Anda di halaman 1dari 12

IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

Format Modul Praktek Klinik/ Lapangan/ Laboratorium *

1. Tema Modul : Paradigma Kebidanan


2. Mata kuliah/ Kode : Konsep Kebidanan / Bd.101
3. Jumlah SKS : 2P
4. Alokasi waktu : 240 menit
5. Semester / T.A. : I / 2012/2013
6. Tujuan : Mahasiswa mampu memahami paradigma kebidanan yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan
7. Gambaran Umum Modul : Dalam modul ini ditunjukkan implementasi paradigma kebidanan
yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
8. Karakteristik Mahasiswa : Modul ini ditujukan bagi mahasiswa semester I Prodi D III
Kebidanan yang telah mengikuti pembelajaran teori paradigma
kebidanan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
9. Target Kompetensi : Mahasiswa dapat menjelaskan tentang paradigma kebidanan
yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
10. Indikator Pencapaian : Mahasiswa mampu menjelaskan tentang paradigma kebidanan
yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
11. Materi Pembelajaran : ( Terlampir )
12. Strategi Pembelajaran :
a. Diskusi dan tanya jawab
13. Sarana Penunjang Pembelajaran :
a. LCD
b. Komputer
14.Prosedur :
a. Membagi kelomnpok menjadi 5 kelompok
b. Masing – masing kelompok mencari dokumen asuhan kebidanan
c. Masing – masing kelompok menganalisis dokumen asuhan kebidanan yang berkaitan dengan
paradigma kebidanan
d. Memberi waktu pada tiap kelompok untuk membuat presentasi hasil analisis
e. Memerintahkan mahasiswa perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil analisis
f. Membahas dalam kelas tiap kalimat yang ditulis dan memandu kelas untuk memberikan
koreksi atau ide tertentu
g. Dosen memberikan masukan atas ide kalimat yang dituliskan
15. Metode Evaluasi : tanya jawab
16. Metode penilaian : responsi

17. Daftar Pustaka :

1
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

a. Bryar, Rosamund M.(2008). Teori Praktik Kebidanan (terjemahan). Cetakan I. Jakarta : EGC.
b. Soepardan, Soeryani. (2008). Konsep Kebidanan. Cetakan I. Jakarta : EGC
c. Estiwidani, Dwana, et al.(2008). Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
d. Varney, Hellen. (1997). Varney’s Midwifery
e. Depkes RI. (2005). Standar Profesi Bidan. Jakarta : Depkes.IBI. (2001). 50 tahun IBI.

Disiapkan oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh


Dosen Pengampu Mata Kuliah Ketua Perwakilan Jurusan Ketua Perwakilan Jurusan

Komariyah, SST Krisdiana Wijayanti, MMid Krisdiana Wijayanti, MMid


NIP.197108151994032002 NIP.197108151994032002

2
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

MATERI
PARADIGMA KEBIDANAN

Paradigma kebidanan adalah cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan, yaitu
pandangan terhadap manusia/wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan/kebidanan dan
keturunan.
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesionalannya berpegang pada paradigma,
berupa pandangan terhadap manusia/wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan/kebidanan
dan keturunan.
KOMPONEN PARADIGMA KEBIDANAN
Komponen paradigma kebidanan dapat digambarkan sebagai berikut:
Bidan Kesehatan (perilaku, keturunan, pelayanan, lingkungan)

Manusia/wanita

Keterkaitan antar konsep-konsep (biopsikososial, keutuhan, hirarki)


1. Wanita
Wanita atau manusia adalah makhluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang utuh dan
unik, yang mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Makhluk biopsikososial berasal dari kata Bios. Bios berasal dari kata Bio
artinya hidup. Manusia merupakan suatu susunan sel hidup yang membentuk suatu satuan
sistem organ tubuh (musculoskeletal, saluran pernafasan, saluran pencernaan, dsb). Manusia
mempunyai kebutuhan agar tetap hidup. Manusia tidak lepas dari hukum alam dilahirkan,
berkembang, dan akhirnya mati. Psiko berasal dari psiche yang artinya roh/jiwa/sukma. Artinya
manusia mempunyai struktur kepribadian yang terdiri dari id-ego-super ego. Menusia
mempunyai daya pikir dan kecerdasan, mempunyai kebutuhan psikologis agar pribadinya dapat
berkembang (penghargaan, dicintai, rasa aman, disiplin, belajar). Manusia mempunyai pribadi
yang unik dimana tidak ada dua individu yang sama. Sosial berasal dari kata socius yang artinya
teman. Artinya manusia hidup bersama-sama orang lain, keluarga, kelompok kecil, mempunyai
kebudayaan dan bermasyarakat. Manusia dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan.
Konsep keutuhan berlaku kalau manusia memakai sistem terbuka. Artinya manusia secara
konstan berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara menyesuaikan diri dengan
lingkungannya atau menyesuaikan lingkungan dengan mereka.
Kebutuhan dasar manusia manurut Abraham Maslow dari urutan yang paling rendah
adalah:
1. Kebutuhan fisiologi: kebutuhan akan zat asam, makanan, air, istirahat, seks.
2. Keamanan dan keselamatan: perlindungan dan bebas dari gangguan bahaya.

3
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

3. Cinta: kebutuhan akan kasih sayang, perasaan dimiliki, dan hubungan yang berarti
dengan orang lain.
4. Harga diri: kebutuhan yang harus dipikirkan baik oleh diri sendiri dan orang lain.
5. Perwujudan diri: kebutuhan harus dipenuhi sendiri (belajar, mencipta, memahami dan
mengalami potensi diri).
Menurut Maslow, kebutuhan bagian atas dari hirarki tidak akan terpenuhi atau dibolehkan dicapai,
kecuali terlebih dahulu kebutuhan tingkat rendah sampai suatu taraf. Dengan memakai konsep
hirarki, dapat dilihat bahwa kebutuhan manusia terus berkembang, berubah dan tumbuh.
Keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan karena wanita
adalah penerus generasi keluarga, dan kesehatan itu bukan hanya mencakup kesehatan ketika
seorang wanita hamil, bersalin, dan nifas, melainkan kesehatan seorang wanita mulai dari bayi, anak-
anak, remaja, dan dewasa, hal ini dikarenakan kesehatan seorang wanita saling mempengaruhi di
tingkat perkembangan usianya. Wanita adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga, hal ini
dikarenakan ketika seorang wanita menjadi ibu, dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepada anaknya sesuai dengan tingkat perkembangannya, misalnya mengajarkan bahasa, berjalan,
memakai baju dan lain-lain. Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor dari
peningkatan kesejahteraan keluarga, hal ini dikarenakan wanita sebagai penanggung jawab utama
untuk urusan rumah tangga, misalnya menyiapkan makanan yang bergizi, memeriksakan kesehatan
bayi secara berkala, mengurus rumah agar selalu bersih, dan lain-lain. Meskipun dewasa ini, para ibu
banyak yang menjadi wanita karir, dimana dia juga bekerja untuk membantu suami memenuhi
kebutuhan keluarga, tetapi peran sebagai seorang ibu tidak bisa dihapuskan.
Sebegitu besarnya peran wanita dalam kesejahteraan keluarga dan juga masyarakat pada
akhirnya, maka sebagai bidan dalam memberikan asuhan kebidanan memperhatikan manusia
seutuhnya dengan menggunakan pendekatan holistik/komprehensif, mengkaji dan mengidentifikasi
kebutuhan pasien dari segala faktor yang ada dalam unsur biologis, psikologis, sosial, kultural, dan
spiritual, sehingga terjadi proses pemenuhan kebutuhan dasar kearah kemandirian/mengembangkan
potensi wanita serta menolongnya untuk mengatasi keterbatasannya dalam menggunakan sumber
secara tepat. Misalnya bidan dihadapkan pada pasien seorang wanita yang memiliki banyak anak
lebih dari empat dan tidak mau ikut KB, maka bidan harus mengidentifikasi masalah tersebut dari
semua faktor, yaitu biologis (ada suatu kontraindikasi pemasangan KB), psikologis (wanita tersebut
tidak faham KB dan takut untuk menggunakannya), social (keluarga tidak membolehkannya untuk
menggunakan KB), cultural (adat tidak membolehkan menggunakan KB), spiritual (agama yang
dianut klien/wanita melarang untuk menggunakan KB).

2. Bidan
Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah
praktisi di seluruh dunia. Bidan dalam prakteknya berwenang untuk memberikan pelayanan
kebidanan ibu dan anak, pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan kebidanan ibu dan anak

4
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

a. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:


1). Penyuluhan dan konseling. Contoh: bidan memberikan penyuluhan dan konseling kepada ibu
hamil, bersalin, dan nifas yang membutuhkan informasi mengenai keadaannya.
2). Pemeriksaan fisik. Contoh: bidan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilannya dan melakukan pencatatan dalam KMS ibu hamil.
3). Pelayanan ante natal pada kehamilan normal. Contoh: bidan memberikan imunisasi TT pada
ibu hamil dan pemeriksaan Hb pada awal kunjungan.
4). Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens,
hiperemesis gravidarum tingkat I, pre eklampsi ringan dan anemia ringan.
5). Pertolongan persalinan normal.
6). Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang, partus macet, kepala di
dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan
lahir, distosia karena inersia uteri.
7). Pelayanan ibu nifas normal. Contoh: bidan melakukan pemeriksaan ibu nifas seperti involusio
uteri.
8). Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta dan infeksi ringan.
9). Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan
tidak teratur, dan penundaan haid.
b. Pelayanan kebidanan pada anak meliputi:
1). Pemeriksaan bayi baru lahir. Contoh: bidan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
mengenai panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut.
2). Perawatan tali pusat. Contoh: bidan melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir
dengan menggunakan kasa biasa.
3). Perawatan bayi.
4). Resusitasi pada bayi baru lahir.
5). Pemantauan tumbuh kembang anak.
6). Pemberian imunisasi.
7). Pemberian penyuluhan.
c. Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dan bayi berwenang untuk:
1) Memberikan imunisasi.
2) Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja putri, calon pengantin,
ibu dan bayi.
3) Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas.
4) Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan meliputi pemberian secara parenteral
antibiotic pada infeksi/sepsis, oksitosin pada kala III dank ala IV untuk
pencegahan/penanganan perdarhan post partum karena hipotonia uteri, sedative pada
pre eklampsi/eklampsi, sebagai pertolongan pertama sebelum dirujuk.
5) Mengeluarkan plasenta secara manual.
6) Bimbingan senam hamil.
7) Pengeluaran sisa jaringan konsepsi.
8) Episiotomi.

5
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

9) Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II.
10) Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm.
11) Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm pada letak
belakang kepala, pada distosia karena inersi uteri dan diyakini bahwa bayi dapat lahir
pervaginam.
12) Pemberian infuse.
13) Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika antibiotika, dan sedativa.
14) Kompresi bimanual.
15) Kompresi bimanual interna dan atau eksterna dapat dilakukan untuk menyelematkan jiwa
ibu pada perdarahan post partum untuk menghentikan perdarahan.
16) Versi ekstraksi gemeli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya.
17) Kehamilan ganda seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan persalinannya di
rumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak diketahui, bidan yang menolong
persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi luar pada bayi kedua yang tidak dalam
presentasi kepala sesuai protap.
18) Vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul.
19) Demi penyelamatan hidup bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai kompetensi dapat
melakukan ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam bila janin dalam presentasi belakang
kepala dan kepala janin telah berada di dasar panggul.
20) Pengendalian anemia.
21) Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu.
22) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
23) Bidan diberi wewenang melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia yang sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini, persalinan dengan
tindakan, dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah, utamanya bayi prematur. Bayi
tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas kesehatan, khususnya yang mempunyai
berat badan lahir kurang dari 1750 gram.
24) Penganan hipotermi.
25) Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan penanganan hipotermi pada bayi baru lahir
dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak dini, dan metode kangguru.
26) Pemberian minum dengan sonde/pipet.
27) Pemberian obat-obat terbatas.
28) Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.
29) Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah tersebut, bidan
dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit bagi ibu dan anak sesuai
kemampuannya.

Pelayanan Keluarga Berencana


Bidan dalam memberikan pelayanan KB berwenang untuk:

6
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan alat kontrasepsi dalam rahim,
alat kontrasepsi bawah kulit, dan kondom.
b. Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi. Contoh: memberikan
konseling tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi serta implikasi yang
mungkin menyertai dalam pemakaian alat kontraspsi.
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim.
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit.
e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, KB, dan kesehatan masyarakat.
- Pelayanan kesehatan masyarakat
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk:
a. Pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak.
b. Mamantau tumbuh kembang anak.
c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk, dan
memberikan penyuluhan IMS, penyalahgunaan Narkotika Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.
3. Kesehatan
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi
individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan
fisik, lingkungan psikososial, lingkungan biologis, dan lingkungan budaya. Lingkungan fisik
tersebut adalah segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat mempengaruhi
perubahan status kesehatan seperti adanya daerah-daerah wabah, lingkungan kotor,
dekat pembuangan air limbah, atau sampah, dan lain-lain. Lingkungan psikologis artinya
keadaan yang menjadikan terganggunya psikologis seseorang seperti lingkungan yang
kurang aman yang mengakibatkan kecemasan dan ketakutan akan bahaya yang
ditimbulkannya. Lingkungan social adalah masyarakat yang luas serta budaya yang ada
juga dapat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam kehidupan beragama serta
meningkatkan keyakinan.
Masyarakat merupakan kelompok yang paling penting dan kompleks yang telah
dibentuk manusia sebagai lingkungan social, sehingga bidan harus mempunyai
pengetahuan yang luas dan dalam tentang komunity serta unit dasarnya, membantu
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta
member motivasi untuk mencapai tingkat kesehatan setinggi-tingginya (sasaran utama
kelompok resiko tinggi yaitu ibu dan anak).

b. Perilaku

7
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan. Perilaku
manusia bersifat holistis (menyeluruh).
Sikap adalah ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong dilakukannya
tindakan-tindakan social tertentu dalam lingkugan social. Misalnya perilaku seorang ibu
yang rajin untuk mengimunisasikan bayinya, yang dimaksud sikap adalah ibu tersebut
secara emosi menyetujui tentang imunisasi rutin pada bayi, sedangkan yang dimaksud
tindakan adalah ketika seorang ibu membawa bayinya ke rumah bidan untuk
mendapatkan imunisasi.
Faktor yang mempengaruhi perilaku:
1). Predisposing factors: meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, dan persepsi,
misalnya ibu hamil yang mengetahui pentingnya untuk periksa hamil secara rutin.
2). Enabling factors: meliputi lingkungan dan fasilitas dari sarana kesehatan, misalnya
melakukan standar 7T dalam pemeriksaan kehamilan.
3). Reinforcing factors: meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan, misalnya bidan
yang ramah dan mau menjawab semua pertanyaan pasien dengan sabar.
Adapun perilaku professional dari bidan mencakup:
1). Berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek legal dalam melaksanakan
tugasnya.
2). Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
3). Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara
berkala.
4). Menggunakan tindakan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan penyakit
dan strategi pengendalian infeksi.
5). Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama member asuhan kebidanan.
6). Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat dalam kaitannya dengan praktik
kesehatan, kehamilan, pelahiran, periode pasca-melahirkan, bayi baru lahir, dan
balita.
7). Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan wanita/ibu (klien) agar
klien dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi mengenai semua aspek
asuhan. Meminta persetujuan secara tertulis agar klien juga bertanggung jawab atas
kesehatannya sendiri.
8). Menggunakan keterampilan komunikasi.
9). Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu dan keluarga.
10). Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
Perilaku ibu selama periode kehamilan memengaruhi kehamilannya. Perilaku ibu
dalam mencari penolong persalinan akan memengaruhi kesejahteraan ibu dana janin yang
akan dilahirkan. Demikian pula prilaku ibu pada masa nifas kan memengaruhi kesehatan
ibu dan bayinya. Dengan demikian perilaku ibu dapat memengaruhi kesejahteraan ibu dan
janinnya.

8
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

c. Keturunan
Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat
dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut penyiapan wanita sebslum perkawinan,
sebelum kehamilan, atau pra konsepsi, masa kehamilan, masa kelahiran, dan masa nifas.
Oleh karena itu pelayanan pra perkawinan, pra kehamilan, kehamilan, kelahiran dan nifas
adalah sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat
dipisahkan dan semua ini adalah tugas utama bidan.
Walaupun kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah proses yang fisiologis bisan
menjadi patologis. Hal ini berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya, misalnya
adanya faktor keturunan kembar pada ibu hamil. Kehamilan kembar tentunya memiliki
resiko yang lebih besar daripada kehamilan normal dengan satu janin. Begitu pula adanya
faktor keturunan yang dilihat dari faktor golongan darah maupun faktor rhesus darah. Oleh
karena itu layanan pra perkawinan, kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah sangat penting
dan mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan.
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang
mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetic,
walaupun tidak terlalu besar tetapi akan mempengaruhi respon terhadap beberapa
penyakit.
d. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga
yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan
sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya dengan tujuan meningkatkan kesehatan ibu
dan anak guna tercapainya keluarga yang berkualitas, bahagia, dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya-upaya sebagai berikut:
1). Peningkatan (promotif): misalnya dapat dilakukan dengan adanya promosi kesehatan
(penyuluhan tentang imunisasi, himbauan kepada masyarakat untuk pola hisup
sehat).
2). Pencegahan (preventif): dapat dilakukan dengan pemberian TT pada ibu hamil,
pemeriksaan Hb, imunisasi bayi, pelaksanaan senam hamil.
3). Penyembuhan (kuratif): dilakukan sebagai upaya pengobatan misalnya pemberian
transfusi darah pada ibu dengan anemia berat karena perdarahan post partum.
4). Pemulihan (rehabilitatif): misalnya pemulihan kondisi ibu post SC.
Sedangkan layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1). Layanan kebidanan primer/mandiri, adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada
klien dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
2). Layanan kolaborasi, adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan
beban tanggung jawab bersama dari semua pemberi layanan yang terlibat mencakup,

9
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

bidan, dokter, dan tenaga kesehatan professional lainnya. Bidan merupakan anggota
tim.
3). Layanan rujukan adalah asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan
tanggung jawab kepada dokter, ahli dan tenaga kesehatan professional lainnya untuk
mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka

menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.

PELAYANAN KEBIDANAN
Bagian integral dari pelayanan kesehatan. Layanan oleh bidan sesuai kewenangan untuk
meningkatkan kesehatan ibu-anak mencapai keluarga berkualitas, bahagia dan sejahteraPelayanan
kebidanan : bagian integral dari pelayanan kesehatan, fokus pada kesehatan perempuan sepanjang
siklus reproduksi, bayi, balita à kesehatan keluarga dengan sdm berkualitas.
Masalah asuhan kebidanan meliputi Risiko, komplikasi serta efek maupun dampak perubahan
peran menjadi ibu termasuk faktor risiko yang dapat mempengaruhi ketidakberdayaan perempuan
dalam menjalani fungsi kehidupan dirinya secara aman dan alamiah untuk melahirkan anak yang
dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat dengan berdasar pada keadilan gender.
Tujuan asuhan kebidanan :
1. Ibu dan bayi sehat, selamat, keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan, martabat manusia.
2. Saling menghormati penerima asuhan dan pemberi asuhan.
3. Kepuasan ibu, keluarga, dan bidan.
4. Adanya kekuatan diri dari perempuan dalam menentukan dirinya sendiri.
5. Adanya rasa percaya diri dari perempuan sebagai penerima asuhan.
6. Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas.
7. Sasaran pelayanan kebidanan : individu, keluarga, dan komunitas.
Pelayanan kebidanan dapat dibedakan :
1. Layanan primer : dapat dilakukan mandiri dan langsung kepada klien.
2. Layanan kolaborasi : bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, pada kasus komplikasi.
3. Layanan rujukan : asuhan di luar lingkup kewenangan dan kemampuan bidan.
Peran bidan :
1. Counseling (konseling).
2. Education (pendidikan).
3. Support (dukungan).
4. Community mobilization (penggerakan peran serta masyarakat).
5. Organization (mengorganisir).
6. Advocacy (membela hak).
7. Supervisi (pengawasan).
8. Research (penelitian).
9. Information (informasi).
Beberapa asuhan primer :
1. Pencegahan.
2. Skrining/deteksi dini untuk di rujuk.

10
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

3. Asuhan kegawat daruratan ibu dan neonatal.


4. Pertolongan pertama pada penyakit akut à di rujuk.
5. Pengobatan ringan.
6. Asuhan pada kondisi kronik.
7. Pendidikan kesehatan.
8. Menentukan kebutuhan kesehatan.
9. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Kegiatan bidan dalam asuhan kebidanan :
Anak dan remaja wanita :
1. Pencegahan kehamilan belum waktu.
2. Bimbingan kesehatan reproduksi.
3. Gizi.
4. Tindakan berbahaya.
5. Kekerasan termasuk penyalahgunaan seksual.
6. Penyalahgunaan obat.
7. Kegiatan bidan dalam asuhan kebidanan :
Ibu – bayi :
1. Merangsang pernafasan.
2. Perlindungan suhu tubuh.
3. Perawatan mata.
4. Menyusukan segera.
5. Imunisasi.
6. Pertolongan persalinan bersih dan aman.
7. Pertolongan kegawat daruratan.
8. Kegiatan bidan dalam asuhan kebidanan :
Ibu – bayi :
1. Rujukan.
2. Pemberian informasi dan pelayanan kb.
3. Pencatatan (registrasi).
4. Pemberian tetanus toxoid.
5. Pemberian zat besi dan folic acid.
6. Nutrisi dan istirahat.
7. Deteksi dini dan manajemen komplikasi.
8. Kegiatan bidan dalam asuhan kebidanan :
Post partum :
1. Dukungan menyusui.
2. Keluarga berencana.
3. Perubahan menjadi ibu.
4. Dukungan pada kelompok rentan.
5. Konseling post abortus.
6. Kegiatan bidan dalam asuhan kebidanan :

11
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-IPM-8

Menopause/andropause :
1. Pemeriksaan alat kelamin.
2. Pap smear.
3. Perabaan payudara.
4. Penggunaan bahan makanan yang mengandung fito-protein.
5. Penggunaan bahan makanan sumber kalsium.
6. Gambaran bidan kompeten :
Manajemen asuhan kebidanan adalah Suatu metode pengaturan, pengorganisasian pikiran,
dan tindakan dalam suatu urutan yang logis untuk menguntungkan pasien maupun petugas
kesehatan.
Manajemen kebidanan Ada 7 langkah (varney) :
1. Pengumpulan data dasar : komprehensif.
2. Interpretasi data : menegakkan diagnosa, masalah dan kebutuhan.
3. Identifikasi masalah potensial/diagnosa lain.
4. Identifikasi kebutuhan tindakan segera.
5. Perencanaan yang komprehensif.
6. Implementasi/pelaksanaan asuhan.
7. Evaluasi keefektifan dan efisiensi rencana dan asuhan, dan mendokumentasikannya (sistem
pendokumentasian dengan format soap)

12

Anda mungkin juga menyukai