Anda di halaman 1dari 35

Lampiran Perdir RSIA Catherine Booth Makassar

Nomor : 0901/RSIACB/DIR/PER/VI/2020

Tanggal : 12 Juni 2020

Tentang : Pedoman Pengelolaan B3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan penghasil limbah dalam jumlah yang besar, dimana
beberapa diantaranya membahayakan kesehatan dilingkungannya.
Di Negara maju diperkirakan 0,5 – 0,6 kg pertempat tidur Rumah sakit perhari.
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan
dengan memilah limbah ke dalam kategori untuk masing-masing kategori
diterapkan cara pembuangan yang berbeda.
Limbah Rumah sakit mengandung limbah organik dan anorganik tetapi juga
limbah infeksius yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. Untuk hal
tersebut diatas maka rumah sakit wajib mempunyai Pedoman yang mengelola
tentang limbah sebagai acuan dalam pelaksanaan di lapangan.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah untuk
mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup
akibat penggunaan B3, serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan RSIA
Catherine Booth Makassar.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan Panduan Pengelolaan B3 RSIA
Catherine Booth Makassar, adalah :

1
a. Dapat melakukan inventarisasi B3
b. Dapat melakukan penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3
c. Dapat menentukan dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang
benar, dan prosedur penggunaan, prosedur bila terjadi tumpahan atua
paparan.
d. Dapat melakukan pelabelan pada B3
e. Dapat melakukan pelaporan dan investigasi dari tumpahan/terpapar, atau
insiden lainnya.
f. Dapat mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun dlam Material
Safety Data Sheet (MSDS).
1.3 Pengertian
1. Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah zat, energi dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup dan/ataumembahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain.
2. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
3. Bahan sangat mudah sekali menyalah (extremely flammable) adalah B3 baik
berupa padatan maupun cairan yang mempunyai titik nyala dibawah 0°C dan
titik didih lebih rendah atau sama dengan 35°C.
4. Bahan sangat mudah menyalah (highly flammable) adalah B3 baik berupa
padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala 0°C sampai 21°C.
5. Bahan mudah menyalah (flammable) adalah B3 bila berupa cairannya itu
mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau titik nyala (flash
point) tidak lebih dari 60°C (140°F) akan nyala apabila terjadi kontak dengan
api, percikan api, atau sumber nyalalain pada tekanan udara 760 mmHg,
sedangkan bila berupa padatan yaitu B3 yang pada temperature dan tekanan
standar (25°C, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan

2
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10
detik.
6. Bahan beracun adalah B3 yang sifatnya racun bagi manusia akan
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh
melalui pernapasan, kulit atau mulut.
7. Bahan berbahaya (harmful) adalah bahan baik padat maupun cair atau gas
yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi atau pun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
8. Bahan korosif adalah B3 yang mempunyai sifat antara lain menyebabkan
iritasi (terbakar) pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng
baja SAE 1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperature pengujian 55°C, mempunyai PH sama atau kurang dari 2 untuk
B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat baja.
9. Bahan bersifat iritasi (irritant) adalah bahan baik padatan maupun cairan yang
jika terjadi kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus
dnegan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
10. Bahan berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment) adalah
bahan yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon
(misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan
tersebut dapat merusak lingkungan.
11. Karsinogenik adalah sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel liar yang
dapat merusak jaringan tubuh.
12. Teratogenik adalah sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
13. Mutagenik adalah sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genetika.
14. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klarifikasi B3.
15. Label B3 adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klarifikasi dan
jenis B3.

3
16. Pengelolaan B3 adalah kegiatan menghasilkan, mengangkut,
mendistribusikan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
17. Penyimpan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas
dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan
hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya.
18. Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke
dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya.
19. Pendistribusian B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke
tempat lain.
20. Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah informasi terperinci yang
disipakan oleh produsen atau manufaktur atau importer dari suatu bahan
kimia yang menjelaskan mengenai sifat kimia dan fisika, bahaya yang ada,
batas bahaya yang diperbolehkan, cara penanganan yang aman, serta
pertolongan pertama.

4
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1. Ruang lingkup
Ruang lingkup panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penanganan terhadap
paparan atau tumpahan B3 secara benar sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Unit- unit yang terkait yang berhubungan dengan
penggunaan dan pemanfaatan bahan berbahaya dan beracun di RSIA
Catherine Booth Makassar, meliputi :
a. Unit Farmasi
b. Unit Rawat Inap
c. Unit Gawat Darurat
d. Unit Rawat Jalan
e. Unit Bedah
f. Radiologi
g. Laboratorium
h. Unit Pemeliharaan Sarana

Untuk penanggung jawab penanggulangan dampak B3 yaitu Unit


pemeliharaan Sarana , Komite PPI, Komite K3RS, unit terkait,
distributor.

2.2. Kebijakan
1. Komite K3 RS membuat mekanisme pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) meliputi :
a. Identifikasi dan pengendalian bahan berbahaya dan beracun
beserta limbahnya dikategorikan oleh WHO dan peraturan
perundang-undangan sebagai berikut :

5
 Infeksius
 Patologis dan anatomi
 Farmasi
 Bahan Kimia
 Logam berat
 Container bertekan
 Benda tajam genotoksik / sitotoksik
 Radioaktif
b. Inventarisasi hasil identifikasi B3 meliputi :
 Lokasi penyimpanan
 Jenis B3
 Jumlah B3
 Limbah B3
c. Pengelolaan B3, mencakup :
 Data inventarisasi B3 dan limbahnya yang meliputi jenis,
jumlah dan lokasi.
 Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 dan
limbahnya.
 Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur
penggunan, prosedur biloa terjadi tumpahan, atau
papacan/pajanan.
 Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta
limbahnya
 Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar),
dan insiden lainnya.
 Dokumentasi, termasuk ijin, lisensi, atau persyaratan peraturan
lainnya.

6
 Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib
melampirkan MSDS/LDP.
2. Komite K3 RS menetapkan fasilitas penyimpanan dan pengelolaan
limbah B3, meliputi :
a. Fasilitas penyimpanan limbah B3 memenuhi persyaratan minimal
sebagai berikut :
 Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen
dengan sistem drainase yang baik, serta mudah dibersihkan
dan dilakukan desinfektan.
 Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan yang
dilengkapi dengan sabun cair.
 Mudah diakses untuk penyimpanan B3.
 Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang
tidak berkepentingan.
 Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan
atau mengangkut limbah.
 Terlindung dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir
dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
atau bencana karja.
 Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga dan burung.
 Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik
serta memadai.
 Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan
makanan
 Peralatan pembersih, alat pelindung diri/APD (antara lain
masker, sarung penutup kepala, goggle, sepatu boot, serta
pakaian pelindung) dan wadah atau kantong limbah harus

7
diletakkan sedekat-dekatnya dengan lokasi fasilitas
penyimpanan.
 Dinding, lantai dan juga langit-langit fasilitas penyimpanan
senantiasa dalam keadaan bersih termasuk pembersihan
lantai setiap hari.
b. Pengelolaan limbah terwujud cair dilakukan di Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
c. Pengelolaan B3 dilaksanakan oleh pihak ketiga yang mempunyai
ijin transporter dan ijin pengelola B3.
d. Pengangkutan/transporter dan pengelolah limbah dilakukan oleh
isntitusi yang berbeda.

BAB III
TATA LAKSANA
3.1. Inventaris/Identifikasi bahan Berbahaya dan Beracun
1. Tata laksana inventaris atau indentivikas bahan berbahaya dan beracun
dengan melakukan telusur tiap bahan kimia tersebut apakah termasuk dalam
daftar atau golongan B3 sebagai lampiran Peraturan Pemerintah No. 74Tahun
2001, sebagai berikut :
a) Mudah meledak (explosive)
b) Pengoksidasi (oxidizing)
c) Mudah menyala (flammable)
d) Sangat beracun (highly toxic)
e) Beracun (moderately toxic)
f) Berbahaya (harmful)
g) Korosif (corrosive)

8
h) Bersifat iritasi (irritant)
i) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
j) Karsinogenik (carcinogenic)
k) Teratogenik (teratogenic)
l) Mutagenik (mutagenic)
m)Gas bertekanan (pressure gas)
2. Bila bahan kimia tidak termasuk atau belum masuk dalam daftar seperti dalam
lampiran PP No : 74/Tahun 2001, tentang Pengeloaan B3, maka cara
Identifikasi dilakukan melalui Uji Karakteristik B3 meliputi :
1) Mudah meledak
2) Mudah terbakar
3) Bersifat reaktif
4) Beracun
5) Menyebabkan infeksi, dan
6) Bersifat korosif

3.2. Pengadaan bahan Berbahaya dan Beracun


Uraian tentang pengadaan barang/jasa sbb :
a. Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
dari instansi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiuatan untuk
memperoleh barang/jasa, yang menggunakan Anggran Pendapatan dan
Belanja RSIA Catherine Booth Makassar, termasuk perbekalan
farmasi.
b. Perbekalan farmasi adalah pengadaan sediaan farmasi yang terdiri dari
obat, alat kesehatan, regensia, radio farmasi dan gas medis dari
penyedia barang
c. Pengadaan Perbekalan Farmasi termasuk bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)

9
Pengadaan langsung dilakukan terhadap pengadaan perbekalan
farmasi sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) pengadaan
Barang/Jasa RSIA Catherine Booth.

3.3. Penerimaan Bahan Berbahaya dan Beracun


a. Memeriksa wadah pengemas
1) Nama sediaan atau nama barang
2) Isi/bobot netto
3) Komposisi isinya dalam nama kimia
4) Nomor registrasi
5) Petunjuk cara penggunaan
6) Petunjuk cara penanganan untuk mencegah bahaya
7) Tanda peringatan lainnya
8) Nama dan alamat pabrik yang memproduksi
b. Cara pertolongan pertama akibat bahan bahaya
Memperhatikan label berupa symbol, gambar, dan atau tulisan berupa
peringatan berbahaya misalnya : “Bahan Peledak”, “Bahan Beracun”, “Bahan
Korosif”, “Bahan Berbahaya”, Bahan Iritasi”, “Bahan Mudah Menyala”, dll.
3.4. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun
1. Pelaksanaan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun (B3) dilakukan :
a) Unit pengadaaan/pendistribusian yaitu unit farmasi (penyimpanan
sementara sebelum bahan didistribusikan ke unit terkait).
b) Unit terkait/pengguna bahnan berbahaya dan beracun (selama dan
setelah penggunaan bahan).
2. Prosedur penyimpanan B3 harus disesuaikan dan berpedoman pada petunjuk
tertulis dari distributor bahan atau MSDS (Material Safety Data Sheet).
Dibuat suatu SPO yang jelas, ditetapkan dan dipahami oleh seluruh karyawan
yang terkait dengan pelaksanaan kerja yang dilakukannya.
3. Persyaratan tempat penyimpanan B3 :

10
a) Tersedia ruang atau lemari B3 yang memenuhi syarat :
 Memiliki sirkulasi udara yang baik
 Suhu ruangan terjaga konstan dan aman
 Aman dari gangguan biologis (tikus, rayap, dll)
b) Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan sebagai
berikut :
 Pemisahan dan pengelompokkan untuk menghindari reaktivitas
:
 Penyusunan tidak melebihi batas maksimum ( anjuran industri)
agar tidak roboh dan rapi
 Khusus bahan dalam wadah silinder/tabung gas bertekanan
ditempatkan di tempat yang aman, tidak lembab dan aman dari
sumber panas (listrik, api terbuka dan lain-lain)
c) Program “ House Keeping” secara periodik (kebersihan, Kerapihan dan
Keselamatan)
d) Terdapat daftar B3
e) Terdapat MSDS atau LDKB ( Lembar Data Keselamatan Bahan)
f) Terdapat simbol dan atau label B3 pada pintu ruangan/lemari tempat
penyimpanan B3.
g) SPO penymipanan B3,penggunaan B3
h) Terdapat Spill Kit B3
i) Sarana K3 disiapkan dan digunakan
3.5. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, dsb) B3
setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara penggunaannya dengan
melihat standar prosedur dan MSDS (Material Safety Data Sheet) yang telah
ditetapkan
a. Penanganan Untuk Personil
1. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan.

11
2. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.
3. Letakkan baahn sesuai ketentuan.
4. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk
5. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan.
6. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan
bahan, hindari terjadinya tumpahan/kebocoran.
7. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan
bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka (accident atau near miss) melalui
formulir yang telah disediakan dan alur yang telah ditetapkan.
b. Penanganan Berdasarkan Lokasi
Daerah – daerah yang beresiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat
penyimpanan, penggunaan dan pengelola B3) yang ada di rumah sakit harus
ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di
area bersangkutan serta dibuat dalam denah rumah sakit dan
disebarluaskan /disosialisasikan kepada seluruh penghuni rumah sakit.
c. Penanganan Administrasi
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi
tanda sesuai potensi bahaya yang ada dan di lokasi tersebut tersedia SPO
untuk untuk menangani B3 antara lain :
1) Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi
2) Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
3) Cara penanganan B3, dll.
Dalam penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3), hal penting yang harus di
perhatian adalah sifat fisik, kimia, bahaya dan akibat dari bahan tersebut.
a. Penanganan Bahan Beracun
Untuk menghindari paparan bahan beracun, cara penanganan yang dilakukan
sebagai berikut :
1) Penanganan dalam ruang khusus atau lemari asam
2) Bekerja dengan arah angin dari pekerja ke sumber emisi

12
3) Ruang kerja berventilasi
4) Memakai alat pelindung masker atau respirator yang tepat
b. Penanganan Bahan Korosif
Untuk mencegah paparan bahan kimia korosif, penanganan jenis bahan ini
dilakukan dengan :
1) Menggunakan sarung tangan ( gloves)
2) Pelindung muka (google)
3) Pelindung badan ( jas lab)
c. Penanganan Bahan Mudah Menyala
Untuk mencegah bahaya kebakaran dalam penanganan bahan mudah
menyala, cara yang dilakukan :
1) Pisahkan 3 unsur terjadinya kebakaran meliputi bahan mudah terbakar O₂
dan sumber panas.
2) Simpan bahan tersebut pada tempat dengan temperature ruang dan
berventilasi cukup.
3) Penyimpanan jauhkan dari sinar matahari atau panas.
4) Hindari dari pengadukan yang menimbulkan panas.
5) Hindari benturan pada ssat pengankutan.
6) Penanganan harus menggunakan alat pelindung diri (kacamata, pelindung
muka dan bahan, sarung tangan)
7) Sediakan alat pemadam api ringan (APAR) di tempat
penyimpanan/lokasi kerja.
d. Penanganan Bahan Iritasi (irritant)
1) Kemasan ruangan bahan PVC/plastik.
2) Ruangan harus menggunkanan alat pelindung diri (sarung tangan,
masker).

13
3.6. Pemberian Label Bahan Berbahaya dan Beracun
1. Setiap kemasan atau tempat /wadah untuk penyimpanan, pengelolaan,
pengumpulan pemanfaatan B3 wajib diberi simbol dan label ysng
menunjukkan karakteristik dan jenis B3.
2. Apabila B3 dalam satu kemasan mempunyai lebih dari satu mempunyai
lebih dari satu karakteristik (mudah meledak, mudah menyala, reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi dan korosif) wajib dilakukan pengujian
karakteristik B3 atau pemberian simbol dn label dari B3 berdasarkan hasil uji
karakteristik yang paling dominan.
3. Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan larangan
bahan berbahaya gas medis harus jelas dan dapat dibaca oleh setiap orang
dengan tepat, khususnya pada ruang penyimpanan gas medis.
4. Berikut tanda macam –macam simbol B3 :
a) Mudah meledak

Simbol ini menunjukkan suatu bahan


suhu dan tekanan standar dapat me
menimbulkan kebakaran atau melalui re
dan/atau fisika dapat menghasilkan g
suhu dan tekanan yang tinggi yang de
dapat merusak lingkungan di sekitarnya.

b) Pengoksidasi (Oksidator)

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat


melepaskan banyak panas atau menimbulkan api
ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya,
terutama bahan-bahan yang sifatnya mudah
terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara.

14
c) Mudah Menyala (Flammable)

Simbol ini menunjukkan suatu ba


menjadi panas atau meningkat suh
karena kontak dengan udara p
tertentu, Padatan yang mudah terba
dengan sumber nyala api, Gas yan
pada suhu dan tekanan normal, M
yang sangat mudah terbakar

d) Bahan Beracun (Toxic)

B3 yang bersifat racun


akanmenyebabkan kematian atau
serius apabila masuk kedalam
pernafasan, kulit atau mulut.

e) Bahan berbahaya (Harmful)

Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik


berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika
terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral
dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
sampai tingkat tertentu.

15
f) Bahan Bersifat Iritasi (Irritant)

Simbol ini menunjukkan suatu bahan


yangPadatan maupun cairan yang terjadi
kontak secara langsung dan/atau terus
menerus dengan kulit atau selaput lendir
dapat menyebabkan iritasi atau peradangan.

g) Bahan Korosif (corrosive)

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang


memiliki karakteristik yaitu menyebabkan
iritasi (terbakar) pada kulit, menyebabkan
proses pengkaratan pada lempeng baja.

h) Bahan Berbahaya bagi Lingkungan (dangerous for the environment)

Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan


yang dapat menimbulkan bahaya terhadap
lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak
atau menyebabkan kematian pada ikan atau
organisme lainnya atau bahaya lain yang
dapat ditimbulkan.

16
i) BahanKarsinogenik, Teratogenik, dan Mutagenik

Simbol ini mempunyai karakteristik yaitu :

a. Karsinogenik dapat penyebab sel kanker,


yakni sel liar yang dapat merusak jaringan
tubuh.
b. Teratogenik dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio.
c. Mutagenik dapat menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah
genetika.

j) Gas Bertekanan (pressure gas)

Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas


bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi
dan dapat meledak bila tabung
dipanaskan/terkena panas atau pecah dan
isinya dapat menyebabkan kebakaran.

3.7. Investasi bahan Berbahaya dan Beracun di RSIA Catherine Booth Makassar
No Bahan Sifat Lokasi
1 Alkohol 70% Mudah menyala Farmasi
2 Aceptik Mudah menyala Semua Unit
3 Acetic Acid Beracun, Mudah menyala Laboratorium
Mudah menyala, iritan,
4 Vaseline Unit Bedah
berbahaya bagi lingkungan

17
Korosif, karsinogenik,
5 Polidine Unit Bedah
berbahaya bagi lingkungan
Farmasi, Unit
6 Isoflurane Irritant, beracun
Bedah
7 Bubuk PK Beracun, Mudah meledak Farmasi
Iritan, Korosif, Berbahaya Farmasi, Unit
8 Hydrogen Peroxide 3%
bagi lingkunan Bedah
Farmasi, Unit
9 Sofnolime Korosif
Bedah
Iritan, korosif, berbahaya Farmasi, Unit
10 Surfanios Premium
bagi lingkungan Bedah
Farmasi, Unit
11 Sevoflurane Iritan, beracun
Bedah
Farmasi, Unit
12 Septalkan Iritan, beracun
Bedah
Korosif, Berbahaya bagi
13 Poli Wash Unit Bedah
lingkungan
Unit Bedah,
Gizi, Ruang
Mudah meledak, mudah
14 LPG, O₂ rawat inap, Unit
menyala
pemeliharaan
sarana
Unit
Spiritus, Bensin N₂O,
15 Mudah menyala pemeliharaan
Solar, Thinner
sarana
Berbahaya bagi Unit
Accu Basah, Accu
16 lingkungan, corrosive, pemeliharaan
Kering
irritant sarana

18
Radiasi sinar X, sinar
Alfa, Sinar Beta dan
17 Mutagenic Unit Radiologi
Sinar Gamma Ir₁₉₂, I₁₃₁,
Tc₉₉, Sa₁₅₂
Beracun, berbahaya bagi Unit
18 Hb reagen (Na Sianida)
lingkungan Laboratorium
Unit
19 Bio Extran Netral Mudah menyala
Laboratorium
Unit
20 Larutan Dungern / EOS Beracun
Laboratorium
Mudah menyala,
Unit
21 Larutan BCB/RETI karsinogenik, iritan,
Laboratorium
berbahaya bagi lingkungan
Unit
22 Methylen Blue Mudah menyala, beracun
Laboratorium
Beracun, mudah Unit
23 Carbol Fuchsin
terbakar,iritan Laboratorium
Unit
24 Lugol pro gram Beracun, mudah menyala
Laboratorium
Unit
25 NaCl Jenuh Beracun, korosif
Laboratorium
Unit
26 Esbach Iritan, Beracun
Laboratorium
Unit
27 KOH 10% Korosif, beracun
Laboratorium
beracun, berbahaya bagi Unit
28 Fehling A
lingkungan Laboratorium
29 Fehling B Iritan, korosif Unit

19
Laboratorium
Asam sulfo salicylat Mudah menyala, iritan, Unit
30
2% beracun Laboratorium
Iritan, Berbahaya bagi Unit
31 Iodium
lingkungan Laboratorium
Turk Pekat (Asam Unit
32 Iritan, karsinogenik
asetat glacial) Laboratorium
Unit
33 Aceton Beracun, mudah menyala
Laboratorium
Beracun, mudah menyala, Unit
34 HCl Alkohol 3%
corrosive, irritant Laboratorium
Mutagenik, korosif,
Unit
35 Carbol gentian violet beracun, berbahaya bagi
Laboratorium
lingkungan
Beracun, mudah menyala, Unit
36 Fuchsin pro gram
iritan Laboratorium
Unit
37 Hayem beracun, iritan
Laboratorium

3.8. Prosedur Pengelolaan Limbah B3


Prinsip – prinsip pengelolaan limbah B3 di rumah sakit adalah :
a. Identifikasi jenis limbah B3 dilakukan dengan cara :
1) Identifikasi dilakukan oleh unti kerja kesehatan lingkungan dengan
melibatkan unit penghasil limbah di rumah sakit.
2) Limbah B3 yang diidentifikasi meliputi jenis limbah, karakteristik,
sumber, volume yang dihasilkan, cara pewadahan, cara pengangkutan
dan acara penyimpanan serta cara pengolahan.
3) Hasil pelaksanaan identifikasi dilakukan pendokumentasian.

20
b. Tahapan penanganan pewadahan dan pengangkutan limbah B3 diruangan
sumber, dilakukan dengan cara :
1) Tahapan penanganan limbah B3 harus dilengkapi dengan Standar
Prosedur Operasional (SPO) dan dilakukan pemutakhiran secara
berkala dan berkesinambungan.
2) SPO penanganan limbah B3 disosialisasikan kepada kepala dan staf
unit kerja yang terkait dengan limbah B3 di rumah sakit.
3) Khusus untuk limbah B3 tumpahan di lantai atau dipermukaan lain di
ruangan seperti tumpahan darah dan cairan tubuh, tumpahan cairan
bahan kimia berbahaya, tumpahan cairan mercury dari alat kesehatan
harus dibersihkan menggunakan perangkat alat pembersih (spill kit)
atau dengan alat dan metode pembersihan lain yang memenuhi syarat.
Hasil pembersihan limbah B3 tersebut ditempatkan pada wadah
khusus dan penanganan selanjutnya diperlukan sebagai limbah B3,
serta dilakukan pencatatan dan pelaporan kepada unti kerja terkait di
rumah sakit.
4) Pengangkutan limbah B3 daru ruangan sumber TPS limbah B3 harus
menggunakan kereta angkut khusus berbahan kedap air, mudah
dibersihkan, dilengkapi penutup, tahan karat dan bocor. Pengangkutan
limbah tersebut menggunakan jalur (jalan) khusus yang jauh dari
kepadatan orang di ruangan rumah sakit.
5) Pengangkutan limbah B3 dari runangan sumber ke TPS dilakukan oleh
petugas yang sudah mendapatkan pelatihan penanganan limbah B3
dan petugas harus menggunakan pakaian dan alat pelindung diri yang
memadai.
c. Pengurangan dan pemilahan limbah B3 dilakukan dengan cara :
1) Upaya pengurangan dan pemilahan limbah B3 harus dilengkapi
dengan SPO dan dapat dilakukan pemutakhiran secara berkala dan
bekesinambungan.

21
2) Pengurangan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan dengan cara antara
lain :
 Menghindari penggunaan material yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun apabila terdapat pilihan yang lain.
 Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau
material yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan
dan atau pencemaran terhadap lingkungan.
 Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia
dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan
dan kadaluarsa, contohnya menerapkan prinsip first in first out
(FIFO) atau first expired first out (FEFO).
 Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan sesuai jadwal.
d. Bangunan TPS di rumah sakit harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Pemilahan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan di TPS limbah B3
dengancara antara lain :
1) Memisahkan limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan atau
karakteristik limbah B3
2) Mewadahi limbah B3 sesuai kelompok limbah B3. Wadah limbah B3
dilengkapi dengan palet.
f. Penyimpanan sementara limbah B3 dilakukan dengan cara :
1) Cara penyimpanan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan dapat
dilakukan pemutakhiran/revisi bila diperlukan.
2) Penyimpanan sementara limbah B3e di rumah sakit harus ditempatkan
di TPS lkimbah B3 sebelum dilakukan pengangkutan, pengolahan dan
atau penimbunan limbah B3.

22
3) Penyimpanan limbah B3 menggunakan wadah/tempat/container
limbah B3 dengan desain dan bahan sesuai kelompok atau
karakteristik limbah B3.
4) Penggunaan warna pada setiap kemasan dan/ atau wadah limbah
sesuai karakteristik limbah B3. Warna Kemasan dan atau wadah
limbah B3 tersebut adalah :
 Merah, untuk limbah radioaktif.
 Kuning, untuk limbah infeksius dan limbah patologis.
 Cokelat atau hitam, untuk limbah bahan kimia kadaluarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan, dan limbah farmasi.
g. Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau
wadah limbah B3 sesuai karakteristik limbah B3. Simbol pada kemasan
dan/atau wadah limbah B3 tersebut adalah :
 Radioaktif, untuk limbah radioaktif.
 Infeksius, untuk limbah infeksius, dan
 Toksik/flammable/campuran/ sesuai dengan bahayanya untuk
limbah bahan kimia.
h. Lamanya penyimpanan limbah B3 untuk jenis limbah dengan karakteristik
infeksius, benda tajam dan patologis di rumah sakit sebelum dilakukan
pengangkutan limbah B3, dan /atau penimbunan limbah B3, harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Limbah B3 kategori Infeksius, patologis, benda tajam harus disimpan
pada TPS dengan suhu lebih kecil atau sama dengan 0°C (nol derajat
Celsius) dalam waktu sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari.
2) Limbah B3 kategori Infeksius, patologis, benda tajam dapoat disimpan
pada TPS dengan suhu 3°C sampai dengan 8°C dalam waktu sampai
dengan 7 (tujuh) hari.

23
i. Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan cara :
1) Pengangkutan limbah B3 keluar rumah sakit dilaksanakan apabila
tahap pengolahan limbah B3 diserahkan kepada pihak pengolah atau
penimbun limbah B3 dengan pengangkutan menggunakan jasa
pengangkutan limbah B3 (transporter limbah B3).
2) Cara pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan Spo dan dapat
dilakukan pemutakhiran secara berkala dan berkesinambungan.
3) Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian
kerjasama secata three parted yang ditandatangani oleh pimpinan dari
pihak rumah sakit, pihak pengangkut limbah B3 dan pengolah atau
penimbun limbah B3.
4) Rumah sakit memastikan bahwa :
 Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3
memiliki perizinan yang lengkap sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Izin yang dimiliki oleh
pengolah maupun pengangkut harus sesuai dengan jenis
limbah yang dapata diolah/diangkut.
 Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut
limbah B3 harus sesuai dengan yang tercantum dalam
perizinan pengangkutan limbah B3 yang dimiliki.
 Ditetapkan jadwal tetap pengangkutan limbah B3 oleh pihak
pengangkut limbah B3.
 Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai,
dilengkapi symbol limbah B3 dan nama pihak pengangkut
limbah B3.
j. Pengolahan limbah B3 memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Pengolahan secara eksternal (pihak ketiga) dilakukan kerja sama dengan
pihak pengolah atau penimbun limbah B3 yang telah memiliki izin.

24
Rumah sakit (penghasil) wajib bekerja sM dengan tiga pihak yakni
pengolah dan pemgangkut yang dituangkan dalam satu nota kesepakatan
antara rumah sakit, pengolah, dan pengangkut. Nota kesepakatan memuat
tentang hal-hal yang wajib dilaksanakan dan sanksi bila kesepakatan
tersebut tidak dilaksanakan sekurang-kurangnya memuat tentang :
1) Frekuensi pengangkutan
2) Lokasi pengambilan limbh padat
3) Jenis limbah yang diserahkan kepada pihak pengolah, sehingga perlu
dipastikan jenis limbah yang dapat diolah oleh pengolah sesuai izin
yang dimiliki.
4) Pihak pengolah dan pengangkut mencantumkan nomor dan waktu
kadaluarsa izinnya.
5) Pihak pengangkut mencantumkan nomor izin, nomor polisi kendaraan
yang digunakan oleh pengangkut, dapat dicantumkan lebih dari 1
(satu) kendaraan.
6) Besaran biaya yang dibebankan kepada rumah sakit.
7) Sanksi bila salah satu pihak tidak memenuhi kesepakatan.
8) Langkah-langkah pengecualian bila terjadi kondisi tidak biasa.
k. Penanganan kedaruratan
Dalam kondisi darurat baik karena terjadi kebakaran dan atau bencana
lainnya di rumah sakit, untuk menjaga cakupan penanganan limbah B3
tetap maksimal, rumah sakit perlu menyusun prosedur kedaruratan
penanganan limbah B3 rumah sakit. Bagi rumah sakit yang menyerahkan
seluruh pengolahan limbahnya ke pihak pengolah atau penimbun limbah
B3 (off-side), maka dalam kondisi darurat sistem pengolahan ini harus
tetap dilaksanakan meskipun dengan frekuensi pengambilan limbah B3
yang tidak normal.

25
l. Penyediaan fasilitas penanganan limbah B3
1) Wadah penampungan limbah B3 di ruangan sumber memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air,
antikarat dan dilengkapi penutup.
 Ditempatkan di lokasi yang tidak mudah dijangkau
sembanrang orang
 Dilengkapi tulisan limbah B3 dan symbol B3 dengan ukuran
dan bentuk sesuai standar permukaan wadah.
 Dilengkapi dengan alat eyewash.
 Dilengkapi logbook sederhana.
 Dilakukan pembersihan secara periodic.
2) Alat angkut (troli) limbah B3, harus memenuhi ketntuan teknis sebagai
berikut :
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air,
antikarat dan dilengkapi penutup dan beroda.
 Di simpan di TPS limbah B3, dan dapat dipakai ketika
digunakan untuk mengambil dan mengangkut limbah B3 di
ruangan sumber.
 Dilengkapi tulisan limbah B3 dan symbol B3 dengan ukuran
dan bentuk sesuai standar di dinding depan kereta angkut.
 Dilakukan pembersihan kereta angkut secara periodic dan
berkesinambungan.
3) TPS limbah B3 harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut :
 Lokasi di area servis (services area), lingkungan benas banjior
dan tidak berdekatan dengan kegiatan pelaynanan dan
pemukiman penduduk di sekitar rumah sakit.

26
 Jarak penempatan antar tempat perwadahan limbah B3 sekitar
50 cm.
 Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan
sifatnya.
 Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas
penerangan, dan sirkulasi udara ruangan yang cukup.
 TPS dilengkapi dengan papan bertulisakan TPS limbah B3,
tanda larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan, dan titik
koordinat lokasi TPS.
 TPS dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO penanganan
limbah B3, SPO kondisi darurat, buku pencatatan (lgbook)
limbah B3.
 TPS dilakukan pembersihan secara periodeik dan limbah hasil
pembersihan disalurkan ke jaringan pipa pengumpul air limbah
dan atau unit pengolah air limbah (IPAL).
m. Perizinan fasilitas penanganan limbah B3
1) Setiap fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit harus dilengkapi
izin dari instansi pemerintah yang berwenang. Fasilitas tersebut adalah
TPS limbh B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Rumah sakit menyiapkan dokumen administrasi yang dipersyaratkan
instansi pemerintah yang mengeluarkan izin dan mengajukan izin baru
atau izin perpanjangan.
3) Setiap izin fasilitas penanganan limbah B3 harus selalu diperbaharui
bila akan habis masa berlakunya.
4) Surat izin fasilitas penanganan limbah B3 harus di dokumentasikan
dan dimonitor.

27
n. Pelaporan limbah
Rumah sakit menyampaikan laporan limbah B3 minimum setiap 1 (satu)
kali per 3 (tiga) bulan. Laporan ditujukan kepada instansi pemerintah
sesuai ketentuan yang ditetapkan. Instansi pemerintah tersebut bisa
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas atau Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Provinsi atau
Kabupaten/Kota.
3.9. Penanganan Terhadap Paparan dan Tumpahan B3
3.9.1. Bekerja dengan B3
a. Hal – hal yang harus diperhatikan adalah menjaga perilaku pribadi
saat bekerja dengan menghindari, mengganggu atau mengejutkan
pegawai lain, tidak membiarkan lelucon praktis, keributan, atau
kegaduhan berlebih terjadi kapanpun, ataupun bahan B3 hanya
dipergunakan untuk tujuan yang dimaksudkan.
b. Menghindar cedera mata dengan menggunakan pelindung mata,
menghindari penghirupan bahan kimia berbahaya (dapat dicegah
dengan menggunakan masker), meminimalkan kontak kulit dengan
mengenakan sarung tangan kapanpun menangani B3.
c. Menghindari makan, kinum, merokok, mengunyah permen karet,
menggunakan kosmetik, dan meminum obat di tempat bahan kimia
berbahaya digunakan. Menyimpan makanan, minuman, cangkir, dan
peralatan makan dan minum lainnya di tempat bahan kimia ditangani
atau disimpan, atau mengecap bahan kimia. Mencuci tangan dengan
sabun dan air segera setelah bekerja dengan bahan kimia laboratorium
apa pun, meski sudah mengenakan sarung tangan.
3.9.2. Penanganan Paparan dan Tumpahan B3
Apabila terkena bahan berbahaya beracun harus diberikan perlakuan
khusus dan segera melaporkan kejadian pada pihak K3RS, berikut cara –
cara penanganan apabila kita terkena B3 :

28
a. Bahan mudah meledak
1) Identifikasi bahaya
Bisa menimbulkan ledakan atau pecahnya tabung silinder jika
terkena panas yang tinggi.
a) Pernafasan : menyebabkan tercekik (asphhyxiant) dan lemas
jika terhirup dalam jumlah besar.
b) Kulit : kulit melepuh atau luka beku karena pengaruh suhu.
c) Mata : Penglihatan kabur dan iritasi mata.
2) Tindakan P3K
a) Pernafasan : bawa ke udara segar dan istirahatkan, jika perlu
beri bantuan O₂ apparatus dank e UGD.
b) Kulit : siram dengan air hangat (30-40°C) pada bagian kulit
yang terbakar atau luka beku, bawa ke UGD.
c) Mata : bilas dengan air bersih ± 15 menit, jika perlu bawa ke
UGD.
3) Tindakan penanggulangan kebakaran
Gunakan APAR gas CO₂ dan siram air pada silinder yang ada
disekitarnya supaya dingin.
4) Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
a) Hentikan keborocan jika bisa dilakukan tanpa resiko,
perhatikan arah angin dan jangan berlawanan dengan arah
angin.
b) Jika tidak bisa, segera pindahkkan ke tempat yang terbuka,
dijaga dan dijauhkan dari api atau sumber panas atau bahan
mudah terbakar.

29
b. Bahan beracun
1) Identifikasi bahaya
a) Pernafasan : beracun bila terhirup dan dapat menyebabkan
pingsan, sakit kepala dan pusing.
b) Kulit : dapat merusak kulit, jaringan dan selaput lendir.
c) Mata : menyebabkan iritasi pada mata.
d) Pencernaan : beracun atau fatal bila tertelan, menyebabkan
pingsan dan muntah-muntah.
2) Tindakan P3K
a) Pernafasn : pindahkan ke tempat berudara segar, bila belum
sadar bawa ke UGD.
b) Kulit : lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Cuci kulit
dengan air bersih dan mengalir. Bila iritasi terus – menerus,
segera bawa ke UGD.
c) Mata : Cuci mata dengan air bersih. Bila terjadi iritasi bawa ke
UGD.
d) Pencernaan : jangan dimuntahkan apabila tertelan. Berikan
susu atau air atau karbon aktif melalui mulut jika pasien
tersebut masih sadar. Segera bawa ke UGD.
3) Tindakan penanggulngan kebakaran
a) Gunakan spray air atau kabut CO₂ unutk mendinginkan
permukaan dan menghilangkan uapnya.
b) Evakuasi daerah yang terjadi kebakaran.
c) Jika kontak tidak dapat dihindari, pakailah baju pelindung
penuh, kaca mata masker.
4) Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
a) Pakai sarung tangan dan pakaian lengkap dengan tutup kepala,
sepatu boat setinggi lutut, alat pernafasan yang lengkap.

30
b) Ventilasikan seluruh areayang tercemar, tutup tempat yang
terjadi kebocoran.
c) Untuk yumpahan kecil : gunakan pasir, tanah atau bahan
peresap lain, kemudian angkat dan masukkan ke dalam
container yang berlabel dan tersegel agar dapat dibuang dengan
aman.
c. Bahan korosif
1) Identifikasi bahaya
Menyebabkan iritasi pada sistem pernafasan. Bahaya dekomposisi
dibawah pengaruh panas. Resiko dekomposisi bila berhubungan
dengan logam, alkali, zat pereduksi.
2) Tindakan P3K
a) Pernafasan : bawa korban ke tempat yang berudara segar. Bila
susah bernafas, berikan oksigen dan bawa ke UGD.
b) Kulit : lepaskan pakaian yang terkontaminasi, cuci kulit dengan
air bersih, konsultasikan dengan dokter.
c) Mata : cuci mata dengan air bersih, bila terjadi iritasi bawa ke
UGD.
d) Pencernaan : jangan dimuntahkan apabila tertelan, berikan susu
atau air atau karbon aktif melalui mulut jika pasien tersebut
masih sadar dan bawa ke UGD.
3) Tindakan penanggulangan kebakaran
a) Padamkan dengan air, dry powder, CO₂ atau foam (bukan dari
bahan organik).
b) Pakai APD dan pakaian pelindung dari bahan kimia.
c) Pindahkan kemasan ke tempat yang aman atau dinginkan
kemasan yang beresiko atau encerkan dengan air.
4) Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran

31
a) Tumpahan kecil : encerkan produk dengan banyak air dan bilas
/ bersihkan tempat yang terkontaminasi atau serap dengan
absorbent.
b) Tumpahan besar : tamping, bending dengan pasir atau tanah.
Tempatkan kemasan yang rusak di wadah yang terbuat dari
plastik.jangan mengembalikan produk ke kemasan aslinya.
d. Bahan oksidator
1) Identifikasi bahaya
Membantu proses pembakaran atau memperbesar nyala api dan
bisa menimbulkan ledakan atau pecahnya tabung silinder jika
terkena panas yang tinggi.
a) Pernafasan : menyebabkan iritasi, pusing jika terhirup dalam
jumlah besar.
b) Kulit : kulit melepuh atau luka beku karena pengaruh dingin.
c) Mata : penglihatan kabur dan iritasi mata.
2) Tindakan P3K
a) Pernafasan : bawa korban ke tempat yang berudara segar, bila
susah bernafas, berikan oksigen dan bwa ke UGD.
b) Kulit : siram dengan air hangat (30-40°C) pada bagian yang
terbakar atau luka beku, jika perlu bawa ke UGD.
c) Mata : bilas dengan air bersih ± 15 menit. Bila terjadi iritasi
bawa ke UGD.
3) Tindakan penanggulangan kebakaran
Semprotkan APAR atau dry chemical, CO₂. siram air pada silinder
yang ada disekitarnya supaya dingin.
4) Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran

32
a) Hentikan kebocoran juka bisa dilakukan tanpa resiko.
Perhatikan arah angin dan jangan berlawanan dengan arah
angin.
b) Jika tidak bisa, segera pindahkan ke tempat terbuka, dijaga dan
dijauhkan dari api atau number panas atau bahan yang mudah
terbakar.
c) Isolasi sekitar dan orang yang tidak berkepentingan dilarang
masuk.
e. Bahan mudah menyala
1) Identifikasi bahaya
Mudah meledak dan menguap, dapat menyebabkan depresi siem
saraf pusat, menyebabkan iritasi mata, menyebabkan iritasi saluran
pernafasan.
a) Pernafasan : menghirup dalam konsentrasi inggi menyebabkan
gangguan sistem saraf pusat dengan tanda-tanda mual.
b) Mata : iritasi pada mata, sakit bila terkena cahaya dan
kerusakan kornea.
c) Pencernaan : iritasi gastrointestinal disertai mual, muntah dan
diare. Dapat menyebabkan depresi saraf pust diikuti dengan
sakit kepala, mengantuk dan mual.
2) Tindakan P3K
a) Pernafasan : bawa korban ke tempat yang berudara segar, bila
susah bernafas, berikan oksigen dan bwa ke UGD.
b) Kulit : bilas dengan air bersih ± 15 menit, sementara lepaslah
pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Basuh kulit dengan
sabun dan air, bawa kie UGD.
c) Mata : Segera basuh dengan air mengalir ± 15 menit, sesekali
angkat kelopak mata bawah dan atas untuk membasuh bagian
dalamnya. Jika perlu bawa ke UGD.

33
d) Pencernaan : jangan dipaksa muntahkan, jika korban dalam
kondisi sadar, berikan 2- 4 gelas susu atau air. Jangan pernah
memberikan sesuatu pada korban yang tidak sadarkan diri,
bawa ke UGD.
3) Tindakan penanggulangan P3K
Untuk api kecil, gunkanan dry chemical, CO₂, semprotkan air,
busa. Untuk api besar, gunakan semprotan air atau busa.
4) Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
a) Singkirkan semua kondisi yang memungkinkan terjadinya
penyalaan.
b) Serap tumpahan menggunakan banhan penyerap, pasir tanah
dan bahan buang dalam wadah yang cocok.
c) Gunakan peralatan tahan percikan dan berikan ventilasi.
d) Busa penekan uap bisa digunakan untuk mereduksi uap.
3.10. Pelaporan Insiden, Analisis dan Solusi
1. Tersedia prosedur “cepat – tanggap” terhadap insiden, melakukan
penanganan dengan segera sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
2. Membatasi resiko pada orang lain dan memberikan informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
3. Sistem pelaporan insiden bila terpapar / terpajan bahan dan limbah
berbahaya internal rumah sakit bagi karyawan dan petugas (internal)
rumah sakit melalui Komite K3RS.
4. Waktu pelaporan dilakukan dalam kurun waktu 2 x 24 jam setelah
kejadian.
5. Komite K3RS melakukan analis dan memberikan rekomendasi serta
solusi atas insiden yang dilaporkan.

34
BAB IV
DOKUMENTASI

Proses dokumentasi meliputi :


1. Pelaporan dilakukan oleh setiap unit yang terkait untuk pengadaan bahan
berbahaya dan beracun yang baru.
2. Setiap pengadaan di dokumentasikan dalam buku permintaan unit masing-
masing (sesuai dengan kebutuhan unit).
3. Dokumen Inventarisasi.
4. Dokumen Label.
5. Dokumen Perizinan.
6. Dokumen Pengujian dan Insiden Pelaporan.

35

Anda mungkin juga menyukai