Anda di halaman 1dari 37

HALAMAN JUDUL

KELUARGA BINAAN
Periode Koas 13 Desember 2021 – 16 Januari 2022

Disusun Oleh:
Salsabilla Maula Zalfa El Hamzah 192011101038
Prilia Widiyana Putri 192011101052

Pembimbing:
dr. Irawan Fajar Kusuma, M.Sc., Sp.PD

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2022
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
DAFTAR ISI …………………… ...................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1. Keluarga .................................................................................................. 4
2.1.1. Definisi Keluarga .......................................................................... 4
2.1.2. Fungsi Keluarga ............................................................................ 4
2.1.3. Tipe Keluarga................................................................................ 6
2.2. Hipertensi ................................................................................................ 7
2.2.1. Definisi Hipertensi ........................................................................ 7
2.2.2. Epidemiologi ................................................................................. 7
2.2.3. Faktor Resiko ................................................................................ 7
2.2.4. Patogenesis ................................................................................... 8
2.2.5. Diagnosis ...................................................................................... 9
2.2.6. Tatalaksana ................................................................................. 10
2.2.7. Komplikasi .................................................................................. 11
BAB 3. HASIL KEGIATAN ............................................................................ 12
3.1. Profil Keluarga dan Genogram .............................................................. 12
3.2. Profil Kondisi Sosial Keluarga dan APGAR Score ................................ 13
3.3. Profil Health Seeking Behavior.............................................................. 14
3.4. Profil Tempat Tinggal ........................................................................... 19
3.5. Profil Lingkungan Tempat Tinggal ........................................................ 20
3.6. Profil Kesehatan Pasien ......................................................................... 21
BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 22
BAB 5. PENUTUP ........................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33
LAMPIRAN ..................................................................................................... 37

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga disebut sebagai kelompok primer yang ada di dalam sebuah
masyarakat, sebagai bagian paling dasar dan sederhana dari masyarakat. Tipe
Keluarga secara umum dibedakan menjadi tradisional dan non tradisional.
Sedangkan keluarga memiliki beberapa fungsi, seperti edukasi, sosialisasi,
religious, afektif, reproduksi, dan ekonomis. (Wijayanti dan Berdame, 2019).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.
Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar
penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi
pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi
(Unger et al., 2020).
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu
penyebab utama kematian prematur di dunia. Organisasi kesehatan dunia (World
Health Organization/WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara
global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut,
hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap
tekanan darah yang dimiliki. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada penduduk lebih dari 18 tahun
berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar 34,11%.
Timbulnya hipertensi seseorang telah dihubungkan dengan beberapa
faktor. Baik berupa faktor yang tidak dapat diubah maupun faktor yang dapat
diubah. Faktor yang tidak dapat diubah yaitu genetik (70-80% kasus hipertensi
esensial didapatkan juga riwayat hipertensi pada orang tua mereka), jenis kelamin
(wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause), dan usia
(seiring dengan pertambahan usia seseorang yang berumur diatas 60 tahun, 50 –
60% mempunyai tekanan darah ≥140/90 mmHg) (Unger et al., 2020). Sementara
faktor yang dapat diubah yakni seperti obesitas (prevalensi tekanan darah tinggi
pada orang dengan Indeks Massa Tubuh >30 adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita), kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok lebih dari satu
bungkus per hari dan telah berlangsung lebih dari satu tahun, pola konsumsi
makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh (Unger et al., 2020).
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1,
tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila
setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Secara umum, terapi farmakologi
pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak
mengalami penurunan tekanan darah setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat
dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥2. Upaya pencegahan berupa promotif
dan preventif perlu dilakukan guna menekan angka kesakitan dan menekan
kerugian yang timbul akibat penyakit yang sejatinya dapat dicegah timbulnya,
atau dicegah dampaknya tersebut (PERKI, 2015).

1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan keluarga binaan ini adalah sebagai berikut:
a. Dokter muda mampu mengidentifikasi permasalahan pada pasien
dengan hipertensi.
b. Dokter muda mampu memberikan alternatif pemecahan dari
permasalahan kesehatan pada pasien hipertensi melalui intervensi
perilaku atau non-farmakologis
c. Dokter muda mampu memberikan edukasi pada keluarga binaan
terkait masalah kesehatan terkait hipertensi.
d. Keluarga binaan dapat menjadi keluarga mandiri tingkat 3, dimana
keluarga bisa mengimplementasikan pola hidup sehat secara teratur
1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan keluarga bianaan untuk pihak yang terlibat adalah
sebagai berikut:
a. Bagi Keluarga Binaan:
1) Mendapatkan informasi tentang hipertensi.
2) Mendapatkan alternatif pemecahan dari pemasalahan
kesehatan pada pasien hipertensi.
b. Penulis
1) Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
permasalahan kesehatan pasien dengan hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayak dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Keluarga tersebut disebut keluarga inti atau rumah tangga, sedangkan
keluarga yang anggotanya mencakup kakek dan nenek atau individu lain yang
memiliki hubungan darah maupun yang tidak memiliki hubungan darah (misalnya
pembantu rumah tangga), disebut sebagai keluarga luas (extended family).
Keluarga bermakna ikatan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keluarga juga didefinisikan sebagai
kesatuan interaksi dan komunikasi dengan keterlibatan semua orang dalam
memainkan peran, baik suami dan istri, orang tua dan anak, maupun anak dan
saudara. Keluarga juga merupakan agen utama sosialisasi, sekaligus sebagai
mikro sistem yang membangun relasi anak dengan lingkungannya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), 2016; Permenkes RI No 39 Tahun 2016; Wiratri, 2018)

2.1.2 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga mempunyai makna masing-masing dan mempunyai peran
penting dalam kehidupan keluarga. Fungsi keluarga terbagi menjadi 8 macam,
yaitu: (BKKBN, 2017)
a. Fungsi keagamaan
Keluarga merupakan tempat pertama penanaman nilai-nilai keagamaan
dan pemberi identitas agama pada setiap anak yang lahir. Keluarga
menumbuhkembangkan nilai-nilai agama sehingga anak menjadi manusia
yang berakhlak baik dan bertaqwa
b. Fungsi sosial budaya
Keluarga merupakan wahana utama dalam pembinaan dan penanaman
nilai nilai luhur budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata
kehidupan. Fungsi sosial budaya memberikan kesempatan kepada keluarga
dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang
beraneka ragam dama satu kesatuan.
c. Fungsi cinta kasih
Cinta dan kasih sayang merupakan kompenen yang sangat penting dalam
pembentukan karakter anak. Fungsi cinta kasih memiliki makna bahwa
keluarga harus menjadi tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih
sayang dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Fungsi cinta kasih dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan
kasih sayang dan rasa aman, serta memberikan perhatian diantara anggota
keluarga.
d. Fungsi perlindungan
Keluarga merupakan tempat bernaung atau berlindung bagi selurruh
anggotanya dan tempat untuk menumbuhkan rasa aman serta kehangatan.
Keluarga harus menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menenteramkan
semua anggotanya sehingga memberikan suasana saling melindungi.
e. Fungsi reproduksi
Keluarga menjadi pengatur reproduksi keterunan serta sehat dan
berencana, sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi generasi penerus
yang berkualitas. Keluarga menjadi tempta mengembangkan fungsi
reproduksi secara menyeluruh, termasuk seksualitas yang sehat dan
berkualitas, dan pendidikan seksualitas bagi anak-anak.
f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Keluarga menjasi tempat utama dan pertama dalam memberikan
pendidikan kepada semua anak untuk bekal masa depan. Pendidikan yang
diberikan oleh keluarga meliputi pendidikan untuk mencerdaskan dan
memberntuk karakter anak. Fungsi sosialisasi dan pendidikan memiliki makna
juga bahwa keluarga sebagai tempat untuk mengembangkan proses interaksi
dan tempat untuk belajar bersosialisasi serta berkomunikasi secara baik dan
sehat.
g. Fungsi ekonomi
Keluarga merupakan tempat utama dalam membina menanamkan nilai-
nilai yang berhubungan dengan keuangan dan pengaturan penggunaan
keuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mewujudkan keluarga
sejahtera.
h. Fungsi pembinaan lingkungan
Keluarga memiliki peran mengelola kehidupan dengan tetap memelihara
lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun sosial, dan
lingkungan mikro, meso, dan makro. Keluarga berperan untuk membina
lingkungan masyarakat dan lingkungan alam sekitar.

2.1.3 Tipe Keluarga


Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Tipe keluarga diperlukan agar dapat mengupayakan peran
serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan. Tipe keluarga terbagi
menjadi tipe keluarga tradisional dan non tradisional. Tipe keluarga tradisional
diantaranya sebagai beriku: (Friedman, 1998)
1. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
(kandung dan angkat)
2. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalkan kakek, nenek, keponakan, paman, dan
bibi.
3. Keluarga Syad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
4. Single parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini bisa disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
5. Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa,
misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal di kost untuk bekerja
atau kuliah.

2.2 Hipertensi
2.2.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi
dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan
hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana
hipertensi (Unger et al., 2020). Sedangkan menurut Kemenkes RI (2019), adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

2.2.2. Epidemiologi
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada
penduduk lebih dari 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar
34,11%. Peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan cara pengukuran juga
terjadi di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Peningkatan prevalensi tertinggi
terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 13,4%, Kalimantan Selatan sebesar
13,3%, dan Sulawesi Barat sebesar 12,3%. Hasil Riskesdas 2018 menunjukan
bahwa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar 44,13%
diikuti oleh Jawa Barat sebesar 39,6%, Kalimantan Timur sebesar 39,3%.
Provinsi Papua memiliki prevensi hipertensi terendah sebesar 22,2% diikuti oleh
Maluku Utara sebesar 24,65% dan Sumatera Barat sebesar 25,16% (Badan
Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019).

2.2.3. Faktor Resiko


Secara umum, faktor resiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasikan
antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
1). Riwayat Hipertendi pada keluarga
2). Jenis kelamin
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
1). Kebiasaan merokok
2). Stress
3). Obesitas
4). Konsumsi garam berlebihan
5). Kurangnya aktivitas olahraga
6). Penggunaan kontrasepsi hormonal (Unger et al., 2020)

2.2.4. Patogenesis
Penyebab-penyebab hipertensi ternyata sangat banyak. Tidak bisa
diterangkan hanya dengan satu faktor penyebab. Memang betul pada akhirnya
kesemuanya itu akan menyangkut kendali natrium (Na) di ginjal sehingga tekanan
darah meningkat. Ada empat faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi : (1)
Peran volume intravaskular (2) Peran kendali saraf autonom (3) Peran renin
angiotensin aldosteron (RAA) (4) Peran dinding vaskular pembuluh darah
(Yogiantoro, 2014). Volume intravaskular merupakan determinan utama untuk
kestabilan tekanan darah dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan resistensi
perifer apakah dalam posisi vasodilatasi atau vasokontriksi. Bila asupan NaCI
meningkat, maka ginjal akan merespons agar ekskresi garam keluar bersama urine
ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi NaCI ini melebihi
ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O sehingga volume
intra vaskular meningkat. Pada gilirannya curah jantung juga akan meningkat.
Akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskular, sehingga tekanan darah akan
meningkat.
Selain itu, tekanan darah juga ditentukan oleh saraf otonom. Regulasi
simpatis dan parasimpatis berlangsung independen tidak dipengaruhi oleh
kesadaran otak, akan tetapi terjadi secara automatis mengikuti siklus sirkardian.
Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya genetik, stres kejiwaan, rokok,
dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem saraf simpatis berupa kenaikan
katekolamin, nor epinefrin (NE) dan sebagainya. Selanjutnya neurotransmiter ini
akan meningkatakan denyut jantung (Heart Rate) lalu diikuti kenaikan curah
jantung, sehingga tekanan darah akan meningkat dan akhirnya akan mengalami
agregrasi platelet. Peningkatan nerotransmiter NE ini mempunyai efek negatif
terhadap jantung, sebab di jantung ada reseptor yang akan memicu terjadinya
kerusakan miokard, hipertrofi dan aritmia dengan akibat progresivitas dari
hipertensi aterosklerosis.
Apabila tekanan darah menurun, maka hal ini akan memicu refleks
baroreseptor. Berikutnya secara fisiologis sistem RAA akan dipicu mengikuti
kaskade yang mana pada akhirnya renin akan disekresi, lalu angiotensin I (A I),
angiotensin II (A II), dan seterusnya sampai tekanan darah meningkat kembali.
Begitulah secara fisiologis autoregulasi tekanan darah terjadi melalui aktifasi dari
sistem RAA. Paradigma yang baru tentang hipertensi dimulai dengan disfungsi
endotel, lalu berlanjut menjadi disfungsi vaskular, vaskular biologi berubah, lalu
berakhir dengan Target Organ damage (TOD). Disfungsi endotel merupakan
sindrom klinis yang bisa langsung berhubungan dengan dan dapat memprediksi
peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Hipertensi sudah diakui sebagai
penyebab utama aterosklerosis sebab pada hipertensi sering disertai gejalagejala
lain berupa resistensi insulin, obesitas, mikroalbuminuria, gangguan koagulasi,
gangguan toleransi glukosa, kerusakan membran transport, disfungsi endotel,
dislipidemia, pembesaran ventrikel kiri, gangguan simpatis parasimpatis.
Aterosklerosis ini akan berjalan progresif dan berakhir dengan kejadian
kardiovaskular. Aterosklerosis sendiri adalah penyebab tiga per empat semua
kematian penyakit kardiovaskular. Hipertensi adalah hanya salah satu gejala dari
sebuah sindroma yang akan lebih sesuai bila disebut sebagai sindroma hipertensi
aterosklerotik (bukan merupakan penyakit tersendiri), kemudian akan memicu
pengerasan pembuluh darah sampai terjadi kerusakan target organ terkait
(Yogiantoro, 2014).
2.2.5. Diagnosis
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90
mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan Berdasarkan
pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan menjadi sesuai dengan
tabel 2.1 berikut (PERKI, 2019).
Tabel 2.1. Klasifikasi derajat hipertensi

NILAI TEKANAN
DERAJAT KEPARAHAN
DARAH (mmHg)
Optimal < 120/80
Normal 120/80 hingga 129/84
Normal Tinggi 130/84 hingga 139/89
Hipertensi I 140/90 hingga 159/99
Hipertensi II 160/100 hingga 179/109
Hipertensi III ≥180/110

Meskipun hasil pengukuran tekanan darah di klinik merupakan standar


baku utama dalam menegakkan diagnosis hipertensi, pengukuran tekanan darah
pasien secara mandiri mulai digalakkan. Pemeriksaan ini berupa HBPM dan
ABPM (PERKI, 2019).

2.2.6. Tatalaksana
Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah dan menurunkan
probabilitas kesakitan, komplikasi, dan kematian. Langkah ini dapat
dikelompokkan menjadi pendekatan farmakologis dan non-farmakologis.
Pendekatan farmakologis merupakan upaya pengobatan untuk mengontrol
tekanan darah penderita hipertensi yang dapat diawali dari pelayanan kesehatan
tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik. Terapi farmakologis dimulai
dengan obat tunggal yang mempunyai masa kerja panjang sehingga dapat
diberikan sekali sehari dan dosisnya dititrasi. Obat berikutnya dapat ditambahkan
selama beberapa bulan pertama selama terapi dilakukan (Infodatin, 2019). Jenis
obat hipertensi terdiri dari diuretic, penyekat beta, golongan penghambat
Angiotensin Converting Enzyme (ACE), dan Angiotensin Receptor Blocker
(ARB), golongan Calcium Channel Blockers (CCB), dan golongan anti hipertensi
lain (PERKI, 2019).
Tatalaksana non farmakologis dapat berupa intervensi pola hidup. Pola
hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan dapat
mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat juga dapat memperlambat
ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada hipertensi derajat 1, namun
sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat pada pasien dengan HMOD atau
risiko tinggi kardiovaskular (PERKI, 2019).

2.2.7. Komplikasi
Hubungan kenaikan tekanan darah dengan risiko PKV berlangsung secara
terus menerus, konsisten dan independen dari faktor-faktor risiko yang lain. Pada
jangka lama bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada kisaran target normo tensi
pasti akan merusak organ-organ terkait (TOD). Penyakit kardiovaskular utamanya
hipertensi tetap menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Risiko komplikasi
ini bukan hanya tergantung kepada kenaikan tekanan darah yang terus menerus,
tetapi juga tergantung bertambahnya umur penderita. Kenaikan tekanan darah
yang berangsur lama juga akan merusak fungsi ginjal. Makin tinggi tekanan
darah, makin menurun laju filtrasi glomerulus sehingga akhirnya menjadi
penyakit ginjal tahap akhir. Karena tingginya tekanan darah adalah faktor risiko
independen yang kuat untuk merusak ginjal menuju penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA), maka untuk mencegah progresifitas menuju PGTA, usahakanlah
mempertahankan tekanan darah pada kisaran 120/80 mmHg (Yogiantoro, 2014)
BAB 3
HASIL KEGIATAN

3.1. Profil Keluarga dan Genogram


3.1.1. Profil Keluarga
Profil keluarga binaan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Profil Keluarga Binaan


Nama Ny. R Tn. S Ny. H An. N An. A
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki
Usia 70 th 46 th 44 th 17 th 4 th
Agama Islam Islam Islam Islam Islam
Belum Belum
Status Menikah Menikah Menikah
Menikah Menikah
Belum
Pendidikan SMP SMK SMK SMP
sekolah
Ibu Rumah Karyawan Tidak
Pekerjaan Pedagang Pelajar
Tangga Swasta bekerja

3.1.2. Genogram
Genogram keluarga binaan dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Binaan

3.2. Profil Kondisi Sosial Keluarga dan APGAR Score


3.2.1. Kondisi Sosial Keluarga
Ny. R merupakan seorang ibu rumah tangga. Beliau tinggal bersama anak
kandungnya yang saat ini sudah berkeluarga. Anak Ny. R, yaitu Tn. S, merupakan
seorang pedagang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan ibu, istri, serta anaknya.
Sementara istri Tn. S, yaitu Ny. H, juga turut membantu suaminya dengan bekerja
sebagai karyawan swasta. Tn. S dan Ny. H memiliki 2 orang anak dimana anak
pertamanya sedang menduduki bangku SMA dan anak kedua belum bersekolah.

3.2.2. APGAR Score


Dalam menilai fungsi fisiologi keluarga, kami menggunakan APGAR Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang-kadang = 1, dan hampir tidak pernah = 0.
APGAR Score disini akan dilakukan pada Ny. R dan Ny. H, kemudian dirata-rata
untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1 – 5
= jelek, 6 -7 = sedang, dan 8 – 10 = baik.
Tabel 3.2 APGAR Score Ny. R (Narasumber)
No APGAR Jarang / Tidak sama sekali Kadang-kadang Sering / Selalu Nilai
1 Adaptation - -  2
2 Partnership - -  2
3 Growth - -  2
4 Affection - -  2
5 Resolve -  - 1
Total APGAR Score 9

Tabel 3.2 APGAR Score Ny. H


No APGAR Jarang / Tidak sama sekali Kadang-kadang Sering / Selalu Nilai
1 Adaptation - -  2
2 Partnership - -  2
3 Growth -  - 1
4 Affection - -  2
5 Resolve -  - 1
Total APGAR Score 8

Kesimpulan fungsi fisiologis keluarga pasien baik. Artinya pada keluarga


tersebut fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang anggota keluarga terhadap
hubungan dengan anggota keluarga yang lain adalah tidak terjadi disfungsi
keluarga.

3.3. Profil Health Seeking Behavior


Health seeking behavior merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh
individu yang menganggap diri mereka memiliki masalah kesehatan atau sakit untuk
tujuan menemukan pengobatan yang tepat. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain budaya, pengalaman, kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dan
keterjangkuan finansial dan non finansial. Perilaku pencarian pengobatan juga
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan praktek individu. Kondisi tersebut dalam
bidang kesehatan dibangun oleh unsur sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, lingkungan, juga berhubungan dengan pencarian pengobatan baik ke
fasilitas modern, tradisional, atau mengobati sendiri.
Health Seeking Behaviour sangat dipengaruhi oleh faktor finansial maupun
non-finansial. Ny. R dan keluarga jika mengalami sakit langsung dibawa ke bidan
yang tinggal di dekat rumahnya. Ny. R dan keluarga tidak mendapatkan informasi
yang cukup mengenai kesehatan, sehingga pasien tidak memperbaiki gaya hidup
seperti makan gorengan, istirahat kurang, dan jarang mengonsumsi buah dan sayur.
Keluhan darah tinggi sering hilang dan timbul, saat gejala muncul langsung dibawa
ke bidan dan diberi obat antihipertensi. Keluarga ini memiliki BPJS yang bisa
digunakan saat berobat. Kondisi kesehatan keluarga dalam taraf sehat dan dalam
kondisi baik kecuali Ny. R yang menderita hipertensi sejak dua tahun lalu. Anggota
keluarga Ny. R tidak memiliki hipertensi baik yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal dunia. Setiap harinya Ny. R bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
menjaga cucunya di rumah. Ny. R juga kadang-kadang membantu tetangganya untuk
menyeterika. Dari hasil pengamatan dapat dinilai bahwa keluarga tersebut belum
memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan, sikap, dan perilaku keluarga
Ny. R dan keluarga juga masih kurang tanggap terhadap perubahan gaya hidup.

3.4. Profil Tempat Tinggal


Profil tempat tinggal pasien
a. Letak atau lokasi
Dusun Karang Paiton RT 001 RW 009 Gumuksari, Kalisat, Jember.
b. Bentuk rumah Rumah bangunan satu lantai, bangunan bersifat permanen,
dinding keseluruhan dari tembok, atap rumah dari genteng. Kepemilikan tanah
rumah adalah milik pribadi dari keluarga tersebut. Rumah berukuran kurang lebih
8 m x 10 m.
c. lantai rumah seluruh berupa keramik
d. Ruang Rumah
Ruang rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang makan, 1
kamar mandi, dan bagian depan terdapat teras rumah dan halaman rumah.
e. Ventilasi
Ventilasi di setiap kamar dan ruangan sesuai standar, dapat menjadi tempat
pertukaran udara serta cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan.
f. Ruang Tidur
Ruang tidur pada rumah keluarga ini tersedia 2 ruang. Kamar bagian depan
tersebut ditempati oleh ny. R dan bagian belakang ditempati oleh ny. H dengan
satu anak dan suaminya. Setiap kamar terdapat 1 lampu penerangan dengan
ventilasi udara yang cukup serta tembus cahaya matahari.
g. Binatang penular penyakit
Keluarga memiliki kucing peliharaan di rumah tersebut.
h. Indikator PHBS
 Persalinan oleh tenaga kesehatan
Persalinan anak pertama ditolong oleh dukun.
 ASI Eksklusif
Pasien tidak mengingat hingga usia berapa anaknya diberikan asi.
 Penimbangan Anak tidak melakukan penimbangan secara rutin.
 Cuci tangan pakai sabun
Makan menggunakan sendok, kadang menggunakan tangan dan selalu mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan. Pemakaian sabun saat cuci tangan setelah
makan juga telah dilakukan rutin.
 Konsumsi sayur dan buah
Pasien ini jarang mengonsumsi sayur dan buah. Namun anggota keluarga lain
tetap mengkonsumsi buah dan sayur dalam beberapa hari sekali. Keluarga ini juga
rutin membatasi pemakaian garam tiap memasak
 Aktivitas olahraga
Keluarga ini tidak melakukan olahraga secara khusus, pasien sehari hari hanya
mengasuh cucu.
 Merokok dalam atau luar rumah
Pasien tidak mengkonsumsi rokok ataupun riwayat perokok. Namun, menantu
pasien seorang perokok aktif.
 Menggunakan air bersih
Menggunakan air bersih dari PDAM yang digunakan untuk minum, memasak,
mandi, serta mencuci.
 Menggunakan jamban sehat
Memiliki jamban sehat di rumah
 Memberantas jentik Kegiatan ini dilakukan secara rutin.
Kamar Mandi Dapur

Ruang makan

Kamar Tidur 2

Ruang Tamu
Kamar Tidur 1

Teras Rumah

Pekarangan Rumah

Gambar 3.2 Denah Rumah Pasien

3.5. Profil Lingkungan Tempat Tinggal


1. Sarana kesehatan lingkungan
a. Pembuangan kotoran: Keluarga ini membuang kotoran sehari-hari di kamar
mandi rumah.
b. Penyediaan air bersih: Air bersih berasal dari PDAM yang digunakan untuk
minum, memasak, mandi, serta mencuci.
c. Pembuangan sampah: Sampah dikumpulkan di tempat sampah di depan rumah,
kemudian dibakar oleh keluarga pasien.
d. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah langsung dibuang ke selokan yang terletak di belakang
rumah.
2. Keadaan Rumah
a. Jendela ruang tidur
Terdapat dua ruang tidur yang tampak bersih dan rapi. Terdapat jendela yang
ukurannya sesuai standar dan tembus cahaya.
b. Ruang tidur: Ruang tidur bersih dan tertata rapi. Terdapat penerangan yang
cukup di semua kamar.
c. Memiliki jamban sehat
Keluarga memiliki jamban sendiri yang difungsikan untuk buang air besar oleh
keluarga ini.
d. Tidak padat penghuni
Luas rumah 8 m x 10 m. Rumah ditinggali oleh 4 anggota keluarga. Hal ini sesuai
dengan konsep PHBS dimana setiap penghuni seharusnya memiliki minimal 9
m2/orang.
3. Binatang penular penyakit
Bebas jentik Aedes agpyti. Air dari bak mandi sering diganti. Penampungan air di
tutup rapat. Sampah dibuang setiap hari.
4. Pekarangan Rumah keluarga
Pasien memiliki pekarangan rumah.
3.6. Profil Kesehatan Pasien
Identitas Pasien
Nama : Ny.R
Umur : 72 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Karang Paiton RT 001 RW 009 Gumuksari, Kalisat, Jember.
Suku : Madura
Pendidikan : SD
Agama : Islam

Pemeriksaan tanggal 27 Desember 2021


Anamnesis
- Keluhan Utama Pasien mengeluhkan nyeri kepala
- Riwayat Penyakit Sekarang Pasien sering mengalami nyeri kepala yang muncul
tiba-tiba. Keluhan nyeri kepala tersebut sering muncul sejak dua tahun lalu kira-
kira pada tahun 2019. Saat keluhan tersebut muncul, maka pasien segera ke bidan
di sebelah rumahnya untuk diperiksa, dan didapatkan tekanan darah yang terakhir
mencapai 150/90 mmHg. Pasien biasanya berobat jika ada keluhan, namu, saat ini
pasien tidak memeriksakan diri karena merasa keluhannya ringan, selain itu
pasien hanya akan meminum obat amlodipin saat mengalami gejala nyeri kepala
saja, saat keluhan menghilang maka obat tidak akan dikonsumsi lagi.
- Riwayat Penyakit Dahulu HT (+), DM (-), Stroke (-), Alergi (-), TB (-) gastritis
(+) sejak 2 tahun yang lalu.
- Riwayat Pemberian Obat Amlodipin 10 mg 1x1
- Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama.
- Riwayat Sosial Ekonomi Pasien
Pasien tidak bekerja. Pencari nafkah di keluarga ini adalah ny H selaku anak
pasien dan Tn S selaku menantu pasien. Pendapatan keluarga dalam 1 bulan ±
4.000.000,00 rupiah.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 4-5-6
BB : 39 kg
TB : 153 cm
IMT : 16,6 (Gizi Kurang)
Vital Sign : TD: 150/90 mmHg
HR: 86x/menit, reguler, kuat
RR: 20 x/menit
Tax : 36,8oC
K/L a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax
Jantung : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : soepl, BU (+) 8 kali/menit
Ekstremitas : Edema - / - akral hangat +/ +
-/- +/+
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Terkait Permasalahan dalam Keluarga


Berdasarkan kegiatan implementasi keluarga binaan yang dilakukan mulai
tanggal 27 Desember 2021 sampai tanggal 5 januari 2022, berikut analisis
terhadap keluarga pasien yang kami temukan.
4.1.1 Risiko Terkait dengan Karakteristik Keluarga Berdasarkan analisis APGAR
score dan karakteristik keluarga didapatkan hasil antar anggota keluarga pada
keluarga ini saling peduli dalam hal tenaga dan materi dalam membantu anggota
keluarga yang lain terutama dalam hal kesehatan. Pasien memiliki IMT yang
tergolong Gizi kurang karena pasien memiliki kebiasaan jarang makan sehingga
sering diingatkan oleh keluarga pasien. Pasien tidak memiliki anggota keluarga
yang memilki riwayat hipertensi. Faktor risiko terkait karakteristik keluarga
menunjukkan ada faktor resiko yakni anggota keluarga dari ny R salah satunya
adalah seorang perokok aktif. Satu batang rokok mengandung berbagai macam
bahan kimia. Bahan kimia yang terdapat dalam tembakau yang dibakar yaitu
mengandung 4000 jenis bahan kimia dan 200 jenis diantaranya bersifat racun).
Tiga komponen toksik utama yang terdapat dalam rokok adalah
karbonmonoksida, tar dan nikotin. Karbonmonoksida dalam asap rokok
ditemukan sebanyak lima kali lipat pada asap samping daripada pada asap utama.
Karbonmonoksida bertahan selama beberapa jam di dalam ruangan setelah
perokok berhenti merokok. Asap rokok baik yang diterima oleh perokok aktif
maupun perokok pasif dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah,
Peningkatan tekanan darah tersebut berhubungan dengan efek racun yang
dihasilkan dari asap rokok yaitu berupa nikotin dan karbonmonoksida (CO).
Didapatkan data hasil bahwa diantara mereka yang terpapar asap rokok atau
sebagai perokok pasif memiliki peluang sebesar 20% untuk menderita hipertensi
dibandingkan mereka yang tidak terpapar asap rokok (Janah dan martini 2017).
2 Risiko Terkait dengan Keadaan Rumah
Keadaan rumah cukup baik untuk ditinggali 4 anggota keluarga. Rumah pasien
hanya terdiri atas satu lantai saja. Ruang rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 ruang makan, 1 kamar mandi, dan 1 halaman
rumah sebagai tempat jemuran pakaian. Rumah memiliki ventilasi yang sesuai
standar sebagai tempat pertukaran udara serta cahaya matahari. Pasien memiliki
hewan peliharaan kucing. Bak air mandi sering diganti airnya secara rutin
sehingga bebas dari jentik nyamuk. Sumber air bersih dari sumur yang digunakan
untuk minum, memasak, mandi, serta mencuci. Keluarga ini memiliki jamban
sehat tersendiri untuk buang air besar. Faktor risiko terkait keadaan rumah
menunjukan dalam batas normal atau tidak berpengaruh terhadap penyakitnya
saat ini.
4.1.3 Risiko Terkait dengan Fungsi dalam Keluarga
Pasien merupakan seorang Ibu yang tinggal bersama anak,cucu dan
menantunya. Fungsi keluarga dalam fungsi afektif berupa kasih sayang dan
perhatian kepada anak cucunya dilakukan optimal. Fungsi pendidikan sudah
tercukupi secara baik bagi anaknya. Fungsi ekonomi sehari-hari dalam memenuhi
kebutuhan sudah tercukupi dengan segala usaha dan pekerjaan anak dan
menantunya yang dilakukan saat ini. Faktor risiko terkait dengan fungsi dalam
keluarga menunjukkan dalam batas normal atau tidak berpengaruh terhadap
penyakitnya saat ini.

4.1.4 Risiko Terkait dengan Faktor Ekonomi/Pemenuhan Kebutuhan


Keluarga Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi oleh anak dan menantunya. Anak
dan menantu pasien bekerja di pabrik beras. Penghasilan rata-rata keduanya jika
dijumlahkan dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga
keluarga ini tidak mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dan
kesulitan ekonomi. Faktor risiko terkait ekonomi tidak menunjukkan
kemungkinan terjadinya penyakit ini semakin memburuk atau tidak tertangani
secara baik.
4.1.5 Risiko Terkait dengan Gaya Hidup Keluarga
Keluarga ini memiliki gaya hidup yang kurang sehat sehingga memerlukan
perbaikan konsep dalam berolahraga. Keluarga ini menganggap bahwa kegiatan
sehari-hari dalam membersihkan rumah, bekerja, dan jalan belanja ke pasar
merupakan kegiatan olahraga sehingga tidak memerlukan waktu khusus dalam
berolahraga. Pola makan dari pasien ini memiliki masalah yakni merasa takut
untuk mengkonsumsi banyak jenis makanan karena hipertensinya, tetapi pola
penggunaan garam dalam memasak sudah sangat baik yakni <1 sendok the sehari
sesuai dengan anjuran Kemenkes. Konsumsi protein hewani sangat dibatasi oleh
pasien karena pasien merasa takut untuk makan jenis makanan yang bersumber
dari hewani. Pasien sehari hari biasanya memakan tempe, tahu dan nasi terkadang
disertai sayur namun jarang sekali memakan buah buahan memiliki riwayat
merokok sejak masih muda, konsumsi makanan asin, dan gorengan. Pasien saat
ini sudah melakukan pola makan yang khusus bagi penderita hipertensi seperti
pembatasan garam. Pasien tidak patuh dalam mengkonsumsi obat untuk darah
tingginya dikarenakan pemahamannya bahwa obat dikonsumsi saat terdapat
keluhan saja. Pasien tidak rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah karena
tidak memiliki peralatan sendiri di rumah, pemeriksaan hanya dilakukan saat
memiliki keluhan dan berobat di bidan. Faktor risiko terkait dengan gaya hidup
menunjukkan kemungkinan terbesar penyebab kejadian hipertensi sejak dua tahun
lalu. Pasien sering kekurangan jam waktu istirahat malam, karena cucu pasien
sering terbangun di malam hari.
4.1.6 Risiko Terkait dengan Lingkungan Sekitar Keluarga
Lingkungan rumah yang ditinggali oleh pasien memiliki kondisi yang dikatakan
cukup baik untuk dijadikan tempat hunian. Kebutuhan air bersih yang digunakan
untuk mandi, mencuci, dan konsumsi air melalui sumur yang dimiliki sendiri.
Sampah dikumpulkan di tempat sampah di depan rumah, kemudian akan dibakar
jauh di kebun belakang. Pembuangan air limbah langsung dibuang ke selokan
yang terletak di belakang rumah. Jarak antara satu rumah dengan yang lainnya
cukup dekat sekitar 1-2 meter. Jarak rumah pasien dengan tempat bidan yang
dijadikan langganan berobat bisa dijangkau karena terletah di depan rumah
pasien. Faktor risiko terkait lingkungan sekitar keluarga tidak menunjukkan
pengaruh terhadap kejadian penyakit pada pasien.

4.2 Analisis Masalah


Metode identifikasi masalah dengan menggunakan diagram tulang ikan (fishbone
diagram) dapat menggambarkan secara grafik hubungan antra masalah dan semua
faktor yang menjadi penyebab atau yang dapat mempengaruhinya. Jika hubungan
sebab-akibat sudah teridentifikasi, maka tindakan pemecahan masalah akan
mudah ditentukan. Gambar 4.1 berikut merupakan diagram fishbone dari masalah
pada keluarga Ny R.

Metode Perorangan

Belum ada -pasien seringkali -kurangnya pengetahuan tentang


koordinasi yang kurang jam penyakit yang diderita
baik dalam rangka istirahat
mengingatkan -pasien tidak -kurangnya motivasi untuk
control dan menerapkan berobat
pengobatan rutin aktifitas fisik
kesehatan keluarga yang rutin

Penyakit HT
pada ny. R
-Pengetahuan keluarga -Tidak ada
minim mengenai pengingat bagi
penyakit HT pasien untuk berobat
-kurangnya peran secara rutin
keluarga dalam -kurangnya
mengingatkan pasien penyuluhan dan
untuk berobat dan
monitoring
menjaga pola istirahat

Lingungan Sarana

Gambar 4.1 Analisis Masalah ny.R


4.3 Plan of action
Berdasarkan analisis masalah yang sudah dibuat, kami menyusun
beberapa rencana penyelesaian masalah yang tertuang dalam plan of action
berikut:
No Masalah Strategi Program Kegiatan Sasaran Monitoring
1 Pengetahuan Promotif& Edukasi Penyuluhan Keluarga Evaluasi
mengenai penyakit preventif berupa dan pasien melalui pre
hipertensi, gejala, edukasi di test dan post
komplikasi yang kediaman test
menyertai pasien
melalui
media poster
2. Pengetahuan tentang Promotif Edukasi Edukasi Keluarga Evaluasi
aktivitas fisik dan tentan langsung dan pasien melalui
preventif aktifitas fisik saat checklist yang
yang bias penyuluhan sudah dibuat
dilakukan setelah
pasien menampilka
n poster
edukasi
3 Tidak rutin Preventif Edukasi Motivasi Pasien dan Tidak
memeriksaka n diri tentang keluarga dan keluarga dilakukan
ke dokter, minum pasien untuk evaluasi
pentingny
obat dan pengecekan melakukan karena masih
tekanan darah yang
a modifikasi dilakukan
tidak teratur pemeriksa gaya hidup, intervensi
a n cek rutin mengenai
tekanan modifikasi
tekanan
darah. gaya hidup
darah
namun jika terlebih
teratur, tidak dahulu
minum berhasil
obat edukasi

teratur dan untuk


pengobatan
pentingny
a
kunjungan
ke
pelayanan
kesehatan
4. Pasien tidak istirahat Preventif Edukasi Edukasi Keluarga Checklist yang
cukup, tidak makan dan kuratif tentang melalui dan pasien sudah dibuat
cukup buah. modifikasi poster dan
gaya hidup power point
seperti pola
istirahat,
jumlah buah
yang cukup.

4.4 Pelaksanaan Intervensi


Pelaksanaan perkenalan dan kegiatan identifikasi masalah dalam keluarga
dilaksanakan pada hari Senin, 27 Desember 2021. Pelaksanaan pretest pada hari
Senin, 27 Desember 2021. Pelaksanaan edukasi dilakukan tanggal 28 Desember
2021 melalui media poster dan power point pada pasien dan keluarga.
- Edukasi mengenai penyakitb hipertensi secara umum (meliputi definisi,
gejala, komplikasi dll)
- Edukasi tentang pentingnya pengecekan kesehatan pada penderita
hipertensi secara rutin
- Edukasi mengenai modifikasi gaya hidup seperti istirahat cukup, konsumsi
buah dan sayur, batasi konsumsi garam, aktifitas fisik

4.5 Evaluasi hasil Intervensi


Evaluasi kami dilakukan dengan melalui Checklist harian dan post test. Checklist
harian berupa beberapa pertanyaan mengenai modifikasi gaya hidup yang sudah
dilakukan yang diharapkan dapat menurunkan tekanan darah pasien. Checklist
dilakukan dari sebelum dilakukan intervensi hingga setelah dilakukan intervensi
yaitu tanggal 27, 29, 31 desember 2021 sert 3,5 Januari 2022.

CHECKLIST HARIAN
Tanggal 27 12 / 2021 Pertemuan ke 1
Tekanan darah: 150/ 90 mmHg

Aktivitas fisik min 30 menit Ya/Tidak


Istirahat cukup Ya/Tidak
Membatasi konsumsi garam Ya/Tidak
Makan buah dan sayur Ya/Tidak
*Lingkari jawaban yang sesuai
Pada pertemuan hari ke 1 tanggal 27-12-2021 kami tidak memberikan intervensi
apapun, tekanan darah ny.R tinggi dengan faktor resiko gaya hidup yang tidak
baik. Sehingga kami merencanakan intervensi gaya hidup pada pasien ini. Pasien
memang dari awal sudah membatasi jumlah garam<1 sendok the/hari, sehingga
hal ini sudah sesuai.

CHECKLIST HARIAN
Tanggal 29-12-2021 / Pertemuan ke-2
Tekanan darah: 140/90. mmHg

Aktivitas fisik min 30 menit Ya/Tidak


Istirahat cukup Ya/Tidak
Membatasi konsumsi garam Ya/Tidak
Makan buah dan sayur Ya/Tidak
*Lingkari jawaban yang sesuai

Pada pertemuan hari ke 2 tanggal 29-12-2021 pasien mulai mengubah gaya hidup
dengan beristirahat cukup, sebelumnya pasien hanya tidur ± 4 jam namun sudah
tidur lebih awal, total jam istirahat pasien ±8jam. Tekanan darah pasien juga
mulai turun, pasien sudah mengkonsumsi Mentimun namun masih sulit untuk
memakan buah. Pasien juga belum melakukan aktifitas fisik karena pasien belum
terbiasa, sehingga kami terus mengedukasi untuk beraktifitas fisik dan konsumsi
buah.

CHECKLIST HARIAN
Tanggal 31 -12-2021/ Pertemuan ke-3
Tekanan darah: 130/80. mmHg

Aktivitas fisik min 30 menit Ya/Tidak


Istirahat cukup Ya/Tidak
Membatasi konsumsi garam Ya/Tidak
Makan buah dan sayur Ya/Tidak
*Lingkari jawaban yang sesuai
Pada pertemuan hari ke 3 tanggal 31-12-2021 pasien mulai mengubah gaya hidup
dengan beristirahat cukup, dan beraktifitas fisik. Pasien mulai beraktifitas fisik
dengan jalan santai di sekitar rumah setelah shalat subuh selama
±30menit.Tekanan darah pasien juga baik yakni 130/80. Pasien sudah
mengkonsumsi Mentimun namun masih sulit untuk memakan buah. Sehingga
kami terus mengedukasi untuk konsumsi buah.

CHECKLIST HARIAN
Tanggal 3-01-2022 / Pertemuan ke-4
Tekanan darah: 130/90 mmHg

Aktivitas fisik min 30 menit Ya/Tidak


Istirahat cukup Ya/Tidak
Membatasi konsumsi garam Ya/Tidak
Makan buah dan sayur Ya/Tidak
*Lingkari jawaban yang sesuai

Pada pertemuan hari ke4 tanggal 3-01-2022 pasien mulai mengubah gaya hidup
dengan beristirahat cukup, dan beraktifitas fisik, namun pasien masih enggan
untuk memakan buah, kami terus memotivasi pasien untuk memakan buah.

CHECKLIST HARIAN
Tanggal 5-01-2022/ Pertemuan ke-5
Tekanan darah: 130/70. mmHg

Aktivitas fisik min 30 menit Ya/Tidak


Istirahat cukup Ya/Tidak
Membatasi konsumsi garam Ya/Tidak
Makan buah dan sayur Ya/Tidak
*Lingkari jawaban yang sesuai
Pada pertemuan hari ke 5 tanggal 31-12-2021 pasien melakukan aktifitas fisik,
istirahat cukup, dan mengkonsumsi buah sayur.
Sesuai dengan tujuan kami yaitu menjadikan keluarga menjadi Keluarga
Mandiri tingkat 3 dimana Keluarga Mandiri Tingkat Tiga (KM – III) Memiliki
Kriteria: a. menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat; b. menerima
pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan; c.
tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar; d. melakukan
perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. Oleh karena pada tingkat 3 ini
keluarga pasien harus memahami dan mengungkapkan masalah kesehatannya oleh
Karen itu kami juga mengadakan pretest posttest untuk mengevaluasi pemahaman
pasien.
No Pernyataan Pre-Test Post-Test

1 Hipertensi adalah penyakit Benar Benar


meningkatnya tekanan darah
2 140/100 merupakan tekanan Salah Benar
darah yang normal
3 Semakin tua usia, tekanan darah Benar Salah
semakin meningkat
4 Orang dengan hipertensi berisiko Benar Benar
terkena serangan jantung
5 Hipertensi tidak dapat diturunkan Benar Salah
dari orang tua
6 Merokok selain merusak paru- Salah Benar
paru, juga merusak jantung
Konsumsi makanan berlemak
7 dapat menyebabkan tekanan Benar Benar
darah tinggi
Kelebihan berat badan dapat
8 berisiko menyebabkan tekanan Benar Benar
darah tinggi
9 Stres merupakan salah satu Benar Benar
penyebab naiknya tekanan darah
10 Kenaikan tekanan darah tidak Benar Salah
dapat dicegah
Dari hasil evaluasi post test pasien mampu mengerti dan paham mengenai
penyakit yang diderita pasien mampu menjelaskan definisi faktor resiko dan
komplikasi yang sudah dijelaskan, serta mampu menjawab sebagian besar dari 10
pertanyaan yang kami ajukan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di
masyarakat. Faktor yang berperan diantaranya genetik, obesitas, stress, kurangnya
aktivitas, pola asupan garam dan diet serta kebiasaan merokok. Pada pasien
keluarga binaan ini, pasien mengalami hipertensi. Masalah pada pasien ini
meliputi Pengetahuan mengenai penyakit yang diderita, Pengetahuan tentang
aktivitas fisik, Tidak rutin memeriksakan diri ke dokter, minum obat dan
pengecekan tekanan darah yang tidak teratur, Pasien tidak istirahat cukup, tidak
makan cukup buah.
Telah dilakukan intervensi non medikamentosa untuk mengubah perilaku
dan gaya hidup melalui edukasi tentang hipertensi, edukasi tentang aktivitas fisik
yang baik untuk penderita hipertensi, edukasi tentang pentingnya pemeriksaan
tekanan darah teratur, minum obat teratur dan pentingnya kunjungan ke pelayanan
kesehatan, edukasi mengenai istirahat yang cukup, serta pentingnya konsumsi
buah dan sayur.

5.2 Saran
Dukungan keluarga dan motivasi diri sendiri untuk belajar memperbaiki diri
diperlukan agar edukasi yang telah diberikan dapat diterapkan oleh pasien.
Harapannya pasien dapat menjadi keluarga mandiri 4 yakni mampu melaksanakan
tindakan promotif secara aktif. Mampu menjadi keluarga yang bukan hanya
mengerti untuk diri sendiri tetapi menjadi orang yang mampu mengedukasi orang
orang di sekitarnya.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertemuan 1 – Assessment dan Pre-Test (27 Desember 2021)

Lampiran 2. Pertemuan 2 – Edukasi (28 Desember 2021)

Lampiran 3. Pertemuan 3 – Follow up (29 Desember 2021)


Lampiran 4. Pertemuan 4 – Follow up (31 Desember 2021)

Lampiran 5. Pertemuan 5 – Follow up (3 Januari 2022)


Lampiran 6. Pertemuan 6 – Follow up (5 januari 2022)

Lampiran 7. Hasil Pre-Test dan Posttest


No Pernyataan Pre-Test Post-Test

1 Hipertensi adalah penyakit Benar Benar


meningkatnya tekanan darah
2 140/100 merupakan tekanan Salah Benar
darah yang normal
3 Semakin tua usia, tekanan darah Benar Salah
semakin meningkat
4 Orang dengan hipertensi berisiko Benar Benar
terkena serangan jantung
5 Hipertensi tidak dapat diturunkan Benar Salah
dari orang tua
6 Merokok selain merusak paru- Salah Benar
paru, juga merusak jantung
Konsumsi makanan berlemak
7 dapat menyebabkan tekanan Benar Benar
darah tinggi
Kelebihan berat badan dapat
8 berisiko menyebabkan tekanan Benar Benar
darah tinggi
9 Stres merupakan salah satu Benar Benar
penyebab naiknya tekanan darah
10 Kenaikan tekanan darah tidak Benar Salah
dapat dicegah
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2017.

Friedman, M. M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta : EGC

Infodatin. 2019. Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Jakarta: Kementerian


Kesehatan

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keluarga. Internet. Diakses pada tanggal 7


Januari 2022 di https://kbbi.web.id/keluarga.html RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan


Litbangkes, Kemenkes.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016.


Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. 12 Agustus 2016. Jakarta

Perki. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular Edisi


Pertama. Jakarta.

PERKI. 2019. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019. Jakarta: PERKI

Unger, T., Borghi, C., Charchar, F., Khan, N. A., Poulter, N. R., Prabhakaran, D.,
... & Schutte, A. E. 2020. 2020 International Society of Hypertension
global hypertension practice guidelines. Hypertension, 75(6), 1334-1357.

Wijayanti, U.T. dan Berdame, D.Y. 2019. Implementasi delapan fungsi keluarga
di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Komunikasi. 11(1), pp.15-29.

Wiratri, A. 2018. Menilik ulang arti keluarga pada masyarakat Indonesia. Jurnal
Kependudukan Indonesia. 13(1): 15-26.

Yugiantoro, Mohamad. 2014. Pendekatan Klinis Hipertensi dalam buku Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta. Internal Publishing.

Anda mungkin juga menyukai