Laporan Penelitian
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial
Kelas Sejarah C
Disusun Oleh:
Fildza Arumsari 13030118120016
Tsaqifa Nurul Maghfira 13030118140067
Erisca Dwi Putri 13030118140070
Rizky Adinda Aneswari 13030118140084
Fitria Rachmawati Putri 13030118130093
Segala puji dan syukur penulis panjatakan ke hadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini yang berjudul ”PENGARUH PENERAPAN SOCIAL
(PHYSICAL) DISTANCING TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT
JABODETABEK” tepat pada waktunya sehingga dapat memenuhi sebagai syarat
utama untuk menyesaikan mata kuliah Metode Penelitian Sosial pada program
Strata-1 (S1) Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Adapun tujuan dari penulisan laporan penelitian ini selain untuk
menyelesaikan mata kuliah Metode Penelitian Sosial, terdapat tujuan lain yaitu
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya dalam wilayah Jabodetabek
untuk mengetahui dan menyadarkan akan betapa bahayanya pandemi Covid-19
ini. Sebetulnya, pandemi Covid-19 ini bisa ditanggulangi yaitu dengan cara
membuat program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dimana
program ini juga terkait dengan penerapan sosial (physical) distancing.
Dalam penelitian ini kami akan berfokuskan kepada masyarakat Indonesia
khususnya di wilayah Jabodetabek yang terkena dampak dari adanya pandemik ini
seperti Karyawan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Mahasiswa, Pelajar, Ojek Online
(Ojol) dan lain sebagainya. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga akan
menyimpulkan apakah siap dan siaga dalam penerapan social (physical)
distancing khususnya dalam wilayah Jabodetabek serta pengaruhnya terhadap
perilaku masyarakat. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada segenap pengajar mata kuliah Metode Penelitian Sosial Departemen
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitasm Diponegoro yang tidak dapat
disebutkan satu per satu atas pembekalan dalam enyesaikan laporan penelitian ini,
tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada responden yang sudah
memberikan kontribusi dan opini mengenai materi yang sedang dianalisa oleh
penulis, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
penelitian ini semoga bantuan dan partisipasinya mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa (YME). Akhir kata, penulis berharap semoga laporan
penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
2.1 Kondisi Geografis Berisi Tentang Letak, Topografi, dan Batas Wilayah
Masyarakat Jabodetabek...........................................................................................12
2.2 Kondisi Demografis Berisi Tentang Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Masyarakat Jabodetabek
..................................................................................................................................15
2.3 Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi, Agama dan Permasalahan Sosial
Masyarakat Jabodetabek...........................................................................................18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................23
BAB IV SIMPULAN...............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012-
2016………………………………………………………………….16
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/keragaman-indonesia
ribuan lainnya meninggal dunia dan juga nampak terlihat seperti zombie-zombie
karena adanya manusia yang tergelatak pingsan secara tiba-tiba di jalan.
Untuk di Indonesia sendiri khususnya di wilayah Jabodetabek, pemerintah
telah memberikan imbauan-imbauan kepada masyarakat dalam mengatasi wabah
ini agar berjalan dengan efektif dan efisien. Contohnya, dengan diberlakukannya
social (physical) distancing. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak
masyarakat Indonesia yang tidak mengindahkan ataupun menaaati imbauan ini
khususnya untuk penerapan social (physical) distancing.
Seperti dilansir pada Kompas.com, dalam kenyataannya memang physical
distancing tidak sepenuhnya dapat dipisahkan dengan social distancing. Akan
tetapi, social distancing di dalamnya memiliki dimensi relasi sosial dan
emosional. Oleh sebab itu, kebijakan social (physical) distancing kelihatannya
belum sepenuhnya dipahami secara baik oleh masyarakat sebagai strategi
pencegahan penyebaran Covid-19. Karena, sekalipun Covid-19 sangat meresahkan
masyarakat terkait dengan kesehatan dan keselamatan diri, namun ikatan relasi
sosial masih lebih kuat dalam perspektif masyarakat.
Peran dari perspektif interaksionis simbolik dalam social distancing dapat
dilihat pada perilaku masyarakat, dimana penggunaan istilah social distancing
menjadi dilema dalam penerapannya. Pertama, masyarakat kesulitan
menjalankan social distancing karena kebiasaan dalam kebersamaan, kerja sama,
solidaritas, dan sejenisnya sebagai bentuk dari interaksi sosial. Kedua, bagi
masyarakat awam beranggapan social (physical) distancing hanya sebatas
menjaga jarak, terlihat pada saat ketika berada di area publik seperti ketika
melakukan antrean di anjungan tunai mandiri (ATM).2
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa latar belakang
pemberlakuan social (physical) distancing, bentuk-bentuk penerapan social
(physical) distancing, pengaruh sosial (physical) distancing terhadap perubahan
perilaku masyarakat Jabodetabek, serta solusi apa yang tepat untuk masyarakat
jabodetabek dalam menghadapi penerapan social (physical) distancing.
2
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/30/142329065/social-distancing-dan-
hambatannya-dalam-sosio-kultural-indonesia
1.2 Permasalahan
3
https://www.liputan6.com/bola/read/4222019/7-bentuk-social-distancing-untuk-mencegah-
penyebaran-corona-covid-19
inovasi teknologi pendidikan, dan inovasi dalam bisnis daring atau
online.
4. Untuk menginformasikan bagaimana solusi yang tepat untuk
masyarakat khususnya wilayah jabodetabek dalam menghadapi
penerapan social (physical) distancing yaitu dengan cara harus selalu
mengikuti aturan ataupun imbauan dari adanya penerapan social
(physical) distancing ini seperti bekerja dari rumah, belajar dari rumah,
dan lain sebagainya sambil menerapkan dan menjaga kesehatan seperti
mencuci tangan ketika sehabis keluar dari rumah ataupun memegang
sesuatu, memakai masker ketika keluar rumah dan lain-lain.
4
WHO, 2020. WHO Director-General’s remakes at the media briefing on 19-nCov on 11 February
2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on: https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-
generals-remakes-at-the-media-briefing-on-2019-nCov-on-11-february-2020 (12 Februari 2020).
teriakan yang digunakan untuk saling memanggil dan saling mengenali setelah itu
berkembang dengan adanya alat sehingga komunikasi menggunakan media seperti
kentungan, bedug, atau hal-hal yang bisa didengar oleh banyak orang.
Setelah itu, munculah bahasa sehingga orang bisa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa. Komunikasi dengan bahasa ini dilakukan dengan cara
verbal dan digunakan oleh hampir semua orang diseluruh dunia dan dilakukan
dalam waktu yang cukup lama dibandingkan dengan fase sebelumnya. (Bungin,
2009)5
Namun begitu komunikasi berkembang lagi dengan adanya jaringan internet
yang dapat menghubungkan orang di seluruh dunia. Adanya internet ini
memunculkan media baru dan memunculkan berbagai media sosial baru salah
satunya whatsapp (WA). Media sosial (MEDSOS) sendiri diartikan sebagai sarana
yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara
menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan
dan komunitas virtual. Media sosial juga bisa diartikan sebagai alat yang
memungkinkan penggunanya mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
bekerja sama, berbagi, dan berkomunikasi dengan pengguna lain dan membentuk
ikatan secara virtual (Nasrullah, 2016).
Sejak internet menjadi konsumsi masyarakat luas, munculah Facebook (FB)
sebagai media sosial baru yang memungkinkan orang untuk bisa mengunggah
foto, membuat status, dan menyebar berita bahkan memuat curhat di media
Facebook (FB). Kemunculan Facebook membuat perubahan besar dalam media
sosial dan berpengaruh terhadap perubahan komunikasi di masyarakat (Juju &
Sulianta, 2010).
Facebook pun menjadi salah satu inspirasi yang memunculkan medsos baru
yang lebih beragam dan lebih inovatif. Maka muncullah medsos baru seperti
twitter, line, Instagram (IG), Whatsapp (WA), dan medsos lain yang juga
memungkinkan orang untuk terhubung dengan jaringan dunia maya yang luas.
Keberadaan Facebook (FB) yang menjadi medsos utama pun mulai tergeser
karena berkembangnya smartphone yang memugkinkan masyarakat untuk
5
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
mengakses Media Sosial (MEDSOS) lain secara mudah dan cepat. Namun begitu,
menurut data hootsuite per April 2017 Facebook masih menduduki peringkat
pertama pengguna terbanyak dan diikuti oleh Youtube, WA dan Instagram (Afina,
2018).
Kasus positif corona virus atau Covid-19 di Indonesia terus meningkat hari
demi hari. Menanggapi hal tersebut, pemerintah menstimulasi mobilisasi
masyarakat agar penularan virus Covid-19 tidak bertambah luas dengan
diadakannya imbauan khususnya untuk penerapan social atau physical distancing.
Dikarenakan pandemi corona virus atau Covid-19 ini merupakan pandemi
dunia, maka yang terkena dampaknya juga merupakan semua kalangan dengan
berbagai aktivitas di seluruh dunia yang sudah mengambil kebijakan terkait
pembatasan mobilisasi ini.
Pandemi Covid-19 merupakan bentuk bahaya (hazard) yang memiliki potensi
mengancam segala aspek kehidupan masyarakat seperti sosial, ekonomi, kesehata
n, dan psikologis. Dampak pada masyarakat di Indonesia tentu tidak berbeda jauh
dengan masyarakat di negara lain yang juga sama sedang menghadapi pandemi C
ovid-19.
Kondisi kerentanan sosial (social vulnerability) menjadi realitas nyata yang te
rjadi pada masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kerentanan sosial m
enjadikan posisi ketahanan masyarakat (community resilience) mengalami guncan
gan (shock) akibat pandemi Covid-19.
Trending tagar #DiRumahAja juga turut membantu menyukseskan gerakan
pembatasan mobilisasi ini, yang mana dalam prosesnya menimbulkan pro dan
kontra. Dilihat dari dampak positif, gerakan social (physical) distancing ini sangat
nyata berpengaruh memperlampat laju penyebaran virus corona atau Covid-19 di
Indonesia maupun di negara-negara lainnya.
Namun pada dampak negatif, kondisi saat ini justru menjadikan ketahanan
masyarakat mengalami kerentanan sosial. Kerentanan sosial membuat
produktivitas menurun, mata pencarian terganggu, dan munculnya gangguan
kecemasan sosial di masyarakat (seperti kepanikan).
Hal inilah yang bisa kita lihat mengapa instruksi mengenai physical
distancing tidak berjalan dengan efektif. Sebab instruksi physical distancing
dianggap menciptakan kerentanan sosial pada masyarakat, khususnya masyarakat
yang memiliki status pekerjaan informal yang sumber pemasukan ekonominya
didapat sehari-hari dan tidak memiliki gaji pokok tetap (seperti pedagang dan ojek
online).
Dampak kerentanan sosial dapat membuat masyarakat melakukan tiga
tindakan yang saling terkait, yaitu tindakan apatis, tindakan irasional, dan
tindakan kriminal. Hal ini bisa kita lihat pada fenomena masyarakat yang terjadi
saat ini. Sehingga apa yang terjadi pada masyarakat merupakan kulminasi dari
kerentanan sosial yang kini sedang dihadapi oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan menelaah cakupan dampak yang
terjadi di beberapa kalangan masyarakat di wilayah Indonesia. Adapun kegiatan-
kegiatan yang akan diteliti oleh penulis akibat terpengaruh oleh dampak kebijakan
pemerintah social (physical) distancing diantaranya:
1. Kegiatan keagamaan (shalat berjamaah, pengajian, ibadah di gereja)
2. Kegiatan adat atau tradisi (hajatan, pernikahan)
3. Kebiasaan berkumpul (cafe, pos kamling)
4. Kegiatan pendidikan
5. Kegiatan pekerjaan atau usaha harian
Penelitian ini dapat membantu kita melihat tindakan masyarakat apakah
masyarakat akan termasuk dalam kelompok apatis, yang dimana mereka masih
tetap melakukan kegiatan berkumpul dan pulang ke kampung halaman, atau
apakah termasuk dalam tindakan irasional, yang mana kehilangan
kemanusiaannya dengan menolak warga yang meninggal karena terjangkit Covid-
19 untuk dikebumikan di lingkuran mereka, atau apakah masyarakat juga
bertindak criminal dikarenakan naluri untuk mempertahankan ekonomi keluarga
di tengah pandemi ini, seperti penimbunan masker, maupun pemalsuan hand
sanitizer.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode ini dianggap paling tepat untuk meneliti persoalan terhadap
fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode penelitian ini, peneliti
meneliti tentang dampak penerapan social (physical) distancing terhadap perilaku
masyarakat Jabodetabek.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara men
gumpulkan data melalui pengamatan secara langsung pada suatu kegiat
an yang sedang berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan cara men
gamati melalui hasil survey dan pengamatan melalui media baik media
social maupun media massa peneliti menggunakan alat komunikasi seb
agai jembatan untuk menghubungi narasumber.
Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama penelitian untuk meng
optimalkan data dari hasil survey mengenai pengaruh penerapan social
(physical) distancing terhadap perilaku masyarakat Jabodetabek.
2. Survey dan Deskriptif Kuantitatif
Pada penelitian ini dilakukan survey dan deskriptif kuantitatif yang
dimana survey memliki pengertian yaitu bentuk penelitian yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang karateristik, tindakan,
dan pendapat yang mewakili populasi melalui kuesioner ataupun
wawancara. Sehubungan dengan itu pula, hasil dari survey-survey
yang telah diperoleh dan diolah menjadi deskriptif kuantitatif atau
dengan kata lain angka-angka yang diperoleh atau yang telah diolah
dari survey yang berupa kuesioner ini dijelaskan sesuai dengan fokus
pembahasan penelitian ini.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan untuk melengkapi data primer. Atau prime
r merupakan data pokok dari permasalahan yang sedang dibahas. Data
yang diperoleh dari studi kepustakaan merupakan data sekunder yang
memperkuat data primer. Data sekunder berkaitan dengan masalah yan
g diteliti.
Data yang diperoleh dari studi pustaka, lebih efektif, dan efisien. St
udi pustaka ini melibatkan berbagai literatur disiplin ilmu lainnya, sepe
rti dari berbagai disiplin ilmu sejarah, antropologi budaya, sastra, sosio
logi, politik, dan persenjataan tradisional. Berbagai kajian disiplin ilmu
tersebut, oleh penulis diklasifikasikan lalu disusun dan dirumuskan sel
anjutnya dianalisis.
2.1 Kondisi Geografis Berisi Tentang Letak, Topografi, dan Batas Wilayah
Masyarakat Jabodetabek
Kondisi geografis luas wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah seluas 7.660 km 2
dengan luas daratan sebesar 662,33 km2 termasuk 110 pulau yang tersebar di
Kepulauan Seribu dan luas lautan sebesar 6.997,5 km2.
Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah yang terletak pada posisi
5o19’12” Lintang Selatan - 6o23’54” Lintang Selatan dan 106o22’42” Bujur Timur
- 106o58’18” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata ±7 meter di atas
permukaan laut.6
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.
DKI Jakarta juga merupakan wilayah dengan jumlah waduk atau situ yang
relatif banyak. Sungai atau kanal yang melewati DKI Jakarta ada sebanyak 17
sungai. Berdasarkan posisi geografisnya Provinsi DKI Jakarta memiliki batas-
batas sebagai berikut:
Sebelah Utara membentang pantai dari barat sampai ke timur sepanjang
± 35 km, berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Timur dan sebelah Selatan dengan Provinsi Jawa Barat
Sebelah Barat dengan Provinsi Banten
Administrasi pemerintahan, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 kota
administrasi yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan
Jakarta Timur dan 1 kabupaten administrasi yaitu Kepulauan Seribu.
Tabel 2.1 Luas Daerah Menurut Kabupaten atau Kota di Provinsi DKI
Jakarta 2018
6
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022.
Hlm. II-5.
Kabupaten/Kota Ibukota Luas Area(km2)
Kabupaten/Kota
(1) (2) (3)
Kepulauan Seribu Pulau Pramuka 8,70
Kota Jakarta Selatan Kebayoran Baru 141,27
Kota Jakarta Timur Cakung 188,03
Kota Jakarta Pusat Menteng 48,13
Kota Jakarta Barat Kembangan 129,54
Kota Jakarta Utara Koja 146,66
DKI Jakarta Kota Jakarta Pusat 662,33
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.
Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Kabupaten atau Kota di Provinsi Jawa
Barat, 2016
8
Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, diakses dari
https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1361, pada tanggal 21 Mei 2020 pukul 06.54.
Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentas e
Kabupaten
1. Bogor 2.710,62 7,66
2. Sukabumi 4.145,70 11,72
3. Cianjur 3.840,16 10,85
4. Bandung 1.767,96 5,00
5. Garut 3.074,07 8,69
6. Tasikmalaya 2.551,19 7,21
7. Ciamis 1.414,71 4,00
8. Kuningan 1.110,56 3,14
9. Cirebon 984,52 2,78
10. Majalengka 1.204,24 3,40
11. Sumedang 1.518,33 4,29
12. Indramayu 2.040,11 5,77
13. Subang 1.893,95 5,35
14. Purwakarta 825,74 2,33
15. Karawang 1.652,20 4,67
16. Bekas i 1.224,88 3,46
17. Bandung Barat 1.305,77 3,69
18. Pangandaran 1.010,00 2,85
Kota
1. Bogor 118,50 0,33
2. Sukabumi 48,25 0,14
3. Bandung 167,67 0,47
4. Cirebon 37,36 0,11
5. Bekas i 206,61 0,58
6. Depok 200,29 0,57
7. Cimahi 39,27 0,11
8. Tasikmalaya 171,61 0,49
9. Banjar 113,49 0,32
Jawa Barat 35.377,76 100,00
Menurut Badan Pusat Statistik provinsi Jawa Barat jumlah penduduk provinsi
Jawa Barat tahun 2012 mencapai 44.548.431 jiwa atau 18,24% penduduk
Indonesia, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 22.609.621 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 21.938.810 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2007-2012
berfluktuasi dan lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk Nasional. Fluktuasi
atau perubahan tersebut diakibatkan dari pertumbuhan migrasi penduduk (1,1%)
sementara pertumbuhan berdasarkan kelahiran (0,8%) Menurut data tahun 2011,
menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang terbuka untuk
keluar masuknya arus migrasi dari atau ke provinsi lain.
Sumber : Sensus Penduduk 2010 yang telah diolah terdapat pada Peraturan
RPJMD (Rencana Jangka Menegah Daerah) Provinsi Jawa Barat, Tahun 2013-
2018.
11
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2019. Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.
Provinsi DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Hlm 127-129.
haji yang diberangkatan tahun 2018 sebanyak 7,970 orang dimana yang paling
banyak dari kota Jakarta Timur.
Dalam permasalahan sosial salah satunya terjadi kriminaltitas jumlah tindak
kejahatan menurut pelanggaran keamanan dan ketertiban masyarakat
(KAMTIBMAS) tahun 2018 sebanyak 8.898 kejadian dengan jumlah pelanggaran
terbanyak adalah narkotika, yaitu sebanyak 3.336.
Dalam ukuran ekonomi meliputi pertanian seperti: tanaman pangan,
perikanan, dan perternakan. Tanaman pangan makanan dalam publikasi ini
meliputi tanamn padi sawah dan palawijaya yang terdiri dari tanaman jagung,
ketela pohon, dan kacang tanah. Berdasarkan survey pertanian pada tahun 2018
produksi tanaman padi sawah sebanyak 3,990 ton dengan rata-rata produksi
sebanyak 5,78 ton/ha. Sementara itu, tanaman palawijaya pada tahun ini tidak ber
produksi.12
Perikanan dalam publikasi ini meliputi perikanan tangkap dan perikanan
budidaya (laut, tambak, dan kolam). Berdasarkan data dari dinas ketahanan
pangan, kelautan, dan pertanian provinsi DKI Jakarta produksi ikan laut yang
masuk tempat pelelangan ikan pada tahun 2018 mencapai 214.731 ton dan ikan
darat mencapai 41.701 ton.
Pertenakan dalam jenis ternak yang paling banyak diusahakan di DKI Jakarta
pada tahun 2018 adalah kambing yaitu sebanyak 5.037 ekor. Sementara itu
populaasi itik atau itik manila pada tahun ini mencapai 19.978 ekor dimana
wilayah Jakarta Utara merupakan wilayah dengan populasi tertinggi.
Dalam industri pengolahan berdasarkan hasil survey industri besar atau
sedang tahunan terdapat 1.323 perusahaan di DKI Jakarta pada tahun 2015 yang
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 278.102 orang. Industri pengolahan yang
mendominasi adalah klasifikasi pakaian jadi yaitu sebanyak 281 perusahaan. Nilai
output perusahaan besar dan sedang pada tahun 2015 sebesar Rp. 321.847,12
Milyar.13
12
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2019. Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.
Provinsi DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Hlm 300-301.
13
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2019. Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.
Provinsi DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Hlm 428.
Sedangkan, kondisi sosial pada Provinsi Jawa Barat adalah menurut proyeksi
penduduk 2010-2035 BPS, Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Pembangunan daerah bidang sosial
berkaitan dengan kualitas manusia dan masyarakat provinsi Jawa Barat. Kondisi
tersebut tercermin pada kuantitas penduduk dan kualitas penduduk seperti
pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, seni budaya
dan keagamaan.14
Dalam lima tahun terakhir, jumlah penduduknya selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2017, jumlahnya diperkirakan mencapai 48,04 juta orang
atau 18,34% dari jumlah penduduk Indonesia, dan pada tahun 2020 diperkirakan
mencapai 49,94 juta jiwa. Meski demikian, laju pertumbuhan penduduknya
mengalami perlambatan dari tahun 2013 hingga 2017. Laju pertumbuhan
penduduk tahun 2013 sebesar 1,56% dan pada 2017 menjadi 1,39%.15
Pembangunan kebudayaan di Jawa Barat ditujukan untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai
daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif
budaya global. Pembangunan seni dan budaya di Jawa Barat sudah mengalami
kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya
dan penggunaan bahasa daerah sunda, Cirebon, dermayu, dan melayu betawi
sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa Barat.
Namun, disisi lain upaya peningkatan jati diri masyarakat Jawa Barat seperti
solidaritas sosial, perhargaan terhadap nilai budaya, dan bahasa masih perlu terus
diingatkan. Budaya berperilaku positif seperti kerja keras, gotong royong,
kebersamaan, dan kemandirian dirasakan makin memudar.
Kualitas kehidupan beragama di Jawa Barat menunjukan kesadaran
masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan
bermasayarakat.kondisi tersebut menciptakan hubungan yang harmonis dan
kondusif baik antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama.
14
https://jabarprov.go.id/root/rpjpd/Bab%202s.pdf (diakses pada 26 Mei 2020).
15
https://www.ayobandung.com/read/2018/12/20/42047/tingkat-kesejahteraan-penduduk-di-
provinsi-jawa-barat-membaik (diakses pada 26 Mei 2020)
Namun, masih dihadapi munculnya ajaran-ajaran sesat yang tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah agama yang mengganggu kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pasca krisis tahun 1997 menunjukkan
kecendurungan meningkat. Peningkatan tersebut dikontribusikan oleh tiga sektor
pertanian. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang di tandai dengan masih tingginya
jumlah penduduk miskin dan pengangguran.
Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah yang
mampu memberikan kontribusi ekonomi sebesar 44,68 %. Hal tersebut didukung
oleh jumlah kawasan industri di jawa barat masih rendah yang disebabkan oleh
tingginya ketergantungan pada bahan baku impor, rendahnya kemampuan, dan
keterampilan sumber daya industri serta tingginya pencermaran limbah industri.
Dalam peranan usaha mikro, kecil, dan menengah dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi dirasakan belum optimal. Hal tersebut disebabkan
kurangnya efektifitas fungsi dan peranan usaha mikro, kecil, dan menengah dalam
pembangunan masih tingginya kredit komsumsi dibandingkan dengan kredit
investasi sehingga kurang menopang aktifitas sektor rill.
BAB III
16
https://www.kompasiana.com/opytrsn26/5e92b4bdd541df68934af764/dampak-social-
distancing-terhadap-dunia-pendidikan
BAB IV
SIMPULAN
Sumber Buku
Sumber Non-Buku