Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara yang memiliki kebudayaan yang beraneka
ragam. Berbagai daerah di Indonesia memiliki kebudayan masing-masing
sebagai ciri dan karakteristik daerah tersebut. Budaya-budaya yang beragam
ini berfungsi sebagai pembentuk identitas Bangsa Indonesia. Selain itu,
budaya-budaya daerah sebagai warisan leluhur yang sangat berharga harus
dipertahankan. Dalam hal ini, generasi muda memiliki peran penting dalam
upaya mempertahankan budaya-budaya lokal yang ada di masyarakat.
Termasuk budaya Sapton yang merupakan warisan leluhur Kota Kuningan
Jawa Barat.
Seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman di era globalisasi di
Indonesia, tentunya akan memberikan pengaruh terhadap generasi milenial di
Kota Kuningan. Masalah yang ditimbulkan adalah generasi milenial di Kota
Kuningan cenderung bergantung pada teknologi-teknologi canggih yang
mampu membantu hidup mereka menjadi lebih efisien sesuai dengan tuntutan
zaman. Namun sampai saat ini, pelaksanaan budaya Sapton masih diikuti oleh
anak-anak muda. Mereka sangat antusias dalam menyambut pelaksanaan
budaya Sapton. Bahkan sebagian diantara mereka ada yang menjadi pemain
dari budaya Sapton.
Budaya Sapton merupakan tradisi ketangkasan dalam menunggangi kuda
sambil membawa tombak yang akan dimasukkan ke dalam lubang yang ada di
bawah ember berisi air yang digantung di atas gapura. Hal tersebut
mempunyai makna heroisme, yang menggambarkan bahwa setiap prajurit
kerajaan harus bersikap sigap dan tangkas dalam menghadapi serangan
musuh. Kemudian lubang yang ada di bawah ember diumpamakan sebagai
seorang musuh yang akan dibidik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tingkat
eksistensi budaya Sapton di kalangan generasi milenial di Kota Kuningan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana pengetahuan budaya Sapton pada generasi milenial di Kota
Kuningan?
2) Bagaimanakah tingkat eksistensi budaya Sapton di kalangan generasi
milenial di Kota Kuningan?

1.3 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui pengetahuan budaya Sapton pada generasi milenial di
Kota Kuningan.
2) Untuk mengetahui tingkat eksistensi budaya Sapton di kalangan generasi
milenial di Kota Kuningan.

1
1.4 Manfaat Penelitian
1) Dapat meningkatkan pengetahuan tentang budaya Sapton bagi generasi
milenial di Kota Kuningan
2) Dapat memberikan motivasi kepada generasi milenial di Kota Kuningan
untuk terus melestarikan budaya Sapton.

2
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

2.1 Kajian Teori


A. Pengertian Kebudayaan Sapton
Keberadaan atau eksistensi berasal dari kata bahasa
latin existere  yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki
keberadaan aktual. Existere disusun dari ex yang artinya keluar
dan sistere yang artinya tampil atau muncul.
Secara naluriah, manusia selalu didorong untuk memelihara
kelangsungan hidup, memiliki rasa ingin tahu, keinginan untuk hidup
secara lebih baik, dan sebagainya. Oleh karena itu manusia menggunakan
kemampuan akalnya untuk membudayakan diri dan memanfaatkan
lingkungan sekitarnya.
Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi,
Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyrakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Ditinjau dari segi peristilahan, kata kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta, yakni buddhayah yang merupakan bentuk jamak buddhi yang
berarti akal. Mengacu pada istilah ini, maka kebudayaan dapat diartikan
dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal
Adapun yang dimaksud dengan budaya Sapton adalah kebudayaan
yang berasal dari Desa Windu Haji Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa
Barat. Kebudayaan ini merupakan salah satu warisan leluhur Kabupaten
Kuningan. Kebudayaan ini biasanya diselenggarakan ketika acara
Peringatan HUT Kota Kuningan yaitu pada tanggal 1 September. Sapton
merupakan tradisi ketangkasan dalam menunggangi kuda sambil
membawa tombak dan kemudian memasukkannya ke dalam lubang yang
ada di bawah ember berisi air yang digantung di atas gapura. Hal tersebut
mempunyai makna heroisme yang berarti bahwa setiap prajurit kerajaan
itu harus bersikap sigap dan tangkas dalam menghadapi serangan musuh.
Kemudian lubang yang ada di bawah ember diumpamakan sebagai
seorang musuh yang akan dibidik.
Kebudayaan Sapton lahir dari zaman kerajaan. Pada zaman kerajaan
dahulu para demang dan ponggawa mengadakan upacara Sapton sebagai
wujud patuh dan taat pada raja mereka. Mereka memberikan persembahan
kepada raja sebagai simbol atas tercapainya kemakmuran rakyatnya.
Tradisi tersebut dipertahankan sebagai wujud untuk melestarikan budaya
daerah sehingga generasi muda mengerti bahwa budaya itu sangat penting
sebagai identitas daerah.

3
Salah satu yang ditampilkan dalam pagelaran budaya Sapton adalah
ketangkasan berkuda. Berkuda disimbolkan sebagai kesatria yang siap
bertempur mempertahankan negara. Selain itu, hewan kuda juga sebagai
simbol lambang Kota Kuningan.
B. Generasi Milenial
(Generasi milenial, Generasi Y) atau Milenial adalah frasa yang
digunakan untuk menggambarkan secara umum seseorang yang mencapai
usia dewasa di awal abad ke-21 dan mencakup generasi orang yang lahir
antara tahun 1980 dan 2000. Generasi milenial adalah generasi yang lahir
disaat zaman sudah berkembang dan teknologi-teknologi sudah semakin
canggih. Mereka cenderung tidak bisa jauh dari gadget dan media sosial.
Kecenderungan mereka pada teknologi dikhawatirkan akan memberikan
dampak tersendiri terhadap perkembangan budaya di Indonesia. Salah
satunya ialah lunturnya rasa cinta terhadap budaya sehingga bisa jadi nilai-
nilai kebudayaan yang ada pada diri generasi milenial akan hilang di masa
yang akan datang.

2.2 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian


A. Tempat dan Subjek Penelitian
Tempat penelitian yaitu di Lapangan Sepak Bola Desa
Kertawangunan Kecamatan Sindang Agung Kabupaten Kuningan. Adapun
yang menjadi subjek utama dalam penelitian ini adalah anak-anak muda
(generasi milenial) yang terlibat dalam budaya Sapton.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan metode
kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang menekankan pada kualitas
data atau kedalaman data yang diperoleh.
C. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
penelitian. Data primer yang penulis gunakan yaitu:
a) Observasi adalah aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan
secara sistematis. Observasi bertujuan untuk memperoleh data secara
langsung dari lapangan. Peneliti menggunakan teknik observasi
untuk bisa mengamati langsung proses pelaksanaan budaya Sapton
sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi yang detail tentang
budaya Sapton.
b) Wawancara adalah metode pengumpulan data dalam bentuk
komunikasi langsung antara peneliti dan informan. Komunikasi
tersebut berlangsung dalam bentuk tanya jawab sambil bertatap
muka antara peneliti dan informan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara agar bisa mendapatkan informasi
langsung dari informan.

4
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
lapangan. Data sekunder yang penulis gunakan yaitu :
a) Studi pustaka merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi
yang memuat berbagai ragam kajian teori yang sangat dibutuhkan
peneliti. Studi pustaka dapat dilakukan dari berbagai sumber, seperti
buku, koran, majalah, naskah, catatan sejarah, arsip, laporan
penelitian terdahulu. Termasuk di dalamnya adalah rekaman berita
dari radio, televisi, dan media elektronik lainnya. Studi pustaka yang
di lakukan oleh peneliti dalam penelitian ini bersumber dari buku
dan rekaman media elektronik yang berguna untuk mendukung dan
melengkapi hasil penelitiannya mengenai budaya Sapton.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis data
kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata. Data
kualitatif dapat di peroleh melalu wawancara, observasi, jurnal, artefak,
foto, dan video.
E. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dan teknik yang digunakan
oleh peneliti adalah berupa wawancara, observasi, dan studi pustaka.
Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui tingkat eksistensi budaya Sapton
di kalangan generasi milenial Kota Kuningan serta sejauh mana
pengetahuan mereka terhadap budaya Sapton.
Pada tanggal 1 September 2019 peneliti mulai meneliti dan terjun
langsung ke tempat yang akan diteliti yaitu di Lapangan Sepak Bola Desa
Kertawangunan Kecamatan Sindang Agung untuk mengamati tentang
budaya Sapton.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan
budaya Sapton yang diselenggarakan sekali dalam satu tahun selalu
disambut dengan masyarakat sekitar dengan antusias. Pelaksanaan budaya
Sapton tahun ini diselenggarakan di Lapangan Sepak Bola Desa
Kertawangunan Kecamatan Sindang Agung. Generasi milenial ikut
berpartisipasi untuk memeriahkan acara budaya Sapton tersebut. Mereka
rela berdesak-desakan dibawah panasnya terik matahari untuk bisa
menyaksikan proses berlangsungnya pelaksanaan budaya Sapton. Banyak
diantara mereka yang mengabadikan pelaksanaan budaya Sapton dengan
cara merekam acara tersebut menggunakan media elektronik berupa
handphone. Selain menjadi penonton, sebagian generasi milenial juga ikut
menjadi pemain budaya Sapton. Hal ini menunjukkan bahwa minat
mereka terhadap budaya Sapton masih tinggi.
Di sela-sela proses pelaksanaan budaya Sapton, peneliti melakukan
wawancara dengan sekelompok anak generasi milenial yang menjadi
pemain budaya Sapton. Berdasarkan hasil wawancara, secara umum
generasi milenial mengetahui tentang budaya Sapton yang ada di
Kuningan Jawa Barat. Mereka memaparkan bahwa budaya Sapton
merupakan warisan Kota Kuningan yang sangat penting untuk selalu
dijaga dan dilestarikan. Oleh karena itu, mereka sangat bersemangat
mengikuti pelaksanaan budaya Sapton dan merasa bangga menjadi bagian

5
dari pemain budaya tersebut. Selain itu, pelaksanaan budaya Sapton yang
diselenggarakan pada tanggal 1 September bertepatan dengan hari jadi
Kota Kuningan adalah hal yang sangat positif. Salah satunya adalah
sebagai ajang promosi kepada generasi milenial agar mengetahui tentang
budaya Sapton. Dengan demikian, diharapkan dari acara tersebut generasi
milenial dapat mengimbangi perubahan zaman yang semakin modern
dengan kebudayaan lokal yang perlu dilestarikan.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa eksistensi
budaya Sapton di kalangan generasi milenial Kota Kuningan masih cukup
tinggi. Hal tersebut bisa di lihat dari partisipasi mereka dalam memeriahkan
pelaksanaan budaya Sapton. Selain itu, generasi milenial Kota Kuningan
selalu menyambut pelaksanaan budaya Sapton dengan rasa antusias yang
besar. Mereka menunjukkan minat yang besar terhadap budaya Sapton
dengan cara melibatkan diri menjadi bagian dari pemain budaya Sapton.
Keterlibatan mereka dalam acara budaya Sapton baik yang menjadi pemain
maupun yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut menjadikan
pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya dan generasi milenial pada
khususnya tentang budaya Sapton semakin meningkat.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan oleh pihak-pihak yang terkait yaitu diantaranya:
a. Bagi generasi milenial: dengan adanya penelitian ini, diharapkan generasi
milenial dapat terus meningkatkan semangat mereka untuk terus ikut serta
berpartisipasi dalam melestarikan budaya Sapton.
b. Bagi pemerintah: hendaknya lembaga instansi daerah yang bersangkutan
selalu menyelenggarakan acara budaya Sapton dengan meriah agar dapat
menarik minat dan perhatian generasi milenial Kota Kuningan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad. 2005. Sosiologi 2. Bandung: Habsa Jaya

Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama.

https://kicaunews.com/2017/09/11/saptonan-kesenian-khas-kota-kuda-kuningan/.
Diunduh, September 2019

https://rifqimulyawan.com/pengertian-milenial.html. Diunduh, September 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Keberadaan. Diunduh, Oktober 2019

8
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Peneliti (jaket hitam) sampai di Beberapa penampilan dan persembahan


tempat pelaksanaan budaya Sapton dari setiap kademangan.

Peneliti sedang menyaksikan dan mengamati proses pelaksanaan budaya Sapton

Proses wawancara dengan generasi milenial yang ikut berpartisipasi memeriahkan


acara budaya Sapton

9
10
11
12

Anda mungkin juga menyukai