Anda di halaman 1dari 56

PENGEMBANGAN

PROGRAM PENDIDIKAN
KESEHATAN KLIEN
Learning Objective

 Identifikasi Kebutuhan Klien


 Tujuan Pendidikan kesehatan klien
 Prinsip, metode, Teknik dan strategi Pendidikan
 Media pembelajaran
 Evaluasi Pendidikan Kesehatan Klien
A. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
BELAJAR KLIEN
 Kebutuhan (needs) merupakan kesenjangan antara
keadaan saat ini dengan keadaan yang seharusnya (das
solen vs das sein).
 Needs seringkali dicampur-adukan dengan istilah
wants.
 Needs berkaitan dengan “masalah” yang ingin
dipecahkan, sedangkan wants berkaitan dengan
“pemecahan” suatu masalah.
 Hasil penentuan kebutuhan belajar biasanya berupa
rumusan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-nilai
yang perlu diberikan kepada peserta didik.
Lanjutan...

CLIENT JENIS KEBUTUHAN


1. Anak usia dini a. Pemerataan dan perluasan
program layanan dan
pendidikan
b. Peningkatan mutu layanan
dan pendidikan
c. Pengelolaan layanan dan
pendidikan
d. Peningkatan efisiensi dan
efektivitas
2. Pendidikan dasar a. Peningkatan akses dan
perluasan kesempatan belajar
b. Peningkatan kualitas dan
relevansi
c. Efisiensi menajemen
pendayagunaan
3. Pendidikan keaksaraan a. Perluasan akses pendidikan
Lanjutan...

CLIENT JENIS KEBUTUHAN


4. Kesetaraan dan keadilan a. Persamaan akses pendidikan
gender yang bermutu dan
berwawasan gender
b. Menurunnya tingkat
keniraksaraan penduduk
dewasa
5. Pendidikan kecakapan hidup a. Pendidikan berbasis luas
b. Pendidikan berbasis
masyarakat
c. Pendidikan yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat
dan kebutuhan pasar kerja dan
perilaku hidup sehat
KEBUTUHAN BELAJAR SIAPA?
 Tiga sumber kebutuhan belajar, yaitu peserta didik, masyarakat, dan pendidik.
 Harles melukiskan ketiga pihak dalam bentuk;
B. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENDIDIKAN
DAN KESEHATAN
1. Tingkat Pendidikan
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.

2. Tingkat sosial ekonomi


Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi, semakin mudah dalam
menerima informasinya.
3. Adat istiadat
Masyarakat akan mudah menerima informasi apabila sesuai dengan adat
istiadatnya.

4. Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang
yang dipercayai.

5. Ketersediaan waktu di masyarakat


Pemberian pendidikan kesehatan menyesuaikan waktu masyarakat
setempat.
Menurut Notoatmojo (2012), faktor yang mempengaruhi promosi
kesehatan:

a) Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi


Promosi kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran,
memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,
keluarganya, maupun masyarakatnya.
b) Promosi kesehatan dalam faktor – faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan dilakukan agar dapat memberdayakan
masyarakat dan mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan
dengan cara bantuan teknik, 3 memberikan arahan, dan cara - cara mencari
dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.
c) Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri
dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi
teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.
C. TUJUAN PENDIDIKAN
KESEHATAN
Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari :

1. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat


Menurut WHO (1954) pendidikan kesehatan adalah untuk
mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku
tidak sesuai dengan prinsip kesehatan maka dapat
menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan.
2. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat
istiadat, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan. Mengubah
kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang telah menjadi norma
atau nilai di suatu kelompok masyarakat, tidak segampang itu
untuk mengubahnya.
Tujuan promosi kesehatan menurut WHO:

1. Tujuan Umum
Mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan

2. Tujuan Khusus
a) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai bagi masyarakat.
b) Mendorong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
3. Tujuan Khusus
a) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai bagi masyarakat.
b) Mendorong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
D. PRINSIP, TEKNIK, DAN
STRATEGI PENDIDIKAN
1. Prinsip Pendidikan Kesehatan:
Pendidikan adalah sebuah proses perubahan dari ketidak
tahuan menjadi tahu, memahami dan mengerti.

Pendidikan kesehatan adalah proses mengajarkan konsep


kesehatan yang direncanakan dengan sadar untuk memberi
informasi sehingga meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman serta keterampilan dalam bidang kesehatan.
Melalui proses belajar ini diharapkan akan menumbuhkan
kesadaran pembelajar (pelaku proses belajar) dan
mempengaruhi perilaku.
Prinsip pendidikan kesehatan yaitu :
a) Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran dikelas tetapi
merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja
sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan
sasaran pendidikan.

b) Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan


seseorang kepada seseorang karena pada akhirnya sasaran
pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan
tingkah lakunya sendiri.

c) Bahwa yang harus dilakukan pendidik adalah menciptakan


sasaran individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat
mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.

d) Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan


(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah
sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan yang
2. Teknik Pendidikan dan Program Kesehatan
a) Teknik pendidikan kesehatan individual yaitu teknik ini digunakan apabila
anatara promotor kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat
berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun
melalui sarana komunikasi lainnya, misal telepon.

b) Teknik pendidikan kesehatan kelompok


Digunakan untuk sasaran kelompok yang dibedakan menjadi dua yaitu
kelompok kecil yang terdiri antara 6-15 orang dan kelompok besar yang
terdiri diatas 15-50 orang.
c) Teknik pendidikan kesehatan masa
Sasaran pendidikan kesehatan massa misal atau publik, teknik
pendidikan kesehatan untuk massa adalah
 Ceramah umum, misalnya dilapangan terbuka dan tempat-tempat
umum.
 Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televisi.
Penyampaian pesan melalui radio atau tv dapat dirancang dengan
berbagai bentuk misalnya talshow, dialog interaktif simulasi dan
sebagainya.
 Penggunaan media cetak seperti koran, leaflet, dan sebagainya.
 Penggunaan diluar ruang misalnya spanduk dan sebagainya.
3.Strategi Pendidikan Kesehatan
a) Penyebar luasan Informasi Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya
kesehatan, sistem komunikasi dan teknologi
yang tepat dalam pengembangan masyarakat.
Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan
bahan pendidikan kesehatan melalui media
massa agara pesan kesehatan menjadi bagian
yang terpadu dengan pesan pembangunan
nasional.
b) Pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan
Kegiatan ini meliputi penggembangan sikap, kemampuan dan
motivasi LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam
pemberdayaan hidup sehat dan penyebarluasan metodologi
pengembangan masyarakat melalui ormas dan kelompok potensial
lainnya.

c) Pengembangan penyelenggaraan Penyuluhan


Diselenggarakan melalui pengembangan sikap, kemampuan dan
motivasi tugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta dibidang
penyuluhan, institusi pendidikan dan sLinkbank serta pembentukan
kemitraan antara pemerintah, kelompok profesi dan masyarakat dalam
penyelenggaraan penyuluhan
E. MEDIA PEMBELAJARAN
DALAM PENDIDIKAN DAN
PROMOSI KESEHATAN
Media atau alat bantu promosi / pembelajaran kesehatan
adalah alat ( teknologi) yang digunakan untuk menyampaikan
materi atau bahan pembelajaran atau pesan kesehatan kepada
masyarakat.
Media promosi kesehatan disusun berdasarkan prinsip
bahwa makin banayk indera yang digunakan untuk menerima
pesan atau informasi kesehatan, makin tinggi atau jelas dalam
memahami pesan yang diterima.
Kerucut Edgar Dale
Manfaat media promosi kesehatan

a) Menimbulkan minat dan perhatian sasaran


b) Dapat mencapai sasaran yang lebih banyak atau besar
c) Membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman
d) Mempermudah menyampaikan pesan – pesan kesehatan
e) Mendorong keinginan sasaran untuk lebih memahami atau
mendalami pesan – pesan
Jenis-jenis media promosi
kesehatan
1. Berdasarkan penangkapan indera :
a) Media ( alat ) bantu lihat ( visual Aids )
 Alat yang diproyeksikan , misalnya slide dan film strip
 Alat yang tidak diproyeksikan
Dua dimensi : gambar dan bagan
Tiga dimensi : boneka dan model
b) Media ( alat ) bantu dengar dan lihat ( audio visual aids / AVA)
 Televisi
 Film
 Video kaset
 VCD
2. Berdasarkan teknik penyajian pesan:
a) Media cetak
 Booklet
 Leaflet
 Flyer
 Poster
 Photo
b) Media Elektronik
 Televisi
 Radio
 Video
 Radio
 Slide
 Komputer
c) Media Papan
 Bill board
3. Berdasarkan Penempatannya:
a) Media di dalam ruang
 Digunakan atau dipasang dalam ruangan
b) Media di luar ruang
 Digunakan atau dipasang di luar ruangan
Leaflet Booklet

Poster
F. IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KESEHATAN
Untuk melaksanakan proses pendidikan
kesehatan memerlukan proses manajemen yang
harus harus dipakai Kegiatan ini meliputi:

1) Perencanaan.
Pada tahap perencanaan ini ahli pendidikan kesehatan
harus sudah diikutsertakan agar dapat menyumbangkan
usaha untuk mengubah perilaku dan meyakinkan
masyarakat tentang manfaat usaha kesehatan.
2) Pelaksanaan.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diikut
sertakan dalam mengawasi perkembangan usaha
tersebut. Jika ada hambatan atau penyimpangan, ia
akan dapat memberikan bahan pertimbangan atau
cara penyelesaian yang lain, terutama yang
berhubungan dengan keadaan social budaya
masyarakat setempat. Dengan demikian, usaha
yang dijalankan tidak bertentangan dengan sistem
norma yang berlaku di tempat tersebut.
3) Penilaian.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diminta untuk turu
menilai seberapa jauh program atau usaha itu telah mencapai hasi
sesuai dengan yang diharapkan. Jika terjadi kemacetan, pendidikan
kesehatan dapat ikut memberikan gagasan tentang usaha
pemecahan masalah yang dianggap tepat.

4) Tindak lanjut.
Tahap ini sebenarnya termasuk dalam kegiatan untuk memantapkan
usaha sehingga dapat berlanjut dengan baik, dan di sini lah perlu
diciptakan suatu sistem/ mekanisme yang tepat agar usaha tersebut tidak
mengalami kemandekan.
Implementasi pendidikan kesehatan meliputi:
1) Pengenalan lokasi penyuluhan
a) Mengenal masyarakat
b) Mengenal wilayah
2) Menentukan prioritas
3) Menentukan tujuan penyuluhan
4) Menentukan sasaran penyuluhan
5) Menentukan isi penyuluhan
6) Menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan
7) Memilih alat peraga atau media penyuluhan
8) Menyusun rencana penilaian (evaluasi)
a) Pastikan dalam tujuan yang telah dijabarkan sudah secara khusus dan
jelas mencantumkan waktu evaluasi, tempat pelaksanaan evaluasi, dan
kelompok sasaran yang akan dievaluasi.
b) Apa jenis indikator atau kriteria yang akan dipakai dalam penilaian.
c) Perlu dilihat kembali, apakah pelaksanaan penyuluhan sudah sejalan
dengan tujuan program.
d) Kegiatan-kegiatan penyuluhan apa yang akan dievaluasi.
e) Metode dan instrumen apa yang akan digunakan untuk evaluasi
tersebut.
f) Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
G. EVALUASI PENDIDIKAN
KESEHATAN
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses
dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Proses ini
mencakup langkah-langkah memformulasikan tujuan,
mengidentifikasi kriteria secara tepat yang akan dipakai mengukur
sukses, menentukan besarnya sukses dan rekomendasi untuk kegiatan
program selanjutnya (Azwar, 2012)
Jenis-jenis evaluasi

Evaluasi formative Evaluasi summative


evaluasi yang dilakukan pada tahap evaluasi yang dilakukan untuk
pelaksanaan program dengan tujuan melihat hasil keseluruhan dari suatu
untuk mengubah atau memperbaki program yang telah selesai
program dilaksanakan
Tujuan Evaluasi

1. Tujuan diadakan evaluasi suatu program biasanya bervariasi,


tergantung pada pihak yang memerlukan informasi  hasil
tersebut.
2. Untuk menetapkan penilaian terhadap program yang sedang
berjalan dan kecenderungannya,
3. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan
program dan perencanaan program yang akan datang
4. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya, dan
manajemen (resources) saat ini serta di masa-masa mendatang.
Sasaran Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan kebutuhan banyak pihak, menjadi


penting dan kompleks. Seperti telah disampaikan definisi adalah
suatu evaluasi dalam pekerjaan adalah  evaluasi suatu proses
penilaian suatu kinerja dari suatu proses kegiatan.
Evaluasi pendidikan kesehatan
klien
domain psikomotor adalah respons yang terlihat secara langsung oleh orang lain
atau biasa disebut dengan praktik. Domain psikomotor memiliki empat tingkatan
yaitu persepsi, respons terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Pada tahap
persepsi, kita mengenal dan memilih objek yang berhubungan dengan tindakan
yang akan diambil. Selanjutnya adalah respon terpimpin adalah melakukan
sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. Ketiga dalah
mekanisme yaitu apabila seseorang melakukan dengan benar secara otomatis
atau menjadi sebuah kebiasaan. Terakhir yang paling tinggi adalah adopsi yaitu
praktik yang sudah berkembang dengan baik.

Evaluasi aspek psikomotor dapat dilakukan dengan mengobservasi bagaimana


klien melakukan suatu prosedur di rumah. Evaluasi ini jauh lebih kompleks
dibandingkan dengan evaluasi kognitif dan biasanya hanya ditentukan dengan
skala sikap. Dari hasil observasi ini, kita bisa mengetahui apakah perlu dilakukan
modifikasi pendidikan kiranya tujuan tidak tercapai, atau kiranya sudah tercapai
adakah yang mesti dikembangkan.
Evaluasi Belajar Klien
Tahapan asuhan keperawatan yang terakhir adalah Evaluasi. Evaluasi
dilakukan untuk mengukur keberhasilan intervensi yang dilakukan serta menilai
apakah dibutuhkan intervensi lain (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
Evaluasi dapat sesuai dengan macam-macam klien, yaitu:

Evaluasi Belajar Klien

Evaluasi Evaluasi Evaluasi


individu komunitas keluarga
Evaluasi individu

Kebutuhan
mengetahui
Self-Efficacy
sebuah
informasi

Kepercayaan Manajemen diri


Self-Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seorang individu mengenai
kemampuannya untuk melaksanakan atau menjalankan
sesuatu. Biasanya, hal ini spesifik terhadap suatu kasus atau
perilaku. Untuk itu, tolak ukur ini berbeda-beda sesuai
dengan kondisi tertentu. Contohnya adalah Childbirth Self-
Efficacy Scale  (Lowe, 1993, dalam, Redmen, 2004)
serta Sickle cell Self-Efficacy Scale (Edwards, Telfair, Cecil
& Lenoci, 2000, dalam, Redmen 2004).
Kebutuhan mengetahui sebuah
informasi
Kebutuhan untuk mengetahui sebuah informasi biasanya tinggi
akan permintaan terhadap klien-klien dengan level depresi atau
kecemasan yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan dari klien yang
memiliki diabetes, rheumatoid arthritis, kanker, asma, osteoporosis,
schizophrenia dan beberapa penyakit lainnya, ternyata kebutuhan
informasi sangat diinginkan oleh pasien kanker. Kebutuhan akan
informasi ini juga berkurang setelah masa penyakit membaik.
 Kepercayaan

Kepercayaan klien terhadap suatu kondisi dapat mempengaruhi


proses asuhan keperawatan. Contohnya adalah The Menopause
Representations Questinnaire yang mengukur pengetahuan
individu mengenai identitas, konsekuensi, dan persepsi mengenai
kontrol dan penyembuhan, hal ini bisa mempengaruhi asuhan
keperawatan. Kepercayaan yang tidak benar akan suatu kondisi
kelien bisa jadi mempengaruhi proses penyembuhan klien.
Manajemen diri

Contoh pengukuran tolak ukur manajemen diri ini adalah Heart


Failure Questionnaire yang menilai bagaimana perilaku
seseorang dengan penyakit jantung dan apa yang mereka lakukan
saat gejalanya datang. Hasilnya adalah orang yang lebih
berpengalaman pada kesehariannya mencoba untuk mengurangi
konsumsi sodium. Hal ini adalah contoh penilaian manajemen
diri yang baik.
Evaluasi komunitas
 Perawat komunitas akan mengukur apakah rencana asuhan keperawatan
yang telah dibuat membuahkan hasil yang dilakukan pada fase evaluasi
ini.
 Hasil dari respon tersebut dibandingkan antara sebelum dan sesudah
intervensi. Perbandingan ini akan memberikan gambaran mengenai
seberapa efektif rencana asuhan keperawatan tersebut
 Frekuensi penilaian evaluasi juga tergantung akan situasi, seberapa cepat
perubahan diharapkan, dan objektifnya

Contoh, seseorang yang luka dan berdarah akan


membutuhkan evaluasi dengan interval yang singkat,
sementara perubahan perilaku komunitas akan berjalan
perlahan dan membutuhkan metode evaluasi jangka
panjang. Interval evaluasi berbeda-beda tergantung apakah
objektifnya jangka pendek atau jangka panjang 
Evaluasi keluarga
 Fungsi dari evaluasi ini adalah untuk menilai bagaimana keluarga merespon
terhadap rencana asuhan keperawatan dan apakah intervensi ini berhasil
 Saat menilai faktor-faktor seperti kepercayaan, perspektif pribadi, atau peran
dalam suatu hubungan, perawat harus mengevaluasi berdasarkan pendapat
keluarga tersebut apakah mereka merasa intervensi itu berhasil atau tidak
 Tolak ukur berikut ini dapat digunakan untuk menentukan keefektifan sebuah
intervensi, yaitu: 1) perubahan pola interaksi, 2) komunikasi efektif, 3)
kemampuan untuk mengekspresikan emosi, 4) kepekaan terhadap kebutuhan
anggota keluarga lain, dan 5) kemampuan memecahkan masalah. Tolak ukur
tersebut dapat dibandingkan dengan kondisi keluarga pada saat pengkajian
awal. Hasil dari penilaian tolak ukur ini masih bisa digunakan untuk menilai
potret keluarga bahkan hingga hari ini, saat keluarga sudah lebih bervariasi 
 Jenis Evaluasi

Evaluasi
proses

Evaluasi hasil
Evaluasi struktur

 Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau


keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan.
 Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan
perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
keperawatan dalam area yang diinginkan.
Evaluasi proses

 Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan


apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
 Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup
jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan
pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa
keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
Evaluasi hasil

 Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons


prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan
dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Hasil Evaluasi

1. Tujuan tercapai/masalah teratasi:


jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien
menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang
telah ditetapkan
3. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi:
jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective)  : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan.
O (Objective)  : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A (Analisis/Assessment)   : membandingkan antara informasi subjective
dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak
teratasi.
P (Planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
H. PENDIDIKAN DARI MASA KE MASA

AM AN Penga
la
disimp man manu
A.J u
menge lkan dan
sia de

PURBA
ng
nai be disusu an penyaki
sebab rbaga n teo t
i ma c r i -t e o
pengo se am pe ri
batan bab, g nyakit
Bersa nya. ejala ,
maan d an
pendid denga
ikan n
menc keseh kegia
egah atan tan
meski t imbul
p un n ya u n tuk
sejara seder
h hana penya
berse dan diliha kit
jarah g a m ba r a t dari
zaman d i be n
3 000-5 rb a g ai tem r eli
Conto
h 000 t
h pat s ef
s e
per ke
m ba n
: zaman ebelum ma jak
semak gan m sehi.
i n ma dunia esir kuno
Muham ju k e
mad h i ng g a se h
maca
m pen SAW diaja zaman atan
anjura didika rkan Nabi
n bers n keseh b erbag
iwak, a ta n ai
dll. seper
ti
JAMAN • Lamuel Shuttuck (amerika) menyusun
MODERN pelajaran pendidikan kesehatan ke sekolah-
sekolah sejalan dengan perkembangan ilmu
kesehatan masyarakat.
• Tahun 1951 di Paris didirikan lembaga
internasional untuk mendukung terlaksanannya
pendidikan kesehatan yaitu The International
Union For Health Education.
• Tahun 1960 berdirinya sekolah kesehatan
pertama kali di Amerika Serikat yaitu The
School Health Education Study.

54
DI INDONESIA

PERIODE 1965-1975
Dikenal istilah pendidikan kesehatan
masyarakat, kegiatan kesehatan melalui
pendekatan masalah sosial (PKMD),
peningkatan SDM kesehatan,1965 berdiri
FKM UI jurusan Penkes dan Ilmu Perilaku
PERIODE 1975-1995
Dikenal dengan penyuluhan kesehatan
melalui pendekatan edukatif
PERIODE 1995 – SEKARANG
Istilah promkes mulai dipakai, konsep PHBS
dikembangkan sebagai model promkes
melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS)
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai