Anda di halaman 1dari 11

PARA PENJAGA BETAWI:

EKSISTENSI KELOMPOK TRADISIONAL BETAWI DAN UPAYANYA


DALAM MELESTARIKAN TRADISI PALANG PINTU BETAWI DI ERA
MILENIAL
Disusun guna untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Teori dan
Metodologi Sejarah 2 dengan Dosen Pengampu Dr. Chusnul Hajati, M.S.

Disusun Oleh :

Tsaqifa Nurul Maghfira


13030118140067

Kelas B

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Permasalahan
B. Tujuan Penelitian
C. Ruang Lingkup
D. Tinjauan Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
F. Kerangka Pemikiran
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
B. Sejarah Betawi
C. Budaya dan Kebudayaan Betawi
D. Pelestarian Nilai Budaya Betawi
E. Pengertian Tradisi Palang Pintu
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kearifan Lokal Budaya Betawi
B. Kondisi Demografi
1. Penduduk
2. Kondisi Sosial
3. Kondisi Budaya
C. Survey dan Kuesioner
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Tradisi Palang Pintu
1. Perkembangan Tradisi Palang Pintu Era Milenial
2. Pengaruh Kehidupan Kota DKI Jakarta terhadap Tradisi Palang
Pintu
B. Eksistensi Kelompok Budaya Betawi
1. Sebaran Lokasi Budaya Betawi
2. Praktik Pelestarian Tradisi Palang Pintu
3. Peran Kelompok Budaya Betawi dalam Pelestarian Tradisi Palang
Pintu
4. Peran Pemerintah dalam Pelestarian Tradisi Palang Pintu
C. Pengetahuan Masyarakat mengenai Tradisi Palang Pintu
1. Hasil Kuesioner
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Latar Belakang dan Permasalahan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang berada di kawasan
Asia Tenggara. Indonesia memiliki banyak sekali keanekaragaman kesenian
hingga kebudayaan. Salah satunya adalah tradisi palang pintu. Palang dalam
bahasa adalah menghalangi dan pintu memiliki arti masuk, berarti jika
digabungkan antara kata palang dan pintu memiliki arti atau makna menghalangi
sesuatu yang ingin masuk.
Tradisi palang pintu betawi atau acara buka palang pintu, merupakan salah
satu upacara adat betawi dimana biasa digunakan pada proses pernikahan adat
betawi. Tradisi palang pintu dilakukan pada saat rombongan mempelai laki-laki
sampai di tempat mempelai perempuan. Namun, seiring berjalannya waktu tradisi
palang pintu ini mulai ditinggalkan akibat pengaruh modernisasi dan urbanisasi
Jakarta sebagai ibukota negara.
Para pendatang dari berbagai daerah penjuru Indonesia yang membawa
budaya masing-masing turut mempengaruhi keberlangsungan budaya betawi yang
semakin terpinggirkan. Pembangunan yang pesat di pusat-pusat kota Jakarta
mengakibatkan kehidupan masyarakat betawi semakin tergusur ke wilayah-
wilayah terluar Jakarta.
Namun keberadaan sanggar-sanggar betawi, kelompok penggiat budaya
betawi, serta komunitas peduli betawi masih berusaha untuk mempertahankan
eksistensi budaya betawi dari segala bidang seperti kuliner, kesenian, festival, dan
agenda diskusi,serta pertunjukan kesenian budaya betawi yang dilakukan secara
rutin di beberapa lokasi.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi khususnya untuk di wilayah Jakarta adalah
seiringnya berkembangnya zaman, tradisi dan kebudayaan mengalami penurunan
terlebih lagi di zaman sekarang ini. Sehingga, hal tersebut menjadi perhatian
khusus bagi peneliti mengenai keberadaan eksistensi kelompok budaya betawi
dan upayanya dalam melestarikan budaya tradisi palang pintu di Jakarta. Adapun
rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana eksistensi kelompok budaya betawi dalam tradisi palang pintu
betawi di era milenial?
2. Bagaimana peran kelompok budaya betawi dan pemerintah dalam pelestarian
tradisi palang pintu di Jakarta?
3. Bagaimana praktik pelestarian tradisi palang pintu di Jakarta?
4. Apa saja pengaruh kehidupan Kota Jakarta terhadap tradisi palang pintu?
C. Tujuan Penelitian
Setelah melihat latar belakang dan permasalahan yang penulis kemukakan
diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan latar belakang dan permasalahan terkait dengan eksistensi
kelompok budaya betawi pada era milenial
2. Untuk menginformasikan apa saja peran dan upaya yang telah dilakukan oleh
kelompok budaya betawi dan pemerintah dalam melestarikan tradisi palang pintu
betawi era milenial.
3. Untuk menggambarkan perkembangan dan eksistensi kelompok budaya betawi
dalam melestarikan tradisi palang pintu di Jakarta.
4. Untuk menjelaskan pengaruh kehidupan Kota Jakarta terhadap tradisi palang
pintu serta menggambarkan bagaimana praktik pelestarian tradisi palang pintu di
Jakarta.
D. Ruang Lingkup
Penulisan sejarah akan menjadi lebih terarah jika dilengkapi dengan
perangkat pembatas, baik spasial, temporal maupun keilmuan, sehingga sejarawan
terhindar dari hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan permasalahan yang
ditulis, serta analisis yang bersifat lemah.1 Pembatasan ruang lingkup ini
menjadikan penelitian sejarah lebih mudah dilakukan secara empiris,
metodologis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pertama, ruang lingkup spasial adalah pembatasan secara wilayah. Penulis
membatasi ruang lingkup pada wilayah Indonesia, namun bukan wilayah

1
Taufik Abdullah, Pendahuluan: Sejarah dan Historiografi, dalam Taufik Abdullah dan Abdurrahman
Suryomiharjo, (ed.) Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif(Jakarta: Gramedia, 1982), hlm.
Xii.
Indonesia secara keseluruhan, nantinya akan terfokus pada Jakarta. Karena hanya
pada Jakarta lah yang memiliki tradisi Palang Pintu tersebut.
Kedua, ruang lingkup temporal adalah pembatasan secara periode atau waktu.
Ruang lingkup temporal skripsi ini di Era Milenial.
Ketiga, ruang lingkup keilmuan merupakan batasan aspek yang akan
dianalisis. Penulis menggunakan ruang lingkup sejarah tradisi. Pendekatan aspek
tradisi untuk melihat eksistensi suatu tradisi tersebut.
Keempat, meliputi statistik dan eksistensi keberadaan para penggiat budaya
betawi yang masih mempertahankan tradisi budaya betawi, terutama tradisi
palang pintu, pada kurun waktu di Era Milenial. Pembahasan juga akan meliputi
definisi tradisi palang pintu, sejarah tradisi palang pintu, nilai-nilai budaya yang
menyertainya, serta kepedulian masyarakat betawi sendiri atas tradisi palang
pintu.
E. Tinjauan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan eksistensi dan peranan para
penggiat pelestarian budaya dan tradisi betawi terutama tradisi palang pintu, di
wilayah Jakarta dan sekitarnya pada kurun waktu di Era Milenial, yang
diharapkan dapat memberi informasi dan keberadaan para penjaga betawi, dan
sumbang saran yang positif bagi perkembangan pelestarian budaya betawi,
terutama tradisi palang pintu.
F. Tinjauan Pustaka
Pada saat akan melakukan suatu penelitian maka hal yang paling utama yang
dibutuhkan ialah sebuah dukungan dari setiap hasil penelitian yang sebelumnya
memang sudah ada dan masih saling berkaitan dengan hasil dari penelitian
tersebut.
Dengan berdasarkan hasil dari penelitian Ita Suryani dan Asriyani
Sagiyantotahun 2017 yang menurutnya dalam mengupayakan pelestarian tradisi
palang pintu dibutuhkan strategi dari kelompok budaya betawi tersebut dengan
cara mempromosikan tradisi palang pintu.
Dalam buku yang berjudul Atraksi Budaya Nusantara yang ditulis oleh Rita
Nariswari dkk pada tahun 2017 yang berisi mengenai berbagai macam atraksi
budaya yang ada di nusantara seperti pecu jawi di Sumatera Barat, Festival,
Tabuik di Pariaman (Sumatera Barat), Ngarot di Indramayu Jawa Barat, Karapan
Sapi di Madura Jawa Timur serta yang terpenting mengenai festival tradisi palang
pintu yang berasal dari Jakarta. Buku ini sangat tepat karena menyangkut
penjelasan mengenai praktik pelestarian budaya nusantara khususnya pada
pembahasan tradisi palang pintu di Jakarta.
Selanjutnya, dalam buku yang berjudul Gado-Gado Betawi : Masyarakat
Betawi dan Ragam Budayanya ditulis oleh Emot Rahmat Taendiftia pada tahun
1998, berisi mengenai perihal Kota Jakarta dari pendekatan sosial-budaya.
Khususnya mengenai perkembangannya dari “tempoe doeloe” hingga sekarang
dari zaman kolonial hingga tumbuh menjadi kota megapolitan.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah keberadaan eksistensi
kelompok tradisional betawi yang menjadi kerangka utama yang digunakan
sebelum mengetahui upaya apa saja dalam melestarikan tradisi palang pintu
betawi di era milenial ini.
Karena di era milenial inilah banyak sekali permasalahan di segala bidang
seperti ekonomi, kesenian, dan yang yang terpenting adalah kebudayaan. Padahal
kebudayaan sendiri merupakan salah satu aset yang menjadi ciri khas suatu daerah
tersebut. Akan tetapi, kurangnya pelestarian dan perhatian dari masyarakat
maupun pemerintah di Jakarta ini menyebabkan memudarnya eksistensi
kelompok tradisional betawi dalam upaya melestarikan tradisi palang pintu
betawi, sehingga perlunya mengidentifikasi dan menemukan solusi untuk
permasalahan tersebut.
H. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah
studi pustaka. Studi pustaka adalah menurut Nazir teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh dasar-dasar dan pendapat
secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Metode studi pustaka ini juga dapat didefinisikan sebagai cara pengumpulan
data bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan, seperti
halnya koran, majalah, buletin, buku-buku, dokumen, dan sebagainya yang
relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983: 420). Penelusuran lainnya
melalui browsing untuk mendapatkan sumber yang lain yang tersebar di dunia
maya.
Dengan kedua metode dan cara inilah, penulis akan mendapatkan berbagai
data dan fakta yang berkaitan dengan penulisan proposal ini. Setelah berbagai data
dan fakta telah berhasil ditemukan maka diolah dengan bantuan pendekatan yang
dipakai oleh penulisan artikel ini yaitu pendekatan kesejarahan dan sebagian
pendekatan kebudayaan.
Selain metode studi pustaka dan metode pengumpulan data dipakai pula
mengenai metode kuesioner. Yang dimana metode kuesioner ini lebih sedikit
mudah prosesnya dibandingkan metode wawancara. Pada masa pandemi seperti
ini metode kuesioner yang tepat dibandingkan wawancara, karena hanya dengan
cara menyebarnya dan terkumpulah data tersebut. Jika dengan metode wawancara
harus membuat janji terlebih dahulu dengan narasumbernya. Dengan cara itulah,
dapat dirumuskan permasalahan yang muncul terkait dengan eksistensi kelompok
budaya betawi dan upaya pelestarian tradisi palang pintu di Jakarta tahun 1998-
2018. Selanjutnya, data dan fakta yang telah diperoleh sebelumnya disatukan
untuk ditulis menjadi tulisan yang sistematis dan mudah dipahami.
I. Sistematika Penulisan
Untuk dapat mengetahui isi penelitian ini, maka secara singkat akan disusun
dalam 5 (lima) bab, yant terdiri dari:
Bab I yaitu pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang dan
permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup, tinjauan penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II yaitu tinjauan pustaka mengenai pengertian budaya dan kebudayaan,
sejarah betawi, budaya dan kebudayaan betawi, pelestarian nilai budaya betawi,
dan pengertian tradisi palang pintu.
Bab III yaitu objek dan metode penelitian menjelaskan objek penelitian
mengenai gambaran umum DKI Jakarta, kondisi demografis meliputi
kependudukannya, kondisi sosial dan budaya. Sedangkan, metode penelitiannya
meliputi, metode pengumpulan data, metode studi kepustakaan, metode survey,
metode kuesioner, dan mungkin akan menggunakan metode wawancara.
Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan sejarah palang
pintu, perkembangan tradisi palang pintu era 90-an, pengaruh kehidupan kota
DKI Jakarta terhadap tradisi palang pintu, eksistensi kelompok budaya betawi,
sebaran lokasi budaya betawi, praktik pelestarian tradisi palang pintu, peran
kelompok budaya betawi dalam pelestarian tradisi palang pintu, peran pemerintah
dalam pelestarian tradisi palang pintu, dan pengetahuan masyarakat mengenai
tradisi palang pintu yang berasal dari hasil kuesioner yang telah disusun.
Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
J. Kesimpulan
Betawi adalah sebuah suku bangsa yang berada di Jakarta. Betawi merupakan
etnis campuran yang kaya akan keragaman ras, budaya, bahasa, tradisi, kuliner,
kesenian dan unsur budaya lainnya. Warna-warni ini membawa aneka persepsi,
tafsiran, dan pemahaman tentang Betawi, baik dari segi penduduk asli, kultur,
maupun kebudayaan.
Bahkan, ada yang berpendapat bahwa penduduk Betawi itu majemuk.
Artinya, mereka berasal dari percampuran darah berbagai suku bangsa dan bangsa
asing (Purbasari, 2010). Masyarakat Betawi adalah masyarakat yang majemuk,
yang berasal dari percampuran darah berbagai budaya, seperti Arab, China,
Sunda, Jawa dan berbagai budaya lainnya. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat,
2002).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk kembali membangun persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia ialah dengan merevitalisasi nili-nilai religius yang
terkadung dalam budaya lokal, hal ini di dasarkan bahwa tradisi yang sudah
diwariskan secara turun temurun mampu bertahan meskipun masyarakat sudah
diterpa dengan berbagai permasalahan baik yang berupa sekterian, keagamaan
hingga persoalan dalam skala Nasional. Oleh karenanya, budaya berperan dalam
membangun bangsa menyangkut nilai-nilai kehidupan yang melandasi sebuah
tatanan masyarakat.2
Tradisi Palang Pintu merupakan salah satu tradisi yang menjadi identitas
masyarakat Betawi Di Jakarta. Tradisi ini menjadi bagian dalam prosesi upacara
pernikahan adat Betawi sejak zaman nenek moyang. Apabila dirunut dari awal,
prosesi pernikahan dalam adat Betawi terdiri dari Ngedelengin, Nglamar, Bawa
Tande Putus, Buka Palang Pintu, Akad Nikah, Acare Negor, dan Pulang Tige Ari
Perpaduan silat dan seni pantun yang jenaka menjadi hal yang dominan dalam
tradisi Palang Pintu.
Seiring berjalannya waktu dan zaman, eksistensi kelompok tradisional betawi
dan tradisi palang pintunya sendiri ini sudah mulai memudar terlebih lagi di era
milenial seperti sekarang ini, pasti sebagian dari masyarakat Indonesia terlebih
masyarakat yang menetap dan tinggal di Jakarta tidak mengetahui keberadaan
atau eksistensi kelompok tradisional betawi dalam melestarikan tradisi palang
pintu. Maka dari itu, dengan adanya permasalahan tersebut menjadikan fokus
pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
2
Anggraeni, Dewi, dkk. 2019. Membangun Peradaban Bangsa Melalui Religiusitas Berbasis
Budaya Lokal (Analisis Tradisi Palang Pintu pada Budaya Betawi). Jurnal Studi Al-Quran.
Vol 15 (1). Hlm 97.
Abdullah, Taufik. Pendahuluan: Sejarah dan Historiografi, dalam Taufik
Abdullah dan Abdurrahman Suryomiharjo, (ed.) Ilmu Sejarah dan
Historiografi: Arah dan Perspektif (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. Xii.
Anggraeni, Dewi, dkk. 2019. Membangun Peradaban Bangsa Melalui
Religiusitas Berbasis Budaya Lokal (Analisis Tradisi Palang Pintu pada
Budaya Betawi). Jurnal Studi Al-Quran. Vol 15 (1). Hlm 97.
Musthofa, Budiman Mahmud. 2019. Strategi Pengembangan Kebudayaan Betawi
di Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Teknologi Terapan Inovasi dan
Rekayasa (SNT2IR). Program Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo.

Anda mungkin juga menyukai