Penelitian ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah AIK I yang dibimbing oleh :
Bpk. Muhlasin Amrullah, M.Pd.l
Oleh :
Vivit Ramadyanti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah munculnya tradisi tedak sinten (turun tanah)
Tedak siten adalah budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia
sekitar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah.
Berasal dari kata ‘tedak’ yang berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti
tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar
anak tumbuh menjadi anak yang mandiri. Tradisi ini dijalankan saat anak berusia
hitungan ketujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran Jawa. Tradisi
tedak sinten biasanya terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tedak siten adalah budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar
tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. Berasal dari
kata ‘tedak’ yang berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Upacara
tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar anak tumbuh menjadi
anak yang mandiri. Indonesia kaya akan tradisi dan budaya, tetapi karena pengaruh dari budaya
barat dan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Tradisi dan budaya yang dulunya sangat
melekat di hati masyarakat mulai terkikis. Contohnya upacara tedak siten yang berada di Jawa.
Di zaman sekarang ini jarang kita temui orang tua yang mau mengadakan upacara tedak siten ini.
Tradisi ini tidak menentang ajaran dan aqidah islam karena sesungguhnya upacara tedak siten ini
adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena pada usia delapn bulan anak mulai mengenal
alam di sekitarnya dan mulai belajar berjalan.
Foto dokumentasi :