Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ASWAJA

SOLAT TARAWIH MENURUT NU

DISUSUN OLEH :

FAISOL HUDIN
X IPS

MADRASAH ALIYAH
PONDOK PESANTREN AL ISHLAH
CITRODIWANGSAN LUMAJANG
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspek ibadah di dalam Islam merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Karena lewat ibadah seorang hamba akan dinilai
oleh sang pencipta yakni Allah SWT sejauh mana keyakinan serta
ketaqwaannya. Di dalam Islam mengenal adanya ibadah yang hukumnya wajib
dan ada pula hukumnya sunnah. Begitu juga dengan hukumnya shalat. Ada
shalat wajib (fardhu) dan ada pula shalat sunnah. Shalat sunnah adalah shalat
yang diluar shalat fardhu sebagaimana yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad
SAW. Guna mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengharapkan
tambahan pahala.1 Shalat sunnah hukumnya ada yang mu’akkad dan ada pula
ghairu mu’akkad. Di antara shalat sunnah itu adalah shalatTarawih yang
hukumnya termasuk shalat sunnah mu’akkad. Melaksanakan shalatTarawih
pada malam bulan Ramadhan di Mesjid-Mesjid, Surau-Surau, maupun di
Mushala.
Shalat sunnah dapat dilakukan secara berjamaah dan bisa juga dilakukan
dengan sendiri-sendiri. Diantara shalat sunnah yang dikerjakan secara berjamaah yaitu
shalat Tarawih dan witir2. Melaksanakan shalatTarawih pada bulan Ramadhan
merupakan suatu ibadah yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam. Salah
satu perbedaannya antara lain tejadi pada Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama.
Karena hal itulah kami akan membahas tentang solat tarawih enurut NU.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana pengertian shalat tarawih?
1.2.2 Bagaimana waktu dan hukum shalat tarawih?
1.2.3 Bagaimana fadhilah/keutamaan shalat tarawih?
1.2.4 Bagaimana cara mengerjakan shalat tarawih menurut NU?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian shalat tarawih.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian bagaimana waktu dan hukum shalat
tarawih.
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian fadhilah/keutamaan shalat tarawih.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian bagaimana cara mengerjakan shalat
tarawih.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Solat Tarawih


Lafadz Tarawih bentuk jamak dari mufrad Tarwihah yang mempunyai arti
istirahat.Shalat Tarawih adalah : Shalat malam yang dikerjakan pada bulan
suciRamadhan sesudah mengerjakan shalat fardhu isya’. H. Mochtar
mendefinisikanShalat Tarawih ialah Shalat malam pada bulan Ramadhan hukumnya
sunnahmu’akkad, bagi pria dan wanita boleh dikerjakan sendiri-sendiri,
bolehberjama’ah dengan waktunya setelah shalat isya’ sampai terbit fajar.Disebut
Shalat Tarawih oleh karena shalat ini mempunyai rakaat danbacaan yang panjang
sehingga dalam melaksanakannya memakan waktu yanglama dengan demikian
memerlukan istirahat, dan istirahat ini biasanya dilakukanpada setiap 2 kali salam dari
4 rakaat.

2.2 Waktu Dan Hukum Solat Tarawih


Waktu untuk mengerjakan shalat tarawih adalah dari sesudahdikerjakannya
shalat isya sampai terbitnya fajar. Adapun waktu yang utama danafdhol untuk
mengerjakan shalat tarawih para ulama membagi atas 2 (dua)bagian, apakah
dikerjakan pada awal atau akhir malam.1.Awal malam lebih utama, bagi mereka yang
tidak terbiasa atau khawatirtidak mampu untuk bangun malam.2.Akhir malam lebih
utama, bagi yang terbiasa dan tidak mempunyaikekhawatiran sama sekali untuk
bangun malam.Hukum Shalat Tarawih adalah Sunnah Mu’akkadah.

2.3 Fadhilah/Keutamaan Shalat Tarawih


Sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas, yang diriwayatkan oleh Al-
Jama’ah dari Abu Hurairah ra menunjukkan bahwa fadhilah bagi orang
yangmengerjakan shalat tarawih adalah mendapatkan ampunan dosa-dosanya
yangtelah lewat.Sedangkan fadhilah yang lain adalah mendapatkan fitrah (bersih
sucibagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya), sebagaimana hadits
yangdiriwiyatkan oleh Imam Ahmad, Nasai dan Ibn Majah dari Abdurrahman Ibn
Auf, yang Artinya :“Dari Abdurrahman Ibn Auf ra : Sesungguhnya Nabi Saw
bersabda :Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla telah mewajibkan puasa bulan
Ramadhan dan Aku telah menuntunkan shalat (tarawih)nya. Barangsiapa puasa
Ramadhan dan shalat Tarawih karena Iman dan mengharap pahala dari Allah, maka
dosa-dosanya akan keluar bagaikan bayi yangbaru dilahirkan oleh ibunya” (HR.
Imam Ahmad, Nasai dan Ibn Majah.

2.4 Mengerjakan Shalat Tarawih Menurut NU


2.4.1. Jumlah rakaat
Sayyidah Aisyah r.a, menerangkan bahwa Rasulullah s.a.w,
melaksanakan shalat malam termasuk di dalamnya shalat tarawih dengan
sebelas rakaat; delapan rakaat tarawih atau tahajud dan tiga rakaat witir.
Riwayat aisyah r.a, yang kedua menyebutkan bahwa Nabi
melaksanakan shalat malam tiga belas rakaat; delapan rakaat tarawih atau
tahajjud dan lima rakaat witir.<>Dari kedua riwayat tersebut dapat diambil
suatu pemahaman, bahwa jumlah rakaat shalat malam atau shalat tarawih tidak
harus sebelas rakaat, bisa juga lebih misalnya tiga belas rakaat, seperti
disebutkan dalam riwayat Aisyah r.a, yang kedua.
Dengan demikian yang dimaksud dari riwayat Aisyah r.a, yang
menyebutkan bahwa Nabi s.a.w, tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas
rakaat, baik dalam bulan Ramadhan atau bulan-bulan lain, tidak berarti tidak
boleh lebih ari sebelas rakaat.
Apabila dikompromikan dengan riwayat-riwayat lain seperti riwayat
Ibnu Umar r.a, yang menyebutkan bahwa shalat malam itu dua rakaat , dua
rakaat tanpa menyebutkan jumlahnya, hanya kalau khawatir masuk shubuh
segera melaksanakan witir satu rakaat, menunjukkan bahwa jumlah rakaat
shalat tarawih atau shalat malam tidak harus sebelas, tetapi boleh lebih dari
jumlah tersebut. Apalghi kalau dipadukan dengan kenyataan yang dilakukan
para sahabat Nabi dan para tabi'in, mereka mengerjakan shalat tarawih dengan
20 rakaat , tiga witir dan ada pula yang mengerjakan sampai 36 rakaat dan 40
rakaat.
Berkata Yazid bin Ruman: "Di zaman Umar bin Khattab, orang-orang
melaksanakan shalat malam di bulan ramadhan (shalat tarawih) dengan 23
rakaat " (H.R. Imam Muslim). Ibnu Abbas melaksanakan shalat malam di
bulan Ramadhan 20 rakaat dan witir, dengan tidak berjamaah. (H.R. Baihaqy).
Berkata Atho':"Aku jumpai mereka (para sahabat) mengerjakan shalat
pada (malam-malam) Ramadhan 23 rakaat dan 3 witir". (H.R. Muhammad bin
Nashir).
Berkata Daud bin Qais: "Aku jumpai orang-orang di zaman Abas bin
Utsman bin Abdul Aziz (di Madinah), mereka shalat 36 rakaat dan mereka
bershalat witir 3 rakaat ". (H.R. Muhammad bin Nashir).
Imam Malik menjelaskan: "Perkara shalat (tarawih) di antara kami (di
Madinah) dengan 39 rakaat , dan di Makkah 23 rakaat tidak ada suatu
kesulitanpun (tidak ada masalah) dalam hal itu". Al- Tirmidzi menjelakan:
"sebanyak-banyak (rakaat) yang diriwayatkan, bahwa Imam Malik shalat 41
rakaat dengan witir". (Bidayatul Hidayah, Ibn Rusyd, hal.152. bandingkan
dengan A. Hasan, Pengajaran Shalat, hal. 290-192).
Pada masa Umar Ibn Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi
Thallib r.a, shalat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat dan 3 rakaat untuk
shalat witir. Para ulama Jumhur (mayoritas) juga menetapkan jumlah shalat
tarawih seperti itu, demikian juga al-Tsauri, Ibn al-Mubarok dan al-Syafi'i.
Imam Malik memetapkam bilangan shalat tarawih sebanyak 36 rakaat dan 3
rakaat untuk shalat witir. Ibnu Hubban menjelaskan, bahwa shalat tarawih
pada mulanya adalah sebelas rakaat. Para ulama salaf mengerjakan shalat itu
dengan memanjangkan bacaan, kemudian dirasakan berat, lalu mereka
meringankan bacaannya dengan menambah rakaat menjadi 20 rakaat, tidak
termasuk witir. Ada lagi yang lebih meringankan bacaannya sedangkan
rakaatnya ditetapkan menjadi 36 rakaat, selain witir". (Hasby As-Shiddiqy,
Pedoman Shalat, hal. 536-537).
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Malik dari
Abdurrahman bin Abd Qadri yang artinya:
"Abdurrahman bin Abd al-Qadri menceritakan padaku, "aku keluar bersama
Umar pada suatu malam di bulan RAmadhan, di masjid Beliau menjumpai
banyak orang dalam beberapa kelompok; ada yang sedang melaksanakan
shalat sendirian dan ada yang diikuti beberapa orang. Melihat hal itu Umar
barkata: "aku berfikir lebih baik aku mengumpulkam mereka dengan satu
orang Imam. Setelah itu Beliau memerintahkan Ubay bin Ka'ab r.a, supaya
menjadi imam bagi mereka. Pada malam berikutnya aku keluar bersama Umar
lagi dan ia melihat orang-orang melaksanakan shalat dengan cara berjama'ah
dengan imam Ubay bin Ka'ab r.a, (memperhatikan kegiatan shalat itu), Umar
berkata: "inilah sebaik-baik bid'ah". (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari:1817
dan Malik:231).
Memperhatikan uraian di atas menurut hemat penulis, shalat Tarawih
bisa dilakukandengan jumlah rakaat sebagai berikut:1. Sebelas rakaat, delapan
rakaat Tarawih dan tiga rakaat witir, atau sepuluh rakaat Tarawih dan satu
raakaat Witir.2. Dua puluh rakaat Tarawih dengan tiga rakaat Witir.3. Dan tiga
puluh enam Tarawih dan tiga rakaat witir.Dari ketiga jumlah di atas, kita boleh
memilih satunya sesuai sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita masing-
masing, tanpa memaksakan diri atau memberatkan.
Dari penjelasan di atas, Nahdlatul Ulama (NU) melaksanakan solat
tarawih dengan jumlah rakaat sebanyak 20 rakaat dengan 3 witir.

2.4.2. Yang Afdhol Dikerjakan Sendiri Atau Berjamaah


Cara mengerjakan shalat tarawih sama seperti mengerjakan shalat
fardu (wajib), mempunyai syarat sah shalat, rukun-rukun shalat dan hal hal
yang membatalkan shalat.
Syarat sah shalat ada lima, yaitu :
a) Suci anggota badannya dari hadats kecil dan hadats besar
b) Menutup aurat
c) Berdiri shalat ditempat yang suci dari najis
d) Mengetahui bahwa waktu shalat telah masuk, atau dengan
memperkirakannya
e) Menghadap ke kiblat (ke Ka’bah)

Rukun-rukun shalat, yaitu :


a) Niat.
Golongan Syafei dan Maliki memasuki niat sebagai rukun
shalat,sedangkan golongan Hanafi dan Hambali memasuki niat sebagai
syaratsah shalat.
b) Berdiri bagi yang kuasa/mampuc.
c) Takbiratul Ihram
d) Membaca Al-Fatihah
e) Ruku’
f) I’tidal serta tuma’ninah
g) Sujud dua kali serta tuma’ninah
h) Duduk diantara dua sujud serta tuma’ninah
i) Duduk akhir
j) Membaca tasyahud akhir
k) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad.Memberi salam, yang
pertama kekanan.
l) Menertibkan rukun-rukun.

Hal-hal yang membatalkan shalat, yaitu :


1) Sengaja berbicara, berbincang-bincang layaknya dengan manusia, baik
berbicara dalam rangka pembenahan shalat atau bukan.
2)  Banyak bertingkah gerak tidak termasuk rukun dan sunnah shalat,
seperti3x melangkah, disengaja atau tidak. Tetapi gerakan kecil yang
tidakberarti tidak membatalkan shalat
3) Ditimpa hadats (waktu shalat) hadats kecil atau besar seperti
kentut,kencing
4) Tertimpa najis yang bukan najis ma’fu, kecuali najis kering dan
menimpapakaian, dan dengan dikibaskan pakaian itu maka tidak batal
shalatnya.
5) Sengaja membuka auratnya, bukan karena ditiup angina
6) Terjadi perubahan niat, seperti berkeras (hatinya) keluar shalat
7) Makan minum sekalipun sedikit adalah membatalkan shalat
8) Tertawa besar dapat membatalkan shalat
9) Murtad (riddah) terputus Islamnya, dia bukan lagi muslim karena
ucapan, perbuatan.             

Sebagaimana shalat tarawih adalah shalat yang mempunyai banyak


keistimewaan, diantaranya adalah mempunyai bacaan Al-Quran yang panjang,
didalam membaca Al-Quran ini pun ada beberapa pendapat yang muncul, antara
manakah yang afdhal dalam shalat tarawih, apakah Al-Quran yang terdiri dari 30
juz itu dikhatamkan dalam jangka 1 minggu, 1 bulan atauhanya cukup membaca
surat-surat pendek dari akhir Al-Quran?Ada beberapa riwayat yang dapat
dikemukakan disini, antara lain :

Hadits Hudzaifah ra yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya :

“Sesungguhnya sahabat Hudzaifah ra shalat (tarawih) bersamadengan Nabi


Muhammad Saw pada suatu malam, kemudian beliau(dalam shalat itu setelah
membaca surat Al-Fatihah) membaca surat  Al-Baqarah, Ali Imran dan An-Nisa
dalam satu rakaat, dan dalammembaca Al-Quran beliau apabila menjumpai ayat
yang adatasbihnya beliau membaca tasbih dan apabila menjumpai ayat 
permohonan, beliau memohon kepada Allah dan begitu juga apabilaada ayat
perlindungan, beliau memohon kepada-Nya, (setelah selesai membaca Al-Quran)
beliau lalu ruku’ (lamanya ruku’ tersebut) samaseperti waktu berdiri, kemudian
berdiri dari ruku’ (iktidal), dimanalamanya sepadan dengan lamanya ruku’,
kemudian beliau sujud,yang lamanya juga sepadan dengan waktu berdiri dari
ruku’ (iktidal).

Atsar yang diriwayatkan oleh Imam Malik, dari Muhammad Ibn Yusuf
dari As-Saib Ibn Yazid yang artinya

“ Khalifah Umar Ibn Khattab memerintahkan sahabat Ubay Ibn Ka’abdan Tamim
Ad-Dary agar mengimami shalat tarawih bersama orang-orang dengan 11 rakaat,
Rowi berkata : dan waktu itu imammembaca surat Al-Quran yang terdiri ratusan
ayat sehingga kitabersandar kepada tongkat karena panjangnya berdiri, dan kita
tidak selesai shalat kecuali sudah masuk (terbit) fajar”.

Dari hadits diatas, kelompok kami menyimpulkan bahwa tidak


disunnahkan kurang dari satu kali khatam Al-Quran dalam shalat tarawih di bulan
Ramadhan, dan harus melihat kondisi makmum, jika mereka siap dan sepakat
menghendaki bacaan Al-Quran yang panjang maka lebih yang afdhol/utama
adalah mengerjakan dengan apa yang menjadi kehendakkesiapan dan kesepakatan
mereka. Sebaliknya kalau mereka siap dan sepakat menghendaki bacaan Al-Quran
yang pendek maka lebih yang afdhol/utama adalah mengerjakan dengan apa yang
menjadi kehendak, kesiapandan kesepakatan mereka.

2.4.3. Qunud dalam solat tarawih


Sebagian besar (jumhur) Ulama Salaf dan Khalaf
berpendirianmenganggap sunnah hukumnya membaca doa qunut dalam shalat
witir yangdikerjakan bersama-sama dengan shalat tarawih. Adapun tempat
membacadoa qunut adalah setelah ruku’. Sedangkan waktunya adalah mulai
masukhari ke 16 sampai akhir Ramadhan. Dalil yang digunakan para ulama
adalah :
a) Hadits Abdullah Ibn Mas’ud ra diriwayatkan oleh Imam Muslim :
“ Bahwasanya Nabi Muhammad Saw berdoa qunut sesudah ruku”
(HR.Muslim).
b) Atsar Hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud yang artinya :
“Bahwasanya khalifah Umar Ibn Khattab ra memerintahkan
kepadaorang-orang agar shalat tarawih dengan (imam) Ubay Ibn Ka’ab
ra,maka beliau shalat tarawih bersama mereka selama 20 malam, dan
iatidak berdoa qunut kecuali dalam separo yang kedua (hari ke 16
keatas)”
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Shalat Tarawih adalah : Shalat malam yang dikerjakan pada bulan
suciRamadhan hukumnya sunnah mu’akkad, bagi pria dan wanita boleh
dikerjakansendiri-sendiri, boleh berjama’ah dengan waktunya setelah mengerjakan
shalatfardhu isya’ sampai terbit fajar.Waktu untuk mengerjakan shalat tarawih adalah
dari sesudah dikerjakannyashalat isya sampai terbitnya fajar.

Adapun waktu yang utama/afdhol untukmengerjakan shalat tarawih, ialah:

1) Awal malam lebih utama bagi mereka yangtidak terbiasa atau khawatir tidak
mampu untuk bangun malam.
2) Akhir malamlebih utamabagi yang terbiasa dan tidak mempunyai
kekhawatiran sama sekali untuk bangun malam. Sedangkan hukum Shalat
Tarawih adalah Sunnah Mu’akkadah.

Fadhilah atau keutamaan mengerjakan shalat tarawih adalah mendapatkan


ampunan dosa-dosanya yang telah lewat, dan mendapatkan fitrah (bersih sucibagaikan
bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya).Cara mengerjakan shalat tarawih sama seperti
mengerjakan shalat fardu(wajib), mempunyai syarat sah shalat, rukun-rukun shalat
dan hal-hal yang membatalkan shalat.

3.2 Saran
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang solat tarawih diperlukan
kajian pustaka lebih banyak lagi agar yang dibahas lebih spesifik lagi.

Anda mungkin juga menyukai