Anda di halaman 1dari 15

KEBUDAYAAN JAWA YANG HARUS

DILESTARIKAN OLEH GEN Z

Disusun Oleh:

1. Fauzan Adika Wardana (10/X-E12)


2. Richie Oktavian Syah Putra (21/X-E12)
3. Rosehoney Azizah Mekarsari (23/X-E12)
4. Virgantara Materazzi Raharjo (33/X-E12)
5. Wahyu Wening Nur Susilo (34/X-E12)
6. Zahra Nismara Nurgie (35/X-E12)

SMA NEGERI 3 SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2023/2024
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 2
E. Metode Penelitian ....................................................................... 3
BAB II ISI
A. HASIL PENELITIAN ................................................................ 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

LAMPIRAN ................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam mengembangkan dan melestarikan budaya daerah, gen z perlu
memiliki usaha agar generasi yang selanjutnya bisa merasakan bagaimana
budaya itu berjalan dengan seiring waktu. Banyak masyarakat yang telah
meninggalkan budayanya karena faktor hidup yang modern dan serba praktis.
Perlu diketahui bahwa suatu budaya adalah suatu identitas ataupun kebanggaan
suatu bangsa. Budaya daerah merupakan budaya yang mendorong budaya
nasional.
Budaya daerah pada masa sekarang ini mulai dikembangkan kembali
agar anak cucu bisa merasakan dan melihat sendiri kekayaan daerahnya
masing-masing. Di Indonesia sendiri banyak sekali ras, suku, seni, budaya, dan
lain sebagainya yang sangat berbeda-beda satu sama lain dan saling berbaur.
Budaya yang bermacam-macam ini merupakan kekayaan nasional.
Kebudayaan lahir karena kebiasaan dari masyarakat. Dari kebiasaan
tersebut akan menjadi hal yang secara turun temurun dalam kehidupan sehari-
2 hari. Hal inilah yang menjadi tradisi dan tidak bisa dihindarkan oleh
masyarakat karena kebiasaan tersebut tidak bisa dihilangkan karena telah
melekat dan mempunyai makna tersendiri bagi suatu masyarakat.
Di Jawa banyak sekali tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang yang
hingga saat ini masih eksis di lingkungan masyarakat walaupun di zaman yang
modern ini sudah mulai banyak ditinggalkan karena tergeser oleh arus
globalisasi. Sudah saatnya masyarakat sadar pada fungsi dan manfaat budaya
di Indonesia, khususnya untuk kehidupan masyarakat yang ada di Jawa yang
mulai tergeser oleh budaya dari luar. Budaya sendiri harus lebih diunggulkan
dan diberikan tempat untuk keberadaannya di dalam masyarakat. Hal ini
bertujuan agar kebudayaan yang ada di Jawa terus dilestarikan keberadaannya
supaya generasi mendatang tetap menikmati bagaimana keindahan budaya
yang ada.

1
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
terkait bagaimana kebudayaan Jawa dapat dilestarikan oleh Gen Z dengan baik.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mendalaminya dengan judul
“Kebudayaan Jawa yang Harus Dilestarikan Oleh Gen Z”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang ada pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana prosesi adat pernikahan pada suku Jawa yang bisa dilestarikan
oleh Gen Z ?
2. Bagaimana tradisi Kejawen pada masyarakat Jawa yang bisa dilestarikan
oleh Gen Z ?
3. Bagaimana peran Tari dalam kehidupan masyarakat Jawa yang bisa
dilestarikan oleh Gen Z ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui prosesi adat pernikahan pada suku Jawa yang bisa
dilestarikan oleh Gen Z
2. Untuk mengetahui tradisi Kejawen pada masyarakat Jawa yang bisa
dilestarikan oleh Gen Z
3. Untuk mengetahui peran Tari dalam kehidupan masyarakat Jawa yang bisa
dilestarikan oleh Gen Z

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Gen Z dan Masyarakat
Untuk memberikan wawasan kepada Generasi Z dan masyarakat
tentang pentingnya melestarikan kebudayaan Jawa yang merupakan
kekayaan nasional.
2. Bagi Peneliti

2
Untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan Jawa yang perlu
dilestarikan dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir penulis secara
kritis.
3. Bagi peneliti lain
Untuk menambah pengetahuan, memberi informasi, mengembangkan
lebih lanjut, dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain
apabila ingin membuat penelitian yang sejenis.

E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif
deskriptif. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif untuk
mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah
langkah-langkah penelitian sosial untuk mendapatkan data deskriptif berupa
kata-kata dan gambar. Pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang
tidak menggunakan dasar kerja statistik, tetapi berdasarkan bukti-bukti
kualitatif. Dalam tulisan lain menyatakan pendekatan kualitatif merupakan
pendekatan yang berdasarkan pada kenyataan lapangan dan apa yang dialami
oleh responden. Dengan pendekatan deskriptif kualitatif, analisis data yang
diperoleh (berupa kata-kata, gambar atau perilaku) dan tidak dituangkan dalam
bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan dengan memberikan paparan
atau penggambaran mengenai situasi atau kondisi yang diteliti dalam bentuk
uraian naratif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
studi pustaka. Teknik studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data yang relevan dari sebuah buku, artikel ilmiah, berita atau
sumber lainnya yang tertulis.

3
BAB II
ISI

A. Hasil Penelitian
1. Prosesi Adat Pernikahan pada Suku Jawa yang Bisa Dilestarikan oleh
Gen Z
Pernikahan adat Jawa Tengah dari tradisi Keraton Surakarta dan
Yogyakarta mengandung banyak nilai filosofis yang tujuannnya
membangun keluarga Sakinah. Tradisi pernikahan ini sudah ada sejak
dahulu kala, yang selalu dan perlu diterapkan pada setiap pernikahan yang
ada di Jawa Tengah teriutama pada daerah kota Surakarta dan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dengan susunan acara sebagai berikut:
a) Pasang Tarub.
Pasang tarub yakni pihak keluarga pria atau wanita yang akan
melangsungkan pernikahan biasanya memasang tarub (tratag) sebagai tanda
resmi akan mengadakan hajatan.
b) Srah-srahan.
Srah-srahan yakni keluarga pihak pengantin pria memberikan barang
kepada keluarga pihak pengantin perempuan. Umumnya srah-srahan berisi
seperangkat pakaian lengkap, perhiasan, beras, kelapa, peralatan rumah
tangga, hewan ternak, dan sejumlah uang.
c) Siraman.
Siraman yakni membersihkan jasmani (badan) dan ruhani sebelum
melangsungkan ijab kabul. Siraman biasanya dilakukan oleh ayah, ibu,
kakek, nenek dan kerabat sejumlah tujuh orang.
d) Midodareni.
Midodareni yakni mempelai wanita bersama ibu, ayah, dan teman-temannya
memanjatkan doa agar ijab kabul dan pesta pernikahan keesokan hari
berjalan lancar dan mempelai wanita tampak cantik seperti bidadari.

4
e) Panggih atau Temu Manten.
Selepas ijab kabul biasanya dilanjutkan dengan upacara panggih atau temu
manten. Pada acara panggih, pengantin pria dan wanita terlebih dulu dirias.
Selanjutnya, rombongan pihak keluarga penganten pria membawa sanggan
tebusan yang akan diserahkan kepada orang tua pengantin wanita.
f) Bobot Timbang.
Bobot timbang yaitu ayah mempelai putri duduk di pelaminan dan kedua
pahanya diduduki kedua mempelai. Ini lambang bahwa ayah mempelai
wanita telah menerima menantunya dengan baik dan menganggapnya
sebagai anak sendiri.
g) Nanem Jero.
Nanem Jero yakni ayah menekan bahu pengantin agar duduk di pelaminan,
artinya kedua mempelai diberi tugas untuk memberi keturunan yang baik
dan menjadi orang tua yang baik pula.
h) Kacar-kucur.
Kacar-kucur yaitu mempelai pria memberi penghasilan (kaya) kepada
istrinya yang dilambangkan dalam wujud kacang merah, kacang hijau,
kacang tanah, kedelai, beras kuning dan logam. Kaya harus diterima sang
istri dengan sapu tangan dan tidak boleh tercecer. Ini lambang bahwa istri
harus mampu memanfaatkan secara hemat dan cermat
i) Dulangan atau Klimahan.
Dulangan yakni kedua mempelai saling menyuapkan nasi yang sudah
dikepal oleh pengantin pria. Ini melambangkan bahwa dalam rumah tangga
dipimpin oleh suami dan harus hidup dengan rukun, kerjasama, dan saling
membantu.
j) Sungkeman.
Sungkeman merupakan simbol ungkapan dharma bhakti kepada orang tua
serta mohon doa restu dengan berjongkok seperti orang menyembah
menyentuh lutut orang tua. Saat sungkeman, keris pusaka yang dipakai
pengantin putra harus dilepas dulu.
k) Tilik Besan atau Ngunduh Mantu.

5
Tilik Besan sering diistilahkan dengan ngunduh mantu. Pengantin beserta
orang tua mempelai wanita, keluarga, dan tetangga mengunjungi besan atau
orang tua mempelai pria. Sesampainya di rumah besan, mempelai wanita
segera sungkem kepada mertua diikuti oleh mempelai pria. Hal ini sebagai
wujud bakti pengantin pada orang tua atau mertua. Selanjutnya, mertua
mendudukan kedua mempelai di pelaminan. Lalu, orang tua pengantin pria
menjemput orang tua pengantin wanita dan diantar untuk duduk di sisi
pelaminan berdekatan dengan mempelai pria. Hal ini sebagai lambang
penghormatan besan terhadap orang tua mempelai wanita.

2. Tradisi Kejawen pada Masyarakat Jawa yang Bisa Dilestarikan oleh


Gen Z
Kata “Kejawen” berasal dari kata "Jawa", yang artinya dalam bahasa
Indonesia adalah "segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan
kepercayaan Jawa (Kejawaan)". Penamaan "kejawen" bersifat umum,
biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa.
Dalam konteks umum, Kejawen sebagai filsafat yang memiliki ajaran-
ajaran tertentu terutama dalam membangun Tata Krama (aturan
berkehidupan yang mulia), Kejawen sebagai agama itu dikembangkan oleh
pemeluk agama Kapitayan jadi sangat tidak arif jika mengatasnamakan
Kejawen sebagai agama di mana semua agama yang dianut oleh orang Jawa
memiliki sifat-sifat kejawaan yang kental.
Kejawen dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi,
ritual, sikap, serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti
spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa, laku olah spiritualis kejawen yang
utama adalah Pasa (Berpuasa) dan Tapa (Bertapa).
Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya
sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam
atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan
nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah").
Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat dan

6
menekankan pada konsep "keseimbangan". Sifat Kejawen yang demikian
memiliki kemiripan dengan Konfusianisme (bukan dalam konteks
ajarannya). Penganut Kejawen hampir tidak pernah mengadakan kegiatan
perluasan ajaran, tetapi melakukan pembinaan secara rutin.

3. Peran Tari dalam Kehidupan Masyarakat Jawa yang Bisa Dilestarikan


oleh Gen Z
Seni tari tradisi di Jawa sangat beragam, sedangkan di Jawa Tengah
terdapat kota dengan kebudayaannya yang masih sangat kental seperti
Yogyakarta daan Surakarta. Jika membahas kebudayaan di Yogyakarta dan
Surakarta keduanya memiliki sebuah perbedaan-perbedaan.
Membahas seni tradisi Surakarta maka Sejarah perkembangannya
tidak dapat dipisahkan dengan Keraton sebagai sumbernya. Adapun seni tari
yang tidak dapat sembarangan dipertontonkan yang hanya boleh
dipentaskan di dalam Keraton Kasunanan Surakarta pada acara tertentu saja
karena tari tersebut dianggap sakral.
Salah satu contohnya adalah Tari Bedhaya Ketawang. Tari Bedhaya
Ketawang dianggap sakral kerna berhubungan dengan alam gaib yaitu
mistis antara keturunan Panembahan Senapati sebagai Raja mataram dengan
penguasa Ratu Laut Selatan yaitu, Kanjeng Ratu Kidul. Hal ini diawali
Ketika Panembahan Senapati bertapa, mengakibatkan kekacauan dan
ketidak tentraman wilayah laut Selatan, maka Kanjang Ratu Kidul
memohon agar Panmebahan Senopati menghenntikan pertapaannya dengan
pernyataan bahwa Kanjeng Ratu Kidul dan bala tentaranya akan selalu
membantu apabila Panembahan Senapati memerlukan dan keduanya
menjalin hubungan asmara.
Tari Bedhaya Ketawang di Kraton Kasunan Surakarta
pementasannya hanya pada waktu upacara “JUMENENGAN” ( ulang tahun
raja yang meduduki tahta ) ditarikan oleh sembilan orang penari putri
dengan karakter putri halus, tanpa antawacana ( dialog ) menggunakan rias

7
busana kembar yaitu basahan atau dodot ageng dan tatarias seperti temanten
jawa lengkap dengan paes gelung bokor mengkurep.
Adapun conrtoh lainnya lagi yaitu, Tari Serimpi. Tari serimpi
merupakan Tari Tradisi Klasik dari Keraton Surakarta yang sarat dengan
makna simbolik, ditarikan oleh empat orang penari putri yang merupakan
symbol dari empat arah mata angina tau bisa juga pengaruh kasta pada
Agama Hindu. Dengan karakter putri halus dan pakaian kembar tidak
menggunakan antawacana.
Tari Srimpi yang masih dianggap sakral oleh Keraton Kasunanan
Surakarta adalah Tari Srimpi Anglir Mendung, sebeb tarian ini suatu doa
permohonan yang ditarikan pada saat kemarau Panjang dengan harapan
setelah selesai ditarikan akan segera turun hujan. Busana pada Tari Srimpi
menggunakan baju rompi atau mekak, jarik / kain model samparan dan
berjamang.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya yang berada di Jawa merupakan budaya yang memiliki
berbagai kebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual,
dan lain-lain.
Kebudayaan Jawa klasik yang keagungannya diakui oleh dunia
internasional dapat dilihat pada sejumlah warisan sejarah yang berupa candi,
stupa, bahasa, sastra, kesenian dan adat istiadat.
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali.
Kedua-duanya tidak mungkin dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, tidak
akan ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi
manusia itu hidupnya tidak berapa lama, ia lalu mati. Maka untuk
melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang,
bahkan harus lebih dari satu turunan. Jadi harus diteruskan kepada anak cucu
keturunan selanjutnya.
Kebudayaan Jawa yang sudah kita ketahui belum sepenuhnya
dilestarikan, maka dari itu Gen Z sangat diharuskan untuk terus melestarikan
dan menjaga kebudayaan Jawa ini.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang Kebudayaan Jawa yang dilakukan
oleh peneliti, maka ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan, yaitu :
1. Bagi masyarakat suku Jawa untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa yang
merupakan warisan turun temurun yang patut dibanggakan terutama pada
pernikahan adat Jawa, tradisi Kejawen, dan Tari Bedhaya Ketawang.
2. Bagi generasi Z supaya tetap melestarikan budaya Jawa dan tetap
menggunakannya sebagai kebanggaan dan warisan secara turun temurun
sehingga kebudayaan Jawa tidak luntur atau bahkan punah karena mereka
enggan memakainya.

9
3. Bagi dunia pendidikan hendaknya tetap memberikan pembelajaran tentang
kebudayaan dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sehingga
generasi muda dapat mengetahui kebudayaan asli Indonesia khususnya
melalui pendidikan formal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Detik.com. (6 Desember 2022). 12 Susunan Acara Pernikahan Adat Jawa Tengah,


Ritual, dan Maknanya. 18 Januari 2024.
https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6446070/12-susunan-acara-
pernikahan-adat-jawa-tengah-ritual-dan-maknanya
Id.wikipedia.org. (21 Januari 2024). Kejawen.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejawen
Trisnobudiasri. (30 November 2016). Tari Bedhaya Ketawang Jawa Tengah.
http://dpad.jogjaprov.go.id/coe/jateng/view?id=438&slug=tari-bedhaya-
ketawang
Zulfikar, F. (5 Juni 2021). Tari Serimpi: Sejarah, Makna, dan Jenis-Jenisnya.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5593208/tari-serimpi-sejarah-
makna-dan-jenis-
jenisnya#:~:text=Tari%20Serimpi%20merupakan%20tarian%20Jawa,tari%
20pengiring%20pada%20upacara%20kerajaan. .

Sumber gambar:
https://images.app.goo.gl/kdrwUVn624CFSGLq6. Diakses tanggal 4 Februari 2024

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Falif.id%2Fread%2Frohmatul-
izad%2Fajaran-sufisme-jawa-dalam-khazanah-mistik-islam-kejawen-
b230780p%2F&psig=AOvVaw3u6IGQJN9H8uYmItaD2myU&ust=1707111633435000&so
urce=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBIQjRxqFwoTCJiIlMX8kIQDFQAAAAAdAAA
AABAJ. Diakses tanggal 4 Februari 2024

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fosc.medcom.id%2Fcommunity
%2Ftarian-sakral-kota-solo-tari-bedhaya-ketawang-
2610&psig=AOvVaw3sCdaukI4e7gw1hvlIZlFu&ust=1707111876410000&source=images
&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBIQjRxqFwoTCLCZ_bj9kIQDFQAAAAAdAAAAABAE.
Diakses tanggal 4 Februari 2024

11
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Prosesi Siraman

Gambar 1.2 Tradisi Nyadran

12
Gambar 1.3 Tari Bedhaya Ketawang

Gambar 1.4 Tari Serimpi

13

Anda mungkin juga menyukai