KELUARGA BINAAN
Periode Koas 13 Desember 2021 – 16 Januari 2022
Disusun Oleh:
Salsabilla Maula Zalfa El Hamzah 192011101038
Prilia Widiyana Putri 192011101052
Pembimbing:
dr. Irawan Fajar Kusuma, M.Sc., Sp.PD
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
DAFTAR ISI …………………… ...................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1. Keluarga .................................................................................................. 4
2.1.1. Definisi Keluarga .......................................................................... 4
2.1.2. Fungsi Keluarga ............................................................................ 4
2.1.3. Tipe Keluarga................................................................................ 6
2.2. Hipertensi ................................................................................................ 7
2.2.1. Definisi Hipertensi ........................................................................ 7
2.2.2. Epidemiologi ................................................................................. 7
2.2.3. Faktor Resiko ................................................................................ 7
2.2.4. Patogenesis ................................................................................... 8
2.2.5. Diagnosis ...................................................................................... 9
2.2.6. Tatalaksana ................................................................................. 10
2.2.7. Komplikasi .................................................................................. 11
BAB 3. HASIL KEGIATAN ............................................................................ 12
3.1. Profil Keluarga dan Genogram .............................................................. 12
3.2. Profil Kondisi Sosial Keluarga dan APGAR Score ................................ 13
3.3. Profil Health Seeking Behavior.............................................................. 14
3.4. Profil Tempat Tinggal ........................................................................... 19
3.5. Profil Lingkungan Tempat Tinggal ........................................................ 20
3.6. Profil Kesehatan Pasien ......................................................................... 21
BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 22
BAB 5. PENUTUP ........................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33
LAMPIRAN ..................................................................................................... 37
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan keluarga binaan ini adalah sebagai berikut:
a. Dokter muda mampu mengidentifikasi permasalahan pada pasien
dengan hipertensi.
b. Dokter muda mampu memberikan alternatif pemecahan dari
permasalahan kesehatan pada pasien hipertensi melalui intervensi
perilaku atau non-farmakologis
c. Dokter muda mampu memberikan edukasi pada keluarga binaan
terkait masalah kesehatan terkait hipertensi.
d. Keluarga binaan dapat menjadi keluarga mandiri tingkat 3, dimana
keluarga bisa mengimplementasikan pola hidup sehat secara teratur
1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan keluarga bianaan untuk pihak yang terlibat adalah
sebagai berikut:
a. Bagi Keluarga Binaan:
1) Mendapatkan informasi tentang hipertensi.
2) Mendapatkan alternatif pemecahan dari pemasalahan
kesehatan pada pasien hipertensi.
b. Penulis
1) Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
permasalahan kesehatan pasien dengan hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayak dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Keluarga tersebut disebut keluarga inti atau rumah tangga, sedangkan
keluarga yang anggotanya mencakup kakek dan nenek atau individu lain yang
memiliki hubungan darah maupun yang tidak memiliki hubungan darah (misalnya
pembantu rumah tangga), disebut sebagai keluarga luas (extended family).
Keluarga bermakna ikatan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keluarga juga didefinisikan sebagai
kesatuan interaksi dan komunikasi dengan keterlibatan semua orang dalam
memainkan peran, baik suami dan istri, orang tua dan anak, maupun anak dan
saudara. Keluarga juga merupakan agen utama sosialisasi, sekaligus sebagai
mikro sistem yang membangun relasi anak dengan lingkungannya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), 2016; Permenkes RI No 39 Tahun 2016; Wiratri, 2018)
2.2 Hipertensi
2.2.1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi
dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan
hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana
hipertensi (Unger et al., 2020). Sedangkan menurut Kemenkes RI (2019), adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
2.2.2. Epidemiologi
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada
penduduk lebih dari 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar
34,11%. Peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan cara pengukuran juga
terjadi di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Peningkatan prevalensi tertinggi
terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 13,4%, Kalimantan Selatan sebesar
13,3%, dan Sulawesi Barat sebesar 12,3%. Hasil Riskesdas 2018 menunjukan
bahwa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar 44,13%
diikuti oleh Jawa Barat sebesar 39,6%, Kalimantan Timur sebesar 39,3%.
Provinsi Papua memiliki prevensi hipertensi terendah sebesar 22,2% diikuti oleh
Maluku Utara sebesar 24,65% dan Sumatera Barat sebesar 25,16% (Badan
Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019).
2.2.4. Patogenesis
Penyebab-penyebab hipertensi ternyata sangat banyak. Tidak bisa
diterangkan hanya dengan satu faktor penyebab. Memang betul pada akhirnya
kesemuanya itu akan menyangkut kendali natrium (Na) di ginjal sehingga tekanan
darah meningkat. Ada empat faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi : (1)
Peran volume intravaskular (2) Peran kendali saraf autonom (3) Peran renin
angiotensin aldosteron (RAA) (4) Peran dinding vaskular pembuluh darah
(Yogiantoro, 2014). Volume intravaskular merupakan determinan utama untuk
kestabilan tekanan darah dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan resistensi
perifer apakah dalam posisi vasodilatasi atau vasokontriksi. Bila asupan NaCI
meningkat, maka ginjal akan merespons agar ekskresi garam keluar bersama urine
ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi NaCI ini melebihi
ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O sehingga volume
intra vaskular meningkat. Pada gilirannya curah jantung juga akan meningkat.
Akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskular, sehingga tekanan darah akan
meningkat.
Selain itu, tekanan darah juga ditentukan oleh saraf otonom. Regulasi
simpatis dan parasimpatis berlangsung independen tidak dipengaruhi oleh
kesadaran otak, akan tetapi terjadi secara automatis mengikuti siklus sirkardian.
Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya genetik, stres kejiwaan, rokok,
dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem saraf simpatis berupa kenaikan
katekolamin, nor epinefrin (NE) dan sebagainya. Selanjutnya neurotransmiter ini
akan meningkatakan denyut jantung (Heart Rate) lalu diikuti kenaikan curah
jantung, sehingga tekanan darah akan meningkat dan akhirnya akan mengalami
agregrasi platelet. Peningkatan nerotransmiter NE ini mempunyai efek negatif
terhadap jantung, sebab di jantung ada reseptor yang akan memicu terjadinya
kerusakan miokard, hipertrofi dan aritmia dengan akibat progresivitas dari
hipertensi aterosklerosis.
Apabila tekanan darah menurun, maka hal ini akan memicu refleks
baroreseptor. Berikutnya secara fisiologis sistem RAA akan dipicu mengikuti
kaskade yang mana pada akhirnya renin akan disekresi, lalu angiotensin I (A I),
angiotensin II (A II), dan seterusnya sampai tekanan darah meningkat kembali.
Begitulah secara fisiologis autoregulasi tekanan darah terjadi melalui aktifasi dari
sistem RAA. Paradigma yang baru tentang hipertensi dimulai dengan disfungsi
endotel, lalu berlanjut menjadi disfungsi vaskular, vaskular biologi berubah, lalu
berakhir dengan Target Organ damage (TOD). Disfungsi endotel merupakan
sindrom klinis yang bisa langsung berhubungan dengan dan dapat memprediksi
peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Hipertensi sudah diakui sebagai
penyebab utama aterosklerosis sebab pada hipertensi sering disertai gejalagejala
lain berupa resistensi insulin, obesitas, mikroalbuminuria, gangguan koagulasi,
gangguan toleransi glukosa, kerusakan membran transport, disfungsi endotel,
dislipidemia, pembesaran ventrikel kiri, gangguan simpatis parasimpatis.
Aterosklerosis ini akan berjalan progresif dan berakhir dengan kejadian
kardiovaskular. Aterosklerosis sendiri adalah penyebab tiga per empat semua
kematian penyakit kardiovaskular. Hipertensi adalah hanya salah satu gejala dari
sebuah sindroma yang akan lebih sesuai bila disebut sebagai sindroma hipertensi
aterosklerotik (bukan merupakan penyakit tersendiri), kemudian akan memicu
pengerasan pembuluh darah sampai terjadi kerusakan target organ terkait
(Yogiantoro, 2014).
2.2.5. Diagnosis
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90
mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan Berdasarkan
pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan menjadi sesuai dengan
tabel 2.1 berikut (PERKI, 2019).
Tabel 2.1. Klasifikasi derajat hipertensi
NILAI TEKANAN
DERAJAT KEPARAHAN
DARAH (mmHg)
Optimal < 120/80
Normal 120/80 hingga 129/84
Normal Tinggi 130/84 hingga 139/89
Hipertensi I 140/90 hingga 159/99
Hipertensi II 160/100 hingga 179/109
Hipertensi III ≥180/110
2.2.6. Tatalaksana
Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah dan menurunkan
probabilitas kesakitan, komplikasi, dan kematian. Langkah ini dapat
dikelompokkan menjadi pendekatan farmakologis dan non-farmakologis.
Pendekatan farmakologis merupakan upaya pengobatan untuk mengontrol
tekanan darah penderita hipertensi yang dapat diawali dari pelayanan kesehatan
tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik. Terapi farmakologis dimulai
dengan obat tunggal yang mempunyai masa kerja panjang sehingga dapat
diberikan sekali sehari dan dosisnya dititrasi. Obat berikutnya dapat ditambahkan
selama beberapa bulan pertama selama terapi dilakukan (Infodatin, 2019). Jenis
obat hipertensi terdiri dari diuretic, penyekat beta, golongan penghambat
Angiotensin Converting Enzyme (ACE), dan Angiotensin Receptor Blocker
(ARB), golongan Calcium Channel Blockers (CCB), dan golongan anti hipertensi
lain (PERKI, 2019).
Tatalaksana non farmakologis dapat berupa intervensi pola hidup. Pola
hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan dapat
mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat juga dapat memperlambat
ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada hipertensi derajat 1, namun
sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat pada pasien dengan HMOD atau
risiko tinggi kardiovaskular (PERKI, 2019).
2.2.7. Komplikasi
Hubungan kenaikan tekanan darah dengan risiko PKV berlangsung secara
terus menerus, konsisten dan independen dari faktor-faktor risiko yang lain. Pada
jangka lama bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada kisaran target normo tensi
pasti akan merusak organ-organ terkait (TOD). Penyakit kardiovaskular utamanya
hipertensi tetap menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Risiko komplikasi
ini bukan hanya tergantung kepada kenaikan tekanan darah yang terus menerus,
tetapi juga tergantung bertambahnya umur penderita. Kenaikan tekanan darah
yang berangsur lama juga akan merusak fungsi ginjal. Makin tinggi tekanan
darah, makin menurun laju filtrasi glomerulus sehingga akhirnya menjadi
penyakit ginjal tahap akhir. Karena tingginya tekanan darah adalah faktor risiko
independen yang kuat untuk merusak ginjal menuju penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA), maka untuk mencegah progresifitas menuju PGTA, usahakanlah
mempertahankan tekanan darah pada kisaran 120/80 mmHg (Yogiantoro, 2014)
BAB 3
HASIL KEGIATAN
3.1.2. Genogram
Genogram keluarga binaan dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Binaan
Ruang makan
Kamar Tidur 2
Ruang Tamu
Kamar Tidur 1
Teras Rumah
Pekarangan Rumah
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 4-5-6
BB : 39 kg
TB : 153 cm
IMT : 16,6 (Gizi Kurang)
Vital Sign : TD: 150/90 mmHg
HR: 86x/menit, reguler, kuat
RR: 20 x/menit
Tax : 36,8oC
K/L a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax
Jantung : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : soepl, BU (+) 8 kali/menit
Ekstremitas : Edema - / - akral hangat +/ +
-/- +/+
BAB 4. PEMBAHASAN
Metode Perorangan
Penyakit HT
pada ny. R
-Pengetahuan keluarga -Tidak ada
minim mengenai pengingat bagi
penyakit HT pasien untuk berobat
-kurangnya peran secara rutin
keluarga dalam -kurangnya
mengingatkan pasien penyuluhan dan
untuk berobat dan
monitoring
menjaga pola istirahat
Lingungan Sarana
CHECKLIST HARIAN
Tanggal 27 12 / 2021 Pertemuan ke 1
Tekanan darah: 150/ 90 mmHg
CHECKLIST HARIAN
Tanggal 29-12-2021 / Pertemuan ke-2
Tekanan darah: 140/90. mmHg
Pada pertemuan hari ke 2 tanggal 29-12-2021 pasien mulai mengubah gaya hidup
dengan beristirahat cukup, sebelumnya pasien hanya tidur ± 4 jam namun sudah
tidur lebih awal, total jam istirahat pasien ±8jam. Tekanan darah pasien juga
mulai turun, pasien sudah mengkonsumsi Mentimun namun masih sulit untuk
memakan buah. Pasien juga belum melakukan aktifitas fisik karena pasien belum
terbiasa, sehingga kami terus mengedukasi untuk beraktifitas fisik dan konsumsi
buah.
CHECKLIST HARIAN
Tanggal 31 -12-2021/ Pertemuan ke-3
Tekanan darah: 130/80. mmHg
CHECKLIST HARIAN
Tanggal 3-01-2022 / Pertemuan ke-4
Tekanan darah: 130/90 mmHg
Pada pertemuan hari ke4 tanggal 3-01-2022 pasien mulai mengubah gaya hidup
dengan beristirahat cukup, dan beraktifitas fisik, namun pasien masih enggan
untuk memakan buah, kami terus memotivasi pasien untuk memakan buah.
CHECKLIST HARIAN
Tanggal 5-01-2022/ Pertemuan ke-5
Tekanan darah: 130/70. mmHg
5.2 Saran
Dukungan keluarga dan motivasi diri sendiri untuk belajar memperbaiki diri
diperlukan agar edukasi yang telah diberikan dapat diterapkan oleh pasien.
Harapannya pasien dapat menjadi keluarga mandiri 4 yakni mampu melaksanakan
tindakan promotif secara aktif. Mampu menjadi keluarga yang bukan hanya
mengerti untuk diri sendiri tetapi menjadi orang yang mampu mengedukasi orang
orang di sekitarnya.
LAMPIRAN
Unger, T., Borghi, C., Charchar, F., Khan, N. A., Poulter, N. R., Prabhakaran, D.,
... & Schutte, A. E. 2020. 2020 International Society of Hypertension
global hypertension practice guidelines. Hypertension, 75(6), 1334-1357.
Wijayanti, U.T. dan Berdame, D.Y. 2019. Implementasi delapan fungsi keluarga
di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Komunikasi. 11(1), pp.15-29.
Wiratri, A. 2018. Menilik ulang arti keluarga pada masyarakat Indonesia. Jurnal
Kependudukan Indonesia. 13(1): 15-26.