Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

       Pertama kali kami ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat serta hidayah Nyalah kami mendapatkan kemampuan untuk
menyelaesaikan makalah ini dengan baik.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen yang telah membantu kami
dalam menyelesaikn makalah ini baik secara moril maupun secara materil sehingga
makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sebagai penyusun meminta maaf sekaligus sangat mengharap kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sebagai salah satu upaya
dalam perbaikan dan penyempurnaan dari makalah ini, demikian pengantar dari kami
sebagai penyusun. Jika ada kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

                                                                                                Malang,  22 November
2011
                                                                                               

                                                                                                                 Penyusun

Daftar isi

Halaman judul
…………………………………………………………………………
Kata Pengantar
………………………………………………………………………...

Daftar Isi ……………………………………………………………………………….

Bab 1  Pendahuluan 
           A. Latar Belakang ………………………………………………........................
           B. Rumusan masalah ……………………………………………………………
C. Tujuan ………………………………………………………………………..

Bab 2  Pembahasan
A.  Pengertian tedak siten ……………………………………………………….
B.  Alat-alat dalam prosesi Tedak Siten ...............................................................
C.  Prosesi Tedak Siten …………………………………………………………

Bab 3  Penutup ………………………………………………………………………..


 A. Kesimpulan …………………………………………………………………
 B. Saran ………………………………………………………….......................

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan
memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita
sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan
suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama
berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan
nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat
berpengaruh terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional
yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap
kebudayaan daerah atau kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain
merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu
bangsa atau daerah. Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu
daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban
dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus
dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan “ Tidak Siten “ ?
2.      Apa saja alat dan perlengkapan yang diperlukan dalam Prosesi “ Tedak Siten” ?
3.      Bagaimana cara prosesi “ Tidak Siten “ dilaksanakan ?

C.   Tujuan
Karena menjaga, memelihara dan melestarikan kebudayaan atau adat istiadat
merupakan kewajiban setiap individu, di sisi lain adat istiadat atau tradisi yang
menjadi cirri khas setiap daerah mulai sedikit luntur dengan adanya budaya
modern. Maka dalam realisasinya saya mencoba menyusun makalah yang berjudul
Tedak Siten yang di dalamnya mengulas tentang adat istiadat bangsa kita terutama
sering dipakai dalam adat jawa. Penyusunan makalah yang berjudul Tedak Siten ini
bertujuan agar pembaca mengetahui bahwa bangsa kita memiliki budaya yang unik
dan menarik akan tetapi belakangan ini jarang kita menemukan adat istiadat ini, serta
agar kita  menyadari bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan
kewajiban dari setiap orang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tedak siten merupakan bagian dari adat dan tradisi masyarakat jawa, upacara
ini dilkukan untuk anak yang baru pertama kali belajar berjalan atau pertama kali
menginjakkan pada tanah dan slalu ditunggu-tunggu oleh orang tua atau kerabat,
tedak siten berasal dari dua kata " tedhak" berarti menampakkan kaki
dan “siten”berasal dari kata "siti" yang berarti bumi, upacara ini dilakukan ketika
seorang bayi berusia 7 bulan dan mulai belajar duduk dan berjalan ditanah, secara
keseluruhan upacara ini bertujuan agar ia menjadi mandiri dimasa depan

B.  Alat-alat yang diperlukan dalam Prosesi "Tedak Siten" adalah sebagai


berikut :

a)      Jadah  7

warna

b)   Tangga tebu
c)     Injak-an pasir

d)    Kurungan ayam


e)     Beras ketan berisi koin

f)  Nasi Tumpeng beserta sayur urap dan ayam

C.  Budaya Tedak Siten (Mudun Lemah), prosesinya adalah sebagai berikut :


a)         Acara Tedak Siten ini di mulai dengan
Menapaki jadah 7 warna, jadah disini
terbuat dari beras ketan dicampur dengan parutan kelapa muda dengan ditambahi
garam agar rasanya gurih dan 7 warna disini yaitu hitam, kuning, hijau, biru,
merah, putih, jingga.
Warna-warna ini mempunyai makna sebagai berikut :
Putih             : Watak Dasar
Biru              : Jati Diri
Hijau             : Lambang Kehidupan
Jingga           : Matahari
Merah           : Semangat
Kuning         : Harapan tercapai cita2
Hitam           : Keagungan

Makna yang terkandung dalam jadah ini merupakan simbol kehidupan yang akan
dilalui oleh si anak, mulai dia menapakkan kakinya pertama kali di bumi ini
sampai dia dewasa, sedangkan warna-warna tersebut merupakan gambaran dalam
kehidupan si anak akan menghapai banyak pilihan dan rintangan yang harus
dilaluinya. Jadah 7 warna disusun mulai dari warna yang gelap ke terang.

b)        Selanjutnya si anak menaiki tangga, dimana tangga ini terbuat dari tebu jenis
arjuna, yaitu tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati dan dihiasi kertas
warna- warni.. Hal ini dimaksudkan agar dalam menapaki (menjalani) hidupnya, apa
yang di lakukan seorang anak diharapkan semakin meningkat dan mampu melewati
halangan dan rintangan hidupnya kelak.
c)        Kemudian di teruskan menapaki pasir, ini dimaksudkan agar dalam menjalani
hidupnya dia siap dengan halangan atau rintangan apapun yang menghadangnya.

d)       Setelah menapaki pasir, anak di bimbing di sebuah kurungan ayam yang telah
dihiasi dan didalamnya terdapat beberapa mainan, alat tulis, uang, hp, stetoskop
dan sebagainya dan kemudian anak di suruh mengambil barang yang di sukainya.
Dimana barang yang dipilih si anak merupakan gambaran dari kegemaran dan juga
pekerjaan yang diminatinya kelak setelah dewasa.

e)        Prosesi selanjutnya adalah sebar beras kuning yang telah dicampur dengan uang
logam untuk di perebutkan (dalam hal ini yang menaburkan adalah di wakili
bapaknya), prosesi ini menggambarkan agar si anak kelak menjadi anak yang
dermawan, suka bersedekah dalam lingkungannya.
f)         Prosesi terakhir yaitu si anak dimandikan dengan bunga setaman ( kenapa diberi
bunga?? .... mungkin jaman dulu belum ada minyak wangi mungkin yaaaa?? maka
dari itu air bisa wangi .. heheeheh ). Lalu mengenakan baju yang baru.
Tujuannya yaitu agar si anak tetap sehat, membawa nama harum bagi keluarga,
punya kehidupan yang layak, makmur dan berguna bagi nusa bangsa.

Setelah dimandikan, si anak diganti bajunya dengan baju yang baru.

Setelah
semua prosesi tersebut dilaksanakan, kemudian dilanjutkan memotong tumpeng yang
di lengkapi dengan sayur urap (hidangan yang terbuat dari sayur kacang panjang,
kangkung dan kecambah yang diberi bumbu kelapa yang telah dikukus atau
disangrai,dan ayam).
 

Tumpeng melambangkan permohan orang tua kepada sang Maha Pencipta agar si
anak kelak menjadi anak yang berguna, sayur kacang panjang bermakna simbol umur
agar si anak berumur panjang, sayur kangkung bermakna dimanapun si anak hidup
dia mampu tumbuh dan berkembang, sayur kecambah merupakan simbol kesuburan
dan ayam mengartikan kelak si anak dapat hidup mandiri.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Suku Jawa merupakan suku yang memiliki berbagai kebudayaan, Mulai dari adat
istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan lain-lain. Salah satunya adalah budaya
Tidak Siten yang biasaya dilakukan waktu anak berumur 7 bulan dan pertama kali
turun tanah.dengan tujuan-tujuan yang bernilai sangat spiritualis dan penuh dengan
harapan tinggi Semua itu membuktikan bahwa suku Jawa khususnya merupakan suku
yang menjunjung masa depan bangsa. Dan ternyata dalam jawa terdapat upacara
khusus bagi anak  pertama kali turun tanah. Hal ini merupakan adat atau kebiasaan
masyarakat jawa asli yang kental dengan spiritual suku jawa.Sehingga dari itu hal ini
merupakan budaya yang unik dan menarik yang harus kita banggakan dan kita jaga.

B.  Saran
Budaya atau adat istiadatdaerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan
nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat
mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban
untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya
daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian
bangsa
Pambuka
            Saos syukur marang Gusti Allah ingkang sampun paring rahmat
lan karunia marang kita supaya kita bisa ngrampungake makalah iki sing
judhule "Adat Jawa Kelahiran Bayi".
            Makalah iki ngandhut informasi masyarakat jawa lan budaya ing
jerone. Dikarepke makalah iki wis samesthine saget kanggo nyedhiyani
lan menehi informasi kanggo kita kabeh apa wae ing budaya masyarakat
Jawa supaya kita bisa ngerti keunikan ing budaya lan nggawe beda saka
budaya - budaya nyebar ing Indonesia.
            Kita ngerteni makalah iki isih adoh saka sampurna, mulane, kritik
lan saran sing mbangun saka kabeh pihak tansah kita arepke lan enteni
kangge nambah kasempurnaan saka makalah iki. Akhiripun, kita
maturnuwun sanget karo kabeh sing wis melu ing persiapan makalah iki
saka wiwitan nganti rampung. Muga-muga Allah meridhai usaha kita.
Amin

Tayu, 6 Nopember 2015

 (PURWAKA)
1.1       LATAR BELAKANG
             Budaya iku simbol saka peradaban. Yen budaya luntur lan
mboten wonten ingkang  dipedulike dening bangsa maneh, banjur
peradaban bangsa karek ngenteni wektu kanggo punah.
Ing kene, kita nyoba kanggo peduli babagan budaya saka kang kita
asale, yaiku Jawa. Sanajan watesan saka ilmu lan kawruh, kita nyoba
kanggo ngringkes macem-macem  hubungane karo budaya Jawa kelairan
bayi saka macem-macem sumber.
1.2       MAKSUD DAN TUJUAN
             Maksud lan tujuan digawe makalahiki saliyane kanggo patemon
salah siji saka tugas bahasa Jawa, uga yakuwi kanggo ngawula minangka
bahan presentasi  supaya siswa - siswa liane saget ngerasake ilmu  sing
ing makalah iki.
1.3      RUMUSAN MASALAH
            Njlenthrehke adat jawa babagan kelahiran bayi

Tedhak Siten
Tedhak siten iku salah satunggaling upacara adat jawa kagem
bocah umuripun 7 selapan utawa 245 dinten, nalika bocah iku wau nembe
pisanan ajar mlaku. Selapan yaiku kombinasi 7 dinten ing kalender
internasional lan 5 dinten ing kalender Jawa. Selapan iku pendhak 35
dinten pisan. Tedak siten asalipun saking rong tembung, ingkang
sepindhah inggih punika "tedhak” utawi idhak,
tegese mudhun lan “siten"saking tembung siti kang tegese bumi. Dadi
Tedhak siten ndueni arti ngidhakake sikil ing lemah/pertiwi. Tedhak Siten
ngambarake kasiapan bocah kanggo nglakokake kauripan ingkang bener
ing mangsa ngarep. Upacara tedhak siten inggih nduweni teges cedakke
manungsa kaliyan bumi. Awit nglakokake kauripan ingkang apik lan
becik ing bumi punika lan tetep ngruwat lan njaga bumi. Punika kangge
ngelingaken menawi bumi sampun maringaken kathah barang ingkang
dipunbutuhaken kangge urip manungsa. Ing budaya jawa ana kapitayan
masyarakat ngenani bab tedhak siten yaiku yen lemah iku ndueni makna
ghoib lan dijaga Bathara Kala, kanggo ngindari kadadeyan sing ora becik
mula dianakake upacara tedhak siten.https://www.youtube.com/watch?
v=1AW-ZOzQ1yM
Kaya dene upacara adat liyane tedhak siten ugi nggadahi piranti lan
ubarampe, yaiku :
1.      Pengaron sing diisi kembang setaman
2.      Kurungan, kanggo nggambarake yen donyane anak isih sithik utawa
ciut
3.      Werna-werna barang sing diselehake sajroning kurungan kang
nggambarake suwene urip lan kawajibane manungsa nggolek nafkah,
kayata:
a)      Pari sabengket
b)      Kapuk sabengket
c)      Piranti nulis
d)     Bokor kang diisi beras kuning
e)      Werna-werna jinis dhuwit
f)       Perhiasan
4.      Klasa sing isih anyar, kanggo lemek ning jeroning kurungan
5.      Udik-udik utawi duit logam dipuncampur kembang
6.      Tangga tebu "arjuna", yaiku tebu sing wernane ungu kang
nggambarake undhak-undhakane urip sing arep dilakoni anak
7.      Jadah pitung werna, yaiku abang, putih, ireng, kuning, biru, ungu
lan jambon. Tegese kanggo ngemutake anak yen urip kudu waspada saka
godaan werna-werna
8.      Bancakan, kayata sega gudhangan sing dibagekake marang para
tamu sing teka
Tata Caranipun upacara tedhak siten, yaiku :
Ingkang kapisan, bocah dituntun ibune mlaku maju lan ngidhak
jadah 7 werna ingkang kagawe saking ketan. Werna wernane yaiku :
abang, putih, ireng, kuning, biru, ungu lan jambon. Jadah ditata saka
warna sing padhang nganti warna sing peteng. Punika perlambang , bocah
saged ngliwati tantangan ing uripipun. Lan urip iku ora gampang nanging
kabéh alangan sing dirasakake mengko mesthi bakal ana dalan kang
padhang tumuju kamulyan lan kasantosan.
Ingkang kaping pindho, bocah dituntun munggah taangga ingkang
kagawe saking wit tebu “arjuna” lajeng mudhun maneh. Tebu saking
ukara “antebing kalbu” inggih tegesipun yaiku tekad ati ingkang mantep.
Tebu “arjuna” nglambangaken supados bocah saged lelakon kaya Arjuna,
ingkang nduweni watak satria lan nduweni tanggung jawab. Lelakonipun
apik lan seneng tetulung , mbela kabeneran , lan bakti kaliyan Negara.
Ketiga yaiku bocah dituntun kangge mlaku ing pasir. Bocah punika
nyeker-nyeker pasir, ingkang nduweni tegese nggolek pangan. Karepe
bocah saged nyukupi kaperluanne dhewe menawi sampun gedhe.
Ingkang kaping sekawan, bocah dipunlebetaken dhateng kurungan
ingkang digawe apik lan dilambari klasa, ing njerone wonten akeh
bandha-bandha kaya pari sabengket, kapuk sabengket, Piranti nulis,
bokor kang diisi beras kuning, werna-werna jinis dhuwit, lan sk jinising
perhiasan. Kurungan nglambangaken donya , dadi dikarepke bocah kuwi
mlebu donya lan ing njero uripe saged kacukupan awit saking pakaryane
ingkang sampun dipilih saking cilik.
Ingkang kaping lima, bapak lan simbah bocah nyebar udik-udik
utawi duit logam dipuncampur kembang. Karepe supaya si bocah nalika
dewasa saged dadi bocah ingkang dermawan lan seneng tetulung.
Amarga seneng menehi lan seneng tetulung, dheweke gampang nggolek
rejeki.
Ingkang kaping enem yaiku bocah wau diadusi ngangge banyu
setaman ingkang sampun dicampur kembang-kembang (melathi, mawar,
kenanga lan kanthil)
              Kapitu, ing pungkasan upacara, bocah didandani ngangem
klambi resik lan apik. Karepe supaya si bocah nduweni dalan urip
ingkang apik lan saged agawe seneng kaluwargane. Punika karepe ing
uripipun, bocah punika saged arum jenenge lan saged ngarumaken jeneng
kaluwargane.
Dene ancase tedhak siten, atur puji sukur marang gusti Allah, dene
wis paring kekuatan sarta keslametan nganti bisa ngidak bumi lan saged
urip mandiri. Lan bibar punika , para tamu saged ndhahar panganan
ingkang wonten.

3.1    Kesimpulan

Suku Jawa ing wilayah Jawa iku sawijining suku sing wis

macem-macem budaya, saka adat saben dinten, seni, ritual, lan

liya-liyane.

Kabeh iku mbuktikake yen suku Jawa punika akeh sing

sugih ing budaya lokal. Lan kekayaan budaya sing diduweni

masyarakat  Jawa kuwi ndadekake bedo karo budaya - budaya

sing ana ing Indonesia

3.2       Kritik dan Saran


Panutup
             Supaya kita bisa njlentrehake materi sing dadi pokok bahasan ing
makalah iki, mesthi isih akeh kekurangan lan kelemahane, amarga
keterbatasan pengetahuan lan kurange rujukan utawa referensi sing ing
bab iki.
Kita kathah pangarep-arep menehi kritik mbangun lan saran
menyang penulis demi kasempurnaan makalah iki. Mugi mugi makalah
iki nduweni manfaat kanggo kita kabeh sing maca makalah iki

Anda mungkin juga menyukai