Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SOSIOLOGI

JARANAN

Nama Kelompok:

1. Elisa Eka Oktavia


2. Naura Salsabila
3. Cilvia Ayuza Putri
4. Aulia Maghfiroh
5. M Syaifulloh

SMA PGRI NGORO

Jl. Kawi No. 6B Telp (0321) 712123 Ngoro Jombang


Kata Pengantar

Kami bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah-Nya yang telah memberikan
rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Bahasa Indonesia ini dengan baik dan sesuai dengan tenggat waktu yang telah
ditentukan. Seperti yang kita ketahui bersama, pentingnya “Pendidikan Karakter”
bagi anak bangsa sudah menjadi jelas, terutama sejak usia dini. Dalam makalah ini,
kami akan membahas mengapa Pendidikan Karakter begitu penting dan patut
menjadi salah satu komponen integral dalam kurikulum pendidikan.

Tugas ini kami susun untuk memberikan gambaran singkat tentang pentingnya
Pendidikan Karakter dalam mewujudkan kemajuan bangsa. Harapannya, makalah
ini akan berkontribusi dalam memperluas pemahaman kita. Kami sadar bahwa
masih ada kelemahan dalam penyusunan makalah ini.

Karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
meningkatkan kualitas makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibu Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, serta kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menghargai perhatian dan waktu yang telah diberikan. Terima kasih banyak.
Sejarah Jaranan

Jaranan Kediri berkembang di kediri karena banyak warok Ponorogo yang mengambil bocah
kecil dari Nganjuk, Madiun, Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri yang dijadikan
sebagai gemblak. Namun, mantan Gemblak di Kediri merasa malu menjadi Gemblak yang
menarikan tarian anyaman kuda setelah kembali di Kediri, Barulah pada abad ke 19 setelah
kabar Ranggawarsita sang pujangga Jawa yang kabur dari Pondok Pesantren Tegalsari Gebang
Tinatar melakukan ngamen Jathilan di Madiun bersama pengawalnya mulai diminati kembali
oleh mantan Gemblak di Kediri untuk menarikan jathilan atau jaranan, karena Ranggawarsita
ternyata masih keponakan dari bupati Kediri.

Ranggawarsita mahir memainkan Jathilan karena sering berkumpul dengan para Warok
Ponorogo dibandingkan belajar di Pondok, sehingga Ranggawarsita yang memiliki paras
rupawan menjadi idola para warok dan mendapatkan kasih sayang serta diajarkan tentang
kesenian Jathilan. Untuk mengembangkan kesenian Jathilan atau jaranan yang ada di kediri, para
seniman yang mantan Gemblak belajar tari jaranan ke Tulungagung yang merupakan
pengasingan dari perkumpulanan Jaranan Thek Ponorogo atau Reyog Thek dari Ponorogo.

Seniman Jaranan Kediri merasa memiliki kesenian Jaranan Sepenuhnya karena pada alur kisah
Jaranan menceritakan pula kerajaan Kediri, sehingga mengangap bahwa kesenian Jaranan
berasal dari Kediri untuk menutupi adanya sejarah hubungan bahwa banyak remaja kediri era
Kolonial dijadikan Gemblak seorang Warok dari Ponorogo. Padahal mula adanya Kesenian
Jaranan di kediri karena banyakan remaja Kediri diambil asuh oleh Warok dari Ponorogo sebagai
Gemblak, sehingga dalam Jaranan Kediri sangat familiar penyebutan Bopo untuk pawang, yang
sejarahnya seorang warok yang mengasuh Gemblak dari Kediri ini.

Pada setelah Indonesia merdeka, Jaranan Kediri tidak jauh beda dengan Jaranan Thek di
Ponorogo, dari segi pakaian masih terlihat seperti pakaian yang digunakan pada penari Reog
Ponorogo begitu juga musiknya, hanya saja pada Jararan Kediri tidak ada Slompret karena pada
kala itu belum ada yang mampu memainkan Slompret. Barulah pengaruh Reog Ponorogo di
Kediri yang di gemari juga oleh warga kediri sehingga dimasukan unsur Slompret kedalam
arasemen musik pada jaranan Kediri secara bertahap pada beberapa Grup dengan mengacu nada
slompret kaset pita Reog Ponorogo Sardulo Seto pimpinan Mbah Misdi.
Filosofi Jaranan

Tari Jaran Kepang memiliki makna filosofis yang mendalam. Tarian ini dianggap merupakan
bentuk dari peperangan pada zaman kerajaan. Sedangkan penari Jaran Kepang adalah wujud dari
prajuritnya. Dilihat dari properti yang digunakan, tidak hanya sekadar memakai. Namun ada
filosofinya tersendiri. Kuda, yang dalam Bahasa Jawa disebut jaran, memiliki makna berani,
pantang menyerah, dan kuat. Hal inilah yang harus ada dalam diri setiap manusia sebagai bekal
hidup. Tari Jaran Kepang memiliki makna filosofis yang mendalam. Tarian ini dianggap
merupakan bentuk dari peperangan pada zaman kerajaan. Sedangkan penari Jaran Kepang adalah
wujud dari prajuritnya. Dilihat dari properti yang digunakan, tidak hanya sekadar memakai.
Namun ada filosofinya tersendiri. Kuda, yang dalam Bahasa Jawa disebut jaran, memiliki makna
berani, pantang menyerah, dan kuat. Hal inilah yang harus ada dalam diri setiap manusia sebagai
bekal hidup.

Bukan sekadar atraksi, sebenarnya kesurupan, yang di masyarakat dikenal dengan istilah ndadi,
memiliki makna tersendiri. Peristiwa ini menggambarkan adanya dunia nyata dan dunia gaib.
Kita hidup berdampingan. Percaya atau tidak percaya, itu memang benar adanya.

Apalagi saat ada sesaji yang disediakan. Lalu tiba-tiba dengan musik yang makin menjadi,
ditambah penari yang gerakannya semakin atraktif. Hingga pada akhirnya penari yang dimasuki
roh halus akan bergerak di luar kendali.

Terlepas dari hal mistis atau tarian yang atraktif, tari tradisional merupakan salah satu bagian
dari kearifan lokal yang harus kita jaga kelestariannya. Kita memang boleh mengonsumsi tarian
modern yang lebih ekspresif. Namun, jangan sampai melupakan tari tradisional.
Tujuan Jaranan

Jaran Kepang, Jaranan atau Kuda Lumping adalah kesenian rakyat atau tarian penunggang kuda
(jaran) dengan kuda mainan yang terbuat dari bilahan anyaman bambu yang dirangkai
sedemikian rupa lantas dijepit di antara dua kaki penarinya. Kuda-kudaan tersebut ditambahkan
asesori serta pewarnaan sehingga bentuknya menyerupai kuda sungguhan. Iringan musiknya
sederhana, didominasi kenong dan terompet.

Berdasarkan hasil penelitian, di dalam pementasan jaranan terdapat Sesaji dan Suguh Asesaji.

Sesaji di pertunjukan jaranan berjumlah 13 bentuk meliputi: minyak wangi, kemenyan,pisang


raja, jenang sengkala, dawet ayu, rujak legi, tumpeng dan ingkung, sekar, badhek tape, kendi,
cok bakal, panggan urip. Makna sesaji tersebut sebagai sarana bersyukur kepada Tuhan yang
telah memberi kedamaian dalam pertunjukan, menghindarkan penonton dari bencana, memohon
limpahan rejeki. Fungsi sesaji untuk mendoakan arwah leluhur agar Tuhan memberi
keselamatan. Pembacaan mantra Suguh Asesaji memiliki makna manusia harus saling
menghormati seluruh dan sesama ciptaan Tuhan, dengan rasa saling menghormati akan terwujud
keselarasan dipertunjukan jaranan sedangkan fungsinya sebagai sarana menangkal Pertunjukan
Jaranan dan penonton dari marabahaya yang berada di sekeliling tempat pementasan dan diberi
keselamatan
Penutup

Dalam penutup makalah ini, kami ingin menguatkan kembali pentingnya penelitian yang telah
kami lakukan. Melalui penelitian ini, kami berhasil mengumpulkan data yang relevan dan
menggali informasi yang mendalam tentang topik yang kami teliti. Kami juga dapat
menghasilkan kesimpulan yang signifikan berdasarkan analisis data yang telah dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa (pernyataan kesimpulan). Dengan
kata lain, (restate kesimpulan). Kesimpulan ini diperkuat dengan temuan yang telah kami bahas
dalam makalah ini, yang memberikan gambaran jelas tentang topik yang kami teliti.

Selain itu, kami juga ingin memberikan beberapa saran atau rekomendasi yang mungkin berguna
bagi penelitian atau diskusi di masa mendatang. Pertama, kami mengusulkan untuk melibatkan
jumlah sampel yang lebih besar dalam penelitian berikutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih
terrepresentasi. Kedua, diplomasi dan kerjasama antara institusi terkait sangat penting untuk
mengatasi beberapa hambatan yang kami hadapi selama penelitian ini.

Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman dan
pengembangan topik yang kami teliti. Semoga makalah ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi
penelitian atau studi lainnya di masa depan. Terima kasih atas perhatian dan dukungan yang
telah diberikan dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai