Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR


PANCASILA
KEARIFAN LOKAL
MENGENAL TRADISI TEDAK SITEN

Disusun Oleh : Kelompok 3


Kelompok 3
Ketua : Cinta Fujiyama zen
Anggota : Binta Rizky Roudha
Febrian Toman Lenarose Hutauruk
Fitri Octavia Anastasya R
Kayla Nazwatus Syahlila
Metta Maharani Suhendra
Septian Dwi Suheryanto
Sondang Adelina Sinurat
Talita Putri Dwi Antari
Kelas : X-1

SMA YADIKA 2 TP 2023/2024


KATA PENGANTAR

Kami panjatkan rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehendak-Nya kami dapat
membuat makalah ini dengan baik yang menjadi bagian dari tugas kami yaitu kegiatan pembelajaran
P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).

Dengan hati yang penuh rasa syukur, kami dengan gembira mempersembahkan makalah ini sebagai
hasil dari tugas pembelajaran P5. Dalam kesempatan istimewa ini, kami merasa diberkahi dapat
mengeksplorasi dan mendalami tradisi Tedak Siten.

Makalah ini merupakan wujud upaya kami untuk menggali lebih dalam tentang tradisi tradisi di
Indonesia khusunya tradisi tedak siten, kami menyajikan makalah ini sebagai bentuk apresiasi kami
terhadap kearifan lokal dan keragaman budaya Indonesia.

Makalah ini tidak akan dapat terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Guru yang telah memberikan kesempatan berharga ini,
serta kepada rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi pembaca tentang tradisi suku
Jawa dan membuka mata kita semua terhadap kearifan lokal yang begitu berharga.
DAFTAR ISI

JUDUL .........................................................................................................I

KATA PENGANTAR ................................................................................II

DAFTAR ISI...............................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................1

B. Dimensi Profil Pelajar Pancasila ...................................................2

C. Rumusan masalah ..........................................................................3

D. Tujuan .............................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................4

BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................6

DAFTAR PUSAKA .....................................................................................8


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan terus-menerus menjadi suatu


kegiatan yang sering dilakukan pada masyarakat dalam suatu wilayah, kebudayaan di
setiap wilayah bisa berbeda ataupun sama tergantung suku dan kebiasaan masyarakat
setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia yang berasal dari budaya suku Jawa,
yaitu Tedak Siten .

Suku Jawa banyak dikenal karena suku Jawa temasuk kedalam jumlah suku terbanyak yang
ada di Indonesia. Suku Jawa memiliki berbagai jenis tradisi yang tumbuh dan berkembang
baik di perkotaan maupun di pinggiran kota. Seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan zaman, salah satu budaya Jawa ini masih sering digunakan dikalangan
masyarakat.

Modernitas pada zaman sekarang perlahan menggerus nilai-nilai lokal kebudayaan


Indonesia, sehingga segala hal yang dianggap tradisional mulai kehilangan ruang. Padahal
kebudayaan masyarakat Jawa menyimpan begitu banyak kekayaan yang bernilai adiluhung,
mulai dari adat-istiadat, hingga kesenian. Tradisi Tedak Sinten termasuk kedalam budaya
Jawa yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat luas khususnya pada masyarakat
bersuku Jawa.

Keberadaan Tradisi Tedak Siten di masyarakat Jawa dapat dikatakan populer terbukti
dengan keberadaannya hingga kini masih sering dilakukan ketika mereka mempunyai anak
yang berusia 7 lapan atau berumur 245 hari.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila

A. Kebhinekaan Global

Tradisi yang kita lakukan yaitu Tedak Siten, Tedak Siten dapat meningkatkan rasa
sikap tolong menolong, Sikap sabar, sikap sungguh sungguh dalam menggapai
sesuatu dan juga tradisi yang kita ajarkan dapat meningkatkan rasa menghargai
sesama suku karena kita mempraktekan tradisi tersebut agar masyarakat di luar sana
bisa menghargai dan mengetahui tradisi masyarakat suku Jawa.

B. Bergotong-royong

Tradisi ini yaitu Tedak Siten dapat meningkatkan rasa untuk kerja sama atau
bergotong-royong pada saat membuar properti maupun makalah yang akan dibuat.
Tujuannya agar menghasilkan tampilan tradisi yang indah dilihat dan mendapat nilai
yang sangat bagus.

C. Bernalar Kritis

Tradisi Tedak Siten ini dapat meningkatkan kita untuk berpikir secara kritis, karena
kita dapat mencari tahu lebih dalam mengenai pengertian, nilai, dan fungsi dari
Upacara Tedak Siten.

D. Kreatif

Tradisi ini dapat melatih kita berpikir kreatif karena kita dapat memperkenalkan
kembali tradisi ini pada masyarakat Indonesia, dan dengan kreatifitas kita dalam
mempraktekan/mencontohkan tradisi upacara Tedak Siten.

E. Mandiri

Tradisi ini dapat membuat kita menjadi lebih mandiri lagi dikarenakan dengan adanya
latihan dan kreatifitas kita dalam melaksanakan projek ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Tedak Siten?

2. Apa fungsi Dari Tedak Siten?

3. Apa nilai yang terkandung dalam Tedak Siten


Rumusan masalah yang kami akan dalam makalah ini dibuat karena atas rasa keingintahuan
kami mengenai keunikan dan daya tarik yang ada pada tradisi tedak sinten, sehingga
membuat beberapa masyarakat Jawa masih melakukan tradisi ini masih melakukan tradisi
ini di era modern dimana banyak yang memilih untuk meninggalkan tradisi ini.

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Tedak Siten

2. Mengetahui fungsi yang ada pada Tedak Siten

3. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Tedak Siten

D. Manfaat Penulisan
Proses penulisan ini memungkinkan kami untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang Tradisi Tedak Siten yang khas. Kami dapat menyelami kebudayaan dan
cara memperkenalkan budaya secara menyeluruh, membantu kami menghargai perbedaan
dan kekayaan budaya yang ada
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tedak Siten

Tedak Siten merupakan rangkaian prosesi adat tradisi daur hidup masyarakat jawa
yang mulai jarang dilaksanakan. Tedak Siten berasal dari kata Tedhak berarti turun
(menapakkan kaki) dan Siten atau Siti yang artinya tanah, sehingga Tedak Siten
merupakan tradisi menginjakkan atau menapakkan kaki ke tanah bagi seorang anak.
Menurut Murniatmo, Tedak Siten merupakan upacara pada saat anak turun tanah
untuk pertama kali, atau disebut juga mudhun lemah atau unduhan, masyarakat
beranggapan bahwa tanah mempunyai kekuatan gaib. Upacara Tedak Siten
berlangsung saat anak berusia 7 lapan kalendar jawa atau 8 bulan kalender masehi.
Dalam usia tersebut biasanya anak mulai memasuki masa belajar berjalan sehingga
inilah momen awal anak mulai menapakkan kakinya ke tanah.

B. Fungsi Tedak Siten

Tujuan tedak siten adalah bentuk penghormatan terhadap bumi tempat anak mulai
belajar menginjakkan kaki di tanah. Upacara dilakukan dengan iringan doa orang
tua dan sesepuh agar masa depan anak sukTedak siten merupakan pengharapan
orang tua supaya kelak anak siap dan sukses menepaki kehidupan

C. Nilai Yang Terkandung Dalam Tedak Siten


Tedak Siten merupakan ritual turun tanah untuk bayi berumur 8–11 bulan. Tidak
hanya sekadar melestarikan tradisi, tedak siten memiliki nilai-nilai yang dapat
diambil hikmahnya. Misalnya saja dari rangkaian dan uba rampa
i 'piranti' yang digunakan saat prosesi acara. Berbagai harapan dipanjatkan dari
serangkaian upacara yang dilakukan. Misalnya harapan agar anak dapat
menghadapi suka duka kehidupan, bersikap hati-hati, dan berani mengambil
keputusan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Asal usul upacara Tedak Siten

Menurut sumber dinas kebudayaan Yogyakarta Tedhak Siten merupakan rangkaian


prosesi adat tradisi daur hidup masyarakat jawa yang mulai jarang dilaksanakan.
Tedhak Siten berasal dari kata Tedhak berarti turun (menapakkan kaki) dan Siten atau
Siti yang artinya tanah, sehingga Tedhak Siten merupakan tradisi menginjakkan atau
menapakkan kaki ke tanah bagi seorang anak. Menurut Murniatmo, Tedhak Siten
merupakan upacara pada saat anak turun tanah untuk pertama kali, atau disebut juga
mudhun lemah atau unduhan, masyarakat beranggapan bahwa tanah mempunyai
kekuatan gaib. Upacara Tedhak Siten berlangsung saat anak berusia 7 lapan kalendar
jawa atau 8 bulan kalender masehi. Dalam usia tersebut biasanya anak mulai
memasuki masa belajar berjalan sehingga inilah momen awal anak mulai menapakkan
kakinya ke tanah.

Tradisi Tedhak Siten selain sebagai kegiatan pelestarian budaya tetapi juga
merupakan serangkaian kegiatan yang menyimbolkan bimbingan orang tua kepada
anaknya dalam meniti kehidupan melalui serangkaian prosesi dan ubarampe yang
digunakan. Dalam kegiatan Tedhak Siten perlu dipersiapkan Uba Rampe atau
perlengkapan, di antaranya yaitu, jadah 7 (Tujuh) warna warni, tangga yang terbuat
dari tebu, kurungan (biasanya berbentuk seperti kurungan ayam) yang diisi dengan
barang/benda, alat tulis, mainan dalam berbagai bentuk, air untuk membasuh dan
memandikan anak, ayam panggang, pisang raja, udhik-udhik, jajan pasar, berbagai
jenis jenang-jenangan, tumpeng lengkap dengan gudangan dan nasi kuning.

Tradisi ini terdapat di Jawa Tengah,DIY,dan Jawa Timur.Umumnya, masyarakat di


wilayah tersebut masih taat melaksanakan tradisi leluhur. Karenanya, tradisi tedak
siten banyak ditemukan di ketiga wilayah ini.Tedak siten dilaksanakan oleh para
leluhur sebagai bentuk penghormatan kepada Bumi yang akan dipijak oleh sang anak.

B. Perlengkapan Tedak Siten

Sebelum masuk ke proses acara, pihak orang tua yang hendak mengadakan tedak
siten membutuhkan peralatan yang diperlukan, yaitu:

 Kurungan dari bambu seperti untuk mengurung ayam.


 Aneka jenang warna-warni yang terbuat dari ketan.
 Tangga dan kursi, dibuat dari tebu.
 Ayam panggang ditusukkan pada batang tebu, dibawahnya diberi pisang, aneka
barang-barang dan mainan tradisional.
 Tumpeng robyong, bubur dan jadah (terbuat dari ketan) 7 warna, buah-buahan dan
jajanan pasar.
 Uang kertas atau receh untuk disebarkan.
 Bayu gege (air gege), dibiarkan semalam di tempat terbuka dan paginya kena sinar
matahari sampai pukul 08.00.
 Ayam hidup yang dilepaskan dan diperebutkan kepada tamu undangan.

C. Tata cara melakukan upacara Tedak Sinten

Menurut sumber https://www.orami.co.id/magazine/tedok-sit en?page=all terdapat 7


susunan untuk melakukan upacara ini.Setelah semua kebutuhan telah disiapkan,
keluarga (orang tua, anak, kerabat) dan undangan berkumpul di tempat upacara.
Langkah-langkah ritual harus sebagai berikut:

1. Berjalan di 7 Warna.
Anak dipandu untuk berjalan di atas jenang 7 warna yang berbeda (merah, putih,
jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu) yang terbuat dari beras ketan.Ritual ini
melambangkan bahwa di masa depan, anak harus bisa mengatasi semua hambatan
dalam hidup.
Sementara dilansir dari malangvoice, Budayawan Jawa, Suryadi atau yang lebih
dikenal dengan Ki Suryo menjelaskan bahwa “Maknanya, hidup berawal dari yang
gelap dan berakhir dengan terang.”
2. Menginjak Tangga dari Tebu.
Anak selanjutnya dibimbing untuk menginjak tangga yang terbuat dari tebu "Arjuna"
dan kemudian turun. Tebu merupakan singkatan dari Antebing Kalbu.Diharapkan ke
depannya, anak itu berperilaku seperti Arjuna, yang merupakan seorang pejuang
sejati.Diharapkan anak bisa berjalan dalam kehidupan dengan tekad dan penuh
percaya diri seperti Arjuna yang heroik.

3. Diletakkan di Tumpukan Pasir.


Usai menginjak tangga dari tebu, selanjutnya anak dipandu dua langkah dan
diletakkan di atas tumpukan pasir.Anak harus melakukan "Ceker-Ceker", yaitu ia
bermain pasir dengan kedua kaki.Dalam bahasa Jawa, ritual ini memiliki makna
bahwa ceker-ceker tersebut artinya bekerja dan mendapatkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhannya.

4. Masuk ke Kandang Ayam.


Selanjutnya, sang anak kembali dipandu untuk memasuki kandang ayam yang
didekorasi.Di dalam kandang, ada beberapa barang, seperti buku tulis, perhiasan,
aksesoris emas, kalung, gelang, beras, kapas dan barang-barang bermanfaat
lainnya.Di tahap ini, anak akan memilih barang yang disediakan di kandang ayam
tersebut.Jika misalnya, anak bermain dengan buku tulis, mungkin dia harus bekerja di
kantor atau menjadi profesor.Bila anak memilih perhiasan, mungkin anak itu haruslah
menjadi orang kaya.Semua simbol profesi ada di kurungan menjadi semacam
penuntun bagi bayi dalam memilih pekerjaan nanti.Sementara kandang ayam tersebut
memiliki makna bahwa ketika anak telah memasuki kehidupan, dia harus dijaga oleh
hal-hal baik.

5. Menyebarkan Udik-udik.
Sementara itu, ayah dan kakek anak tersebut menyebarkan "udik-udik", yang
merupakan koin-koin dan bunga.Diharapkan, bahwa anak harus memiliki cara mudah
untuk mencari nafkah dan harus bermurah hati dengan membantu orang lain.

6. Dimandikan dengan Bunga Sritaman


Selanjutnya, anak harus dimandikan atau dibersihkan dengan bunga Sritaman.Air
mandi ini terdiri dari bunga mawar, melati, magnolia dan kenanga.Dikutip dari
javaans.be, ritual ini melambangkan harapan bahwa bayi akan membawa rasa hormat,
kehormatan, dan ketenaran bagi keluarga.

7. Dipakaikan Pakaian Baru


Usai menjalani semua ritual, anak itu dipakaikan pakaian rapi yang indah dan baru.Ini
menggambarkan bahwa ia harus selalu memiliki kehidupan yang baik dan makmur,
dan dapat membuat orang tuanya hidup bahagia.

D. 7 Arti dari Jedah warna pada Tedak Siten

Terdapat 7 warna yang unik yang akan dilewati oleh anak pada upacara ini,pada
setiap warna tentunya memiliki arti/makna,berikut adalah makna dari 7 warna pada
upacara Tedak Sinten:
1. Warna Merah artinya keberanian, dengan harapan sianak berani dalam melangkah
dalam kehidupan
2. Warna kuning artinya kekuatan lahir dan batin yang wajib dimiliki oleh seseorang
3. Warna Putih artinya kesucian
4. Warna Merah jambu alias pink artinya cinta dan kasih saying baik kepada orangtua,
kakak, eyang dll
5. Warna Biru artinya ketenagan jiwa dalam melangkah dalam kehidupan
6. Warna Hijau artinya lingkungan sekitar dan kesuburan
7. Warna Ungu artinya kesempurnaan atau puncak

warna jadah menyimbolkan rintangan, tantangan, serta pilihan yang akan dijalani sang
anak ketika beranjak dewasa. Dalam prosesi Tedhak Siten, jadah akan disusun mulai
dari warna gelap ke terang.
Susunan jadah ini menggambarkan bahwa masalah yang akan dihadapi sang anak
beragam bentuknya, mulai dari ringan hingga berat. Namun, seberat apapun
masalahnya, pasti ada titik terangnya.
Ketujuh jadah nantinya akan diinjak oleh sang anak dalam proses Tedhak Siten.
Selanjutnya, anak akan dituntun untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu jenis
‘arjuna’ dengan hiasan kertas warna-warni
DAFTAR PUSAKA

Tarian lenggang nyai sejarah dan nilai-nilainya, di akses pada tanggal 22 Agustus 2022

https://kumparan.com/berita-hari-ini/tari-lenggang-nyai-lengkap-dengan-
sejarah-dan-nilai-nilainya-1v8ULOG4gTJ

Mengenal sejarah Tari Lenggang Nyai, di akses pada tanggal 23 Agustus 2022 jam 14.08

https://id.theasianparent.com/tari-lenggang-nyai

Semangat kebebasan wanita betawi, di akses pada tanggal 30 Juli 2022 jam 13.36

https://bobo.grid.id/read/082116849/tari-lenggang-nyai-diambil-dari-cerita-
rakyat-nyai-dasimah-ini-sinopsisnya

Di akses pada tanggal 23 Agustus 2022 jam 14.12

https://id.scribd.com/presentation/475122250/TARI-LENGGANG-NYAI

Anda mungkin juga menyukai