Anda di halaman 1dari 11

SOSIOLOGI

PENDIDIKAN

MEIDENTIFIKASI BUDAYA DAERAH


(DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

Oleh:

Rizki Andi N

NIM 22503244051
(RPL)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS


TEKNIK
UNIVERTSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
MEIDENTIFIKASI BUDAYA DAERAH
(DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

Belajar Budaya
Kebudayaan yang ada di Yogyakarta sangatlah beragam dan istimewa, banyak kebudayaan
yang dapat kita pelajari melalui portal jogja belajar ini. Ayo cari tahu beragam kebudayaan
yang ada di Yogyakarta melalui kategori budaya dibawah ini.

Membangun Pendidikan Khas Kejogjaan


Dengan Gelar Budaya
Pada hakekatnya, Pendidikan karakter tersebut didefinisikan sebagai usaha
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik
mampu bersikap dan bertindak bersandarkan nilai-nilai yang telah menjadi
kepribadiannya. Pendidikan Karakter harus selalu diajarkan, dijadikan kebiasaan,
dilatih secara konsisten dan kemudian barulah menjadi karakter bagi peserta didik.
Salah satu karakter yang akan ditonjolkan pada Pendidikan Khas Kejogjaan adalah
terbentuknya karakter seperti tata karma, bahasa, dan perilaku orang Jawa yang
terkenal adap asor kepada semua orang tertanam pada peserta didik sekolah di
wilayah DIY.

Pendidikan Khas Kejogjaan yang akan diimplementasikan di seluruh jenjang


pendidikan di DIY merupakan inisiasi Dewan Pendidikan DIY bersama Dinas
Pendidikan Pemuda & Olah Raga (Disdikpora) DIY. Pendidikan Khas Kejogjaan ini
yang digunakan untuk penguatan pendidikan karakter di dalam proses pendidikan di
DIY dan bentuknya adalah penguatan nilai-nilai kekhasan Jogja. Pendidikan Khas
Kejogjaan ini akan diintegrasikan dengan mata pelajaran bahasa Jawa dan seni
budaya, misalnya terkait dengan tata krama, unggah ungguh, atau tentang filosofi
dasar berdirinya kota Yogyakarta.

Implementasi Pendidikan Khas Kejogjaan itu sendiri diarahkan untuk


mewujudkan jalmo kang utomo (manusia yang utama), maksudnya mewujudkan
manusia yang pintar, cerdas, menguasai iptek namun juga tetap memiliki sopan
santun. Pendidikan Khas Kejogjaan diharapkan dapat mewarnai pendidikan nasional
yang sudah ada, serta mendorong keunggulan komparatif dan kompetitif berdasar
nilai-nilai luhur budaya, sehingga peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi diri, dimana diwujudkan menjadi manusia yang unggul, cerdas, visioner,
peka terhadap lingkungan dan keberagaman budaya
Upacara Garebeg atau Grebeg di Kraton
Yogyakarta

Upacara Garebeg yang diselenggarakan tiga kali setiap tahunnya sebagai


suatu upacara kerajaan yang bersifat keagamaan. yaitu Garebeg Mulud untuk
memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (12 Rabiulawal), kedua Garebeg
Pasa atau Syawal (1 Syawal), dan ketiga Garebeg Besar (10 Zulhijah).

Bagi keraton, Upacara Garebeg mempunyai tiga arti penting yaitu religius,
historis dan kultural. Memiliki arti religius sebab penyelenggaraan
Upacara Garebeg berkenaan dengan kewajiban Sultan untuk menyebarkan dan
melindungi agama Islam. Hal ini sesuai dengan kedudukan dan perananannya
sebagai Sayidin Panatagama Kalifatullah. Memiliki arti historis, berkaitan dengan
keabsahan Sultan dan kerajaannya sebagai ahli waris sah dari Panembahan
Senopati dan Kerajaan Mataram Islam. Kemudian memiliki arti kultural karena
penyelenggaraan upacara ini menyangkut kedudukan Sultan sebagai pemimpin
suku bangsa Jawa yang mewarisi kebudayaan para leluhur yang diwarisi oleh
kepercayaan lama (B. Soelarta, 1979: 22 dan 26).
Nilai Luhur Cerita Rakyat Di Kabupaten Bantul
"Tapak Kuda Sembrani"

Banyak orang yang tidak mengetahui cerita rakyat dari kabupaten tempat
dimana mereka tinggal. Bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa cerita rakyat yang
dahulu diwariskan dari nenek moyang mulai hilang karena kemajuan zaman dan
orang-orang menganggap bahwa cerita rakyat yang dulu ada hanya sebagai
dongeng bagi anak-anak yang akan tidur atau disebut dongeng sebelum tidur.
Apalagi di kalangan para generasi muda zaman sekarang yang sudah mulai tidak
mau tahu tentang cerita rakyat didaerahnya dan lebih memilih memainkan gawainya
setiap saat. Padahal dari cerita rakyat kita bisa belajar dan mengambil nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalamnya untuk dijadikan pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari.

Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri memiliki 4 Kabupaten 1


Kotamadya, yakni Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunungkidul,
Kabupaten Kulonprogo, dan Kota Yogyakarta. Di setiap Kabupaten maupun Kota
masing-masing memiliki cerita rakyat yang sudah ada sejak zaman dulu. Salah satu
cerita rakyat yang akan dibahas yakni berasal dari Kabupaten Bantul.
Tata Krama Jawa dalam Keseharian

Orang Jawa selalu mengedepankan kenyamanan orang-orang yang ada disekitarnya


ketika berbicara, bersikap, berperilaku, maupun bertindak. Maka muncul idiom Jawa yang
mengatakan Karyenak tyasing sasama (membuat nyaman di hati sesamanya). Ucapan,
sikap, perilaku, ataupun tindakan yang selalu menjaga kenyamanan orang lain ini kemudian
dikenal dengan tata krama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tata krama adalah
adat sopan santun (https://www.kbbi.web.id). Sedangkan kata sopan dan santun ini adalah
dua kata yang memiliki arti kata sama yaitu beradab di dalam tingkah laku, tutur kata,
pakaian dan sebagainya. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa tata krama adalah
aturan tentang bagaimana manusia menjalani hidup yang baik dari tutur kata, perilaku,
pakaian dan segala hal yang dilakukannya.
Arsitektur Bangunan Yogyakarta

Arsitektur Tradisional Yogyakarta adalah suatu bangunan atau tempat tinggal


ciptaan manusia yang pembuatannya diwariskan secara turun temurun untuk
melakukan aktivitas mereka.

Membahas tentang jenis bangunan arsitektur Yogyakarta. Banyak Bangunan


Tempat Tinggal, Bangunan Peribadatan, dan Bangunan Tempat Musyawarah
Kehidupan masyarakat Jawa sangat erat dengan filosofi dan kepercayaan dalam
setiap aktivitas yang dilakukan. Begitu pula dalam membangun tempat tinggal.
Masyarakat Jawa menyebut tempat tinggal dengan sebutan omah yang berasal dari
dua kata, yaitu om yang berarti angkasa dan bersifat laki-laki, serta mah yang berarti
lemah (tanah) dan dalam hal ini bersifat perempuan. Jadi dalam penyebutan omah
terdapat dua unsur yang disebut dengan Bapak Angkasa dan Ibu Pertiwi.
Permainan Tradisional Daerah Istimewa
Yogyakarta

Egrang, yang terbuat dari bambu dengan ukuran panjang sekitar 1,5 sampai 3 meter.
Kemudian dari pangkal bawah setinggi 30-150 cm ditempatkan pancadan (tempat kaki
berpijak) sepanjang kira-kira 30 cm. Arena bermain Permainan ini memerlukan ketrampilan
terutama keseimbangan badan yang prima. Untuk menaiki egrang, mula-mula memegang
kedua bambu dengan pancadan mengarah ke arah pemain. Sebagai bantuan agar
memudahkan dalam menaiki egrang maka dapat dicari suatu tempat yang agak tinggi
sehingga dapat mencapai pancadan dengan mudah. Selanjutnya pemain mencoba untuk
melangkah seperti layaknya orang berjalan kaki. Permainan egrang dapat dilakukan oleh
siapa saja baik laki-laki maupun wanita dari berbagai umur sesuai dengan besar dan tinggi
egrang yang dibuat. Fungsi : egrang dimainkan untuk mengisi waktu senggang.
Busana Jawa Pria Yogyakarta

Pada dasarnya busana Jawa penuh dengan pialang sinandhi, kaya akan
suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa. Ajaran dalam busana Jawa ini
merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu didunia secara harmoni yang
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesama
manusia, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta
segala sesuatu di muka bumi ini.

Bagi laki-laki yang akan mengenakan busana Jawa harus mempersiapkan


perlengkapan busana seperti jarit batik gaya Jogjakarta, lonthong, Kamus timang,
beskap atela, Peranaan, keris gayaman atau branggah gaya Jogjakarta, blangkon,
Cenelo atau selop.
Jenis Tari Klasik Gaya Yogyakarta

Biasanya tari tradisional klasik berfungsi untuk upacara adat atau penyambutan tamu
kehormatan. Ada beberapa tarian klasik diantaranya adalah tari bedhaya, tari lawung, dan
lain-lain.
Taari klasik gaya Yogyakarta atau Joged Mataram tidak sekadar dipahami sebagai
seni olah tubuh namun juga dimaknai sebagai falsafah hidup. Jiwa dari Joged
Mataram diungkapkan ke dalam empat unsur, sawiji, greged, sengguh, dan ora mingkuh.
Keempat unsur ini tidak hanya diajarkan dalam seni tari, namun juga dihidupkan sebagai
karakter rakyat Yogyakarta.

Sawiji berarti fokus, konsentrasi penuh namun tanpa ketegangan. Greged dapat
diartikan sebagai semangat yang terkendali, kesungguhan untuk mencapai
tujuan. Sengguh berarti rasa percaya diri tanpa kesombongan. Ora mingkuh dapat diartikan
sebagai ketangguhan, tetap bertanggung jawab dan tidak berkecil hati saat menghadapi
kesukaran-kesukaran.
Makanan Tradisional dalam
Upacara Adat Mitoni

Upacara adat mitoni adalah upacara yang dilaksanakan oleh seorang ibu hamil yang
memasuki usia kadungan tujuh bulan dan pada kehamilan anak yang pertama. Mitoni
berasal dari kata “pitu” yang artinya tujuh. Mitoni juga dalam bahasa jawa sering disebut
dengan acara tingkepan. Tingkepan dalam bahasa jawa memiliki makna tutup. Istilah mitoni
atau tingkepan adalah upacara terakhir yang dilakukan sebelum melahirkan. Serangkaian
upacara mitoni memiliki makna dan harapan agar calon bayi dalam kandungan dapat
berkembang dengan baik, dan kelak akan menjadi anak yang sesuai dengan harapan
orang tua. Bagi ibu yang mengandung harapannya adalah selama mengandung sampai
persalinan besok diberikan kelancaran, kesehatan, keselamatan, dan semuanya berjalan
sesuai dengan harapan. Oleh karena itu sebagian masyarakat jawa masih melaksanakan
upacara adat mitoni ini karena dianggap upacara ini mampu mewujudkan keinginan mereka
terhadap calon anak. Upacara upacara adat terutama pada masa kehamilan
diselenggarakan harus mencari hari baik.

L
Titik 0 Km Yogyakarta

Banyak orang bingung saat ditanya titik nol Yogyakarta. Sebagian


beranggapan, titik nol kilometer yang dimaksud berada di keraton. Ada yang
menduga itu adalah tugu jogja atau tugu pal putih. Sebagian lain beranggapan itu
adalah Alun-alun Utara, atau malah di antara dua pohon Beringin yang berada di
tengahnya. Semuanya tidak tepat. Letak titik nol kilometer berada di lintasan, antara
Alun-alun Utara hingga Ngejaman di ujung Selatan Malioboro.

Sebuah papan peringatan resmi di depan bekas bangunan Senisono bisa


menjadi petunjuk di mana tepatnya, Titik Nol Kilometer berada. Titik itu berada di
sekitar perempatan jalan yang ada di depannya.

Anda mungkin juga menyukai