanaan kegiatan K3 di
Rumah Sakit harus berjalan setiap saat, mengingat pola kerja di Rumah Sakit pada
umumnya yang terbagi menjadi tiga shift kerja maka ditetapkan pola tenaga P2
K3 agar dapat memenuhi ketenagaan pendukung P2K3 disetiap shiftnya, sebagai
brikut :
o SHIFT pagi Disediakan tenaga pendukung sebanyak 24 orang yang terdiri dari
Kepala Unit / Perawatan/ urusan/ yang bertugas saat ini.
o SHIFT sore dan SHIFT malam
Disediakan tenaga pendukung masing-masing shift sebanyak 18 orang yang
terdiri dari penanggung jawab shift disetiap ruangan ditambah dengan seorang
dokter UGD dan kepala jaga. Dengan demikian dapat dihitung bahwa seluruh
tenaga pendukung yang tersedia di Rumah Sakit adalah 24 +18+18+2=62
orang.
A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di setiap
tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan
meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin resiko
kecelakan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan
produktifitas dan efesiensi. Dalam pelaksanan pekerjaan sehari-hari karyawan/ pekerja di
sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajang
dengan resiko.
Bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai
yang paling berat tergantung jenis pekerjaanya. Dalam Undang-undang nomor 23 tahun
1992 tentang kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya
kesehatan kerja wajib diselengarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja
yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk
memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan
tenaga kerja .
B. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan pemantauan keselamatan kerja adalah sekumpulan kegiatan yang
menganalisa, menilai dan memberikan masukkan dalam upaya menjamin terciptanya
kondisi produktivitas dapat ditingkatkan.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pemantauan keselamatan kerja adalah sekumpulan kegiatan yang
menganalisa, menilai dan memberikan masukan mengacu pada perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku, meliputi :
a. PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM
Merupakan air yang mempunyai kualitas minimal sebagaimana yang terlampir dalam
PERMENKES no.416 tahun 1990. Pemantauan air bersih dan air minnum dilakukan
dengan cara :
Memeriksa dan menjamin ketersediaaan air bersih dan air minum yang
dilakukan setiap hari pada penampungan sir bersih dan gudang air minum
Mengirimkan sampel air minum dan air bersih ke laboratorium BTKL dengan
frekuensi penngiriman sebanyak 4 kali setahun denngan perameter bekteriologi
dan kimia dan merujuk pada keputrusan Dirjen P2MPLP Nomor :
b. PENGOLAHAN LIMBAH
Pengolahan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasinal Rumah
Sakit sehinggan memenuhi persyaratan yang terdapat dalam ....................................
tentang penetapan dan baku mutu air sungai/badan air serta baku mutu limbah cair .
Pengolahan air limbah ini diolah dalam instansi pengolahan air limbah dengan sistem
aerob dan anaerob bio filter sytem. Pemantauan pengolahan air limbah dilakukan
dengan cara :
Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan parameter
fisik dan bau.
Pemeriksaan setip hari tempat penyimpanan limbah B3
Mengirim sampel air limbah dari outlet IPAL ke BPLHD sebanyak 4 kali setahun
dengan parameter sesuai ................................................................. dengan hasil segera
di nevaluasi dan ditindaklanjuti.
c. PENGOLAHAN SAMPAH
Pengolahan terhadap semua sampah baik sampah medis maupun sampah nonmedis
yang dihasulkan dalam kegiatan operasional RSIA Hernia podomoro sehingga
memeuhi persyaratan tercantum dalam SK Dirjen P2MPLP No.281-II-/PD.03.04.Lp
tahun 1989 tentang persyaratan kesehatan pengelolahan sampah dan SK Dirjen
P2MPLP no. HK.00.06.6.44 tahun1993 tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata
cara penyehatan limgkungan rumah sakit. Untuk kategori sampah nono
medisdilakukan pengolahan dengan cara dimasukan ke dalam kantong plastik
berwarna hitam. Untuk keetegori medis, pengolahan sampah dimasukan ke dalam
kantong plastik berwarna kuning. Pemantauan pengolahan sampah dilakukan dengan
cara :
Pemeriksaan kebersihan TPS non medis dan medis setiap hari dengan lembar
kontrol.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis dengan
sampah non medis.
Wawancara dengan pegawai, pengunjung serta warga sekitar tentang pengolahan
sampah.
d. PENGENDALIAN SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU
e. SANITASI MAKANAN
Upaya penyehatan terhadap tempat dan sarana pencucian linen hingga linen siap
dipakai dalam kegiatan operasional Rumah Sakit. Pemantauan terhadap ruang laundry
meliputi :
Proses pencucian dan penghalusan sesuai standar yang telah ditentukan
Penggunaan APD di ruang laundry
Pengukuran suhu dan kelembaban setiap bulan dan dilakukan evaluasi serta
tindaklanjut dari hasil pengukuran.
g. INFEKSI NOSOKOMINAL
Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efesien dan produktif di semua bagian
dalam dari gedung Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara pengkuran
kualitas pencahyaan setiap bulan sekali dengan perameter yang telah ditentukan.
k. PENYEHATAN UDARA
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memandai untuk
menjamin kesehatan pemakaian ruangan, diseluruh bagian gedung Rumah Sakit,.
Pemantuan dilakukan dengan cara menukur tingkat suhhu dan kelembaban setiap hari
dengan parameter yangb telah ditentukan.
l. KEBISINGAN RUANGAN
Tempat yang tersedia oleh Rumah Sakit sebagai tempat pembuangan dan atau
keperluan lain yang diperuntuhkan bagi pasien, pengunjung dan karyawan.
Pemantauan terhadap fasilitas toilet dengan cara :
Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan frekuensi sebanyak 3 kali
24 jam
Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat dalam fasilitas toilet
yang dilakukan setiap hari.
Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam fasilitas toilet setiap 3
bulan sekali.
p. KETENAGAAN
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di rumah sakit
aman terhadap tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh salama
melaksanakan kegiatan dinas dirumah sakit sehingga karyawan merasa aman bekerja
dan tetap terjaga kesehatanya. Pemantauan terhadap kesehatan karyawan dilakukan
dengan cara :
Pemeriksaan para pekerja bagi calon pegawai yang melamar di Rumah Sakit,
meliputi pemeriksaan fisik organ, laboratorium rutin serta evaluasi psikologi.
Adalah alat yang digunakan untuk pengamanan pegawai dalam pelaksanan tugas
dan tanggung jawab terhadap resiko terkontaminasi diri dari pasien, radiasi
penyinaran, bahan bahaya dan beracun (B3), pengunaan peralatan, dll.
Merupakan sarana yang berkaitan dengan pisik gedung atau bangunan Rumah
Sakit denngan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien, dan
pengunjung Rumah Sakit. Fasilitas perlengkapan tersebut meliptuti ;
Pegangan pada tepi tangga
Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil
Pintu dapat dibuka dari luar
Tempat tidur delengkapi tralis penahan dibagian tepi
Sumber listrik (stop Kontak) mempunyai pengaman
BAB V
KEBAKARAN
A. LATAR BELAKANG
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/memwaspadai kan faktor-faktor
yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-
langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan
kebakran membutuhkan suatu program penmdidikan dan pengawasan beserta
pengawasan pagawai, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas
bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang
baik dari peralatan pemadaman kebakaran termasuk memedmliharanya baik segi siap-
pakainya maupun dari segi mudah dicapainya.
B. PENGERTIAN
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
hendaki, merugikan dan pada umunya sukar dikendalikan.
C. PENCEGAHAN KEBAKARAN
Pengolahan pencegahan kebakartan di Rumah sakit yaitu dengan mengendalikan
sumber panas seperti Listrik, Listrik statis, Nyala api dan bahan mudah terbakar seperti
kertas, karpet, karet dll. Cara pengendaliannya Adalah sebagai berikut :
Menyediakan alat peralatan pemadam Api Ringan (APAR) Dengan jumlah Cukup
sesuai ketentuan yang berlaku.
Inspeksi tanda peringatan pemadaman kebakaran secara berkala.
Pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya kebakaran pada tempat-tempat
beresiko.
D. PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya
Oksigen dalam kebakaran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pemadam Api Ringan (APAR), yang fungsinya mengisolasi adanya oksigen dalam api
yang dapat manimbulkan kebakaran. APAR sebagai media yang dapat menimbulkan
reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut. Agar pegawai
dapat melakukan penanggulangan kebakaran secara berkala dengan menggunakan
APAR , simulasi penggunaan dan mengontrol fungsi Alat pendekteksi asap agar
berfungsi baik. Alarm kebakaran dengan jumlah cukup . alat pemandaman API Ringan
BAB VI
KEWASPADAAN BENCANA
A. Latar Belakang
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja datangnya tiba-tiba. Rumah
Sakit sebagai salah satu “Public Area” tidak mustahil menghadapi bahaya ini.
Sehubungan dengan hal di atas perlu disusun suatu acuan atau pedoman bagi seluruh
pegawai Rumah Sakit untuk menghadapi suatu bencana yang mungkin akan terjadi di
Rumah Sakit.
B. Pengertian Bencana
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugiam harga benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, dan prasarana umum yang memerlukan
pertolongan dan bantuan secara khusus.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan-kegiatan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit, meliputi:
a. Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bancana yang dapat
digunakan bagi seluruh pegawai rumah sakit dalam mengambil langkah-langkah
yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di rumah sakit, oleh
karena itu telah dibuat buku pedoman penanggulangan bencana yang dapat
dievaluasi untuk perbaikan system penanggulangan bencana.
b. Pembakalan bagi pegawai dalam menghadapi bencana untuk pembekalan
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam penanggulangan bencana
maka diadakan pelatihan dan stimulasi penanggulangan bencana yang dilaksanakan
sebanyak 1x setiap satu tahunnya.
c. Ditetapkan system komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
menggunakan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
d. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien.
e. Sarana dan prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perjanjian perundang-
undangan yang berlaku.
A. Latar Belakang
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, dan pengalaman
pegawai Rumah Sakit dalam melaksanakan kegiatan/unsur-unsur K3 maka dipandang
perlu untuk melaksanakan pendidikan dan latihan K3. Tujuan diselenggarannya diklat
K3 adalah untuk membentuk karyawan yang peka, tanggap dan waspada terhadap K3
sehingga mempunyai kesadaran dan kemauan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
K3.
B. Pengertian
Diklat adalah suatu upaya menambah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman
secara sistimatik dari suatu pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang ingin
didapatkan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan diklat adalah :
a. Diklat kelas
Diklat kelas untuk pembahasan teori, dan diskusi sesuai dengan materi yang
disampaikan dan berkaitan dengan unsur-unsur K3.
b. Simulasi
Dilakukan simulasi K3 yang bermanfaat memberikan pengalaman dan gambaran
peristiwa kejadian K3, seperti:
Pemadaman api dengan APAR
Evakuasi pasien
A. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah
kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal. Evaluasi bertujuan untuk
menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan sekaligus memberikan penilaian apakah
kegiatan yang dilakukan telah mencapai sasaran yang diharapkan atau hasil kegiatan belum
memenuhi harapan sehingga perlu dilakukan tindak lanjut sehingga dicapai sasaran yang
diharapkan.
B. PENGERTIAN
Evaluasi merupakan hasil pelaksanan kegiatan dari rencana kegiatan-kegiatan atau yang
telah bibuat. Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil
pelakasanaan kegiatan atau evaluasi.
C. RUANG LINGKUP
Kegiatan meliputi :
a. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur-unsur K3 rumah sakit
b. Mengadakan pertemuan 3 (tiga) bulanan guna membahas hasil pelaksanan kegiatan k3
c. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
d. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada direktur rumah
sakit
Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna
masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu masukan dan saran untuk
memperbaikan peningkatan buku pedopman ini, merupakan suatu yang sangat berharga. Semoga
buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk berkecimbung
dibidang K3 RSI Banjarnrgara.
Dr. Setyoko M