Anda di halaman 1dari 17

BAB X

BERIMAN KEPADA RASUL–RASUL ALLAH SWT

A. Meyakini adanya Rasul-rasul Allah Swt.


1. Pengertian Rasul dan Nabi
Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah SWT untuk dirinya sendiri dan
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan kepada umatnya. Nabi adalah manusia pilihan
yang diberi wahyu oleh Allah SWT untuk dirinya sendiri, tetapi tidak wajib menyampaikan
pada umatnya Semua Rasul Allah SWT menyampaikan risalah Tauhid dan Agama Islam. Di
samping itu, para Rasul memiliki tugas untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar
dengan berpedoman kepada wahyu yang telah diberikan.

Artinya : “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran, sebagai


pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan., dan tidak ada suatu umat pun
melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan”. (Surah Fatir {35} : 24)
Nabi Muhammad SAW adalah rasul terakhir dan pembawa syariat terakhir pula,
kehidupannya sebagai Uswatun hasanah atau suri teladan yang baik, perintah dan ajarannya
wajib dipatuhi, dan misinya sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi alam semesta).
2. Prinsip-prinsip keimanan kepada Rasul Allah SWT
a. Setiap mukmin wajib beriman kepada Rasul Allah SWT (QS.Al-Baqarah{2}: 177 dan 285).
b. Sebagian Rasul ada yang disebutkan dalam Al-Quran, dan ada juga yang tidak disebutkan
(QS. Al-Mu’min{40}: 78 dan QS. An-Nisa’{4}: 164).
c. Setiap umat sebelum Nabi Muhammad SAW, pasti ada rasulnya (QS. Yunus{10}:47 dan
QS. An-Nahl{16}: 63).
d. Semua Nabi dan Rasul adalah pria (QS. Al-Anbiya’{21}:7 dan QS. Al-Furqan{25}:20).
e. Misi setiap Rasul sama, yaitu menyampaikan ajaran tauhid dan menegakkan keadilan
serta derajat yang sama di tengah masyarakat (QS.Al-Anbiya’{21}:25, QS. An-Nahl{16}:36,
QS. Asy-Syura’{42}:13 dan QS. Al-Ahzab{33}:45-46).
f. Setiap rasul menggunakan bahasa kaumnya (QS.Ibrahim{14}:4).
g. Para rasul diutus untuk dipatuhi dan ditaati oleh umatnya (QS. An-Nisa’{4}:64).
3. Sifat-sifat yang dimilik oleh Rasul
a. Shiddiq (benar)
b. Amanah (dapat dipercaya)
c. Tablig (menyampaikan)
d. Fathanah (cerdas)
4. Sikap mengimani Rasul Allah SWT
a. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah SWT.
b. Mengimani orang-orang yang sudah kita kenali nama-namanya, misalnya Nabi
Muhammad, Nabi Ibrahim, Nabi Musa,Nabi Isa dan Nabi Nuh . Kelima Nabi dan Rasul itu
dikenal dengan “ulul azmi”.
c. Membenarkan apa yang Rasul sampaikan.
d. Mengamalkan syari’at Rasul yang diutus kepada kita.
5. Tugas Rasul-rasul Allah SWT.
a. Menyatakan iktikad dan keyakinan kepada umatnya bahwa Allah SWT adalah Zat Yang
Maha Esa.
b. Memberi batasan bagi umatnya tentang hal-hal yang dilarang dan hal-hal yang harus
dikerjakan sejalan atau sesuai perintah Allah SWT.
c. Memberikan contoh suri teladan kepada umatnya.
d. Menjelaskan Kepada umatnya apa saja yang dapat membawa keridhaan Allah SWT dan
sebaliknya.
e. Mengajarkan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang
digariskan oleh Allah SWT.
6. Tanda-tanda beriman kepada Rasul Allah SWT
a. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah . Barangsiapa mengingkari
risalah mereka, walaupun hanya seorang, sungguh ia telah mengingkari risalah seluruh
para Rasul.
b. Mengimani orang-orang yang sudah kita kenali nama-namanya, misalnya Muhammad,
Ibrahim, Musa, Isa, Nuh . Kelima Nabi Rasul itu dikenal dengan “ulul azmi”. Allah  SWT
telah menyebut mereka dalam dua tempat dari Al Qur’an, yakni dalam surat QS Al Ahzab
dan QS Asy Syura
c. Membenarkan apa yang mereka beritakan.
d. Mengamalkan syariat Rasul yang diutus kepada kita. Beliau adalah Nabi terakhir yang
diutus Allah SWT kepada seluruh manusia.
7. Contoh Perilaku Beriman kepad Rasul Allah SWT
a. Menjadikan rasul sebagai uswah hasanah.
b. Meneladani perilaku rasul dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengaplikasikan sifat-sifat rasul dalam kehidupan.
d. Selalu berjalan lurus seperti yang dilakukan para rasul sehingga tercapai kesuksesan di
dunia dan akhirat,
e. Selalu tabah dalam menghadapi berbagai cobaan seperti tabahnya para rasul.
8. Perilaku yang mencerminkan penghayatan iman kepada Rasul Allah SWT.
a. Menjadikan sifat rasul sebagai sikap dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menjalani hidup berlandaskan norma hukum yang disampaikan rasul.
c. Meyakini keberadaan para rasul secara keseluruhan.
d. Membekali diri dengan sebaik-baiknya bekal dengan ketakwaan.
e. Mengamalkan syariat Allah SWT yang diutus kepada para rasul.

B. Mengimplementasi nilai-nilai kwalitas diri yang diajarkan islam dalam kehidupan


1. Meraih sukses tanpa batas
Semua orang dalam kehidupannya sll berharaf untuk mendapat sukses/aflah. Manusia
hidup didua alam; dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam QS.Al-Isra’/17:72;

Artinya : Dan Barang siapa yang buta (hatinya) didunia ini,niscaya diakhirat (nanti) ia akan
lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan yang benar.
Allah SWT berfirman : Wahai anak manusia pusatkan perhatianmu untuk beribadah
kepadaKU,niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan memenuhi tanganmu dengan
rizki.Wahai anak manusia janganlah jauh-jauh dariKU,jika kamu jauh Aku penuhi hatimu
dengan kemiskinan dan memenuhi tanganmu dengan kesibukan (H.Q.R.Hakim dari Abu
Hurairah).
Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang cita-citanya adalah akhirat, niscaya Allah akan
menghimpun kekuatannya, menjadikannya kaya hati dan dunia akan datang kepadanya
dengan patuh, akan tetapi barang siapa yang cita-citanya adalah dunia, niscaya Allah akan
mencerai beraikan urusannya menjadikan kemiskinan didepan matanya dan dunia tidak
datang kecuali yang telah ditentukan oleh Allah bagi dirinya (HR.Ibnu Majah dari Zaid bin
Sabit)
2. Berpikir strategis dengan 5 sasaran kehidupan
a. Kehidupan yang berarti
1) Untuk memenuhi perjanjian ruhnya dengan Allah SWT
2) Untuk menghabangkan (sujud) diri kepada Allah SWT
3) Sebagai Khalifahdi bumi Allah SWT
4) Untuk menerima ujian dari Allah SWT
b. Kehidupan yang bermakna
1) Meneliti diri sendiri
2) Berpikir diri
Bagaimana agar dirinya bisa selalu menta'ati perintah-perintah Allah baik yang wajib
maupun yang sunnah, karena perbuatan sunnah bisa membantu menutup
kekurangannya dalam soal-soal yang wajib. Kemudian ia berfikir bagaimana, agar
dengan anggotanya tadi dapat berbuat baik lebih banyak, karena dengan perbuatan
baiknya tadi bisa menutup perbuatannya yang tidak baik
3) Melampaui berpikir
Bagaimana Cara untuk mengamankan amal dan perbuatan kita dari kekusutan dan
kemerosotan, dengan berusaha menjauhi dan memelihara dari sifat-sifat yang
muhlikat (merusak), yang bersumber dari hati, seperti sifat dengki, iri hati, sifat
takabur, sifat kikir dan bakhil, yang semua itu akan menyesatkan dan menghilangkan
pahala dan kebajikan yang telah kita miliki.
4) Mencita-citakan untuk bisa memilik sifat munjiat (penyelamat)
Dalam tahap yang keampat ini, kita perlu memiliki dan selalu berhias dengan sifat
sifat munjiyat (penyelamat).
c. Kehidupan yang hayatan toyyibah
QS.An Nahl (16):97;
‫صالِحً ا مِنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْن َثى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َط ِّي َب ًة َولَ َنجْ ِز َي َّن ُه ْم‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬
َ ُ‫َأجْ َر ُه ْم ِبَأحْ َس ِن َما َكا ُنوا َيعْ َمل‬
‫ون‬
Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
QS.Yunus (10):44;
‫اس َأ ْنفُ َس ُه ْم‬ َ ‫ِإنَّ هَّللا َ ال َي ْظلِ ُم ال َّن‬
َ ‫اس َش ْيًئ ا َولَكِنَّ ال َّن‬
‫َي ْظلِمُون‬
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikitpun,tetapi manusia itulah
yang mezalimi dirinya sendiri (QS.Yunus (10):44)
Menurut Imam Al-Qurtubi, kehidupan yang baik memiliki 5 indikator :
1) Rezeki yang halal
2) Qona’ah
3) Sa’adah
4) Jannah
5) Taufiq

d. Kehidupan yang penuh rahmad


Rasulullah SAW mengajarkan kepala umatnya beberapa cara agar rahmat Allah itu bisa
diraih. Pertama, berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah SWT dengan
menyempurnakan ibadah kepada-Nya dan merasa diperhatikan (diawasi) oleh Allah (QS
al-A'raf [7]: 56). Kedua, bertakwa kepada-Nya dan menaati-Nya dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya (QS al-A'raf [7]: 156-157). Ketiga,
kasih sayang kepada makhluk-Nya, baik manusia, binatang. maupun tumbuhan. Keempat,
beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah (QS al-Baqarah [2]: 218). Kelima,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menaati Rasulullah SAW (QS an-Nur [24]: 56).
Keenam, berdoa kepada Allah SWT untuk mendapatkannya dengan bertawasul dengan
nama-nama-Nya yang Mahapengasih (ar-Rahman) lagi Mahapenyayang (ar-Rahim).
Firman Allah SWT, “Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (QS al-Kahfi
[18]: 10). Ketujuh, membaca, menghafal, dan mengamalkan Alquran (QS al-An'am [6]:
155). Kedelapan, menaati Allah SWT dan Rasul-Nya (QS Ali Imran [6]: 132). Kesembilan,
mendengar dan memperhatikan dengan tenang ketika dibacakan Alquran (QS al-A'raf [7]:
204). Kesepuluh, memperbanyak istigfar, memohon ampunan dari Allah SWT.
Firmannya, “Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat
rahmat.” (QS an-Naml [27]: 46). 
e. Kehidupan yang beraklakul karimah
1) Cerdas fisik
a) Terampil mengimbangkan diri & mengkoordinasikan tubuh
b) Lincah & indah dalam gerak-gerik;
c) Terampil menghindarkan diri dari cedera;
d) Terampil dalam menjaga kehormatan diri.
2) Cerdas emosi
a) Selalu ceria, bersyukur, sabar, takwa,
b) Jika sedih cepat pulih;
c) Mudah merasa selamat, tenteram, positif & kagum;
d) Cenderung kepada yang baik, indah, suci, jelek
e) dan merusak;
f) Akalnya mudah mengendalikan nafsu
3) Cerdas adab-akhlak
a) Manusia yang menghargai kehormatan dirinya;
b) Manusia yang sayang padaTuhan, Al-Qur’an & Rasulullah;
c) Manusia yang sayang & membahagiakan orang tua;
d) Manusia yang bersyukur & kagum terhadap ilmu;
e) Manusia yang faham, adab dan beradab.
4) Cerdas intelektual
a) Cerdas menerima & faham berbagai ilmu & keterampilan
b) Cerdas mengenali keterkaitan antara berbagai ilmu
c) Cerdas dalam memposisikan sesuatu pada tempatnya
d) Cerdas dalam memahami tanda-tanda Kebesaran Tuhan
e) Cepat menghasilkan pemahaman & amalan yang benar dan bermanfaat
5) Cerdas kebijakan
a) Paham alasan berbuat kebajikan
b) Terbiasa memilih yang baik dan menolak yang buruk
c) Arif menentukan dasar mengapa berbuat kebaikan
d) Istiqomah dalam berbuat kebaikan dan diri sendiri
e) Istiqomah dalam berbuat kebaikan pada masyarakat
f) Istiqomah dalam berbuat kebaikan pada alam semesta
BAB XI
IBADAH

A. Definisi Ibadah
Menurut Etimologi, Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tubduk.
Menurut terminologi ada tiga pengertian ibadah, Ibadah adalah taat kepada Allah SWT dengan
melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Ibadah adalah merendahkan diri
kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatkan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Ibadah adalah sebutan yang mencangkup seluruh apa
yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir
maupun yang batin.

B. Klasifikasi Ibadah
Ibadah dalam islam terbagi dalam 2 jenis :
1. Ibadah Mahdhah
Penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara
langsung. Contoh ibadah mahdhah adalah wudhu, tayammum, adzan, shalat, membaca Al-
Qur’an, i’tikaf, umroh, dan haji.
Ibadah Mahdhah mempunyai 4 prinsip:
a. Keberadaan harus bedasarkan adanya dalil perintah, baik Al-Qur’an maupun Al-Sunnah.
b. Tata cara harus berpola kepada contoh Rasul SAW.
c. Bersifat sSupra rasional (diatas jangkauan akal)
d. Azasnya taat yang dituntutdari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan.
2. Ibadah Ghairu Mahdhah
Ibadah yang di samping sebagai hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau
interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah
tolong menolong, sedekah dan dakwah.
Ibadah Ghairu Mahdhah mempumyai 4 prinsip:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang
b. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul
c. Bersifat rasional
d. Azasny”manfaat”

C. Ruang Lingkup Ibadah


Sreluruh kehidupan manusia adalah medan amal dan persediaan bekal bagi para mukmin
sebelum mereka kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti.Islam tidak menganggap
ibadah-ibadah tertentu saja sebagai amal saleh akan tetapi meliputi segala kegiatan yang
mengandung kebaikan yang diniatkan karena Allah SWT. Setiap apa yang dilakukan baik yang
bersangkutan dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut islam ketika ia
memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang dikatakan ibadah menurut islam
1. Amalan yang dikerjakan hendaklah diakui islam.
2. Amlan dilakukan dengan niat yang baik
3. Amalan harus dikerjakan dengan sebauk-baiknya
4. Ketika membuat amalan tersebut hendaklah menurut hukum-hukum syara’ dan kedudukan
batasnya
5. Tidak melalaikan ibadah-ibadah khusus
D. Tujuan Ibadah dan Motivasi Ibadah
Tujuan ibadah adalah untuk menghadapkan diri kepada Allah SWT dan memfokuskan dalam
setiap keadaan, agar tercapai derajat yang lebih tinggi yakni ketaqwaan. Agar terciptanya
kemuslihatan dan menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar.
Surat Al-Mu’minun Ayat 115

ْ ‫ُم َعبَ ًثا َوَأنَّك‬


َ ‫ُم ِإلَ ْي َنا اَل ُت ْر‬
َ‫ج ُعون‬ ْ ‫خلَ ْق ٰ َنك‬ َ َّ‫م َأن‬
َ ‫ما‬ ْ ‫س ْب ُت‬ َ ‫َأ َف‬
ِ ‫ح‬
Artinya: Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Ibnu Sina membagi motifasi beribadah menjadi 3 hal :
1. Motivasi ala pedagang
2. Beribadah untuk sekedar lepas status sebagai sekedar lepas status sebagai hamba durhaka
3. Motiifasi orang ‘arif (mengenal Allah)

E. Hikmah Ibadah
Ada 10 hikmah ibadah, meliputi:
1. Tidak Syirik
2. Memilik ketaqwaan
3. Terhindar dari kemaksiatan
4. Berjiwa sosial
5. Tidak kikir
6. Terkabul doa-doanya
7. Memilik kejujuran
8. Berhati ikhlas
9. Memiliki kedisplinan
10. Sehat jasmani dan rohani
BAB XII
SIFAT DAN KARAKTER KEJIWAAN DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA
A. Ketetapan Allah tentang kehidupan
QS.An Nahl (16):97;
‫صالِحً ا مِنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْن َثى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َفلَ ُنحْ ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َط ِّي َب ًة َولَ َنجْ ِز َي َّن ُه ْم‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬
َ ُ‫َأجْ َر ُه ْم ِبَأحْ َس ِن َما َكا ُنوا َيعْ َمل‬
‫ون‬
Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.

QS.Yunus (10):44;
‫اس َأ ْنفُ َس ُه ْم‬ َ ‫ِإنَّ هَّللا َ ال َي ْظلِ ُم ال َّن‬
َ ‫اس َش ْيًئ ا َولَكِنَّ ال َّن‬
‫َي ْظلِمُون‬
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikitpun,tetapi manusia itulah yang
mezalimi dirinya sendiri (QS.Yunus (10):44)

QS.An Najm (53):39-41;

6َ ‫ان ِإال َما َس َع َىوَأنَّ َسعْ َي ُه َس ْو‬


ْ ‫ف ي َُر ُىث َّم يُجْ َزاهُ ْال َج َزا َء‬
6‫األو َفى‬ َ ‫َوَأنْ لَي‬
ِ ‫ْس لِإل ْن َس‬
Artinya : Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian
akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,

Allah SWT berfirman :


Wahai anak manusia pusatkan perhatianmu untuk beribadah kepadaKU,niscaya Aku penuhi
hatimu dengan kekayaan dan memenuhi tanganmu dengan rizki.Wahai anak manusia janganlah
jauh-jauh dariKU,jika kamu jauh Aku penuhi hatimu dengan kemiskinan dan memenuhi tanganmu
dengan kesibukan (H.Q.R.Hakim dari Abu Hurairah)

Rasulullah SAW bersabda :


Barangsiapa yang cita-citanya adalah akhirat, niscaya Allah akan menghimpun kekuatannya,
menjadikannya kaya hati dan dunia akan datang kepadanya dengan patuh, akan tetapi barang
siapa yang cita-citanya adalah dunia, niscaya Allah akan mencerai beraikan urusannya
menjadikan kemiskinan didepan matanya dan dunia tidak datang kecuali yang telah ditentukan
oleh Allah bagi dirinya (HR.Ibnu Majah dari Zaid bin Sabit)

Menurut Imam Al-Qurtubi :


Kehiduppan yang baik memiliki indikator :
1. Rezeki yang halal
2. Qona’ah
3. Sa’adah
4. Jannah
5. Taufiq
B. Potensi fujur dan potensi taqwa (fitrah cerdas)
1. Potensi fujur/nafsu
Tabiat nafsu terdiri dari :
a. Bodoh/jahil
b. Suka bermusuhan/berselisih
c. Kikir/bakhlil/pelit
d. Berkeluh kesal
e. Melampaui batas
f. Membalas/ dendam
g. Tergesa-gesa
h. Iri/dengki
i. Pemarah
j. Egois
k. Membantah
l. Merusak
m. Menantang

2. Potensi taqwa (fitrah cerdas)


a. Kekuatan kesadaran
Tujuan kekuatan kesdaran diri :
1) Untuk memenuhi perjanjian ruhnya dengan Allah

َ ْ‫م َعلَى َأنفُسِ ِه ْم َألَس‬6ْ ‫م َوَأ ْش َه َد ُه‬6ْ ‫م ُذرِّ َّي َت ُه‬6ْ ‫ُور ِه‬
‫ت ِب َر ِّب ُك ْم َقالُو ْا َبلَى‬ ُ
ِ ‫ك مِن َبنِي آ َد َم مِن ظه‬ َ ‫َوِإ ْذ َأ َخ َذ َر ُّب‬
١٧٢﴿ ‫ِين‬ َ ‫﴾ َش ِه ْد َنا َأن َتقُولُو ْا َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ِإ َّنا ُك َّنا َعنْ َه َذا َغافِل‬
Artinya : ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)", (Al-A’raaf, 172)
2) Untuk menghambakan (sujud) diri kepada Allah

١٥﴿ ‫ال‬ ِ ْ‫ت َواَألر‬


َ ‫ض َط ْوعا ً َو َكرْ ها ً َوظِ اللُهُم ِب ْال ُغ ُدوِّ َو‬
ِ ‫اآلص‬ ِ ‫﴾ َوهّلِل ِ َيسْ ُج ُد َمن فِي ال َّس َم َاوا‬
Artinya : Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang dilangit dan dibumi ,
baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya
diwaktu pagi dan petang hari. (Ar-Ra’d, 15)

3) Sebagai khalifah di bumi Allah

ِ ْ‫ك ل ِْل َمالَِئ َك ِة ِإ ِّني َجاعِ ٌل فِي اَألر‬


ُ ‫ض َخلِي َف ًة َقالُو ْا َأ َتجْ َع ُل فِي َها َمن ُي ْفسِ ُد فِي َها َو َيسْ ِف‬
‫ك‬ َ ‫َوِإ ْذ َقا َل َر ُّب‬
٣٠﴿ ‫ُون‬ َ ‫ك َقا َل ِإ ِّني َأعْ لَ ُم َما الَ َتعْ لَم‬
َ َ‫ك َو ُن َق ِّدسُ ل‬
َ ‫﴾ال ِّد َماء َو َنحْ نُ ُن َس ِّب ُح ِب َحمْ ِد‬
Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“ (Al-Baqarah-30).
Sebab menjadi khalifah
a) Untuk menjaga dan memakmurkan diri sendiri selaku hamba-Nya;
b) Untuk menjaga dan memakmurkan keluarga dan masyarakat sekitar;
c) Untuk menjaga dan memakmurkan bumi Allah sebagai amanah-Nya.
4) Untuk menerima ujian dari Allah
٢﴿ ‫ت َو ْال َح َيا َة لِ َي ْبلُ َو ُك ْم َأ ُّي ُك ْم َأحْ َسنُ َع َمالً َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َغفُو ُر‬
َ ‫﴾الَّذِي َخلَ َق ْال َم ْو‬
Artinya : Dialah yang telah mentaqdirkan adanya mati dan hidup untuk menguji
keadaan kamu, siapakah diantara kamu Yang lebih baik amalnya; dan Dia Maha
Perkasa Lagi Maha Pengampun, (Al-Mulk, 2)
Sebab diberikan ujian :
a) Karena ruh manusia telah berjanji, maka ada tugas dan amanah, dan oleh
karenanya setiap perbuatan manusia akan diuji seberapa jauh ketepatan
menjalankan janjinya, terutama dalam sujud dan amanahnya selaku khalifah.
b) Ujian sebenarnya memberikan peluang bagi manusia untuk membuktikan bahwa
kita telah ta’at serta patuh, dan dengan itu kita berharap memperoleh ridlo-Nya
agar selamat didunia dan akhirat.
b. Kekuatan tujuan
Ada 5 kekuatan tujuan :
1) Kehidupan Yang Berarti (QS.Al-Mujadalah 11)
2) Kehidupan Yang Bermakna (QS.Al-Asr 1-3)
3) Kehidupan Yang Berbudaya(Qs.Ar-Ra’ad 11)
4) Manusia Yang Berakhlakul Karimah(Al-Hadist)
5) Hidup Yang Hayaatan Toyyibah (QS.An-Nahl 97)
c. Kekuatan keyakinan
Manusia memiliki 6 kekuatan keyakinan untuk meraih kesuksesan
1) Fuqoon
Furqon artinya pembeda. Membedakan mana mutiara dari hati dan mana mutiara
dari hawa nafsu. Pemisah antara yang benar dan salah, hak dan batil, cahaya dan
kegelapan, sukses dan gagal, pemenang dan pecundang, iman dan ingkar, Annur dan
Annaar.
2) Ikhlas
Kita dikatakan tidak ikhlas jika : Kita beramal karena orang lain, atau jika kita tidak
jadi beramal karena orang lain. Dan kita dikatakan tidak ikhlas jika mayoritas ucapan
kita berisi keluhan dibandingkan kesyukuran.
Mulai hari ini, hindari do’a penuh keluhan “Wahai Allah, masalahku sangat besar”,
tapi katakanlah “Wahai Masalah, Allah itu Maha Besar.” Nah, sebesar apakah
masalah kita? Sebesar bumikah? Apakah “gara-gara” masalah kita sebesar bumi lalu
engkau mengecilkan Allah dan kekuasaan-Nya? Astaghfirullahal’aziim…
3) Rendah hati tidak marah
Jadikan diri kita sebagai pemenang yang rendah hati. Tidak usahlah kita sombong,
arogan dan bila apa yang kita inginkan/usahakan tidak sesuai dengan realitas,
janganlah kita cepat marah, benci, menyesal, putus asa dsb.
4) Qonaah/ apa adanya
Berkarakter “apa adanya” bukan berarti menyerah pada kezaliman yang ada. Lalu
siap ditekan dan dizalimi sesama. Sekali lagi, Bukan berarti tertekan itu dipersilakan,
tapi berdamailah dengan diri sendiri, selaraskan dengan normatif religi, lalu lebih
kuat bersinergi untuk perbaiki kehidupan kita itu dan ini. Sekali lagi kita harus
memfilternya, dan berani memilih, memilah, bukan diam malah menyerah dengan
“apa adanya” yang salah, tapi berbahagialah dengan “apa adanya” yang fitrah.
5) Harapan/optimis
Manusia tanpa harapan tidak ada bedanya dengan jasad mati yang bergerak tanpa
Arruh dan Arah. Itu sebabnya, kita harus memiliki banyak harapan, setidaknya satu,
agar kita masih bisa bernafas. Jangan pernah bunuh harapan yang masih
bersemayam di jiwa kita. Walaupun kini, harapan kita sepertinya kecil dan belum
terwujud nyata, tetaplah bersyukur pada Allah SWT, karena setidaknya kita telah
memiliki harapan itu. Kalau lah harapan saja sudah tidak ada, maka apalah yang bisa
diharapkan di dunia ini, apalagi di akhirat. Bersyukurlah dengan harapan yang ada,
maka kita akan ditambah kenikmatan dari-Nya.
d. Kekuatan cinta
Ada 6 keluatan cinta :
1) Model
2) Fasilator
3) Motivator
4) Inspirator
5) Transformator
6) Educator
e. Kekuatan energi positif
Adalah kebiasaan untuk memandang segala sesuatu dari sudut baiknya, berlatihlah untuk
melihat dan memandang seseorang dari sudut baiknya Berpikir adalah suatu proses
pengeluaran energi, sama halnya dengan berdoa. Pikiran mempunyai pengaruh yang
besar terhadap hidup kita, apa saja yang kita inginkan selalu dimulai dari pikiran atau
angan-angan kita. Kalau anda ingin bahagia berpikirlah bahagia, kalau anda ingin sehat
berpikirlah sehat karena itu mulailah hidup ini dengan selalu berpikir positif Jangan
mengeluh pada orang lain, mengeluhlah pada Allah.
Nikmatilah hidup dengan “selalu memberi dari pada meminta”
f. Kekuatan konsentrasi
Kekuatan konsentrasi manusia diberi fitrah cerdas
1) Cerdas fisik
a) Terampil mengimbangkan diri & mengkoordinasikan tubuh
b) Lincah & indah dalam gerak-gerik;
c) Terampil menghindarkan diri dari cedera;
d) Terampil dalam menjaga kehormatan diri.
2) Cerdas emosi
a) Selalu ceria, bersyukur, sabar, takwa,
b) Jika sedih cepat pulih;
c) Mudah merasa selamat, tenteram, positif & kagum;
d) Cenderung kepada yang baik, indah, suci, jelek
e) dan merusak;
f) Akalnya mudah mengendalikan nafsu
3) Cerdas adab-akhlak
a) Manusia yang menghargai kehormatan dirinya;
b) Manusia yang sayang padaTuhan, Al-Qur’an & Rasulullah;
c) Manusia yang sayang & membahagiakan orang tua;
d) Manusia yang bersyukur & kagum terhadap ilmu;
e) Manusia yang faham, adab dan beradab.
4) Cerdas intelektual
a) Cerdas menerima & faham berbagai ilmu & keterampilan
b) Cerdas mengenali keterkaitan antara berbagai ilmu
c) Cerdas dalam memposisikan sesuatu pada tempatnya
d) Cerdas dalam memahami tanda-tanda Kebesaran Tuhan
e) Cepat menghasilkan pemahaman & amalan yang benar dan bermanfaat
5) Cerdas kebijakan
a) Paham alasan berbuat kebajikan
b) Terbiasa memilih yang baik dan menolak yang buruk
c) Arif menentukan dasar mengapa berbuat kebaikan
d) Istiqomah dalam berbuat kebaikan dan diri sendiri
e) Istiqomah dalam berbuat kebaikan pada masyarakat
f) Istiqomah dalam berbuat kebaikan pada alam semesta
g. Kekuatan keputusan
Focus pada tujuan, Penetapan tujuan adalah rangkaian berbagai langkah. Jika anda
bertanya kepada kebanyakan orang tentang apa yang menjadi tujuan utama dalam hidup
mereka, maka mereka mungkin akan memberikan jawaban yang tidak jelas, saya ingin
berhasil dan sukses, saya ingin hidup bahagia dan sejahtera, dll. Semunya hanya masih
berupa keinginan bukan tujuan
Merubah impian menjadi kenyataan :
1) Tetapkan tujuan yang pasti dan tertulis dalam kertas
2) Buatlah rencana untuk mencapainya
3) Bacalah dua rencana pertama, dua kali sehari.
C. Melakukan muhasabah/tafakkur
Muhasabah diri bisa diartikan Tabiyatun Nafsi yang artinya mendidik diri sendiri. Umar bin
Khatab ra. Sangat menekankan akan pentingnya menghisab diri dalam kehidupan ini :
"Evaluasilah dirimu sebelum kamu dievaluasi Allah. Timbang timbanglah amal kebajikan sebelum
amalmu di timbang Allah"
Rasulullah SAW bersabda :
Pada suatu ketika, Rasulullah SAW pernah berkata kepada. bangsa Arab :"Bertafakkur satu saat,
jauh lebih baik dari pada beribadah satu tahun", ucapan tersebut dilontarkan Rasulullah, ketika
bangsa Arab tengah asyik menekuni lakon kehidupan. Seolah-olah tujuan hidup ini hanyalah
dunia yang fana semata, sehingga tidak mengalami perobahan. Kondisi bangsa Arab pada waktu
itu, tidak akan berbeda dengan kondisi umat Islam sekarang, bahkan makin kehilangan identitas,
sehingga Islam tingal namanya.
Secara umum, muhasabah itu harus mengingat dua hal:
1. Mengingat-ingat apa yang telah dicapai dalam menjalani hidup :
Mengadakan ingatan, untuk menjalankan tugas hidup manusia, mengandung kemanfaatan-
kemanfaatan sebagai berikut;
a. Ingatan akan dapat membawa kontiunitas pengertian kita. Orang yang mudah melupakan
sesuatu rencana, suatu tugas, suatu tujuan yang baik, suatu ikrar hatinya, tak bisa mudah
menyelesaikan tugas-tugasnya.
b. Pengetahuan kita tentang hal-hal yang kita ingat, memungkinkan mudah mengadakan
pemecahan persoalan hidup, karena kita akan ingat cara-cara mana yang dulu telah
dianggap baik dan berhasil untuk selanjutnya bisa diterapkan untuk hal yang sejenis,
sehingga. kita dapat menghubungkan masalah yang kita ingat itu dengan masalah yang
baru, agar dengan mudah kita dapat memecahkan masalah tersebut.
2. Melihat Posisi Kita Saat Ini:
Ingatan bisa membawa kita menginsafi siapa kita ini dan dimana. kedudukan kita dalam
dunia ini. Tugas hidup tidak hanya terdiri dan persoalan-persoalan praktis, tetapi manusia
juga mempunyai kebutuhan mencari makna dari hidupnya sebagai pribadi.

Langkah muhasabah
1. Meneliti diri sendiri
Agar manusia meneliti dirinya khususnya tujuh anggota tubuh (tangan, kaki, mata, telinga,
hidung, lisan dan alat Vital), apakah dalam saat itu masih dalam kondisi selamat atau telah
disalah gunakan. Kalau telah disalah gunakan, maka segera perbaiki untuk memfungsikan
angota bandannya itu pada proporsi yang sebenarnya dengan disertai penuh
penyesalan/taubat, la berfikir bagaimana usahanya untuk tidak berbuat lagi.
2. Berpikir diri
Berfikir bagaimana agar dirinya bisa selalu menta'ati perintah-perintah Allah baik yang wajib
maupun yang sunnah, karena perbuatan sunnah bisa membantu menutup kekurangannya
dalam soal-soal yang wajib. Kemudian ia berfikir bagaimana, agar dengan anggotanya tadi
dapat berbuat baik lebih banyak, karena dengan perbuatan baiknya tadi bisa menutup
perbuatannya yang tidak baik. Allah menjelaskan dalam firmanNya :"Sesungguhnya kebajikan
itu bisa menghilangkan kejelekan, yang demikian merupakan peringatan bagi mereka yang
ingat akan Allah "(QS. Hud ; 115)
3. Melampaui berfikir
Bagaimana Cara untuk mengamankan amal dan perbuatan kita dari kekusutan dan
kemerosotan, dengan berusaha menjauhi dan memelihara dari sifat-sifat yang muhlikat
(merusak), yang bersumber dari hati, seperti sifat dengki, iri hati, sifat takabur, sifat kikir dan
bakhil, yang semua itu akan menyesatkan dan menghilangkan pahala dan kebajikan yang
telah kita miliki. (Perhatikan QS. Al-Kahfi ; 103-105)
Misalnya sifat kikir akan memudahkan menuju perbuatan yang kurang baik, sebaliknya sifat
suka memberi dan takwa akan membawa kemudahan untuk berbuat baik. Allah
berfirman :"Barang siapa yang suka memberi dan membenarkan kebaikan akan kami
gampangkan untuk mendapat kemudahan (pahala kebajikan) "(QS. Al- Lail :5-6)
4. Mencita-citakan untuk bisa memilik sifat mujiyat (penyelamat)
Dalam tahap yang keampat ini, kita perlu memiliki dan selalu berhias dengan sifat sifat
munjiyat (penyelamat), seperti ; Selalu bertaubat, menyesal atas perbuatan yang kurang
pantas dilakukan, sabar, syukur terhadap nikmat Allah baik yang langsung diterima maupun
dengan perantaraan orang lain, mempunyai hati optimis, raja' dan khauf, tidak putus asa,
ikhlas berbuat. Dengan akhlakul karimah tersebut derajad iman kita akan terangkat.
Sebagaimana Sabda Rasul :" Sesempurna kaum mukminin iman mereka adalah yang baik
akhlaknya”

D. Manajemen waktu dan arah tujuan hidup


Al-Qur’an mengingatkan tentang waktu, sumpah Allah yang paling banyak terdapat dalam Al-
Qur’an adalah dengan waktu. Perspektif muslim (waktu adalah kehidupan dan akan
dipertanggung jawabkan)  QS.7: 34/QS.2:281). Dari Muadz bin Jabal Ra. Berkata : Rasulullah Saw.
bersabda :" Tidak akan tergelincir kedua kaki manusia kecuali setelah ditanya empat hal, tentang
Umurnya bagaimana dia habiskan, masa mudanya untuk apa dia manfaatkan, hartanya dari mana
dia dapatkan dan kemana dia dinfakkan, ilmunya apa yang dia perbuat dengannya?"

Langkah efektif dalam mengatur waktu :


1. Isi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat.
2. Menggunakan satu waktu untuk banyak kegiatan.
3. Mengerjakan pekerjaan pada waktunya.
4. Memilih amalan dan kegiatan yang bermanfaat bagi orang banyak.
5. Jangan menangguhkan kesempatan di depan anda sampai hari esok.
6. Berkonsentrasilah pada hasil.

E. Resonansi spiritual
Resonansi, yaitu yang secara definitive resonansi dalam ilmu fiskia adalah :  merupakan proses
bergetarnya suatu benda dikarenakan ada benda lain yang bergetar, yang mana hal ini
bisa  terjadi dikarenakan suatu benda bergetar pada frekwensi yang sama dengan frekwensi
benda yang terpengaruhi Maka begitu juga dengan Al Qur’an,  dia mempunyai energy resonansi
yang sangat dahsyat.
Kekuatan spiritual ini, menurut ulama besar dunia, Yusuf al-Qaradhawi, bermula dari
penanaman (peniupan) roh ketuhanan atau spirit ilahi ke dalam diri manusia (QS Shad [38]: 71-
72), yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang unggul dan unik. Firman-Nya, "Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik."
(QS Almu'minun [23]: 14).
Meskipun memiliki unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk
eksistensialis, karena hanya makhluk ini yang bisa turun naik derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun
manusia ciptaan terbaik (ahsan taqwim/Q.S. al-Tin/95:4), ia tidak mustahil akan turun ke derajat
"paling rendah" (asfala safilin/Q.S. al-Tin/95:5), bahkan bisa lebih rendah daripada binatang (Q.S.
al-A‘raf/7:179). Eksistensi kesempurnaan manusia dapat dicapai manakala ia mampu
mensinergikan secara seimbang potensi kecerdasan yang dimilikinya, yaitu kecerdasan unsur
jasad (IQ), kecerdasan nafsani (EQ), dan kecerdasan ruhani (SQ).
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya (kepada) siapa
yang Dia kehendaki. (Qs. An- Nuur [24] : 35)
َ ‫هللا َكَأ َّن‬
ْ‫ َفِإ َّن ُه َي َراك‬،ُ‫ َفِإنْ لَ ْم َت ُكنْ َت َراه‬،ُ‫ك َت َراه‬ َ ‫َأنْ َتعْ ُب َد‬.
Artinya : Beribadahlah kepada Allah, seolah-olah anda melihat-Nya meskipun anda tidak melihat-
Nya, sesungguhnya Allah melihat anda. (HR. Muslim)
BAB XIII
AL-QUR’AN DAN AL-HADIST RUJUKAN PENGEMBANGAN ILMU
KESEHATAN
A. Definisi
Secara bahasa dan istilah Al-Quran adalah sebuah kitap suci bagi seluruh umat islam yang
sifatnya wajib untuk diketahui, dibaca, diamalkan, dan dipelajari. Selain itu Al-Quran juga
merupakan sebuah sumber pedoman hidup dan sumber hukum utama dalam ajaran agama
islam.
Al-Quran sendiri berasal dari bahasa Arab yang mana merupakan bentuk jamak dari kata
benda (masdar). Al-Quran diambil dari kata kerja qar’a-yaqra’u-qur’anan yang artinya sesuatu
yang dapat di baca berulang.
Jika kita lihat penjelasan diatas, secara istilah berarti Al-Quran merupakan sebuah bacaan yang
bersifat mulia dan merupakan wahyu dari Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu
Al-Quran juga merupakan kitap suci penutup dari agama samawi (yang di turunkan dari langit).
Menurut pandangan para ahli atau ulama Al-Quran merupakan firman Allah Ta’ala yang tidak
memiliki tandingan atas kitap apapun. Al-Quran sendiri diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang mana merupakan penutup dari para Nabi dan juga rasul. Selain itu kitap suci Al-Quran
juga diberikan melalui perantara malaikat Jibril dan ditulis dengan mushaf-mushaf.

B. Sebagai Sumber Inspirator dan Motivator Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Proses-proses dan segala kejadian yang terjadi di alam ini sudah tersirat di dalam ayat-ayat
yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Manusia harus menggali apa yang tersirat di dalam ayat-ayat
Al-Qur’an tersebut dengan panduan Hadist Nabi dan menggunakan kemampuan akal pikir
manusia, sehingga menjadi ilmu pengtahuan. Jadi Ilmu pengetahuan bukanlah lawan atau musuh
dari agama tapi merupakan alat untuk lebih meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT,
sarana untuk mengimplementasikan ayat-ayat dalam Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari dan
sebaliknya ilmu pengetahuan haruslah dikembangkan dengan bimbingan dan dalam bingkai yang
sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadis
Menurut Herbert Spencer ”Pengetahuan itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak
berlawanan dengan agama. Dalam kebanyakan ilmu alam kedapatan paham tidak bertuhan
(atheisme), tetapi pengetahuan yang sehat dan mendalami kenyataan, bebas dari paham yang
demikian itu. Ilmu alam tidak bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan
ibadat secara diam dan pengakuan yang membisu tentang keindahan suatu yang kita selidiki dan
kita pelajari dan selanjutnya pengakuan tentang kekuasaan Penciptanya. Mempelajari ilmu alam
itu tasbih (memuji Tuhan) tapi bukan berupa ucapan, melainkan tasbih berupa amal dan
menolong bekerja. Pengetahuan itu mengatakan bukan mustahil akan memperoleh sebab yang
pertama yaitu Allah.” Albert Einstein, penyusun Teori Relativitas ”Ilmu tanpa agama adalah huta
sebaliknya agama tanpa ilmu adalah lumpuh”
Allah SWT telah memuliakan ilmu pengetahuan dan meninggikan orang-orang yang berilmu
beberapa derajat lebih tinggi. Rasulullah SAW juga mengajak untuk selalu menuntut ilmu
”Tuntutlah ilmu dari sejak ayunan hingga ke liang lahat (HR. Bukhari)” . ” Menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan (HR Bukhari-Muslim)”

C. Ayat Yang Berhubungan Dengan Kesehatan dan Bukti-Bukti Ilmiah Yang Telah Didapatkan dan
Konsep-Konsep Yang Berkembang Darinya
Mukjizat Alqur’an dan Hadist secara ilmiah adalah pemberitaan tentang suatu fakta yang
kemudian dibenarkan ilmu empiris dan terbukti bahwa fakta itu tidak mungkin diketahui melalui
peralatan manusia yang ada pada masa Rasulullah SAW. Di dalam Al-Quran terdapat banyak fakta
ilmiah yang baru terbukti setelah berlalu beberapa waktu. “Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah
peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-
Qur’an setelah beberapa waktu” (QS Shad: 87-88) . “Untuk tiap-tiap berita yang dibawa oleh
Rasul-Rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahuinya” (QS Al-An’am: 67).
Kata Nutfah, arti sesungguhnya dalam bahasa Arab yaitu bagian kecil dari cairan. Tetapi
pengertiannya harus dikaitkan dengan konteks ayatnya, karena istilah ini dalam Al-Quran dipakai
secara komprehensif, dapat berarti sperma,sel telur (ovum), sel telur yang sudah dibuahi atau
perkembangan lebih lanjut dari zigot. Kata amshaj berarti campuran, sehingga Nutfah al amshaj
berarti campuran dari saripati/bagian kecil cairan laki-laki dan perempuan. Hal ini dapat diartikan
sebagai hasil pembuahan. Dalam istilah medis dikenal sebagai zigot.
Rasulullah SAW bersabda : ” Telah bertanya seorang Yahudi kepada Rasulullah SAW; Ya
Muhammad dari apakah manusia diciptakan? Rasuullah SAW lalu menjawab wahai orang Yahudi,
ia diciptakan dari benih laki-laki dan wanita” (HR. Imam Ahmad).
Pada abad ke 17 setelah Anthony van Leuwenhoek menemukan mikroskop dan melihat jasad
renik dibawah mikroskop. Hal ini membuktikan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an, menjungkir
balikkan pendapat lama yang dianut selama berabad-abad. Miniatur manusia sudah ada dalam
bentuk yang utuh di dalam sperma dan kemudian diletakkan di dalam rahim.
Surat Al-Mu’miun (23) ayat 12-13: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (sulalatin) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (Nutfah) yang
disimpan dalam tempat yang kokoh (kororim makiin). Kemudian airmani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian
kami jadikan dia mahluk yang berbentuk lain. Maka maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.”
Pembentukan bagian-bagian tubuh manusia dilakukan secara bertahap dan bertumbuh dan
berkembang secara dinamis hingga mencapai bentuknya yang sempurna. Menjungkir balikkan
pendapat yang menyatakan bahwa manusia telah berada dalam bentuk yang utuh (miniatur) di
dalam sperma. Surat At-Tiin ayat 5: ”Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk
yang paling sempurna.”
Allah SWT dalam surat An-Nisa 56 : ”Setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka
dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan azab” (An-Nisaa ayat 56). Pada kulit ternyata
terdapat sistem persarafan, terdapat reseptor-reseptor saraf yang menyerap rasa panas, dingin,
dan rasa sakit. Dasar dalam gradasi luka bakar dan mendasari perkembangan ilmu pengetahuan
dan terapi luka bakar dan penyakit-penyakit kulit.
Hadist Rasulullah SAW ”Sesungguhnya dalam jasad manusia itu ada tiga ratus enam puluh
persendian. Barangsiapa yang mampu membebaskan satu persendian dari api neraka, maka
hendaklah ia kerjakan. Ada yang bertanya,”Bagaimana caranya, wahai Rasulullah ?” Beliau
menjawab yaitu seseorang mengucapkan lafal takbir atau mengucapkan lafal tasbih atau
menyingkirkan duri dari jalan atau menyuruh kepada kebaikan, atau mencegah dari
kemungkaran” (HR. Bukhari-Muslim).
Hadist Rasulullah SAW : ”Apabila salah seorang dari kalian bangun tidur hendaklah ia
berwudhu dan beristintsar (menghirup air kehidung kemudian mengeluarkannya) 3 kali.” (HR.
Bukhari). ”Sempurnakalah wudhu, ratakanlah air diantara jari jemari, dan bersungguh-sunguhlah
dalam istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), kecuali kamu berpuasa” (HR Bukhari dan
Muslim)
D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Ilmu Kesehatan Bedasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist
1. MembersihkanKesehatan dari unsur-unsur khurafat dan sihir.
” Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka dia telah menyekutukan Allah. Jampi-
jampi (pelet), jimat, dan guna-guna merupakan unsur-unsur syirik. Surat Al-Baqoroh ayat 32:
” Maha Suci Engkau, tidaklah ada yang kami ketahui kecuali dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami” . Surat Asy-Syu’ara (26) ayat 80 : ”Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku”. Surat Al-Ikhlas ayat 1-4 : ” Katakanlah bahwa Allah itu Esa. Allah itu
tempat meminta. Tidak beranak dan juga tidak diperanakan. Dan tidak ada satu satupun yang
menyerupainya”.
2. Tidak menggunakan zat-zat atau barang yang diharamkan dalam Al-Quran sebagai obat
Didalam sunah disebutkan bahwa Nabi SAW ditanyakan tentang khamer untuk dibuat
obat. Maka Rasulullah SAW bersabda : itu adalah penyakit dan bukan obat’ (HR. Abu daud
dan Tirmidzi). “Sesungguhnya Allah SWT menurunkan obat dan penyakit. Dan menjadikan
setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kamu sekalian tetapi jangan berobat dengan
barang-barang yang haram”. Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 90 : ”
Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan”  Dilain ayat Allah SWT juga
berfirman : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah dan daging babi” (QS : Al-Maidah
ayat 3)
3. Melakukan pengembangan ilmu Kesehatan untuk kemashlahatan umat manusia sehingga
akan tampak jelas bahwa Islam merupakan rahmat bagi alam semesta.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiyaa’ayat 107 : ” Dan tiadalah Kami mengutus kamu
(Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam  Hadist Rasulullah
SAW :” Sebaik-baiknya manusia di antara kamu adalah orang yang paling banyak manfaatnya
bagi manusia”
4. Menjauhkan diri dari kesombongan dalam melakukan pengembangan ilmu Kesehatan. Kita
harus senantiasa rendah hati dan selalu ingat kepada Allah SWT bahwa apa yang kita ketahui
hanyalah sedikit sekali dari Ilmu Allah SWT yang tak terbatas. Sebaliknya dalam melakukan
pengembangan ilmu Kesehatan akan kian mendekatkan kita kepada Allah SWT.
Surat Al-Isra ayat 85 : ” Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah; ” Roh itu
termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Surat Al-Baqoroh ayat 32: ” Maha Suci Engkau, tidaklah ada yang kami ketahui kecuali dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami”.
Rasulullah SAW bersabda : ” Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat
kesombongan sebesar biji sawi dan tidak akan masuk neraka orang yang di dalam hatinya
terdapat keimanan sebesar biji sawi” (HR. Muslim).

Anda mungkin juga menyukai