A. Pengertian
Asma adalah penyakit paru obstruktif, difus dengan hiperreaktivitas jalan
napas terhadap berbagai rangsangan dan tingginya tingkat reversibilitas proses
obstruktif, yang dapat terjadi secara spontan atau sebagai akibat pengobatan.
Asma juga dikenal sebagai penyakit jalan napas reaktif. (Ngastiyah, 2005: 8283).
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh
spasme akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara
dan penurunan ventilasi alveolus. (Huddak & Gallo)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
(Smeltzer, 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 :
48).
B. Patofisologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat
pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang
telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
C. Klasifikasi
Berbagai pembagian asma pada anak, diantaranya adalah:
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari asma
ini yaitu infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya serangan
3-4 kali pertahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan
serangan yang berat, gejala lebih berat pada malam hari.
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan.
2) Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi.
Selain itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai dengan
perbaikan nilai APE > 15 % setelah inhalasi bronkodilator, atau setelah
pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian
kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam yang
berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.
Cara pemeriksaan variabilitas APE
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam
hari untuk mendapatkan nilai tertinggi.
APE malam APE pagi
Variabilitas harian = ------------------------------------- x 100%
(APE malam + APE pagi)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)
c. Pemeriksaan Tes Kulit (Skin Test)
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
d. Pemeriksaan Darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.Pemeriksaan ini hanya dilakukan
pada penderita dengan serangan asma berat atau status asmatikus.
F. Penatalaksanaan
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per
oral) :
a.
Efedrin
Salbutamol
Terbutalin
Teofilin
tachycardia,
gastrointistinal,rangsangan
dysrhytmia,
sistem
saraf
palpitasi,
pusat;gejala
iritasi
toxic;sering
hebat).
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1) Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2) Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3) Hipoksemia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan
oksigen secara sistemik akibat inadekuatnya intake oksigen ke paru oleh
serangan asma.
4) Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5) Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung
secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
Sumbatan
Edema
Inflamasi
mukus
dinding
bronchus
Mk: Bersihan
Jalan Nafas
Tidak Efektif
Alveoli tertutup
( bronchospasme )
Hipoksemia
Penyempitan jalan napas
Asidosis metabolik
Mk: Gangguan
pertukaran gas
Hyperventilasi
Retensi CO2
Asidosis respiratorikMk:
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
sesak nafas
rasa tidak nyaman
Mk: Gangguan
pola tidur
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan Fisik:
a. Data Demografi:
Nama, usia, tempat tinggal, pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan yang lalu:
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
c. Aktivitas
Pemeriksaan penunjang:
Foto toraks normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan.
Faal paru (spirometri/ PEFR) menilai berat obstruksi,
reversibilitas, variabilitas
Uji provokasi bronkus membantu diagnosa
Status alergi skin prick test, Ig E, eosinofil count
4.1Diagnosa
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
nafas (bronchospasme)
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(alveoli tertutup mukus)
4) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
5)
6)
7)
8)
4.3Perencanaan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
nafasbronkospasme
Tujuan :
Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan
sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal
keadaan umum baik.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya :
wheezing, ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi
(empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses
infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels,
wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
e. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
f. Pantau dan kaji pasien tiap 2 jam sekali
Rasional: mengetahui keadaan pasien setelah diberikan penanganan
untuk mengetahui mengkaji kekambuhan asma
g. Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang dapat kambuh
kapan saja
Rasional : memberikan pencegahan lebih parah terhadap pasien ketika
kambuh
h. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan
Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas,
memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(alveoli tertutup mucus)
Tujuan:
Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang
kembali normal
Kriteria Hasil:
Hasil AGD normal
PH (7,35 7,45)
b. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan
toleransi pasien.
Rasional: Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya
hipoksia.
Berikan sedatif
Rasional : memberikan ketenangan pada pasien setelah proses
penyakit
4) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan asupan oral akibat anoreksia
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik,
tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang
disediakan, berat badan dalam batas normal.
Intervensi:
a. Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kerusakan makanan.
Rasional: Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena
dipsnea
Sering lakukan perawatan oral,buang sekret, berikan wadah khusus
untuk sekali pakai.
Rasional: Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat
menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan
nafas.
Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat
Rasional: untuk mengontrol kebutuhan kalori agar seimbang
Timbang berat badan
Rasional: penurunan berat badan merupakan indikasi asupan yang
tidak seimbang
Ajarkan individu untuk istirahat sebelum makan
Rasional : istirahat dapat membuat pasien lebih tenang
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional : asupan nutrisi yang adekuat dapat
keseimbangan nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : menentukan asupan gizi yang seimbang
b. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
menjaga
A. Pengkajian
a.
dan laki-laki.
Keluhan utama: Batuk-batuk dan sesak napas.
Riwayat penyakit sekarang: Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak
d.
napas.
Riwayat penyakit terdahulu: Anak pernah menderita penyakit yang sama
e.
f.
g.
DAFTAR PUSTAKA