Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN RESIDENSI

KESEHATAN IBU DAN ANAK


PUSKESMAS BALOWERTI KABUPATEN KEDIRI

OLEH :

TITIN ………………… ( …………….)


RETNO ……………… ( ……………. )
EMI YUNITA ( ……………. )
SARI PRATIWI A ( ……………. )
QURRATUL A’YUN ( ……………. )

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
2018
BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Residensi

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan terkait

kesehatan ibu dan anak berdasarkan analisis situasi nyata di Puskesmas Balowerti

yaitu Indikator Ibu, Anak, Gizi, Imunisasi, dan Kespro KB

b. Mampu menerapkan prioritas kebutuhan dan masalah kesehatan ibu dan anak

diPuskesmas Balowerti

c. Mampu menyusun tujuan dan alternative pemenuhan dan penyelesaian masalah

yang telah dirumuskan

d. Mampu mengusulkan rekomendasi alternative pemenuhan kebutuhan dan pelayanan

masalah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

C. Rumusan Masalah

D. Manfaat
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Masyarakat

Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakanilmu dan seni untuk

mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui upaya-

upayapengorganisasian masyarakat (Prasetyawati, 2011). Tujuannya untuk perbaikan

sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit-penyakit menular, pendidikan untuk

kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis

dini dan pengobatan, serta pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang

terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Masalah Kesehatan Masyarakat adalah multikausal, maka pemecahanya harus secara

multidisiplin.Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya

mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk

mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik,

mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental,

sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.

Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan

ilmu kesehatan masyarakat antara lain pemberantasan penyakit, baik menular maupun

tidak menular, perbaikan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan pemukiman,

pemberantasan vector, pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat, pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak, pembinaan gizi masyarakat, pengawasan sanitasi tempat-tempat

umum, pengawasan obat dan minuman dan pembinaan peran serta masyarakat.

Filsafat kesehatan masyarakat merupakan suatu kecintaan untuk mencapai

kebijaksanaan maksimal dalam bidang kesehatan masyarakat.Falsafah keyakinan terhadap

nilai – nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai tujuan dan dipakai sebagai pandangan
hidup. Falsafah kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut menurut Subekti,2005

meliputi : pelayanan kesehatan terjangkau dan dapat diperoleh oleh semua orang dan

merupakan bagian integral dari upaya kesehatan, upaya promotif dan preventif adalah

upaya tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, pelayanan kesehatan yang

diberikan pada klien yang berlangsung secara berkelanjutan, perawat sebagai provider dan

klien sebagai pelayanan kesehatan menjadi suatu hubungan yang saling mendukung dan

mempengaruhi perubahan pelayanan kesehatan, pengembangan tenaga kesehatan

masyarakat direncanakan dalam pelayanan kesehatan secara berkesinambungan, individu

dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya. Masyarakat juga harus

ikut mendorong, mendidik dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan

mereka sendiri.

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat, yaitu :

1. Perilaku / Gaya Hidup

Gaya hidup individu/masyarakat sangat mempengaruhiderajat kesehatan.Contohnya :

dalam masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat tradisionalmenuju

masyarakat modern, akan terjadi perubahangaya hidup pada masyarakat tersebut yang

akanmempengaruhi derajat kesehatan.

2. Lingkungan

Meliputi lingkungan fisik (baik natural ataubuatan manusia), dan sosiokultur (ekonomi,

pendidikan,pekerjaan dll). Pada lingkungan fisik, kesehatan akandipengaruhi oleh

kualitas sanitasi lingkungan dimana manusiaitu berada.

3. Keturunan

4. Pelayanan Kesehatan
B. PUSKESMAS

1. Pengertian

Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat menyeluruh

2. Tugas

Tugas pokok Dinas Kesehatan adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah

sesuai dengan asas otonomi serta kewajiban pembantuan dalam bidang kesehatan di

lingkup daerah atau kabupaten. Dalam melaksanakan tugasnya, Dinkes memiliki

beberapa fungsi, di antaranya adalah:

3. Fungsi perumusan kebijakan teknis di dalam bidang medis

1) Fungsi penyelenggara urusan pemerintah dan layanan umum dalam bidang medis di

ruang lingkup kabupaten

2) Fungsi pelaksanaan dan pembinaan tugas dalam bidang pelayanan, pencengahan

penyakit, dan rujukan, usaha kesehatan masyarakat, serta sumber daya kesehatan di

ruang lingkup kabupaten

3) Fungsi pemantauan, pelaporan, dan evaluasi dalam bidang medis di ruang lingkup

kabupaten

4) Fungsi pelaksana tugas kesekretariatan dinas

5) Fungsi pelaksana tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang diserahkan dari Bupati

sesuai dengan tugas pokok serta fungsinya.

4. Struktur Organisasi

1) Kepala Dinas (Kadin)


Kadin bertugas melasksanakan urusan pemerintah daerah sesuai asas otonomi

daerah dan tugas pembantuan dalam bidang kesehatan. Kadin bertugas untuk

merumuskan kebijakan baik kebijakan operasional maupun teknis terkait tentang

kesehatan, mengarahkan kegiatan dan penyusunan program dinas kesehatan sesuai

usulan tata usaha, UPTD, dan puskesmas. Kadin juga bertugas untuk memantau

pelaksanaan kegiatan dan program Dinkes, membina pelaksanaan program dengan

instansi terkait, membina pelaksanaan ketatausahaan, UPTD, dan bidangteknis;

melaporkan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program dinas pada

Bupati, serta mengevaluasi tiap pelaksanaan program secara periodik

2) Sekretariat

Sekretariat memiliki beberapa tugas pokok untuk membantu kerja Kadin dalam

menyelenggarakan pelayanan, perencanaan, mengendalikan, memantau,

mengevaluasi program, aset, dan pengembangan dalam bidang medis serta

melakukan pembinaan administrasi. Sekretariat atau sekretaris membawahi beberapa

kepala sub bagian yaitu:

a. Kepala Sub Bagian Perencanaan: Memiliki tugas membantu sekretariat untuk

melaksanaan perencanaan, pembinaan, pengendalian data, serta melakukan

evaluasi program dinas.

b. Kepala Sub Bagian Umum dan Pelayanan: Memiliki tugas untuk membantu

sekretaris menyelenggarakan fungsi ketatausahaan, rumah tangga, serta

pengelolaan administrasi kepegawaian.

c. Kepala Sub Bagian Keuangan: Memiliki tugas membantu sekretaris untuk

melaksanakan kegiatan anggaran berdasarkan kinerja serta pertanggungjawaban

keuangan.

C. Konsep Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


1. Definisi

a. SDGs

Sustainable Development Goals (SDG’s) merupakan pembaharuan tujuan dan

indikator target universal dari Negara anggota PBB yang akan membingkai setiap

agenda dan kebijakan politik Negara selama 15 tahun kedepan. Pada dasarnya

SDG’s akan mengikuti dan memperluas pencapaian MDG’s (Millenium

Development Goals).

Untuk kesehatan ibu dan anak, SDGs memiliki target pada tahun 2030,

mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan

seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga

12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH.

b. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Menurut WHO pengertian kesehatan ibu dan anak ialah kesehatanseorang

perempuan ketika masa kehamilan,masa persalinan,dan pasca melahirkan.Dari

pengertian kesehatan ibu dan anak,ini mencakup adanya dimensi, kesehatan

keluarga berencana, prakonsepsi, kehamilan, dan perawatan postnatal. 

Menurut UU No. 36 Tahun 2009 pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak adalah

pelayanan di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu

hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

Landasan teori kebijakan kesehatan ibu dan anak Kesehatan ibu, bayi, dan anak

Pasal 126-135 Pasal 126 (1) Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga

kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta

mengurangi angka kematian ibu. (2) Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. (3)
Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu, dan terjangkau. (4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu diatur dengan Peraturan

Pemerintah

c. Keluarga sehat

Keluarga sehat merupakan salah satu program nawa cita pemerintah. Yang

termasuk indikator keluarga sehat yang terkait dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan

Anak yaitu : Keluarga mengikuti KB, Ibu bersalin, Bayi mendapatkan imunisasi

dasar lengkap, Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan, Pertumbuhan balita

dipantau tiap bulan. Di dalam program keluarga sehat ada beberapa prioritas

program di dalam keluarga sehat yaitu :

1) Kesehatan Ibu

Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

2) Kesehatan anak

Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB)

d. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Kegiatan phbs yang terkait pelayanan kesehatan ibu dan anak meliputi :

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2) Memberi bayi ASI eksklusif

3) Penimbangan bayi dan balita.

2. Tujuan

Tujuan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya

untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia, serta


meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal

yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan

tujuan Khusus :

a) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap, dan perilaku) dalam mengatasi

kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam

upaya pembinaan kesehatan keluarga, Dasa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan

sebagainya.

b) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara

mandiri di dalam lingkungan keluarga, Dasa Wisma, Posyandu dan Karang Balita,

serta di sekolah TK.

c) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.

d) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

menyusui, bayi dan anak balita.

e) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh

anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,

terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya (Nolvian dan

Retnoningsih, 2012).

3. Bentuk Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

a. Menurut Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum

hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan

pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.


1. Antenatal Terpadu

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal

komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.

Indikator pelayanan Antenatal terpadu sebagai berikut :

a. Kunjungan pertama (K1) K1 adalah kontak pertama ibu hamil

dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk

mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.

Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester

pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.

b. Kunjungan ke-4 (K4) K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali

atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,

untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai

standar (1-1-2). Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: minimal

satu kali pada trimester I(0-12 minggu), minimal satu kali pada

trimester ke- 2(>12 - 24 minggu), dan minimal 2 kali pada

trimester ke-3 (> 24 minggu sampai dengan kelahiran). Kunjungan

antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada

keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.

c. Penanganan Komplikasi (PK) PK adalah penanganan komplikasi

kebidanan, penyakit menular maupun tidak menular serta masalah

gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan

diberikan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi.

Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang sering

terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eklampsia,

persalinanmacet, infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis, TB,


hipertensi, diabetesmeliitus, anemia gizi besi (AGB) dan kurang

energi kronis (KEK).

2. Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,

jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas.

b. Menurut Permenkes No. 25 tahun 2014 Pelayanan kesehatan Bayi, Anak

Balita dan Prasekolah ditujukan untuk meningkatkan kelangsungan dan

kualitas hidup Bayi, Anak Balita dan Prasekolah, yang harus dilakukan

melalui :

1) Pemberian ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan.

2) Pemberian ASI hingga 2(dua)tahun.

3) Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) mulai usia

6 (enam) bulan.

4) Pemberian imunisasi dasar lengkap bagi Bayi.

5) Pemberian imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib pada anak usia 18 bulan

dan imunisasi campak pada anak usia 24 bulan

6) Pemberian Vitamin A

7) Upaya pola mengasuh anak.

8) Pemantauan pertumbuhan.

9) Pemantauan perkembangan.

10) Pemantauan gangguantumbuh kembang.

11) MTBS
12) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat

waktu ke ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu

c. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

Ditujukan agar setiap Anak memiliki kemampuan berperilaku

hidup bersih dan sehat, memiliki keterampilan hidup sehat, dan

keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan

berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia

yang berkualitas.

4. Indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Beberapa indikator pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang dipakai untuk

PWS Kesehatan Ibu dan Anak meliputi indikator yang dapat menggambarkan

keadaan dalam program pokok Kesehatan Ibu dan Anak sebagai, antara lain :

a. Akses Pelayanan Antenatal (K1)

Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan

antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan

pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan

masyarakat.

b. Pelayanan ibu hamil (K4)

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan

antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi

waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke¬2 dan 2 kali pada

trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan

indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap

(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang


menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di

samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan

program Kesehatan Ibu dan Anak.

c. Persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu

wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat

diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan

ini menggambarkan kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan

Anak dalam pertolongan persalinan sesuai standar

d. Pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan

Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai

dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan

distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 har dan 36 – 42 har setelah bersalin

di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan menggunakan

indikator tersebut, dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap

(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang

menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di

samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan

program Kesehatan Ibu dan Anak.

e. Pelayanan neonatus pertama (KN 1)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai

standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan

pelayanan kesehatan neonatal.

f. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai

standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke

3-hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat

diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.

g. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat

Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang

ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke

tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Indikator

ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam

mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

h. Penanganan komplikasi Obstetri (PK)

Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai

dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan

dasar dan rujukan.Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian

tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus

komplikasi kebidanan.Indikator ini mengukur kemampuan manajemen

program Kesehatan Ibu dan Anak dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan

komplikasi.

i. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani


Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara

definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan

rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Penanganan

definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi

neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal.Kasus

komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa

melihat hasilnya hidup atau mati.Indikator ini menunjukkan kemampuan

sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus – kasus

kegawatdaruratan neonatal, yan kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan

kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

j. Kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan)

Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna

minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan 1 kal pada umur 3 –

bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kal pada umur 9 – 11

bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan

kualitas pelayanan kesehatan bayi.

k. Pelayanan anak balita (12 – 59 bulan)

Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh

pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x

setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian

vitamin A 2 x setahun.

D. ASI EKSKLUSIF

1. Pengertian
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada bayinya sampai

dengan 4-6 bulan pertama tanpa tambahan makanan apapun. Jadi hanya diberikan ASI

saja selama 4-6 bulan tanpa tambahan seperti susu formula, madu, air putih, sari buah,

biskuit atau bubur bayi. Karena manfaat ASI begitu besar baik itu manfaat pemberian

ASI bagi ibu maupun manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri.

Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian

ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan

mencegah masalah-masalah umum terjadi.

ASI Eksklusif harus diberikan kepada bayi dalam waktu 6 bulan pertamanya.

Setelah itu barulah bayi diperkenankan untuk diberikan makanan pendamping ASI

berupa bubur, sayur ataupun buah.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI, adalah:

a. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara

ibunya.

b. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri. 

2. Dukungan Bidan Dalam Memberikan ASI

b. Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan:

Memberikan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam

pertama.

c. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah

umum yang timbul.

d. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah

penting semakin sering bayi mengisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga

semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada
hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang

otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik/posisi

ibu dalam menyusui.

e. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).

Rawat gabung merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi

yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam

ruangan selama 24 jam penuh.

Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:

a) Aspek fisik

Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap

saat, tanpa jadwal. Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI

segera keluar.

b) Aspek fisiologis

Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui

sehingga bayi mendapatkan nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin

yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan

produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian

menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan/atau

dapat digunakan sebagai KB alami.

c) Aspek psikologis

Rawat gabung dapat menjalin hubungan baik antara ibu dan bayi atau

proses lekat ( early in fant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya

sentuhan badanniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi

mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan


psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif merupakan

kepuasan tersendiri.

d) Aspek edukatif

Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat

bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat dorongan suami dan

keluarga sangat dibutuhkan ibu. 

e) Aspek ekonomi

Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun

keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan

suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang di

butuhkan.

f) Aspek medis

Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau prilaku bayinya yang

menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas

kesehatan sekiranya ada hal-hal dianggap tidak wajar.

f. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi

disusui sesuai dengan keinginan (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri

kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7

menit dan asi dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang

dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh

pada rangsangan produksi berikutnya.

g. Memberikan kolostrum dan ASI saja.


ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi.

Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan

masing-masing ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan

prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan cukup bulan maka

sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.

h. Menghindari susu botol dan “ dot empeng “.

Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi

binggung dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan,

mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

1. Nasehat Praktis Untuk Ibu Menyusui

a. Dukungan Psikologis

Untuk menyusui lebih berhasil, ibu perlu rasa percaya diri, seperti:

a) Ibu harus yakin bahwa dapat menyusui dan memberikan ASI untuk bayinya,

dan perlu di ingat produksi ASI tidak tergantung besar kecilnya payudara.

b) Suami, keluarga dekat dan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk

memberikan dukungan psikologis.

b. Yang Harus diperhatikan dalam pemberian ASI

a) Susui bayi segera dalam 30 menit pertama setelah lahir

b) Berikan kolostrum

c) Hindari pemberian minuman semacam air gula, aqua dan sejenisnya

d) Susui bayi pada kedua payudara anda secara bergantian.

e) Hanya ASI yang diberikan selama 4-6 bulan

f) Berikan ASI tanpa jadwal

g) Prerhatikan cara / posisi menyusui yang benar

h) Makanan pendamping ASI diberikan pada umur 4-6 bulan secara bertahap
i) Menyusui sampai usia 2 tahun, penyapihan dilakukan secara bertahap

j) Teruskan menyusui walau ibu / anak sakit, kecuali sakit berat atau atas anjuran

tenaga kesehatan

k) Perhatikan asupan gizi ibu menyusui

l) Kalau ibu bekerja, berikan ASI sebelum dan sesudah pulang kerja.

2. Manfaat Pemberian ASI eksklusif beberapa manfaat ASI eksklusif

1. Manfaat bagi bayi:

a. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama

pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI

mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh

gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.

b. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi,

karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua

kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

c. Mengurangi resiko bayi terkena diare dan muntah.

d. Komposisi ASI ideal untuk bayi.

e. Mengurangi kemungkinan terkena infeksi pada dada dan telinga, mengurangi

resiko penyakit kulit, mengurangi kemungkinan terkena sembelit, sehingga

berkurang juga kemungkinan bayi dirawat di rumah sakit.

f. Mengurangi kemungkinan bayi mengalami masalah kegemukan di saat

dewasanya sehingga juga mencegah penyakit diabetes dan penyakit yang terkait

kegemukan.

g. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah

yang terbaik untuk sapi. Sehingga tentunya komposisi ASI berbeda dengan

komposisi susu formula.


2. ManfaatASI bagi ibu :

Ada beberapa manfaat memberikan ASI ini bagi sang ibu yang admin

dapatkan dari salah seorang sahabat dengan postingannya yang berjudul

manfaatibu memberikan ASIyaitu :

a. Ungkapan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya (bayinya). Ungkapan kasih

sayang orang tua khususnya dalam hal ini adalah kasih sayang seorang ibu

kepada anaknya adalah dengan memberikan ASI nya kepada bayi dan anak-

anaknya.

b. Mencegah perdarahan setelah proses persalinan dan kelahiran. Dengan

memberikan Inisiasi Menyusui Dini dari ibu kepada bayinya yang baru lahir

maka hal ini yaitu memberikan ASI dan menyusui segera setelah melahirkan

akan dapat mendorong terjadinya kontraksi rahim dan mencegah terjadinya

perdarahan. Ini dapat membantu mempercepat proses kembalinya rahim ke

posisi semula.

c. Mengurangi akan resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim. Dengan

pemberian ASI maka manfaat ibu memberikan ASI salah satunya adalah

mengurangi resiko terkena dua jenis kanker di atas. Menyusui dapat mengurangi

resiko terkena kanker payudara.

d. Mengurangi Berat badan ibu. Manfaat ibu memberikan ASI salah satunya

adalah menurunkan berat badan. Seperti yang kita ketahui bahwasannya berat

badan ibu selama menjalani proses kehamilan adalah bertambah dalam tiap

bulannya. Nah dengan menyusui dan memberikan ASI ini dapat membantu ibu

mengurangi berat badan.

e. Alat Kontrasepsi Alamiah. Dengan seorang ibu menyusui dan memberikan ASI

secara eksklusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi. Walaupun ini hanya
berlaku selama 4 bulan setelah melahirkan, dan dengan catatan yang harus

digaris bawahi bahwa pemberian ASI ini harus bersifat ekslusif. Hisapan bayi

pada payudara ibu merangsang hormon prolaktin. Hormon prolaktin dapat

menghambat terjadinya pematangan sel telur sehingga menunda kesuburan.

f. Praktis dan Ekonomis. Berbeda dengan kita memberikan susu formula pada

awal-awal kelahiran yang tentunya juga kurang praktis serta juga dengan harga

susu formula yang dewasa ini semakin meningkat makanya akan menambah

anggaran keluarga untuk membelikan susu formula. Selain komposisinya yang

sempurna, asi juga sangat praktis dan ekonomis. Selain itu asi sangat praktis,

ibu tidak perlu repot mencuci dan merebus botol pada masa pemberian asi

ekslusif, sehingga bisa menambah waktu istirahat bagi ibu, khususnya di malam

hari

3. Komposisi & Zat Gizi Yang Terkandung Dalam ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang diberikan ibu kepada

bayinya. Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan (kolostrum, susu

peralihan, susu matur) yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada stadium itu, dan tidak

dapat ditiru  dengan pemberian susu formula.

Komposisi zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah karbohidrat, protein,

lemak, vitamin, mineral dan air dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan bayi. ASI mengandung 200 zat gizi dan memberikan kekebalan buat bayi

hingga 20 kali lipat. Zat-zat itu antara lain putih telur, lemak, protein, karbohidrat,

vitamin, mineral, hormon pertumbuhan, berbagai enzim dan zat kekebalan.

Berikut ini komposisi zat-zat Gizi yang terdapat dalam ASI  (Kolostrum,

Peralihan dan Matur)

a. Hidrat Arang
Zat hidrat arang dalam ASI dalam bentuk laktosa yang jumlahnya akan

berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Misalnya,

hidrat arang dalam kolostrum untuk tiap 100 ml ASI adalah 5,3 g, dalam ASI

peralihan 6,42 g, ASI hari ke-9 adalah 6,72 g, ASI hari ke-30 adalah 7 g, ASI

minggu ke-34 adalah 7,11 g. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4

yang berarti ASI terasa lebih manis bila dibandingkan dengan PASI (pengganti

ASI). Kondisi ini yang menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik

cenderung tidak mau minum PASI.

Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa merupakan

nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan kebutuhan

nutrisi medulla spinalis, yaitu untuk pembentukan mielin (selaput pembungkus sel

saraf). Dari hasil penelitian, semakin tinggi kadar laktosa dari jenis susu mamalia,

semakin besar pertumbuhan otaknya. Laktosa sangat diperlukan untuk

pertumbuhan juga sumber kalori bagi serabutsaraf otak.

Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan magnesium yang

sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses

pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil pengamatan terhadap bayi yang

mendapat ASI eksklusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat

pada bayi  berusia 5 atau 6 bulan, dan gerakan  motorik kasarnya lebih cepat

(Purwanti, 2004).

b. Protein

Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan

bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir
seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein

ASI merupakan kelompok protein whey (protein yang bentuknya lebih halus).

Kelompok whey merupakan protein yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna.

Sedangkan komposisi protein yang ada dalam Air Susu Sapi (ASS) adalah

kelompok kasein yang kasar, bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh usus bayi.

Perbandingan protein unsur whey dan kasein dalam ASI 20:80. Artinya protein

pada ASS hanya 1/3-nya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan

bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar direabsorpsi

dan harus dikeluarkan dari sistem pencernaan yang tentunya akan menimbulkan

gangguan metabolisme, membebani sistem pencernaan usus bayi. Kemungkinan

bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feses berbentuk biji cabai

menandakan adanya makanan yang sukar direabsorpsi. Bayi yang mendapat ASI

eksklusif 14,7 kali lebih sehat.  (Roesli, U. 2000).

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada  mulanya rendah kemudian meningkat

jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi

secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda

pada 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari

kedua dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang

dibutuhkan bayi.

Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang  dalam ASI

mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan

otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam

bentuk Omega 3, Omega 6, DHA dan Acachidonid acid merupakan komponen

penting untuk mielinasi. Lemak selain diperlukan dalam jumlah sedikit sebagai
energi, juga digunakan oleh otak untuk membuat mielin, sedangkan myelin

merupakan zat yang mengelilingi sel saraf otak dan akson agar tidak mudah rusak

bila terkena rangsangan. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena

ASI juga mengandung lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida,

sehingga sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan  bayi.

Jumlah asam linoleat dalam ASI  sangat tinggi dan perbandingannya dengan susu

buatan yaitu  6:1. Jumlah asam linoleat yang tinggi akan memacu perkembangan

sel saraf otak bayi seoptimal mungkin dan dapat mencegah terjadinya rangsangan

kejang.

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah,

tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI

merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet

ibu. Walaupun jumlah kecil tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus

bayi. Berbeda dengan Air Susu Sapi  yang jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar

harus dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat

dicerna. Hal ini sangat membebankan ginjal bayi. Kadar mineral yang tidak diserap

akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan, mengganggu

keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri

merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga

bayi kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme.

e. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap. Vitamin cukup untuk 6 bulan


sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya

belum mampu membentuk vitamin K. Oleh karena itu, perlu tambahan vitamin K

pada hari pertama, ketiga dan ketujuh. Vitamin K1 dapat diberikan oral.

E. HIV PADA IBU HAMIL

  1. Pengertian HIV/AIDS

Menurut Andy (2011), Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi

(sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat

infeksi virus HIV. Virus penyebab adalah Human Immunodeficiency Virus  (HIV)

merupakan virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih, sehingga

melemahkan kekebalan manusia dan menyebabkan AIDS (Acquired

Immunodeficiency Syndrome). Orang yang terinfeksi virus ini menjadi rentan

terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor/kanker. Meskipun

penanganan yang ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit

ini belum bisa disembuhkan.

Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang

biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.

Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah

dan tidak mampu melawan penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal

dunia meski terkena influenza atau pilek biasa (Andy, 2011).

Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung

menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang

cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau

HIV positif yang mematikan (Andy 2011).


Menurut Ayu (2012), HIV, virus penyebab AIDS, juga dapat menular dari ibu

yang terinfeksi HIV ke bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen

bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi

lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah viral load

yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi kapan saja selama

kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan.

Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama. Selama

persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah ibunya. Meminum air susu dari ibu

yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. Ibu yang HIV-positif

sebaiknya tidak memberi ASI kepada bayinya. Untuk mengurangi risiko infeksi

ketika sang ayah yang HIV-positif, banyak pasangan yang menggunakan pencucian

sperma dan inseminasi buatan.

Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-

AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang

sudah terinfeksi HIV (Ayu, 2012). Pada negara berkembang isteri tidak berani

mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh

sosial dan ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya bahwa

suaminya setia, dan lagi pula masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.

Virus HIV dikenal secara terpisah oleh para peneliti di Institut Pasteur

Perancis  pada tahun 1983 dan NIH yaitu sebuah institut kesehatan nasional di

Amerika Serikat pada tahun 1984. Meskipun tim dari Institute Pasteur Perancis yang

dipimpin oleh Dr. Luc Montagnie, yang pertama kali mengumumkan penemuan ini di

awal tahun 1983 namun penghargaan untuk penemuan virus ini tetap diberikan

kepada para peneliti baik yang berasal dari Perancis maupun Amerika. Peneliti

Perancis memberi nama virus ini LAV atau Lymphadenopathy Associated Virus. Tim
dari Amerika yang dipimpin Dr. Robert Gallo menyebut virus ini HTLV-3

atau Human T-cell Lymphotropic Virustype-3 (Ayu, 2012).

Kemudian Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan untuk

menetapkan nama Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai nama yang dikenal

sampai sekarang. Maka para peneliti tersebut juga sepakat untuk menggunakan istilah

HIV. Sesuai dengan namanya, virus ini “memakan” imunitas tubuh (Ayu, 2012).

AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for

Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia

pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui

disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual diLos

Angeles (Ayu, 2012).

Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-

2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk ke dalam tubuh. HIV-1 adalah

sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan

kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal

HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan

di Kamerunselatan. HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet

dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun (Ayu, 2012).

 2. Gejala-gejala Penyakit HIV/AIDS

Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak

memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3

sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV

tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat

dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh

sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian
adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah

melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV (Andy, 2011).

Menurut Andy (2011), adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita

penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :

a. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,

batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia).

b. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala

seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit

jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang

kronik.

c. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome,

yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan

pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai

Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada

sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah

kurang bertenaga.

d. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang

mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak

kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung

(Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan

kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan

Impoten.

e. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air

(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam

penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah


mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering

berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

f.  Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami

penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka

pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka

wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah

penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang)

pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami

masa haid yang tidak teratur (abnormal).

 3. Penularan Penyakit HIV/AIDS

a. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan

pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain bisa juga

ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi jumlahnya sangat sedikit

(Andy, 2011)..

b. Sejumlah 75-85% penularan virus ini terjadi melalui hubungan seks (5-10%

diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang

tercemar (terutama para pemakai narkoba suntik yang dipakai bergantian), 3-5%

dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar (Andy, 2011).

c. Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif

(15-50 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung

meningkat (Andy, 2011).

d. Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. sekitar

25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan tertular virus tersebut

melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, proses persalinan dan

pemberian ASI (Andy, 2011).


e. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, resiko

penularan dapat dikurangi menjadi 8%(Andy, 2011).

f. Penelitian baru menunjukkan bahwa perempuan HIV-positif yang hamil tidak

menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak

mempengaruhi kesehatan perempuan HIV-positif(Andy, 2011).

g. Menurut Yopan (2012), peningkatan kerentanan untuk terinfeksi HIV selama

kehamilan adalah mereka yang berperilaku seks bebas dan mungkin karena

penyebab biologis yang tidak diketahui.

Ada beberapa cara penularan HIV/AIDS yaitu sebagai berikut :

a.    Transmisi Seksual

Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun

Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi.

Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serik. Infeksi

dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya.

Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan

seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko

seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual

yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual

dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi

terinfeksi virus HIV (Yopan, 2012).

b.   Transmisi Non Seksual

1) Transmisi Parenral

Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat

tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik


suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama.

Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang dipakai oleh petugas

kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi

parental ini kurang dari 1%.

2) Transmisi Transplasental

Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai

resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan

sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan

resiko rendah (Yopan, 2012).

3) Penularan Masa Prenatal

HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayinya dengan tiga cara yaitu di

dalam uterus (lewat plasenta), sewaktu persalinan dan melalui air susu ibu.

Pada bayi yang menyusui kira-kira separuhnya transmisi terjadi sewaktu

sekitar persalinan, sepertiganya melalui menyusui ibu dan sebagian kecil di

dalam uterus. Bayi terinfeksi yang tidak disusui ibunya, kira-kira dua pertiga

dari transmisi terjadi sewaktu atau dekat dengan persalinan dan sepertiganya

di dalam uterus (Ayu, 2012).

a) Kehamilan

Menurut Ayu (2012), kehamilan bisa berbahaya bagi wanita

dengan HIV atau AIDS selama persalinan dan melahirkan. Ibu sering akan

mengalami masalah-masalah sebagai berikut :

1)   Keguguran

2)   Demam, infeksi dan kesehatan menurun.

3)   Infeksi serius setelah melahirkan, yang sukar untuk di rawat dan

mungkin mengancam jiwa ibu.


b)  Melahirkan

Setelah melahirkan cucilah alat genitalia 2 kali sehari dengan

sabun dan air bersih sehingga terlindungi dari infeksi (Yopan, 2012).

c) Menyusui

Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%. Infeksi HIV

kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini

belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa

hanya terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain.

Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja

terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda

penyakit AIDS. Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan

besar, bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti

dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini

bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena

HIV (Yopan, 2012).

4. Penanganan Penyakit HIV/AIDS

Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-

satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak

dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak

dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP). PEP

memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga

memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan,

mual, dan lelah (Yopan, 2012).

Berbagai upaya telah dilakukan dalam penanggulangan HIV/AIDS di

Indonesia antara lain: KIE, promosi perilaku seksual aman, penyediaan darah
transfusi yang aman dari HIV, pemasaran kondom, pemeriksaan dan pengobatan IMS,

surveilans HIV/STS, surveilans AIDS, layanan VCT yang masih terbatas pada RS

tertentu dan LSM, pelatihan bagi petugas kesehatan serta lintas sektor (universal

precaution, VCT), pengobatan dan perawatan ODHA yang masih terbatas, dan

penelitian perilaku pada kelompok risiko tinggi (Yopan, 2012).

Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam

mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya

termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV

penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita

AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas

hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi

angka kelahiran dan kematian (Yopan, 2012).

Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga harus

diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore. Hal ini berlaku

untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir bila

selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak antibiotika yang aman dan

efektif untuk mengobati gonorrhea, membasmi N.gonorrhoeae, menghentikan rantai

penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala

sisa (Yopan, 2012).

Ada beberapa carauntuk mengobati atau menangani HIV/AIDS, yaitu:

a. Terapi Anti Virus

Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat

aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah


sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu

setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor. Pilihan

terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat

( disebut koktail ) yang terdiri dari paling sedikit dua macam ( atau kelas )

bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside

analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor,

atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena

penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang

dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak

daripada untuk orang dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan

perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban

virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih

waktu memulai perawatan awal (Yopan, 2012).

b. Perawatan HAART

Memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus

dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun

menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten

terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan. Lagi pula,

dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi

HIV dengan menggunakan HAART. Meskipun demikian, banyak pengidap HIV

mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka,

sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan

tingkat kematian (mortalitas) karena HIV (Yopan, 2012).

Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi

dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan
selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan. Penerapan

HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun.

Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh

persen, perawatan HAART memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena

adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus

sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat (Yopan,

2012).

Ketidaktaatan dan ketidak teraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus

adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari

penerapan HAART. Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan

tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu psikososial yang utama

ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial,

penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks,

karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan,

dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin. Berbagai efek samping yang juga

menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara

lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem

kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan (Yopan, 2012).

c. Penanganan eksperimental dan saran

Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk

menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya

pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya

dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian. Namun setelah lebih dari 20

tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi vaksin (Yopan,

2012).
Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk usaha

mengurangi efek samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk

memudahkan pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik

untuk menghadapi adanya resistensi obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa

langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika

menangani pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B

disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko

terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga

disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia

pneumosistis, demikian juga

pasien toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis yang akan banyak pula

mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut (Yopan, 2012).

 5. Pencegahan Penyakit HIV/AIDS pada ibu hamil

Menurut Yopan (2012), penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui

empat cara, mulai saat hamil, saat melahirkan, dan setelah lahir yaitu:

a. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan

b.  Penggunaan antiretroviral saat perasalinan dan bayi bayi yang baru dilahirkan

c. Penatalaksanan selama menyusui

Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV memperlihatkan antibody terhadap virus

tersebut hingga 10 sampai 18 bulan setelah lahir karena penyaluran IgG anti-HIV

ibu menembus plasenta. Karena itu, uji terhadap serum bayi untuk mencari ada

tidaknya antibodi IgG ,erupakan hal yang sia-sia, karena uji ini tidak dapat

membedakan antibody bayi dari antibody ibu. Sebagian besar dari bayi ini, seiring

dengan waktu, akan berhenti memperlihatkan antibody ibu dan juga tidak

membentuk sendiri antibody terhadap virus, yang menunjukkan status seronegatif.


Pada bayi, infeksi HIV sejati dapat diketahui melalui pemeriksaan-pemeriksaan

seperti biakan virus, antigen p24, atau analisis PCR untuk RNA atau DNA virus.

PCR DNA HIV adalah uji virologik yang dianjurkan karena sensitive untuk

mendiagnosis infeksi HIV selama masa neonatus (Yopan, 2012).

Selama ini, mekanisme penularan HIV dari ibu kepada janinnya masih

belum diketahui pasti. Angka penularan bervariasi dari sekitar 25% pada populasi

yang tidak menyusui dan tidak diobati di negara-negara industri sampai sekitar

40% pada populasi serupa di negara-negara yang sedang berkembang. Tanpa

menyusui, sekitar 20% dari infeksi HIV pada bayi terjadi in utero dan 80% terjadi

selama persalinan dan pelahiran. Penularan pascapartus dapat terjadi melalui

kolostrum dan ASI dan diperkirakan menimbulkan tambahan risiko 15% penularan

perinatal (Yopan, 2012).

Menurut Yopan (2012), factor ibu yang berkaitan dengan peningkatan

risiko penularan mencakup penyakit ibu yang lanjut, kadar virus dalam serum yang

tinggi, dan hitung sel T CD4+ yang rendah. Pada tahun 1994, studi 076 dari the

Pediatric AIDS Clinical Trials Group (PACTG) membuktikan bahwa pemberian

zidovudin kepada perempuan hamil yang terinfeksi HIV mengurangi penularan ibu

ke bayi sebesar dua pertiga dari 25% menjadi 8%. Di Amerika Serikat, insiden

AIDS yang ditularkan pada masa perinatal turun 67% dari tahun 1992 sampai 1997

akibat uji HIV ibu prenatal dan profilaksis prenatal dengan terapi zidovudin.

Perempuan merupakan sekitar 20% dari kasus HIV-AIDS di Amerika Serikat.

Perempuan dari kaum minoritas (Amerika Afrika dan keturunan Spanyol) lebih

banyak terkena, merupakan 85% dari seluruh kasus AIDS. Selain pemberian

zidovudin oral kepada ibu positif HIV selama masa hamil, tindakan-tindakan lain
yang dianjurkan untuk mengurangi risiko penularan HIV ibu kepada anak antaea

lain:

1)   seksio sesaria sebelum tanda-tanda partus dan pecahnya ketuban (mengurangi

angka penularan sebesar 50%);

2)   pemberian zidovudin intravena selama persalinan dan pelahiran;

3)   pemberian sirup zidovudin kepada bayi setelah lahir;

4)   tidak memberi ASI

Data menunjukkan bahwa perkembangan penyakit mengalami percapatan

pada anak. Fase asimptomatik lebih singkat pada anak yang terjangkit virus

melalui penularan vertical. Waktu median sampai awitan gejala lebih kecil pada

anak, dan setelah gejala muncul, progresivitas penyakit menuju kematian

dipercepat. Pada tahun 1994, CDC merevisi sistem klasfikasi untuk infeksi HIV

pada anak berusia kurang dari 13 tahun. Pada sistem ini, anak yang terinfeksi

diklasifikasikan menjadi kategori-kategori berdasarkan tiga parameter: status

infeksi, status klinis, dan status imunologik (Yopan, 2012).

Perjalanan infeksi HIV pada anak dan dewasa memiliki kemiripan dan

perbedaan. Pada anak sering terjadi disfungsi sel B sebelum terjadi perubahan

dalam jumlah limfosit CD4+. Akibat disfungsi sistem imun ini, anak rentan

mengalami infeksi bakteri rekuren. Invasi oleh pathogen-patogen bakteri ini

menyebabkan berbagai sindrom klinis pada anak seperti otitis media, sinusitis,

infeksi saluran kemih, meningitis infeksi pernapasan, penyakit GI, dan penyakit

lain (Yopan, 2012).

F. KONTRASEPSI (KB)

1. Definisi
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk

mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan

jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan

umur suami istri.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang

digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.

Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan

yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:

a.   Mendapatkan objektif2 tertentu

b.   Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c.   Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

d.   Mengatur interval diantara kelahiran

e.   Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri

f.    Menentukan jumlah anak dalam keluarga

Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari kata

kontra berarti mencegah atau melawan.Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara

sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan

kehamilan.Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

2. Tujuan

Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kelahiran,

mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi wanita.Serta mencapai

keluarga yang sejahtera.


Menurut Imbarwati (2009) kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan

untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat

kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha pembangunan yang lain

selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

3. Strategi Pelaksanaan KB

Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:

a. Strategi dasar

a) Meneguhkan kembali program di daerah

b) Menjamin kesinambungan program

b. Strategi operasional

a) Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional

b) Peningkatan kualitas program dan program prioritas

c) Penggalangan dan pemantapan komitmen

d) Dukungan regulasi dan kebijakan

e) Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

4. Jenis-Jenis

Menurut Kusumaningrum (2009), terdapat beberapa jenis kontrasepsi,

diantaranya:

1. Kontrasepsi PIL

Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone sintetik

disebut pil kombinasi dan hanya mengandung progesterone sintetik saja disebut

Mini Pil atau Pil Progestrin.

a. Cara Kerja

a) Menekan ovulasi
b) Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan terjadi

ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi kehamilan.

c) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

d) Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses

implantasi

e) Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)

b. Efektivitas

Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas

praktisnya sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa

meminum pil secara teratur.

c. Keuntungan

a) Mudah penggunaannya dan mudah didapat

b) Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid

c) Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) dan

Kista Ovarium

d) Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim

e) Pemulihan kesuburan hampir 100%

d. Baik untuk wanita yang:Masih ingin punya anak danPunya jadwal harian

yang rutin

e. Kontraindikasi

a) Menyusui (khsusu pil kombinasi)

b) Pernah sakit jantung

c) Tumor/keganasan

d) Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi

e) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya


f) Penyakit gondok

g) Gangguan fungsi hati & ginjal

h) Diabetes, epilepsy, dan depresi mental

i) Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun

f. Efek Samping

Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek

samping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang-

kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-

bulan.

2. Suntik

Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara

suntikan/injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan

hormone ini ada yg terdiri atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri atas dua

hormone sebagai contoh jenis suntikan yg terdiri 1 hormon adalah Depo

Provera, Depo Progestin, Depo Geston & Noristerat. Sedangkan yg terdiri dari

atas dua hormone adalah Cyclofem dan Mesygna.

KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang

menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk

sterilisasi.

a. Cara Kerja

Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2

bulan.Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.

b. Efektivitas

Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.

c. Keuntungan
a) Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat

b) Dapat dipakai dalam waktu yang lama

c) Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu

d. Baik untuk Wanita yang:

a) Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil

b) Lebih suka disuntik daripada makan pil

c) Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi

d) Mungkin tidak ingin punya anak lagi

e) Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid

e. Kontraindikasi

a) Hamil atau disangka hamil

b) Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya

c) Tumor/keganasan

d) Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru berat,

varices

f. Efek Samping

Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan adalah

mual, BB bertambah, sakit kepala, pusing2 dan kadang2 gejala tersebut

hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang efek

samping dari suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston, dan

Noristeat yg sering dijumpai adalah menstruasi tidak teratur, masa menstruasi

akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan bukan mungkin menjadi anemia

pada beberapa klien.

3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah alat yang

dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan di dalam

rahim.Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan bila

berkeinginan untuk mempunyai anak.

a. Cara Kerja

AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel

telur. Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri

c) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke

dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk

fertilisasi

d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

b. Efektivitas

Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian

selama 1 tahun)

c. Keuntungan

a) Tidak terganggu faktor lupa

b) Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan

menggunakan tembaga T 380 A)

c) Mengurangi kunjungan ke klinik

d) Lebih murah dari pil dalam jangka panjang

d. Baik untuk Wanita yang:

a) Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, &

jangka panjang
b) Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak

c) Memberikan ASI

d) Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI

e) Berada dalam masa pasca aborsi

f) Mempunyai resiko rendah terhadap PMS

g) Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari

h) Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang

memang tidak boleh menggunakannya

e. Kontraindikasi

a) Hamil atau diduga hamil

b) Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit

kelamin

c) Pernah menderita radang rongga panggul

d) Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal

e) Riwayat kehamilan ektopik

f) Penderita kanker alat kelamin

f. Efek samping

Perdarahan dank ram selama minggu2 pertama setelah

pemasangan. Kadang2 ditemukan keputihan yg bertambah banyak.

Disamping itu pada saat berhubungan (senggama0 terjadi expulsi (IUD

bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin

meninmbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi

rahim.

g. Waktu Penggunaan IUD


Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya

dilakukan pada saat:

a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil

b) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid

c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu

pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea

laktasi (MAL)

d) Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila

tidak ada gejala infeksi

e) Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi

h. Waktu Kontrol IUD

Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus

diperhatikan adalah:

a) 1 bulan pasca pemasangan

b) 3 bulan kemudian

c) Setiap 6 bulan berikutnya

d) Bila terlambat haid 1 minggu

e) Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

4. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram hormone

levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit.

a. Cara Kerja

AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap melepaskan

hormone tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah.


Bekerja dengan cara:

a) Lendir serviks menjadi kental

b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi

c) Menekan ovulasi

b. Efektivitas

Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%

c. Keuntungan

a) Sekali pasang untuk 3 tahun

b) Tidak mempengaruhi produksi ASI

c) Tidak mempengaruhi tekanan darah

d) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian

e) Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi belum

mantap untuk di tubektomi

d. Baik untuk wanita yang:

a) Ingin metode yang praktis

b) Mungkin tidak ingin punya anak lagi

c) Tinggal di daerah terpencil

d) Tak khawatir jika tak dapat haid

e. Kontraindikasi

a) Hamil atau disangka hamil

b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya

c) Tumor/keganasan

d) Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis

f. Efek samping
Kadang2 pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu

ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang2 terjadi spotting

atau anemia karena perdarahan yg kronis.

g. Waktu Mulai Menggunakan Implant

a) Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7

b) Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat

c) Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan

d) Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan

e) Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid

kembali, insersi dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari

5. Kondom Pria

Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama

a. Cara Kerja

Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum

b. Efektivitas

Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan benar

tiap kali berhubungan.Namun efektivitasnya kurang jika dibandingkan

metode pil, AKDR, suntikan KB.

c. Keuntungan

a) Dapat dipakai sendiri

b) Dapat mencegah penularan penyakit kelamin

c) Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui

d) Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain

e) Tidak mengganggu kesehatan


f) Tidak ada efek samping sistemik

g) Tersedia secara luas

h) Tidak perlu resep atau penilaian medis

i) Tidak mahal (jangka pendek)

d. Baik untuk pasangan yang:

a) Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak

b) Jarang bersenggama

c) Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin

d) Wanita yang kemungkinan sudah hamil

e. Kontraindikasi

Alergi karet.

6. Kontrasepsi Mantap (Kontap)

Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi) atau

kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada beberapa

macam cara antara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi,

dan Minilaparotomi. Cara yang sering diapaki di Indonesia adalah Laparoskopi

dan Mini laparotomi.

a. Cara Kerja

Hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma

b. Efektivitas

Dalam teori: 99,9%. Dalam praktek: 99%.

c. Keuntungan

a) Paling efektif

b) Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pengembalian tidak bisa

dijamin).
c) Tidak perlu perawatan khusus

d. Baik untuk pasangan yang:

a) Sudah yakin tidak ingin punya anak lagi

b) Jika hamil akan membahayakan jiwanya

c) Ingin metode yang tidak mengganggu

e. Kontraindikasi

Tidak ada.

f.Efek Samping

Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri, dan

infeksi luka operasi.Pada vasektomi infeksi dan epididimis terjadi pada 1-2%

pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan

komplikasi karena anastesi dapat terjadi.


BAB lll

HASIL RESIDENSI

A. Kondisi Tempat Residensi

1. Data Wilayah Puskesmas Balowerti Kediri

a. Kondisi Geografi

Puskesmas Balowerti terletak pada 7⁰ 48' 31.0"S lintang selatan/Lintang Utara dan

112⁰ 00' 48.4"E bujur timur. Luas wilayah sebesar (5,345 km2) yang terdiri dari …

kecamatan,….. kelurahan dan …… desa.

b. Lokasi

Gedung Puskesmas terletak di Jl. Balowerti VNo68kelurahan balowerti, kecamatan

kota – kota kediri

c. Batas Wilayah

Utara :

Timur :

Selatan :

Barat :

2. VISI, MISI
VISI: Terwujudnya Masyarakat sehat yang mandiri di wilayah Puskesmas Balowerti

MISI:

1. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang merata, berkualitas, dan professional

2. Peningkatan upaya kesehatanyang bersumber daya masyarakat


3. SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah Sumber Daya Manusia yang terdapat di Puskesmas Balowerti sebanyak

…….terdiri dari ……,medis dan ……… non medis ………

Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Pejabat struktural 1 1 2
2 Staf penunjang administrasi 0 6 6
3 Staf Penunjang Teknologi 0 0 0
4 Staf Penunjang Perencanaan 0 0 0
5 Teanaga Pendidik 0 0 0
6 Juru 0 0 0
7 Tenaga Penunjang 4 0 4
Kesehatan Lainnya
TOTAL 12

Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Pengelola Program 0 1 1
Kesehatan
2 Tenaga Kesehatan Lainnya 1 0 1
TOTAL 2

Jumlah Tenaga Ketekhnisan Medis di Fasilitas Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Radiografer 0 0 0
2 Radiotrapis 0 0 0
3 Teknisi Elektromedis 0 0 0
4 Teknisi Gigi 0 0 0
5 Analisis Kesehatan 0 2 2
6 Refraksionis Optisien 0 0 0
7 Ortetik Prostetik 0 0 0
8 Rekam Medis Dan 0 0 0
Informasi Kesehatan
9 Teknisi Transfusi Darah 0 0 0
10 Teknisi Kardiovaskuler 0 0 0
TOTAL 2
Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Fisioterapis 0 0 0
2 Okupasi Terapis 0 0 0
3 Terapis Wicara 0 0 0
4 Akupunktur 0 0 0
TOTAL 0

Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Nutrisionis 0 2 2
2 Detesien 0 0 0
TOTAL 2

Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan Di Fasilitas


Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Kesehatan Masyarakat 1 0 1
2 Kesehatan Lingkungan 1 0 1
TOTAL 2

Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Tenaga Teknis Kefarmasian 0 3 3
2 Apoteker 0 1 1
TOTAL 4

Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Bidan 0 18 18
2 Perawat 7 6 13
3 Perawat Gigi 0 0
TOTAL 31

Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan

No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total


1 Dokter spesialis 0 0 0
2 Dokter Umum 1 1 2
3 Dokter Gigi 0 2 2
4 Dokter Gigi Spesialis 0 0 0
TOTAL 4
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa Di Sarana
Pelayanan Kesehatan
No Jenis Tenaga Laki - Laki Perempuan Total
1 Rawat Jalan 22.253 33.379 55.632
2 Rawat Inap 100 461 561
3 Kunjungan Gangguan Jiwa 120 81 201
TOTAL 56.394

4. Program-program yang ada di Puskesmas Balowerti Kediri

1) Kelas Ibu Hamil dilaksanakan pada hari selasa

2) Kelas Ibu Balita

3) Pendampingan Kehamilan Resiko Tinggi

4) Pemeriksaan Golongan Darah Calon Pendonor 1 minggu 1 kali di masing-

masing pustu, Maksimal 4 pendonor/1 ibu hamil

5) Pemeriksaan DDTK di TK PAUD 6 bulan sekali

Anda mungkin juga menyukai