Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PANCASILA

“Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan dan Kendala-


Kendalanya Dalam Negara yang Multikultural”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 15

1. Linda Mawarni (P17331221015)

2. Radifa Ainun Wahyuning Muflih (P17331221020)

3. Eka Vivi Rahayu (P17331221019)

PROGAM STUDI D4 KEBIDANAN JEMBER

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila yang berjudul
“Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan dan Kendala-Kendalanya Dalam Negara yang
Multikultural” ini dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pancasila dengan dosen pengampu Prof. Dr. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd.. Selain itu,
makalah ini dibuat dengan harapan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang
“Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan dan Kendala-Kendalanya Dalam Negara yang
Multikultural”, baik bagi pembaca maupun penulis.

Terimakasih kepada selaku dosen pengampu Prof. Dr. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd.
mata kuliah Pancasila serta teman-teman sekalian yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, baik secara moril maupun materil. Kami menyadari sekali bahwa dalam penulisan
makalah yang berjudul “Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan dan Kendala-Kendalanya
Dalam Negara yang Multikultural” ini masih jauh dari kata sempurnaan,baik dari segi bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca guna sebagai acuan agar penulis bisa menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang.

Jember, 29 Agustus 2022

Kelompok 15

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Pembangunan Nasional .................................................................................. 6
2.2 Strategi Dalam Pembangunan Bidang Kesehatan ............................................................ 7
2.3 Upaya Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan .............................................................. 8
2.4 Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan Bidang Kesehatan .................................. 9
2.5 Faktor-Faktor Pendukung Pembangun Kesehatan Di Indonesia ................................... 10
2.6 Faktor-Faktor Penghambat Pembangunan Kesehatan di Indonesia ............................... 12
2.7 Tujuan Pembangunan Kesehatan ................................................................................... 15
2.8 Kendala Kesehatan Dalam Negara Multicultural........................................................... 16
BAB III.................................................................................................................................... 18
PENUTUP............................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan
dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Pembangunan di
bidang kesehatan juga merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yangdilaksanakan oleh semua
komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untukmeningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiaporang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya,sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktifsecara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangatditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor,
sertakesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh
periodesebelumnya.
Program pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan padadinamika
kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermindalam program
kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupunrehabilitatif. Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu upaya untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pencapaian derajat kesehatanyang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari
sektor kesehatan saja,namun sektor terkait lainnya seperti sector pendidikan, ekonomi,
sosial danpemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Kesehatan
merupakanhak semua penduduk, sehingga ditetapkan target dan sasaran pembangunan
kesehatan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, sehingga Indonesia
dikategorikan negara multikultural. Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang

4
terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan budaya. Faktor utama yang mendorong
terbentuknya multikulturalisme adalah latar belakang (historis), kondisi geografis, dan
keterbukaan terhadap kebudayaan luar. Dalam konteks ini, multikulturalisme masyarakat
dapat memunculkan sifat-sifat tertentu dalam kelompok masyarakat yang ada.
Kajian tentang multikulturalisme di Indonesia ini pada umumnya lebih memusatkan
perhatian pada tujuan daripada proses untuk mencapainya. Mereka menekankan
pentingnya toleransi, saling menghargai, menjaga kerukunan, menghormati perbedaan,
dan sebagainya yang lebih merupakan isu falsafah humanistik-individual daripada
sosialkolektif, padahal suatu model adalah berbicara tentang konsep-konsep dan strategi-
strategi untuk mewujudkan konsep-konsep yang abstrak itu menjadi tindakan yang nyata
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahan dalam tulisan ini adalah
bagaimana kendala-kendala dalam negara yang multicultural pada bidang kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan kesehatan ?


2. Apa strategi pembangunan bidang kesehatan ?
3. Apa saja upaya pembangunan dalam bidang kesehatan ?
4. Apa peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan?
5. Apa saja faktor pendukung pembangunan kesehatan?
6. Apa saja faktor penghambat pembangunan kesehatan?
7. Apa tujuan pembangunan kesehatan?
8. Apa saja kendala kesehatan dalam negara multicultural?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian pembangunan dalam bidang kesehatan.


2. Mengetahui strategi apa saja pembangunan dalam bidang kesehatan.
3. Mengetahui upaya pembangunan dalam bidang kesehatan.
4. Mengetahui peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
5. Mengetahui faktor pendukung pembangunan dalam bidang kesehatan.
6. Mengetahui faktor penghambat pembangunan dalam bidang kesehatan.
7. Mengetahui tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan.
8. Mengetahui kendala kesehatan dalam negara multikultural.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan Nasional

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan
dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Program pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika
kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program
kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari
sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sector pendidikan, ekonomi,
sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Kesehatan merupakan
hak semua penduduk, sehingga ditetapkan target dan sasaran pembangunan kesehatan.
Kesehatan merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan umum yang diarahkan guna
mencapai kesadaran dan kemampuan untuk mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Sesuai dari tujuan pembangunan kesehatan yang terdapat dalam Pasal 3
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang selanjutnya disebut
dengan Undang-Undang Kesehatan. Kemampuan kesehatan pada dasarnya menyangkut
semua segi kehidupan, fisik, mental, maupun sosial ekonomi, dalam perkembangan
pembangunan kesehatan selama ini, telah terjadi perubahan orientasi, baik tata nilai
maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan masalah di bidang kesehatan
yang di pengaruhi oleh politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta

6
ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan orientasi tersebut akan mempengaruhi proses
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan
kesehatan yang lebih baik dari kesehatan sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya adalah tingkat kondisi kesehatan yang maksimal dan mungkin dapat di capai
pada suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap
orang dan masyarakat harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Pasal
4 Undang-Undang Kesehatan menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak atas
kesehatan, di dalam Pasal 9 Undang-Undang Kesehatan tersebut juga di tegaskan bahwa
setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Di dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 9
Undang-Undang Kesehatan tersebut maka pada dasarnya setiap orang memiliki hak dan
kewajiban yang harus di embannya dalam mewujudkan tujuan dari pembangunan
kesehatan, yaitu hak untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan
kewajiban untuk ikut serta memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tersebut, baik
untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya guna peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan kesehatan harus diarahkan dan memperhatikan fungsi sosial untuk
kesehatan masyarakat yang kurang mampu.

2.2 Strategi Dalam Pembangunan Bidang Kesehatan

Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup


garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan
tersebut. Beberapa hal penting yang harus diterapkan adalah :
1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan
Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia harus
memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan
sehat dan pembentukan perilaku sehat.
2. Profesionalisme
Untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dilaksanakan melalui
penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta didukung oleh penerapan nilai-nilai
moral dan etika.
3. Desentralisasi

7
Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan
potensi spesifik masing-masing daerah. Disamping itu masalah kesehatan banyak
yang bersifat spesifik daerah. Desentralisasi yang pada inti pokoknya adalah
pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk
mengatur sistem pemerintah dan rumah tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk
pengolahan pembangunan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kompetensi
SDM kesehatan dan penyediaan obat/OAI/perbekalan farmasi yang cukup dan
peningkatan sarana prasarana pelayanan yang terstandar.
5. Meningkatkan inovasi pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka
arah kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada pengembangan pelayanan
kesehatan dengan menggunakan sarana prasarana kesehatan secara medis maupun
tradisional.
6. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan promosi dan pemberdayaan
masyarakat serta pengembangan lingkungan sehat maka arah kebijakan
pembangunan kesehatan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan media promosi.
7. Mengendalikan penyakit menular/tidak menular dengan optimalisasi surveilance
penyakit dan pemberian pengebalan individu maka arah kebijakan pembangunan
kesehatan.

2.3 Upaya Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan

1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung
dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak
pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.
2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam
bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
3. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi
seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan
kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan
pekerja.

8
4. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan
pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban
bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
5. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga
harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
6. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak
terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang
seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalah gunaan narkotik dan obat-
obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen,
pengedar dan pemakai.

2.4 Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan Bidang Kesehatan

Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu,
keluarga maupun masyarakat umum ikut seta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri,
keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan dapat dibedakan menjadi:
1. Peran Serta Masyarakat Sebagai Suatu Kebijakan
Penganut paham ini berpendapat bahwa peran serta masyarakat merupakan suatu
kebijaksanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan. Paham ini dilandasi oleh
suatu pemahaman bahwa masyarakat yang potensial dikorbankan atau terkorbankan
oleh suatu proyek pembangunan memiliki hak untuk dikonsultasikan (right to be
consulted).
2. Peran Serta Masyarakat Sebagai Strategi
Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran serta masyarakat merupakan strategi
untuk mendapatkan dukungan masyarakat (public support). Pendapat ini didasarkan
kepada suatu paham bahwa bila masyarakat merasa memiliki akses terhadap
pengambilan keputusan dan kepedulian masyarakat kepada pada tiap tingkatan
pengambilan keputusan didokumentasikan dengan baik,maka keputusan tersebut
akan memiliki kredibilitas.
3. Peran Serta Masyarakat Sebagai Alat Komunikasi
Peran serta masyarakat didaya gunakan sebagai alat untuk mendapatkan masukan
berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandasi oleh

9
suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga
pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai
guna mewujudkan keputusan yang responsif.
4. Peran Serta Masyarakat Sebagai Alat Penyelesaian Sengketa
Dalam konteks ini peran serta masyarakat didayagunakan sebagai suatu cara untuk
mengurangi atau meredakan konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari
pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar
pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta
mengurangi rasa ketidakpercayaan (misstrust) dan kerancuan (biasess).
5. Peran Sera Masyarakat Sebagai Terapi
Menurut persepsi ini, peran serta masyarakat dilakukan sebagai upaya untuk
“mengobati” masalah-masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan
ketidak berdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan bahwa
diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.

2.5 Faktor-Faktor Pendukung Pembangun Kesehatan Di Indonesia

Faktor-faktor pendukung pembangunan kesehatan di Indonesia upaya pembangunan


kesehatan diperlukan dukungan berbagai faktor seperti birokrasi (pemerintah), ahli
kedokteran, ilmu ilmu sosial serta teknologi, sosial budaya masyarakat, medis tradisional,
dan hubungan internasional.
Birokrasi (pemerintah), pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 99-
a/Men.Kes/SK/III/1982 tanggal 2 Maret 1982 menetapkan berlakunya Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) untuk menentukan arah, tujuan dan dasar-dasar pembangunan kesehatan
sebagai kesatuan yang menyeluruh, terpadu serta berkesinambungan sebagai bagian dari
pembangunan nasional. Baik yang diselenggarakan pemerintah, organisasi, maupun
perorangan.
Untuk pembangunan kesehatan, pemerintah pusat menyediakan anggaran setiap tahun,
baik untuk perangkat keras maupun lunak. Anggaran untuk sektor ini terus meningkat.
Tahun 1992–1997 ± antara 1,5–2,5% dan tahun meningkat menjadi 2004–2009 ± 5–7,5%
dari Anggaran Belanja Negara. Dalam RPJM 2009–2014 anggarannya sekitar ± 7,5–9%.
Selain itu ada juga biaya yang berasal dari masyarakat dan pemerintah daerah (provinsi,
kabupaten dan kota) yang rinciannya belum diketahui.

10
Pendanaan pembangunan kesehatan yang dibutuhkan ditujukan kepada sektor-sektor
antara lain, perencanaan perluasan jangkauan upaya kesehatan, peningkatan kuantitas dan
kualitas sumber daya tenaga kesehatan, pengadaan dan pengendalian obat-obatan,
managemen upaya kesehatan, meningkatkan peran serta masyarakat, dan kerja sama lintas
sektoral.
Ahli-ahli kedokteran, ilmu-ilmu sosial dan teknologi, disiplin kedokteran, terus
berusaha mengembangkan ilmunya, baik terkait penyakit fisik dan psikologis serta
pengobatan dan penyembuhannya. Perkembangan spesialisasi di bidang kedokteran pun
meluas, seperti spesialisasi gizi radiologi, THT, kebidanan, anak, mata, kulit, penyakit
dalam, paru, saraf, gigi dan mulut serta orthodontik, ahli bedah/ortopedi dan traumatologi,
ahli jiwa/psikiater, termasuk akupuntur. Demikian juga pembinaan kesehatan menyeluruh.
Mulai promotif/konstruktif, preventif, rehabilitatif bahkan preservatif, selain fungsi
kuratif. Pihak kedokteran juga bekerja sama dengan ahli lainnya menangani masalah
kesehatan secara meluas.
Dalam disiplin ilmu sosial, Ilmu-ilmu sosial menyumbangkan data, konsep, teori,
model pendekatan, membantu pengembangan ilmu kesehatan. Sosiologi misalnya
mengidentifikasi 'key-person' dalam masyarakat yang berguna untuk mengembangkan
partisipasi masyarakat dalam program-program kesehatan. Antropologi menyumbangkan
pengetahuan kebiasaan makan golongan-golongan etnik, menu makanan yang disajikan
sehari-hari, pembagian makanan di antara anggota keluarga, pengetahuan mengenai nilai
dan norma gizi makanan lokal. Ahli hukum dapat menetapkan butir hukum mengenai etik
kedokteran pada tenaga kesehatan dan masyarakat awam atau kebijaksanaan harga
makanan terkait pemenuhan gizi dan kualitas kesehatan. Ahli pertahanan dan keamanan
misalnya, mengembangkan konsep stabilitas yang sehat sehingga memberi iklim cerah
untuk pembangunan kesehatan di segala sektor. Ahli agama, misalnya, memberikan dasa-
rdasar hukum agama mengenai akhlak, yang berkaitan dengan kegiatan dan demikian
seterusnya.
Untuk teknologi sendiri, faktor pendukung dari disiplin ini terhadap kemajuan upaya
kesehatan adalah semakin derasnya perhatian para teknolog dalam merancang dan
memproduksi peralatan-peralatan modern, khususnya peralatan yang memberi kemudahan
bagi proses kegiatan pemeriksaan (cek) kesehatan, diagnosa serta penyembuhan sesuatu
penyakit dengan sistem laser. Termasuk dalam hal ini peralatan-peralatan rumah sakit.
Tidak ketinggalan juga, kemajuan dalam perangkat komputer.

11
Faktor sosial budaya, warga masyarakat Indonesia pada dasarnya tidak berbeda dengan
warga masyarakat lainnya di dunia ini dalam prinsip upaya kesehatan. Penanggulangan
penyakit merupakan bagian dari tanggung jawab warga masyarakat yang sehat khususnya
kerabat terdekat terhadap seseorang yang menderita penyakit. Ide pembangunan
kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, bahkan yang bersifat rehabilitasi,
merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari pola kehidupan masyarakat Indonesia,
meskipun barangkali porsinya masih kecil. Warga masyarakat umumnya memperlihatkan
kemauannya mendatangi tempat pelayanan kesehatan jika ada yang sakit. Malah bersedia
membiayai penyembuhan penyakitnya atau keluarganya. Ada yang bersedia
menyumbangkan harta benda, uang, dan juga darah, baik terhadap negara, lembaga swasta
maupun terhadap usaha perorangan. Begitu pula menjaga kesehatan rumah tangga,
masyarakat, serta ekologinya. Warga banyak menunjukkan kesadaran tinggi, melahirkan
perilaku menguntungkan kesehatan.

2.6 Faktor-Faktor Penghambat Pembangunan Kesehatan di Indonesia

Faktor-faktor penghambat pengembangan kesehatan di Indonesia faktor penghambat


disoroti dari sudut sosial budaya. Telah dibentangkan di awal unsur budaya universal,
meliputi antara lain, agama, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi sosial,
bahasa dan komunikasi, serta kesenian.
Faktor agama dan kepercayaan gaib non religi. Agama yang hidup di tanah air memiliki
nilai dan norma pembentukan mental bangsa di bidang ritual dan seremonial serta akhlak
berupa moral serta etika dan tatakrama dalam kehidupan. Selanjutnya ada juga ajaran
agama tentang campur tangan tuhan seketika tatkala umatnya sudah keterlaluan dalam
perilaku menyimpang dalam penjamahan alam atau komunikasi sesama manusia. Khusus
dalam hal pembangunan kesehatan di Indonesia, banyak didapatkan data tentang pengaruh
kepercayaan yang dapat menghambat upaya pembinaan kesehatan secara biomedis.
Misalnya kepercayaan bahwa penyakit seseorang disebabkan oleh campur tangan agen
penyakit yang bersumber dari luar diri dan luar lingkungan alam manusia. Dipercayai juga
penyembuhannya, mesti dengan membujuk atau mengusir agen atau mengobati dosa
kepada supranatural penyebab penyakit itu. Hal ini bisa mengakibatkan seseorang
penderita berkunjung ke puskesmas atau rumah sakit atau klinik. Di samping itu banyak
pula kepercayaan tentang penyakit diare balita di berbagai wilayah di Indonesia ciri
pertumbuhan seperti: "mau pandai jalan dan bicara”, "tumbuh gigi", dsb. Penderita tidak
diobati, dibiarkan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) lebih lama dan bisa

12
membawa kematian. Di beberapa tempat anak menderita sakit kulit, korengan, dipercayai
karena banyak makan yang asam-asam, sehingga jadi korengan. Dari itu asam harus
dipantangkan. Padahal vitamin C yang bersumber pada makanan yang asam-asam penting
bagi pembentukan kulit baru jika luka atau sakit. Jika penyakit diare balita atau anak
korengan itu bertambah parah, dianggap karena kemasukan roh halus atau kesambat, maka
penyembuhannya membujuk atau mengusir roh tadi, melalui penyembuh tradisional atau
agama. Hal ini memperlambat pengendalian ledakan penduduk yang juga berdampak
negatif ke kesehatan
Lalu dari segi ekonomi. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan dan pinggiran kota
yang miskin (40% penduduk Indonesia dari acuan sembilan bahan pokok/dapur), merasa
berat memikul biaya pengobatan biomedis yang diselenggarakan di Puskesmas, rumah
sakit dan klinik pemerintah, terutama yang diselenggarakan swasta. Warga masyarakat
sering menghindari pengobatan biomedis, pergi ke penyembuh medis tradisional yang
biayanya sukarela atau pengobatan sendiri
Dari segi ilmu pengetahuan. Hambatan dari segi ilmu pengetahuan, dapat bersumber
dari lembaga pengembangan ilmu pengetahuan biomedis, dari sistem medis tradisianal
serta dari warga masyarakat. Dari bagian pengembangan ilmu di lembaga pendidikan
kesehatan misalnya fakultas kedokteran, terlihat antara lain:
1. Konsep baru dalam pembangunan kesehatan belum disosialisasikan secara luas
sehingga kurang dipahami masyarakat
2. Pengembangan fakultas dalam beberapa segi lebih mementingkan mutu
internasional daripada kebutuhan pembangunan nasional, lokal, pulau terluar dan
komunitas adat terpencil.
3. Orientasi fakultas masih mempertahankan zaman emas spesialis klinik, sedikit
sekali pada kesehatan prima.
4. Pandangan lebih dominan atas pendekatan monodisipliner daripada inter dan
multidisipliner.
5. Bagian kesehatan masyarakat belum mampu mengubah suasana orientasi penyakit
ke arah kesehatan secara Luas. Hal ini terbawa oleh dokter-dokter atau paramedis
sebagai alumni yang berpraktik di institusi-institusi kesehatan, baik di
Pemerintahan maupun Swasta.
Dari bagian medis tradisional lain lagi. Sistem pengetahuan dari pelayanan kesehatan
secara tradisional banyak yang bersifat lisan dan karena itu sulit dimengerti, diawasi dan
dibakukan. Peralihannya dari satu angkatan yang tua ke angkatan muda berikutnya juga
13
bersifat lisan dan diam-diam (esoteris). Biasanya melalui sistem magang. Seorang yang
ingin menjadi penyembuh seperti dukun, dengan atau tanpa isyarat ilham kesaktian, mulai
dengan membantu seorang dukun yang sudah terkenal dan seringkali sejak ia masih kecil.
Hal penting dari pemraktik medis modern dan medis tradisional, yang jadi hambatan
adalah:
1. Perbedaan dalam proses sosialisasi dan profesionalisasi, sehingga persepsi terhadap
sesuatu objek yang sama akan dapat berbeda.
2. Suasana saling mengecilkan arti upaya kesehatan antara satu dengan lainnya.
3. Kurangnya ilmu pengetahuan dari masing masing sistem medis itu yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan berbagai penyakit yang timbul seperti
penyembuhan asma, tumor/kanker, dan aids.

Dalam segi teknologi, dilihat dari sistem medis modern, banyak alat diagnosa dan
therapi baru belum dimiliki oleh kebanyakan rumah sakit dan puskesmas daerah,
khususnya tingkat II dan kecamatan. Adapun dari sistem medis tradisional sering sekali
menggunakan peralatan-peralatan dari benda-benda yang kurang higienis atau tidak steril,
sehingga terjadi dampak negatif. Seorang paraji (dukun bayi) sering sekali memotong tali
pusar bayi dengan sembilu, pisau atau gunting yang kurang bersih. Kemudian bekas
potongan ditutup dengan abu dapur yang mungkin mengandung bakteri. Hal demikian,
dapat menimbulkan kejang-kejang bagi bayi, menderita tetanus dan akhirnya meninggal.

Dari segi organisasi sosial. Pranata sosial di desa, ujung tombak pembangunan
kesehatan nasional belum manggembirakan. Misalnya Posyandu sebagai inti kekuatan
pranata kesehatan di pedalaman, banyak tersendat bahkan mati. Terkadang disebabkan
warga masyarakat yang suami-istri sama-sama bekerja. Atau anak mereka banyak kecil-
kecil sementara saat posyandu buka, tidak ada yang jaga sebagian anaknya. Jika dibawa
semua anak biaya jajan anak lebih membengkak. Saat lain, disebabkan petugas teknis
medis Puskesmas (dokter atau para medis) yang membinanya sering datang terlambat atau
tidak datang. Di sudut lain warga masyarakat kurang mau ke Posyandu karena kalau ada
anak sakit, Posyandu tidak mengobatinya kecuali sekedar menganjurkan ke Puskesmas
atau ke Rumah Sakit, sehingga warga masyarakat lebih cenderung langsung saja ke
Puskesmas daripada ke Posyandu.
Lalu, segi pranata hukum ”Legalitas” kesehatan. Sejumlah praktik medis tradisional
telah dilegalisasi oleh Kementerian Kesehatan seperti akupuntur, tetapi pemraktik lainnya
seperti magik-religious, herbalis, dukun patah tulang, dan paraji, belum secara resmi

14
mendapat izin praktik. Masalahnya selain cara bekerjanya yang belum dapat diketahui
secara tepat, juga masih memerlukan diskusi para ilmuan seperti yang dikemukakan oleh
Boedhihartono tentang apakah mereka berhak mengeluarkan "surat sakit seorang pasien",
“surat keterangan meninggal", "sebagai saksi di pengadilan tentang visum sebab-sebab
meninggalnya seseorang karena black magic atau biasa", atau "berlaku tidaknya surat
keterangan penyembuhan tradisional untuk mendapatkan asuransi kesehatan maupun
asuransi kecelakaan yang berhubungan dengan jiwa atau harta benda, dsb”. Tentu perlu
melibatkan Kementerian Kehakiman, Kementerian Kesehatan dan Kementerian
Pendidikan Nasional, bahkan Kementerian Agama. Apakah semua pengobatan atau
penyembuhan medis tradisional akan diperlakukan sama atau ada kekecualian, masih
belum tuntas hingga sekarangwalaupun landasan hukumnya sudah ada, yaitu pada UU No.
36 Tahun 2009. Di Indonesia banyak terdapat masyarakat tradisional dan bahkan
kumunitas terpencil. Sifat anggota masyarakat seperti ini masih penganut sistem
kepercayaan yang sukar membedakan tindakan rasional dengan irrasional. Jadi sistem
pengobatan tradisional masih perlu dipetarangkum dan didokumentasikan secara
menyeluruh. Hingga sekarang belum terdata secara rinci. Kekayaan data pengobatan
alternatif sungguh penting sebagai dasar menentukan kategorisasi, acuan, prosedur atau
proses yang serasi. Tidak tumpang tindih dengan biomedis dalam bentuk inkorporasi,
integrasi, adopsi atau legalisasi atau apapun strategi yang disepakati.
Dari segi bahasa. Acapkali istilah atau penjelasan dalam dunia kedokteran tidak
dipahami warga masyarakat sewaktu dikomunikasikan oleh petugas kesehatan. Sehingga
warga yang awam cenderung salah menginterpretasi (mis-komunikasi). Begitu juga
tentang pemraktik medis tradisional cenderung menjelaskan kepada warga masyarakat
istilah kedokteran modern (untuk jastifikasi) dengan mengkomunikasikannya dengan
istilah-istilah medis tradisional yang sebenarnya tidak sama. Disatu segi warga masyarakat
merasa dapat dukungan spiritual yaitu mendapatkan pengobatan sebenarnya dari pengobat
tradisional seperti dukun sebagai pengganti dokter biomedis. Akan tetapi sesungguhnya
penyakit menuntut penyembuhan ke tingkat medis modern (biomedis), seperti penyakit
infeksi, tetanus dan tumor yang dipandang karena kesambat atau terkena black magic.

2.7 Tujuan Pembangunan Kesehatan

Tujuan dengan adanya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

15
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu:
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam
bidangkesehatan.Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
kesehatan.
2. Peningkatan status gizi masyarakat.
3. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
4. Pengembangan keluarga sehat sejahtera. Sasaran kebijakan pembangunan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada
memperhatikan kebijakan umum dikelompokan sebagai sasaran kebijakan
pembangunan seperti, peningkatan kerjasama lintas sector, peningkatan perilaku,
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta, peningkatan kesehatan
lingkungan, peningkatan upaya kesehatan, peningkatan sumber daya kesehatan,
peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan, peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, peningkatan lingkungan sosial budaya.

2.8 Kendala Kesehatan Dalam Negara Multicultural

1. Konektivitas
Kendala konektivitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (E-Health) di
Indonesia tidak berkembang, terutama di daerah-daerah terpencil yang seharusnya
butuh akses kesehatan yang sama dengan masyarakat kota. Jika konektifitas sudah
merata di seluruh Indonesia, maka bisa dipastikan masyarakat bisa mendapat akses
kesehatan yang baik karena bisa berkonsultasi dengan dokter meski berjauhan.
Biayanya pun jauh lebih murah.
2. Kejelasan regulasi
Menurut sebuah survei dari Deloitte Indonesia, Bahar, dan Chapter, sebesar 15,6 persen
pengguna masih merasa tidak puas dengan adanya layanan kesehatan digital.
Ketidakpuasaan ini terjadi karena pengguna mengkhawatirkan keamanan data yang
diinput ke dalam layanan kesehatan digital tersebut. Itupun belum adanya aturan
tentang tata cara pengantaran obat agar tidak terkontaminasi benda lain hingga sampai
kepada pasien. Selain keamanan data, yang masih menjadi masalah utama dalam
perkembangan layanan digital ini antara lain, terjadinya komunikasi yang kurang baik
antara dokter dengan penderita penyakit karena tidak memeriksa penyakit secara
langsung. Apalagi secara pengalaman, banyak dokter yang tidak terbiasa memeriksa

16
penyakit hanya melalui telepon. Kendala-kendala soal regulasi di atas, tentu menjadi
kendala pada perkembangan e-health. Pemerintah hendaknya mengatur regulasi
tersebut secara cepat mengingat pengguna layanan kesehatan digital semakin
bertumbuh.
3. Bonus demografi
Populasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang banyak didominasi
oleh usia muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah. Bonus demografi ini menjadi
kekuatan untuk Indonesia untuk bersaing di kancah global. Akan tetapi, bonus
demografi ini tak dibarengi dengan pelayanan kesehatan yang baik. Anak muda dan
masyarakat yang dianggap mampu memajukan Indonesia justru jadi tak terlindungi
karena tidak ada pelayanan kesehatan yang baik.
4. Negara kepulauan
Menjadi negara kepulauan, memang sangat berpengaruh besar terhadap potensi ekspor
Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia. Indonesia terkenal dengan beragam SDA dan
keindahan alam yang mampu menarik wisatawan berkunjung. Di sisi lain, distribusi
pangan dan distribusi kesehatan banyak terkendala karena tidak bisa ditempuh hanya
dengan jalur darat.
5. Pelayanan rendah
Tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah. Ini tercermin dari kendala
masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa rumah sakit. Pasien
yang menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya di
rumah. Sebagai contoh, banyak masyarakat di daerah Medan yang akhirnya memilih
Penang, Malaysia, untuk berobat ketimbang di Indonesia.
6. Teknologi tidak dimanfaatkan dengan baik
Teknologi yang ada tak dimanfaatkan dengan baik untuk pelayanan kesehatan. Padahal,
pengguna internet di Indonesia paling tinggi ketimbang negara lain. Contoh
pemanfaatan teknologi dengan baik adalah iWatch kita pasang di tangan kita, itu bisa
mendeteksi kondisi jantung dan kondisi sistem tubuh lainnya. Tapi saat berobat, kita
tidak memberitahukan kepada dokter kalau kita punya rekam manual melalui iWatch
itu. Padahal kalau diberitahu, dokter bisa langsung merekomendasikan pengobatan
yang lebih tepat.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan dalam bidang kesehatan hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan


oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Lalu untuk pembangunan dalam
bidang kesehatan, adapun beberapa hal penting yang harus diterapkan seperti
pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan, profesionalisme, desentralisasi, dsb.
Terdapat juga upaya- upaya pembangunan nasional dibidang kesehatan yang perlu untuk
diperhatikan juga. Adapun faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunan
di bidang kesehatan, untuk pendukung pembangunan kesehatan di Indonesia upaya
pembangunan kesehatan diperlukan dukungan berbagai faktor seperti birokrasi
(pemerintah), ahli kedokteran, ilmu ilmu sosial serta teknologi, sosial budaya masyarakat,
medis tradisional, dan hubungan internasional. Sedangkan pada faktor-faktor penghambat
pengembangan kesehatan di Indonesia, faktor penghambat disoroti dari sudut sosial
budaya. Telah dibentangkan di awal unsur budaya universal, meliputi antara lain, agama,
ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta
kesenian. Tujuan dari pembangunan dalam bidang kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Lalu, kendala-kendala yang perlu diperhatikan juga dalan negara
multikultural seperti kendala konektivitas, kejelasan regulasi, bonus demografi, negara
kepulauan, pelayanan rendah, dan teknologi yang tidak dimanfaat secara baik.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan kita perlu memahami apa itu pembangunan dalam bidang
kesehatan agar dapat mengerti tujuan dari apa yang kita ambil untuk pembangunan dalam
bidang kesehatan itu sendiri. Dari sini kita juga mengerti upaya-upaya apa yang dapat kita
gunakan untuk pembangunan dalam bidang kesehatan. Serta memahami apa saja faktor-
faktor penghambat, pendukung dan kendala pada negara multikultural pembangunan
dalam bidang kesehatan. Jika para tenaga kesehatan telah memahami apa itu pembangunan
dalam bidang kesehatan, tujuan, faktor-faktor penghambat dan pendukung, tujuan kita
untuk memajukan pembangunan di bidang kesehatan akan jauh lebih mudah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Masalah-Masalah Sosial Budaya Dalam Pembangunan Kesehatan di


Indonesia. Masyarakat dan Budaya, 231-254.
Anonim. (2017). Strategi dan Arah Kebijakan. 1-4.
Anonim. (2022, Agustus Selasa). Pusat Kesehatan Masyarakat. Diambil kembali dari
Wikipedia: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat
Anonim. (t.thn.). Pembangunan di Bidang Kesehatan. 1-9.
Sembel, H. (t.thn.). Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan. Diambil kembali dari
Academia.edu:
https://www.academia.edu/36748479/PEMBANGUNAN_DALAM_BIDANG_KESE
HATAN
Ulya, F. N. (2019, Agustus Senin). 6 Kendala Ini Membuat Pelayanan Kesehatan di
Indonesia Tak Maksimal. Diambil kembali dari Kompas.com:
https://money.kompas.com/read/2019/08/19/171503026/6-kendala-ini-membuat-
pelayanan-kesehatan-di-indonesia-tak-maksimal?page=2

19

Anda mungkin juga menyukai