Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH PENERAPAN SOCIAL (PHYSICAL) DISTANCING

TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT JABODETABEK

Laporan Penelitian
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial
Kelas Sejarah C

Disusun Oleh:
Fildza Arumsari 13030118120016
Tsaqifa Nurul Maghfira 13030118140067
Erisca Dwi Putri 13030118140070
Rizky Adinda Aneswari 13030118140084
Fitria Rachmawati Putri 13030118130093

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO


SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatakan ke hadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini yang berjudul ”PENGARUH PENERAPAN SOCIAL
(PHYSICAL) DISTANCING TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT
JABODETABEK” tepat pada waktunya sehingga dapat memenuhi sebagai syarat
utama untuk menyesaikan mata kuliah Metode Penelitian Sosial pada program
Strata-1 (S1) Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Adapun tujuan dari penulisan laporan penelitian ini selain untuk
menyelesaikan mata kuliah Metode Penelitian Sosial, terdapat tujuan lain yaitu
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya dalam wilayah Jabodetabek
untuk mengetahui dan menyadarkan akan betapa bahayanya pandemi Covid-19
ini. Sebetulnya, pandemi Covid-19 ini bisa ditanggulangi yaitu dengan cara
membuat program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dimana
program ini juga terkait dengan penerapan sosial (physical) distancing.
Dalam penelitian ini kami akan berfokuskan kepada masyarakat Indonesia
khususnya di wilayah Jabodetabek yang terkena dampak dari adanya pandemik ini
seperti Karyawan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Mahasiswa, Pelajar, Ojek Online
(Ojol) dan lain sebagainya. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga akan
menyimpulkan apakah siap dan siaga dalam penerapan social (physical)
distancing khususnya dalam wilayah Jabodetabek serta pengaruhnya terhadap
perilaku masyarakat. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada segenap pengajar mata kuliah Metode Penelitian Sosial Departemen
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitasm Diponegoro yang tidak dapat
disebutkan satu per satu atas pembekalan dalam enyesaikan laporan penelitian ini,
tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada responden yang sudah
memberikan kontribusi dan opini mengenai materi yang sedang dianalisa oleh
penulis, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
penelitian ini semoga bantuan dan partisipasinya mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa (YME). Akhir kata, penulis berharap semoga laporan
penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.

Semarang, 24 Juni 2020


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................3
1.4 Tinjauan Pustaka........................................................................................................5
1.5 Kerangka Teoritik.......................................................................................................7
1.6 Metode Penelitian.......................................................................................................9
1.6.1 Lokasi dan Objek Penelitian.............................................................................9
1.6.2 Metode Pengumpulan Data.............................................................................10
1.6.3 Metode Analisis Data......................................................................................11

BAB II GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN DAN KEHIDUPAN


MASYARAKATNYA.............................................................................................................12

2.1 Kondisi Geografis Berisi Tentang Letak, Topografi, dan Batas Wilayah
Masyarakat Jabodetabek...........................................................................................12
2.2 Kondisi Demografis Berisi Tentang Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Masyarakat Jabodetabek
..................................................................................................................................15
2.3 Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi, Agama dan Permasalahan Sosial
Masyarakat Jabodetabek...........................................................................................18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................23

3.1 Hasil Data Survey Melalui Google Form.................................................................23


3.2 Hasil Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Asal
Wilayah Masyarakat Jabodetabek............................................................................25
3.3 Kegiatan Sosial yang Paling Berpengaruh Sehubung Dengan Adanya
Imbauan Penerapan Social (Physical) Distancing Bagi Masyarakat
Wilayah Jabodetabek................................................................................................25
3.4 Dampak Positif dari Adanya Imbauan Penerapan Social (Physical)
Distancing Bagi Masyarakat Wilayah Jabodetabek.................................................26
3.5 Dampak Negatif dari Adanya Imbauan Penerapan Social (Physical)
Distancing Bagi Masyarakat Wilayah Jabodetabek.................................................28

BAB IV SIMPULAN...............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta


2018.....................................................................................................13

Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,


2016……………………………………………………………….....15

Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012-
2016………………………………………………………………….16
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pasien yang Terjangkit Virus Corona di Wuhan………………......5


Gambar 2.1 Peta Wilayah DKI
Jakarta………………………………………...12
Gambar 2.2 Peta Wilayah Jawa Barat………………………………………....14
Gambar 2.3 Piramida Penduduk DKI Jakarta Tahun 2016……………………17
Gambar 2.4 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jawa Barat
Tahun 2007-2012…………………………………………………17
Gambar 2.5 Piramida Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun
2010…………….18
Gambar 3.1 Hasil Survey Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden…………….23
Gambar 3.2 Hasil Survey Berdasarkan Umur
Responden……………………..23
Gambar 3.3 Hasil Survey Berdasarkan Asal Wilayah
Responden……………..23
Gambar 3.4 Hasil Survey Berdasarkan Kegiatan Sosial yang Terdampak
Menurut Responden………………………………………………24
Gambar 3.5 Hasil Survey Berdasarkan Dampak Positif dari Adanya Penerapan
Social (physical) Distancing Menurut
Responden………………..24
Gambar 3.6 Hasil Survey Berdasarkan Dampak Negatif dari Adanya Penerapan
Social (physical) Distancing Menurut
Responden………………..24
DAFTAR SINGKATAN

2019-nCoV = 2019-Novel coronavirus

ATM = Anjungan Tunai Mandiri

CDC = Centers for Disease Control and Prevention (Pusat


Pengendalian dan Pencegahan Penyakit)
COVID-19 = Coronavirus Disease
DAS = Daerah Aliran Sungai
DSB = Dan Sebagainya
FB = Facebook
ICU = Intensive Care Unit
IG = Instagram
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
IPTEK = Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
JABODETABEK = Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi
KAMTIBMAS = Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
MEDSOS = Media Sosial
OJOL = Ojek Online
PHK = Pemutusan Hubungan Kerja
PNS = Pegawai Negeri Sipil
POSKAMLING = Pos Keamanan Lingkungan
PSBB = Pembatasan Sosial Berskala Besar
PSK = Pekerja Seks Komersial
PTN = Perguruan Tinggi Negeri
PTS = Perguruan Tinggi Swasta
RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
SARS-CoV-2 = Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
SD = Sekolah Dasar
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMP = Sekolah Menengah Pertama
TK = Taman Kanak-Kanak
UNBK = Ujian Nasional Berbasis Komputer
UTBK = Ujian Tulis Berbasis Komputer
WA = Whatsapp
WNA = Warga Negara Asing
YME = Yang Maha Esa
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajemukan bangsa Indonesia tidak hanya terlihat dari beragamnya jenis


suku bangsa, namun terlihat juga dari beragamnya agama yang dianut penduduk.
Suasana kehidupan beragama yang harmonis di lingkungan masyarakat heterogen
dengan berbagai latar belakang agama terbangun karena toleransi yang saling
menghargai perbedaan.1
Berbagai kegiatan sosial budaya berciri gotong royong memperlihatkan
karakter masyarakat Indonesia yang saling menghormati antara berbagai
perbedaan golongan, suku bangsa, hingga agama. Dengan adanya hal itu,
menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki kebiasaan
dan tradisi sehingga sangat mempengaruhi perilaku masyarakat Indonesia.
Contohnya seperti kebiasaan berkumpul, mudik, perkawinan, dan kebiasaan
berdagang. Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2020 ini kebiasaan
ataupun tradisi tersebut harus berkurang karena adanya pandemi Covid-19.
Tahun 2020 ini menjadi tahun yang mendapatkan perhatian khusus untuk
seluruh umat manusia di seluruh dunia dan digoncangkannya dengan adanya
kemunculan pandemi Corona virus atau (Covid-19) ini. Sehingga, pandemi ini
telah membuat kepanikan dimana-mana. Ratusan ribu manusia terinfeksi dan

1
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/keragaman-indonesia
ribuan lainnya meninggal dunia dan juga nampak terlihat seperti zombie-zombie
karena adanya manusia yang tergelatak pingsan secara tiba-tiba di jalan.
Untuk di Indonesia sendiri khususnya di wilayah Jabodetabek, pemerintah
telah memberikan imbauan-imbauan kepada masyarakat dalam mengatasi wabah
ini agar berjalan dengan efektif dan efisien. Contohnya, dengan diberlakukannya
social (physical) distancing. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak
masyarakat Indonesia yang tidak mengindahkan ataupun menaaati imbauan ini
khususnya untuk penerapan social (physical) distancing.
Seperti dilansir pada Kompas.com, dalam kenyataannya memang physical
distancing tidak sepenuhnya dapat dipisahkan dengan social distancing. Akan
tetapi, social distancing di dalamnya memiliki dimensi relasi sosial dan
emosional. Oleh sebab itu, kebijakan social (physical) distancing kelihatannya
belum sepenuhnya dipahami secara baik oleh masyarakat sebagai strategi
pencegahan penyebaran Covid-19. Karena, sekalipun Covid-19 sangat meresahkan
masyarakat terkait dengan kesehatan dan keselamatan diri, namun ikatan relasi
sosial masih lebih kuat dalam perspektif masyarakat.
Peran dari perspektif interaksionis simbolik dalam social distancing dapat
dilihat pada perilaku masyarakat, dimana penggunaan istilah social distancing
menjadi dilema dalam penerapannya. Pertama, masyarakat kesulitan
menjalankan social distancing karena kebiasaan dalam kebersamaan, kerja sama,
solidaritas, dan sejenisnya sebagai bentuk dari interaksi sosial. Kedua, bagi
masyarakat awam beranggapan social (physical) distancing hanya sebatas
menjaga jarak, terlihat pada saat ketika berada di area publik seperti ketika
melakukan antrean di anjungan tunai mandiri (ATM).2
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa latar belakang
pemberlakuan social (physical) distancing, bentuk-bentuk penerapan social
(physical) distancing, pengaruh sosial (physical) distancing terhadap perubahan
perilaku masyarakat Jabodetabek, serta solusi apa yang tepat untuk masyarakat
jabodetabek dalam menghadapi penerapan social (physical) distancing.

2
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/30/142329065/social-distancing-dan-
hambatannya-dalam-sosio-kultural-indonesia
1.2 Permasalahan

Permasalahan yang terjadi khususnya untuk di wilayah Jabodetabek adalah


seiring dengan munculnya virus Covid-19 ini pemerintah telah memberikan
imbauan-imbauan kepada masyarakat dalam mengatasi wabah ini agar berjalan
dengan efektif dan efisien. Contohnya, dengan diberlakukannya social (physical)
distancing. Akan tetapi, pada kenyataannya masih ditemukan masyarakat
Jabodetabek yang tidak mengindahkan ataupun menaaati imbauan ini sehubungan
dengan itu juga berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat. Adapun
rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya pemberlakuan penerapan social
(physical) distancing?
2. Bagaimana bentuk-bentuk penerapan social (physical) distancing?
3. Apa saja pengaruh social (physical) distancing terhadap perubahan
perilaku masyarakat jabodetabek?
4. Apa solusi yang tepat untuk masyarakat jabodetabek dalam menghadapi
penerapan social (physical) distancing?

1.3 Tujuan Penelitian

Setelah melihat latar belakang dan permasalahan yang penulis kemukakan


diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan latar belakang terjadinya pemberlakuan penerapan
social (physical) distancing khususnya untuk wilayah jabodetabek yaitu
Mengacu Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan
Masyarakat Covid-19 di Indonesia, social (physical) distancing atau
pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam
suatu wilayah. Pembatasan sosial dilakukan oleh semua orang di
wilayah yang diduga terinfeksi penyakit.
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) adalah salah satu cara yang
tepat untuk mengurangi pencegahan terjadinya penyebaran virus Covid-
19 ini dengan tujuan untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit
di wilayah tertentu. Selain itu, pembatasan sosial juga dilakukan
dengan meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi sosial mereka
dengan tetap tinggal didalam rumah maupun pembatasan penggunaan
transportasi publik. Social (physical) distancing atau yang belakangan
dianggap lebih tepat sebagai physical distancing (pembatasan interaksi
fisik), menjadi bagian pencegahan level masyarakat. Selain level
masyarakat, pencegahan penyebab Covid-19 juga wajib dilakukan di
level individu.
2. Untuk menjabarkan dan menginformasikan bentuk-bentuk penerapan
social (physical) distancing seperti dilansir pada liputan6.com dengan
berbagai sumber yang ada yaitu lakukan rapat secara online
dibandingkan bertemu langsung jika memungkinkan bekerja dari
rumah, batalkan rencana bepergian ke acara ramai termasuk pesta
pernikahan sekalipun, untuk menjaga silaturahmi jangan bertemu
dengan teman atau saudara di tempat umum melainkan gunakan
teknologi seperti chatting maupun video call, batasi aktivitas ke luar
kota atau ke luar negeri, mulai membeli barang-barang kebutuhan
pokok secukupnya misalnya untuk stok selama 2 minggu atau 14 hari
agar tidak perlu terlalu sering keluar rumah untuk berbelanja jika
memungkinkan pesan kebutuhan sehari-hari Anda secara online agar
tidak perlu keluar rumah.3
3. Untuk menginformasikan pengaruh apa saja yang terjadi pada
penerapan social (physical) distancing terhadap perubahan perilaku
masyarakat jabodetabek. Akan tetapi pengaruh yang terjadi tidak
melulu soal pengaruh yang negatif namun pengaruh positif juga
terdapat didalamnya antara lain seperti keterbatasan dalam beribadah
bersama, biaya komunikasi yang tinggi, kenaikan biaya listrik, serta
keterbatasan distribusi dan transportasi, sedangkan pengaruh positifnya
adalah menghambat penyebaran virus, inovasi teknologi komunikasi,

3
https://www.liputan6.com/bola/read/4222019/7-bentuk-social-distancing-untuk-mencegah-
penyebaran-corona-covid-19
inovasi teknologi pendidikan, dan inovasi dalam bisnis daring atau
online.
4. Untuk menginformasikan bagaimana solusi yang tepat untuk
masyarakat khususnya wilayah jabodetabek dalam menghadapi
penerapan social (physical) distancing yaitu dengan cara harus selalu
mengikuti aturan ataupun imbauan dari adanya penerapan social
(physical) distancing ini seperti bekerja dari rumah, belajar dari rumah,
dan lain sebagainya sambil menerapkan dan menjaga kesehatan seperti
mencuci tangan ketika sehabis keluar dari rumah ataupun memegang
sesuatu, memakai masker ketika keluar rumah dan lain-lain.

1.4 Tinjauan Pustaka

Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di


Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti,
tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Sampel yang diteliti
menunjukkan etiologi corona virus baru.
Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus
(2019-nCoV), kemudian World Health Organization (WHO) mengumumkan
nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV-2). Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar
secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya (Adityo, et al.,
2020).
Gambar 1.1 Pasien yang Terjangkit Virus Corona di Wuhan
Sumber: https://republika.co.id/berita/q7ffh4380/pertama-kali-tidak-ada-
pasien-covid19-baru-di-wuhan
Saat ini ada sebanyak 65 negara terinfeksi virus corona. Menurut WHO per
tanggal 20 Maret jumlah penderita 90.308 terinfeksi Covid-19. Di Indonesia pun
sampai saat ini terinfeksi 2 orang. Angka kematian mencapai 3.087 atau 2,3%
dengan angka kesembuhan 45.726 orang. Terbukti pasien konfirmasi Covid-19 di
Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan
seorang warna negara asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah
pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk, dan sesak nafas
(WHO, 2020)4
Berdasarkan data sampai dengan 2 Maret 2020, angka mortalitas di
seluruh dunia 2,3% sedangkan khusus di kota Wuhan adalah 4,9% dan di
provinsi Hubei 3,1%. Angka ini di provinsi lain di Tiongkok adalah
0,16%. 8,9 Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di Wuhan
terdapat 6 orang meninggal; (5 orang pasien di Intensive Care Unit (ICU)
dan 1 orang pasien non-ICU) (Huang, et al., 2020).
Komunikasi pada hakikatnya adalah utama yang digunakan manusia untuk
bisa hidup sampai saat ini. Komunikasi adalah cara agar kita saling mengerti dan
saling memahami apa yng diinginkan oleh orang lain dan begitupun sebaliknya.
Pada awalnya, sebelum mengenal bahasa komunikasi manusia berupa suara

4
WHO, 2020. WHO Director-General’s remakes at the media briefing on 19-nCov on 11 February
2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on: https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-
generals-remakes-at-the-media-briefing-on-2019-nCov-on-11-february-2020 (12 Februari 2020).
teriakan yang digunakan untuk saling memanggil dan saling mengenali setelah itu
berkembang dengan adanya alat sehingga komunikasi menggunakan media seperti
kentungan, bedug, atau hal-hal yang bisa didengar oleh banyak orang.
Setelah itu, munculah bahasa sehingga orang bisa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa. Komunikasi dengan bahasa ini dilakukan dengan cara
verbal dan digunakan oleh hampir semua orang diseluruh dunia dan dilakukan
dalam waktu yang cukup lama dibandingkan dengan fase sebelumnya. (Bungin,
2009)5
Namun begitu komunikasi berkembang lagi dengan adanya jaringan internet
yang dapat menghubungkan orang di seluruh dunia. Adanya internet ini
memunculkan media baru dan memunculkan berbagai media sosial baru salah
satunya whatsapp (WA). Media sosial (MEDSOS) sendiri diartikan sebagai sarana
yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara
menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan
dan komunitas virtual. Media sosial juga bisa diartikan sebagai alat yang
memungkinkan penggunanya mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
bekerja sama, berbagi, dan berkomunikasi dengan pengguna lain dan membentuk
ikatan secara virtual (Nasrullah, 2016).
Sejak internet menjadi konsumsi masyarakat luas, munculah Facebook (FB)
sebagai media sosial baru yang memungkinkan orang untuk bisa mengunggah
foto, membuat status, dan menyebar berita bahkan memuat curhat di media
Facebook (FB). Kemunculan Facebook membuat perubahan besar dalam media
sosial dan berpengaruh terhadap perubahan komunikasi di masyarakat (Juju &
Sulianta, 2010).
Facebook pun menjadi salah satu inspirasi yang memunculkan medsos baru
yang lebih beragam dan lebih inovatif. Maka muncullah medsos baru seperti
twitter, line, Instagram (IG), Whatsapp (WA), dan medsos lain yang juga
memungkinkan orang untuk terhubung dengan jaringan dunia maya yang luas.
Keberadaan Facebook (FB) yang menjadi medsos utama pun mulai tergeser
karena berkembangnya smartphone yang memugkinkan masyarakat untuk

5
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
mengakses Media Sosial (MEDSOS) lain secara mudah dan cepat. Namun begitu,
menurut data hootsuite per April 2017 Facebook masih menduduki peringkat
pertama pengguna terbanyak dan diikuti oleh Youtube, WA dan Instagram (Afina,
2018).

1.5 Kerangka Teoritik

Kasus positif corona virus atau Covid-19 di Indonesia terus meningkat hari
demi hari. Menanggapi hal tersebut, pemerintah menstimulasi mobilisasi
masyarakat agar penularan virus Covid-19 tidak bertambah luas dengan
diadakannya imbauan khususnya untuk penerapan social atau physical distancing.
Dikarenakan pandemi corona virus atau Covid-19 ini merupakan pandemi
dunia, maka yang terkena dampaknya juga merupakan semua kalangan dengan
berbagai aktivitas di seluruh dunia yang sudah mengambil kebijakan terkait
pembatasan mobilisasi ini.
Pandemi Covid-19 merupakan bentuk bahaya (hazard) yang memiliki potensi
mengancam segala aspek kehidupan masyarakat seperti sosial, ekonomi, kesehata
n, dan psikologis. Dampak pada masyarakat di Indonesia tentu tidak berbeda jauh
dengan masyarakat di negara lain yang juga sama sedang menghadapi pandemi C
ovid-19.
Kondisi kerentanan sosial (social vulnerability) menjadi realitas nyata yang te
rjadi pada masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kerentanan sosial m
enjadikan posisi ketahanan masyarakat (community resilience) mengalami guncan
gan (shock) akibat pandemi Covid-19.
Trending tagar #DiRumahAja juga turut membantu menyukseskan gerakan
pembatasan mobilisasi ini, yang mana dalam prosesnya menimbulkan pro dan
kontra. Dilihat dari dampak positif, gerakan social (physical) distancing ini sangat
nyata berpengaruh memperlampat laju penyebaran virus corona atau Covid-19 di
Indonesia maupun di negara-negara lainnya.
Namun pada dampak negatif, kondisi saat ini justru menjadikan ketahanan
masyarakat mengalami kerentanan sosial. Kerentanan sosial membuat
produktivitas menurun, mata pencarian terganggu, dan munculnya gangguan
kecemasan sosial di masyarakat (seperti kepanikan).
Hal inilah yang bisa kita lihat mengapa instruksi mengenai physical
distancing tidak berjalan dengan efektif. Sebab instruksi physical distancing
dianggap menciptakan kerentanan sosial pada masyarakat, khususnya masyarakat
yang memiliki status pekerjaan informal yang sumber pemasukan ekonominya
didapat sehari-hari dan tidak memiliki gaji pokok tetap (seperti pedagang dan ojek
online).
Dampak kerentanan sosial dapat membuat masyarakat melakukan tiga
tindakan yang saling terkait, yaitu tindakan apatis, tindakan irasional, dan
tindakan kriminal. Hal ini bisa kita lihat pada fenomena masyarakat yang terjadi
saat ini. Sehingga apa yang terjadi pada masyarakat merupakan kulminasi dari
kerentanan sosial yang kini sedang dihadapi oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan menelaah cakupan dampak yang
terjadi di beberapa kalangan masyarakat di wilayah Indonesia. Adapun kegiatan-
kegiatan yang akan diteliti oleh penulis akibat terpengaruh oleh dampak kebijakan
pemerintah social (physical) distancing diantaranya:
1. Kegiatan keagamaan (shalat berjamaah, pengajian, ibadah di gereja)
2. Kegiatan adat atau tradisi (hajatan, pernikahan)
3. Kebiasaan berkumpul (cafe, pos kamling)
4. Kegiatan pendidikan
5. Kegiatan pekerjaan atau usaha harian
Penelitian ini dapat membantu kita melihat tindakan masyarakat apakah
masyarakat akan termasuk dalam kelompok apatis, yang dimana mereka masih
tetap melakukan kegiatan berkumpul dan pulang ke kampung halaman, atau
apakah termasuk dalam tindakan irasional, yang mana kehilangan
kemanusiaannya dengan menolak warga yang meninggal karena terjangkit Covid-
19 untuk dikebumikan di lingkuran mereka, atau apakah masyarakat juga
bertindak criminal dikarenakan naluri untuk mempertahankan ekonomi keluarga
di tengah pandemi ini, seperti penimbunan masker, maupun pemalsuan hand
sanitizer.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode ini dianggap paling tepat untuk meneliti persoalan terhadap
fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode penelitian ini, peneliti
meneliti tentang dampak penerapan social (physical) distancing terhadap perilaku
masyarakat Jabodetabek.

1.6.1 Lokasi dan Objek Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah wilayah
Jabodetabek. Alasan memilih wilayah ini sebagai lokasi penelitian
karena wilayah ini banyak masyarakat yang terdampak virus corona
sehingga adanya imbauan pemerintah yang berupa penerapan social (p
hysical) distancing.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat Jabodetabek.

1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah seba


gai berikut:

1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara men
gumpulkan data melalui pengamatan secara langsung pada suatu kegiat
an yang sedang berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan cara men
gamati melalui hasil survey dan pengamatan melalui media baik media
social maupun media massa peneliti menggunakan alat komunikasi seb
agai jembatan untuk menghubungi narasumber.
Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama penelitian untuk meng
optimalkan data dari hasil survey mengenai pengaruh penerapan social
(physical) distancing terhadap perilaku masyarakat Jabodetabek.
2. Survey dan Deskriptif Kuantitatif
Pada penelitian ini dilakukan survey dan deskriptif kuantitatif yang
dimana survey memliki pengertian yaitu bentuk penelitian yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang karateristik, tindakan,
dan pendapat yang mewakili populasi melalui kuesioner ataupun
wawancara. Sehubungan dengan itu pula, hasil dari survey-survey
yang telah diperoleh dan diolah menjadi deskriptif kuantitatif atau
dengan kata lain angka-angka yang diperoleh atau yang telah diolah
dari survey yang berupa kuesioner ini dijelaskan sesuai dengan fokus
pembahasan penelitian ini.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan untuk melengkapi data primer. Atau prime
r merupakan data pokok dari permasalahan yang sedang dibahas. Data
yang diperoleh dari studi kepustakaan merupakan data sekunder yang
memperkuat data primer. Data sekunder berkaitan dengan masalah yan
g diteliti.
Data yang diperoleh dari studi pustaka, lebih efektif, dan efisien. St
udi pustaka ini melibatkan berbagai literatur disiplin ilmu lainnya, sepe
rti dari berbagai disiplin ilmu sejarah, antropologi budaya, sastra, sosio
logi, politik, dan persenjataan tradisional. Berbagai kajian disiplin ilmu
tersebut, oleh penulis diklasifikasikan lalu disusun dan dirumuskan sel
anjutnya dianalisis.

1.6.3 Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan teknik analisis
kualitatif seperti obeservasi, survey dan deskriptif kuantitatif, serta studi
pustaka.
BAB II

GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN DAN KEHIDUPAN


MASYARAKATNYA

2.1 Kondisi Geografis Berisi Tentang Letak, Topografi, dan Batas Wilayah
Masyarakat Jabodetabek
Kondisi geografis luas wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah seluas 7.660 km 2
dengan luas daratan sebesar 662,33 km2 termasuk 110 pulau yang tersebar di
Kepulauan Seribu dan luas lautan sebesar 6.997,5 km2.
Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah yang terletak pada posisi
5o19’12” Lintang Selatan - 6o23’54” Lintang Selatan dan 106o22’42” Bujur Timur
- 106o58’18” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata ±7 meter di atas
permukaan laut.6

Gambar 2.1 Peta Wilayah DKI Jakarta

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.

DKI Jakarta juga merupakan wilayah dengan jumlah waduk atau situ yang
relatif banyak. Sungai atau kanal yang melewati DKI Jakarta ada sebanyak 17
sungai. Berdasarkan posisi geografisnya Provinsi DKI Jakarta memiliki batas-
batas sebagai berikut:
 Sebelah Utara membentang pantai dari barat sampai ke timur sepanjang
± 35 km, berbatasan dengan Laut Jawa
 Sebelah Timur dan sebelah Selatan dengan Provinsi Jawa Barat
 Sebelah Barat dengan Provinsi Banten
Administrasi pemerintahan, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 kota
administrasi yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan
Jakarta Timur dan 1 kabupaten administrasi yaitu Kepulauan Seribu.

Tabel 2.1 Luas Daerah Menurut Kabupaten atau Kota di Provinsi DKI
Jakarta 2018
6
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022.
Hlm. II-5.
Kabupaten/Kota Ibukota Luas Area(km2)
Kabupaten/Kota
(1) (2) (3)
Kepulauan Seribu Pulau Pramuka 8,70
Kota Jakarta Selatan Kebayoran Baru 141,27
Kota Jakarta Timur Cakung 188,03
Kota Jakarta Pusat Menteng 48,13
Kota Jakarta Barat Kembangan 129,54
Kota Jakarta Utara Koja 146,66
DKI Jakarta Kota Jakarta Pusat 662,33
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.

Kondisi geografis luas wilayah Provinsi Jawa Barat adalah 35.377,76 km 2.


Provinsi Jawa Barat secara astronomis terletak antara 5 o50’-7 o
50’ Lintang
Selatan dan 104 o 48’-108 o 48’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:7
 Sebelah Utara dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta
 Sebelah Timur dengan Provinsi Jawa Tengah
 Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia
 Sebelah Barat dengan Provinsi Banten

Gambar 2.2 Peta Wilayah Provinsi Jawa Barat

Sumber : Website Pemerintah Provinsi Jawa Barat


(https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/99)
7
Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, diakses dari
https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1361, pada tanggal 21 Mei 2020 pukul 06.53.
Kondisi alam yang dimiliki oleh provinsi Jawa Barat dengan struktur geologi
yang kompleks memiliki wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan
serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi
hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai
22,10% dari luas Jawa Barat dengan curah hujan berkisar antara 2000-4000
mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi yang memiliki 40 Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 miliar m 3/tahun dan air tanah 150
juta m3/th.
Wilayah Jawa Barat secara administratif pemerintahan terbagi kedalam 27
Kabupaten atau Kota yang meliputi 18 Kabupaten yaitu Kabupaten Bogor,
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut,
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten
Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bandung Barat serta 9 Kota yaitu
Kota Bogor, Kota Bandung, Kota Sukabumi, Kota Bekasi, Kota Cirebon, Kota
Cimahi, Kota Depok, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar. Terdiri dari 626
Kecamatan, 641 Kelurahan, dan 5.321 desa.8

Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Kabupaten atau Kota di Provinsi Jawa
Barat, 2016

8
Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, diakses dari
https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1361, pada tanggal 21 Mei 2020 pukul 06.54.
Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentas e

Kabupaten
1. Bogor 2.710,62 7,66
2. Sukabumi 4.145,70 11,72
3. Cianjur 3.840,16 10,85
4. Bandung 1.767,96 5,00
5. Garut 3.074,07 8,69
6. Tasikmalaya 2.551,19 7,21
7. Ciamis 1.414,71 4,00
8. Kuningan 1.110,56 3,14
9. Cirebon 984,52 2,78
10. Majalengka 1.204,24 3,40
11. Sumedang 1.518,33 4,29
12. Indramayu 2.040,11 5,77
13. Subang 1.893,95 5,35
14. Purwakarta 825,74 2,33
15. Karawang 1.652,20 4,67
16. Bekas i 1.224,88 3,46
17. Bandung Barat 1.305,77 3,69
18. Pangandaran 1.010,00 2,85
Kota
1. Bogor 118,50 0,33
2. Sukabumi 48,25 0,14
3. Bandung 167,67 0,47
4. Cirebon 37,36 0,11
5. Bekas i 206,61 0,58
6. Depok 200,29 0,57
7. Cimahi 39,27 0,11
8. Tasikmalaya 171,61 0,49
9. Banjar 113,49 0,32
Jawa Barat 35.377,76 100,00

Sumber : Dirjen PUM Kemendagri (Permendagri No. 56-2015)

2.2 Kondisi Demografis Berisi Tentang Laju Pertumbuhan Penduduk


Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Masyarakat
Jabodetabek

Kondisi Demografi Provinsi DKI Jakarta, Pertumbuhan penduduk dapat


dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Tahun 2018 jumlah penduduk
mencapai 10.846.145 jiwa9. Menurut jenis kelamin yang dilihat dari komposisi
penduduk, jumlah penduduk perempuan yaitu 5.376.535 jiwa atau 49, 80% lebih
banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.159.683 jiwa atau
50,20% dari jumlah keseluruhan penduduk di Provinsi DKI Jakarta tahun 2015.
Tahun 2016 Provinsi DKI Jakarta memiliki sex ratio sebesar 100,8 penduduk laki-
laki per 100 penduduk perempuan.10

Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun


2012-2016
9
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019, Hlm 135.
10
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022.
Hlm. II-26.
Sumber: Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang RPJMD Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2017-2022.

Di Provinsi DKI Jakarta jumlah penduduknya dari tahun ke tahun cenderung


terus meningkat, tahun 2015 meningkat sebesar 1,3%, tahun 2013 meningkat
sebesar 1,09%, tahun 2014 meningkat sebesar 1,06%, tahun 2015 meningkat
sebesar 1,09% dan tahun 2016 meningkat sebesar 0,98%. Provinsi DKI Jakarta
merupakan provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan
dengan provinsi lainnya di Indonesia dengan kepadatan penduduk 15,51 jiwa/km2.
Penduduk provinsi DKI Jakarta menunjukkan dominasi penduduk usia
produktif (15-64 tahun). Tahun 2016 usia produktif tercatat sebanyak 7.324.391
jiwa atau sebesar 71,27% dari total penduduk, penduduk yang belum produktif (0-
14 tahun) sebanyak 2.553.915 jiwa atau 24,85%, serta penduduk yang tidak
produktif lagi atau penduduk yang sudah melewati masa pensiun sebanyak 399.
302 atau 3,89%. Angka ketergantungan di Provinsi DKI Jakarta dengan struktur
penduduk tersebut tahun 2016 sebesar 40,32% yang berarti 100 penduduk usia
produktif DKI Jakarta akan menanggung secara ekonomis sebesar 40,32%
penduduk usia tidak produktif.

Gambar 2.3 Piramida Penduduk DKI Jakarta Tahun 2016


Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2018.

Menurut Badan Pusat Statistik provinsi Jawa Barat jumlah penduduk provinsi
Jawa Barat tahun 2012 mencapai 44.548.431 jiwa atau 18,24% penduduk
Indonesia, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 22.609.621 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 21.938.810 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2007-2012
berfluktuasi dan lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk Nasional. Fluktuasi
atau perubahan tersebut diakibatkan dari pertumbuhan migrasi penduduk (1,1%)
sementara pertumbuhan berdasarkan kelahiran (0,8%) Menurut data tahun 2011,
menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang terbuka untuk
keluar masuknya arus migrasi dari atau ke provinsi lain.

Gambar 2.4 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jawa


Barat Tahun 2007-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat, Tahun 2007-2012.


Komposisi penduduk Jawa Barat berdasarkan kelompok umur tahun 2010
secara demografis adalah kelompok umur 0-14 tahun sebesar 29,27%, kelompok
umur 15-59 tahun usia produktif sebesar 63,69%, serta kelompok umur 60 tahun
ke atas atau kelompok masyarakat lanjut usia sebesar 7,04%.

Gambar 2.5 Piramida Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Sumber : Sensus Penduduk 2010 yang telah diolah terdapat pada Peraturan
RPJMD (Rencana Jangka Menegah Daerah) Provinsi Jawa Barat, Tahun 2013-
2018.

2.3 Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi, Agama dan Permasalahan Sosial


Masyarakat Jabodetabek
Kondisi sosial wilayah DKI Jakarta khususnya banyak sekali masalah
sosial yang terjadi di Indonesia, terutama di DKI Jakarta. DKI Jakarta
adalah ibu kota Negara Indonesia. Sehingga segala pusat kegiatan
pemerintahannya berpusat di Jakarta. Karena pusat pemerintahan, Kota
DKI Jakarta menjadi pusat bisnis untuk investor asing maupun lokal.
Sehingga di DKI Jakarta terdapat gedung-gedung, perkantoran, mobil-
mobil, dan menyebabkan kesesakan di jalan yang kita sering temui setiap
jalan yang ada di DKI Jakarta. Walaupun kondisinya dengan penuh sesak
kota ini merupakan sumber mimpi masyarakat di Indonesia.
Hampir semua orang dari daerah menginginkan untuk datang ke DKI
Jakarta dan mempunyai status ekonomi yang lebih baik. Mereka semua
datang ke DKI Jakarta tanpa bekal yang cukup. Padahal, di DKI Jakarta
tidak menjanjikan kemajuan ekonomi bagi yang mendatanginya. Akan
tetapi, tetap saja semua orang datang ke DKI Jakarta dan rela bekerja
menjadi apa saja seperti tukang sapu, pemulung, pengemis, sampai pekerja
seks komersial (PSK), semua dikerjakan hanya agar tetap hidup di Jakarta.
Ukuran sosial di Jakarta seperti pendidikan pada tahun 2018, jumlah sekolah
di DKI Jakarta terdiri 2.284 Taman Kanak-kanak (TK), 2.476 Sekolah Dasar
(SD), 1.071 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 489 Sekolah Menengah Atas
(SMA), dan SMK sebanyak 817.683,363.538,170.957 dan 219.301 Untuk
perguruan tinggi negeri (PTN) tahun 2018 di DKI Jakarta sebanyak 5 PTN dan
terdapat 315 Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Mahasiswa yang terdaftar di
perguruan tinggi sebanyak 1.292.571 dengan jumlah tenaga pengajar 28.076
orang.11
Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta tahun 2018 sebanyak 373,12 ribu
orang. Kota administrasi Jakarta Utara merupakan wilayah dengan penduduk
miskin terbanyak yaitu sebesar 95,86 ribu orang sedangkan kepulauan seribu
merupakan wilayah dengan jumlah penduduk miskin paling sedikit yaitu
sebanyak 2,88 ribu orang. Indikator kemiskinan lainnya yaitu indeks kedalaman
dan keparahan kemiskina di DKI Jakarta pada tahun 2018 masing-masing sebesar
0,51 persen dan 0,11 persen. Indeks pembangunan manusia (IPM) DKI Jakarta
pada tahun 2018 sebesar 80,47 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya
yang sebesar 80,06 persen.
Dalam kebudayaan jumlah museum di DKI Jakarta pada tahun 2018
sebanyak 72 museum, yang terdiri dari 9 museum seni rupa, 17 museum arkeologi
dan sejarah, 3 museum ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), 9 museum
khusus, 28 museum umum, dan 6 museum kebun binatang dan aquria. Jumlah
pengunjung museum pada tahun ini sebanyak 3.468.983 orang meningkat 1,42
persen dibanding tahun sebelumnya.
Dalam sebuah agama di DKI Jakarta pada tahun 2018 sebanyak 8.785 dimana
yang paling banyak terdapat di kota administrasi Jakarta Timur. Jumlah Jamaah

11
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2019. Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.
Provinsi DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Hlm 127-129.
haji yang diberangkatan tahun 2018 sebanyak 7,970 orang dimana yang paling
banyak dari kota Jakarta Timur.
Dalam permasalahan sosial salah satunya terjadi kriminaltitas jumlah tindak
kejahatan menurut pelanggaran keamanan dan ketertiban masyarakat
(KAMTIBMAS) tahun 2018 sebanyak 8.898 kejadian dengan jumlah pelanggaran
terbanyak adalah narkotika, yaitu sebanyak 3.336.
Dalam ukuran ekonomi meliputi pertanian seperti: tanaman pangan,
perikanan, dan perternakan. Tanaman pangan makanan dalam publikasi ini
meliputi tanamn padi sawah dan palawijaya yang terdiri dari tanaman jagung,
ketela pohon, dan kacang tanah. Berdasarkan survey pertanian pada tahun 2018
produksi tanaman padi sawah sebanyak 3,990 ton dengan rata-rata produksi
sebanyak 5,78 ton/ha. Sementara itu, tanaman palawijaya pada tahun ini tidak ber
produksi.12
Perikanan dalam publikasi ini meliputi perikanan tangkap dan perikanan
budidaya (laut, tambak, dan kolam). Berdasarkan data dari dinas ketahanan
pangan, kelautan, dan pertanian provinsi DKI Jakarta produksi ikan laut yang
masuk tempat pelelangan ikan pada tahun 2018 mencapai 214.731 ton dan ikan
darat mencapai 41.701 ton.
Pertenakan dalam jenis ternak yang paling banyak diusahakan di DKI Jakarta
pada tahun 2018 adalah kambing yaitu sebanyak 5.037 ekor. Sementara itu
populaasi itik atau itik manila pada tahun ini mencapai 19.978 ekor dimana
wilayah Jakarta Utara merupakan wilayah dengan populasi tertinggi.
Dalam industri pengolahan berdasarkan hasil survey industri besar atau
sedang tahunan terdapat 1.323 perusahaan di DKI Jakarta pada tahun 2015 yang
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 278.102 orang. Industri pengolahan yang
mendominasi adalah klasifikasi pakaian jadi yaitu sebanyak 281 perusahaan. Nilai
output perusahaan besar dan sedang pada tahun 2015 sebesar Rp. 321.847,12
Milyar.13

12
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2019. Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.
Provinsi DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Hlm 300-301.
13
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2019. Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2019.
Provinsi DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Hlm 428.
Sedangkan, kondisi sosial pada Provinsi Jawa Barat adalah menurut proyeksi
penduduk 2010-2035 BPS, Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Pembangunan daerah bidang sosial
berkaitan dengan kualitas manusia dan masyarakat provinsi Jawa Barat. Kondisi
tersebut tercermin pada kuantitas penduduk dan kualitas penduduk seperti
pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, seni budaya
dan keagamaan.14
Dalam lima tahun terakhir, jumlah penduduknya selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2017, jumlahnya diperkirakan mencapai 48,04 juta orang
atau 18,34% dari jumlah penduduk Indonesia, dan pada tahun 2020 diperkirakan
mencapai 49,94 juta jiwa. Meski demikian, laju pertumbuhan penduduknya
mengalami perlambatan dari tahun 2013 hingga 2017. Laju pertumbuhan
penduduk tahun 2013 sebesar 1,56% dan pada 2017 menjadi 1,39%.15
Pembangunan kebudayaan di Jawa Barat ditujukan untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai
daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif
budaya global. Pembangunan seni dan budaya di Jawa Barat sudah mengalami
kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya
dan penggunaan bahasa daerah sunda, Cirebon, dermayu, dan melayu betawi
sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa Barat.
Namun, disisi lain upaya peningkatan jati diri masyarakat Jawa Barat seperti
solidaritas sosial, perhargaan terhadap nilai budaya, dan bahasa masih perlu terus
diingatkan. Budaya berperilaku positif seperti kerja keras, gotong royong,
kebersamaan, dan kemandirian dirasakan makin memudar.
Kualitas kehidupan beragama di Jawa Barat menunjukan kesadaran
masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan
bermasayarakat.kondisi tersebut menciptakan hubungan yang harmonis dan
kondusif baik antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama.

14
https://jabarprov.go.id/root/rpjpd/Bab%202s.pdf (diakses pada 26 Mei 2020).
15
https://www.ayobandung.com/read/2018/12/20/42047/tingkat-kesejahteraan-penduduk-di-
provinsi-jawa-barat-membaik (diakses pada 26 Mei 2020)
Namun, masih dihadapi munculnya ajaran-ajaran sesat yang tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah agama yang mengganggu kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pasca krisis tahun 1997 menunjukkan
kecendurungan meningkat. Peningkatan tersebut dikontribusikan oleh tiga sektor
pertanian. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang di tandai dengan masih tingginya
jumlah penduduk miskin dan pengangguran.
Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah yang
mampu memberikan kontribusi ekonomi sebesar 44,68 %. Hal tersebut didukung
oleh jumlah kawasan industri di jawa barat masih rendah yang disebabkan oleh
tingginya ketergantungan pada bahan baku impor, rendahnya kemampuan, dan
keterampilan sumber daya industri serta tingginya pencermaran limbah industri.
Dalam peranan usaha mikro, kecil, dan menengah dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi dirasakan belum optimal. Hal tersebut disebabkan
kurangnya efektifitas fungsi dan peranan usaha mikro, kecil, dan menengah dalam
pembangunan masih tingginya kredit komsumsi dibandingkan dengan kredit
investasi sehingga kurang menopang aktifitas sektor rill.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Data Survey Melalui Google Form

Gambar 3.1 Hasil Survey Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Gambar 3.2 Hasil Survey Berdasarkan Usia Responden

Gambar 3.3 Hasil Survey Berdasarkan Asal Wilayah Responden


Gambar 3.4 Hasil Survey Berdasarkan Kegiatan Sosial yang
Terdampak Menurut Responden

Gambar 3.5 Hasil Survey Berdasarkan Dampak Positif dari Adanya


Penerapan Social (physical) Distancing Menurut Responden

Gambar 3.6 Hasil Survey Berdasarkan Dampak Negatif dari Adanya


Penerapan Social (physical) Distancing Menurut Responden
3.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Asal Wilayah
Masyarakat Jabodetabek
Berdasarkan hasil survey dan observasi di atas, responden rata-rata
berjenis kelamin perempuan karena sebagian besar merupakan kolega dan
kenalan dari peneliti. Sementara sebagian besar responden berasal dari
Jabodetabek karena merupakan kolega dan kenalan dari peneliti dan
sementara sebagian besar responden berasal dari Jabodetabek karena
merupakan kolega dan kenalan dari peneliti. Berikut adalah rincian
perolehan hasil data responden yang sudah dikumpulkan melalui google
form.
Hasil data responden berdasarkan dari jenis kelamin yang terdiri dari
laki-laki yang mempunyai presentase sebesar 37,1 % sedangkan
perempuan memliki presentase sebesar 62,9%, sementara hasil data
responden berdasarkan dari usia karena rata-rata yang merespon itu usia
17-25 tahun itu memliki presentase sebesar 55, 7 % karena sebagian besar
merupakan teman-teman peneliti dan pengguna media sosial yang rata-rata
berusia antara 17-25 tahun.
Sementara sisanya memperoleh presentase seperti 26-35 memliki
sebesar 17, 1 %, 36-45 tahun memliki 12,9 % dan yang terakhir 45 tahun
ke atas memperoleh presentase sebesar 14,3 % dan hasil data responden
berdasarkan dari asal wilayah responden memperoleh presentase yang
berbeda yaitu seperti Depok memperoleh presentase sebesar 47,1 %,
Jakarta memperoleh presentase 17,1 %, Tangerang sebanyak 14,3 %,
Bekasi mendapatkan presentase sejumlah 14,3 % dan Bogor memperoleh
jumlah presentase sebanyak 9 %.

3.3 Kegiatan Sosial yang Paling Berpengaruh Sehubung Dengan Adanya


Imbauan Penerapan Social (Physical) Distancing Bagi Masyarakat
Wilayah Jabodetabek
Berdasarkan hasil survey dan observasi di atas, menurut sebagian
besar responden, kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah di masjid
merupakan kegiatan sosial yang paling terpengaruh oleh dampak social
(physical) distancing. Pembatasan kegiatan shalat berjamaah di masjid
atau bahkan himbauan beribadah di rumah sangat mempengaruhi kegiatan
sebagian besar masyarakat setiap harinya.
Kegiatan berikutnya yang terpengaruh oleh dampak social (physical)
distancing adalah kegiatan pendidikan. Peraturan belajar dari rumah
sangat merubah kegiatan pelajar dan mahasiswa yang mana setiap harinya
berkumpul di institusi pendidikan untuk menuntut ilmu.
Kegiatan pekerjaan maupun usaha harian juga sangat terpengaruh
akibat dampak social (physical) distancing. Pekerja yang dirumahkan
akibat terhentinya aktivitas jual beli mengakibatkan penurunan angka
perekonomian yang cukup drastis terutama bagi kelompok pekerja harian
yang langsung merasakan dampaknya dikarenakan tidak memiliki dana
aman untuk menunjang kehidupan sehari-hari selama beberapa bulan ke
depan tanpa bekerja.

3.4 Dampak Positif dari Adanya Imbauan Penerapan Social (Physical)


Distancing Bagi Masyarakat Wilayah Jabodetabek
Sehubungan dengan munculnya Covid-19 ini telah diimbaukan
adanya beberapa peraturan seperti pembatasan sosial berskala besar
(PSBB). Seperti dikatakan sebelum-sebelumnya salah satu imbauan
penerapan peraturan pembatasan sosial berskala besar ini yaitu dengan
cara melakukan social (physical) distancing. Akan tetapi, pasti setiap
diterbitkannya suatu peraturan akan timbul atau muncul dampak atau
pengaruh baik perngaruh yang positif maupun yang negatif. Begitu juga
dengan adanya imbauan khususnya untuk penerapan social (physical)
distancing ini bagi masyarakat wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi (JABODETABEK).
Dampak positif terbesar akibat dari penerapan social (physical)
distancing menurut responden adalah keberhasilan mengurangi dan
menghambat penyebaran virus. Berkurangnya kegiatan berkumpul dan
meningkatnya kesadaran kebersihan diri di kalangan masyarakat seperti
penggunaan masker, alat perlindungan diri, himbauan untuk selalu
mencuci tangan, dan sterilisasi di berbagai tempat sangat membantu untuk
menghambat penyebaran virus, dan mempermudah pihak berwajib untuk
melakukan penanganan.
Penerapan kebijakan ini juga memacu berbagai pihak yang memiliki
kompetensi untuk meningkatkan inovasi dalam segala bidang seperti
teknologi informasi, komunikasi, dan pendidikan yang menunjang, agar
kegiatan pnedidikan, bisnis maupun kegiatan sosial lain tidak terganggu.
Teknologi video call seperti Zoom, Microsoft Teams, Google Meet,
misalnya menjadi salah satu alternatif untuk melakukan pertemuan bisnis
ataupun media tatap muka online dalam kegiatan pendidikan, sehingga
tujuan pendidikan maupun bisnis tetap dapat dicapai tanpa melanggar
penerapan social (physical) distancing yang dicanangkan pemerintah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya berdasarkan hasil survey
dan observasi di atas, memang kegiatan sosial yang paling berpengaruh
dengan adanya penerapan social (physical) distancing adalah kegiatan
keagamaan seperti shalat berjamaah di masjid dan lain sebagainya.
Adapun menurut surat edaran no. 15 tahun 2020 kementerian agama
tentang panduan penyenggaraan kegiatan keagamaan di rumah ibadah
dalam mewujudkan masyarakat produktif dan aman Covid-19 dimasa
pandemi ini.
Kewajiban masyarakat di rumah ibadah antara lain: jamaah dalam
kondisi sehat, meyakini bahwa rumah ibadah yang digunakan telah
memilii surat keterangan aman dari Covid-19 dari pihak yang berwenang,
menggunakan masker sejak keluar rumah dan di area sekitar rumah
ibadah, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan
menggunakan sabun atau hand sanitizer, menghindari kontak fisik seperti
bersalam-salaman ataupun berpelukan dan tentunya menjaga jarak antar
jamaan minimal 1 meter atau dengan kata lain menerapkan social
(physical) distancing seperti yang telah diimbaukan oleh pemerintah.
Selain itu, dalam bidang ekonomi juga menghasilkan dampak positif maupun
negatif antara lain: meningkatnya daya beli produk lokal, pajak penghasilan
ditanggung pemerintah, kelonggaran membayar kredit, dan mendapat subsidi
listrik. Dari adanya dampak positif dalam bidang ekonomi ini juga sangat
mempengaruhi dalam salah satu kegiatan sosial yaitu kegiatan pekerjaan atau
usaha harian.

3.5 Dampak Negatif dari Adanya Imbauan Penerapan Social (Physical)


Distancing Bagi Masyarakat Wilayah Jabodetabek
Di sisi lain, dampak negatif terbesar dari penerapan social (physical)
distancing selain keterbatasan kegiataan keagaman dan beribadah adalah
kenaikan biaya listrik karena masyarakat menghabiskan lebih banyak
waktu di rumah, dan seluruh kegiatan rumah hampir sebagian besar
menggunakan listrik. Kegiatan daring (online) juga membutuhkan biaya
untuk pembelian paket data komunikasi yang juga mengalami peningkatan
selama penerapan kebijakan ini dijalankan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam salah satu kegiatan
sosial yaitu kegiatan pekerja atau usaha harian mendapatkan dampak
negatif dalam bidang ekonomi khususnya antara lain nilai rupiah sempat
tertekan terhadap dollar yang mengakibatkan kurs tidak stabil akan tatpi
pada akhir bulan April lalu rupiah telah berkisar 14.000-an per USD,
Terjadi penurunan inlasi yang tidak biasa dari bulan Maret ke April
sebesar 0,10% Badan Pusat Statistik (BPS) selama bulan April 2020
mencatat inflasi sebesar 0,08% month to month padahal kontribusi terbesar
dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini adalah konsumsi rumah
tangga, diberhentikannya perdagangan saham, banyaknya pekerja yang
dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan lebih
memilih usaha kecil-kecilan sendiri di rumah, keuangan digital meningkat,
dan lain sebagainya.
Dari segi kegiatan pendidikan dampak negatif dari adanya penerapan
social (physical) distancing ini seperti yang dilansir Kompasiana.com
antara lain membuat berbagai kegiatan yang melibatkan banyak orang
harus ditunda untuk sementara waktu atau bahkan ada yang terpaksa harus
sampai dibatalkan. Salah satunya pembatalan UNBK (Ujian Nasional
Berbasis Komputer) dan penundaan pelaksanaan UTBK (Ujian Tulis
Berbasis Komputer) yang merupakan dampak dari pemberlakuan social
distancing yang bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus
corona. Selain pembatalan UNBK pembelajaran tatap muka yang biasa di
lakukan di dalam kelas juga ikut ditiadakan dan diganti dengan
pembelajaran secara daring.16
Pembelajaran secara daring atau online ini menurut sebagian siswa
dinilai kurang tepat karena koneksi internet di berbagai daerah Indonesia
belum merata sehingga pembelajaran secara daring ini dinilai kurang
efektif serta menghambat proses pembelajaran. Sebagian besar siswa SMA
berpandangan bahwa dengan dialihkannya pembelajaran tatap muka secara
langsung ke pembelajaran daring ini membebankan siswa karena guru
hanya memberikan tugas dengan tenggat waktu yang relatif cepat dan
berdekatan dari satu tugas ke tugas lainnya tanpa memberikan materi
pembelajaran seperti yang seharusnya.

16
https://www.kompasiana.com/opytrsn26/5e92b4bdd541df68934af764/dampak-social-
distancing-terhadap-dunia-pendidikan
BAB IV

SIMPULAN

Social distancing merupakan salah satu langkah pencegahan dan


pengendalian infeksi virus Corona dengan menganjurkan orang sehat untuk
membatasi kunjungan ke tempat ramai dan kontak langsung dengan orang
lain. Kini, istilah social distancing sudah diganti dengan physical distancing oleh
pemerintah.
Ketika menerapkan social distancing, seseorang tidak diperkenankan untuk
berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1 meter saat berinteraksi dengan
orang lain, terutama dengan orang yang sedang sakit atau berisiko tinggi
menderita Covid-19. Berdasarkan hasil penelitian kami dari survey dan observasi
yang telah kami lakukan bahwa adanya imbauan penerapan social (physical)
distancing ini khususnya bagi masyarakat Jabodetabek sejauh ini sangat siap dan
siaga dilakukan untuk menekan jumlah penyebaran virus Covid-19 ini.
Akan tetapi, dampak dari penerapan kegiatan social (physical) distancing ini
dapat berupa dampak positif maupun negatif. Berikut beberapa dampak dari
social (physical) distancing berdasarkan hasil penelitian ini:
1. Dampak positif social (physical) distancing:
 Menghambat penyebaran virus
 Meningkatkan inovasi teknologi pendidikan
 Meningkatkan inovasi teknologi komunikasi
 Meningkatnya intensitas waktu bersama keluarga
 Menambah waktu rehat dan istirahat
 Lebih dekat dengan tuhan Yang Maha Esa (YME)
Selain dampak positif, penerapan social (physical) distancing juga
menimbulkan dampak negatif. Berikut dampak negatif dari penerapan social
(physical) distancing berdasarkan hasil penelitian ini:
2. Dampak negatif social (physical) distancing:
 Keterbatasan dalam kegiatan keagamaan dan beribadah
bersama
 Kenaikan biaya listrik
 Keterbatasan kegiatan belajar mengajar ( Praktikum, dsb)
 Keterbatasan kebiasaan berkumpul
 Keterbatasan kegiatan adat setempat
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

 Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
 Juju, D dan Sulianta, F. 2010. Hitam Putih Facebook. Elex Media
Komputindo.
 Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
 Moelog, Lexy J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Band
ung: PT. Remaja Rosdakarya.
 Nasrullah, R. 2015. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif da
n R&D. Bandung: Alfabeta.
 Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidik
an. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sumber Non-Buku

 Amna, Afina. “WhatsApp dan Konsep Jarak Sosial Baru Di Masyarakat”.


Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1. No. 2 (November, 2018). Hlm. 136.
 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2019. Provinsi DKI Jakarta
dalam Angka 2019. Provinsi DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi
DKI Jakarta.
 Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2020. Provinsi Jawa Barat
Dalam Angka 2020. Provinsi Jawa Barat: Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Barat.
 Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Zang, Li., Fan, G., etc.
2020. Clinical features of patients infections 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. The Lancet. 24 Jan 2020.
 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang RPJMD Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2017-2022.
 Peraturan RPJMD (Rencana Jangka Menegah Daerah) Provinsi Jawa
Barat, Tahun 2013-2018.
 Susilo, Adityo., Rumende, C. Martin., Pitoyo, Ceva W, dkk. “Coronavirus
Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini”. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, Vol. 7, No. 1 (Maret, 2020). Hlm 45.
 WHO, 2020. WHO Director-General’s remakes at the media briefing on
19-nCov on 11 February 2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals-remakes-at-
the-media-briefing-on-2019-nCov-on-11-february-2020 (diakses 12
Februari 2020).
 https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/keragaman-indonesia
(diakses pada 12 April 2020).
 https://www.indozone.id/life/WYsAgk/perbedaan-social-distancing-dan-
physical-distancing/read-all (diakses pada 12 April 2020).
 https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1361 (diakses pada 21 Mei
2020).
 https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/30/142329065/social-
distancing-dan-hambatannya-dalam-sosio-kultural-indonesia (diakses pada
25 Mei 2020).
 https://www.liputan6.com/bola/read/4222019/7-bentuk-social-distancing-
untuk-mencegah-penyebaran-corona-covid-19 (diakses pada 25 Mei
2020).
 https://republika.co.id/berita/q7ffh4380/pertama-kali-tidak-ada-pasien-
covid19-baru-di-wuhan (diakses pada 26 Mei 2020).
 https://www.ayobandung.com/read/2018/12/20/42047/tingkat-
kesejahteraan-penduduk-di-provinsi-jawa-barat-membaik (diakses pada 26
Mei 2020).
 https://jabarprov.go.id/root/rpjpd/Bab%202s.pdf (diakses pada 26 Mei
2020).
 https://www.alodokter.com/pentingnya-menerapkan-social-distancing-
demi-mencegah-covid-19 (diakses pada 1 Juni 2020)

Anda mungkin juga menyukai