HIPERPLASIA
OLEH
KELOMPOK III :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Askep yang berjudul “ Benigna Prostat Hiperplasma” ini
dapat kami selesaikan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kulaih
Keperawatan KMB II, selain itu menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
Askep ini.
Kelompok VII
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………….....................
2. Tujuan
2.1 TujuanUmum...............................................................................................................
2.3. Pathofisiologi...……………………………………………………………................
2.4. Pathaway…………………...………………...............................................................
2..5. Manifestasi Klinis……………………………………................................................
2.6. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik.............................................................................
2.7. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan...................................................................
2.8. Pencegahan...................................................................................................................
2.9. Pendidikan Kesehatan.................................................................................................
2.10. Penelitian Terkait Dengan Konsep Penyakit...............................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, dan kita jaraskan menurut usia,
maka dapat di lihat kadar insidensi BPH. pada usia 40-an, kemungkinan seseorang itu
menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah meningkatnya usia, yakni dalam
rentang usia 60 hingga 70 tahun, persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70
tahun, persen untuk mendapatkannya bisa sehingga 90% ( A.K. Abbas, 2005), Akan
tetapi, jika di lihat secara histologi penyakit BPH. secara umum membabitkan 20% pria
pada usia 40-an, dan meningkat secara dramatis pada pria berusia 60-an, dan 90% pada
usia 70. Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan kedua setelah
penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya, diperkirakan hampir 50
persen pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun, dengan kini usia harapan hidup
mencapai 65 tahun ditemukan menderita penyakit PPJ atau BPH ini. Selanjutnya. 5
persen pria Indonesia sudah masuk ke dalam lingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu,
jika dilihat, dari 200 juta lebih bilangan rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100
juta adalah pria, dan yang berusia 60 tahun dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta,
maka dapat secara umumnya dinyatakan bahwa kira-kira 2.5 juta pria Indonesia
menderita penyakit BPH atau PPJ ini, Indonesia kini semakin hari semakin maju dan
dengan berkembangnya sesebuah negara, maka usia harapan hidup pasti bertambah
dengan sarana yang makin maju dan selesa, maka kadar penderita BPH secara pastinya
turut meningkat. (Furqan, 2003) Secara pasti, bilangan penderita pembesaran prostat
jinak belum di dapat, tetapi secara prevalensi di RS, sebagai contoh jika kita lihat di
Palembang, di RS Cipto Mangunkusumo ditemukan 423 kasus pembesaran prostat jinak
yang dirawat selama tiga tahun (1994-1997) dan di RS Sumber Waras sebanyak 617
kasus dalam periode yang sama (Ponco Birowo, 2002). Ini dapat menunjukkan bahawa
kasus BPH adalah antara kasus yang paling mudah dan banyak ditemukan. Kanker
prostat, juga merupakan salah satu penyakit prostat yang lazim berlaku dan lebih ganas
berbanding BPH yang hanya melibatkan pembesaran jinak daripada prostat. Kenyataan
ini adalah berdasarkan bilangan dan presentase terjadinya kanker prostat di dunia secara
umum dan Indonesia secara khususnya.
Secara umumnya, jika diperhatikan, di dunia, pada 2003, terdapat lebih kurang
220.900 kasus baru ditemukan, dimana, daripada jumlah ini, 29.000 daripadanya berada
di tahap membunuh (A.K. Abbas, 2005). Seperti juga BPH, kanker prostat juga
menyerang pria berusia lebih dari 50 dan pada usia bawah itu bukan merupakan suatu
yang abnormal. Secara khususnya di Indonesia, menurut (WHO,2008), untuk tahun 2005,
insidensi terjadinya kanker prostat adalah sebesar 12 orang setiap 100,000 orang, yakni
yang keempat setelah kanker saluran napas atas, saluran pencernaan dan hati. Setelah
secara umum melihat dan mengetahui akan epidemiologi dari kedua penyakit, yakni BPH
dan kanker prostat, penulis tertarik untuk mengetahui dengan lebih dalam lagi mengenai
gambaran penyakit ini terutama berdasarkan gambaran secara histopalogi memandangkan
tiada penelitian khusus yang setakat diketahui oleh penulis mengenainya dijalankan di
Medan.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan tentang asuhan
keperawatan pada
Benigna Prostat Hiperplasia.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawaatan serta :Melakukan
penkajian pada klient.Menganalisa data untuk merumuskan diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada Benigna
Prostat Hiperplasia.Mengetahui intervensi dari Benigna Prostat Hiperplasia.
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 September 2021. Jam 08.00 WIB diruang
Kartika. Pengkajian didapat melalui wawancara dengan klien, keluarga, dan data status
klien.
1. Identitas
Nama : Tn. D
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Suku : Timor
No. RM : 070 xxx
Tanggal masuk : 19 September 2021
Tanggal pengkajian : 20 September 2021
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasi
Alamat : Oesapa
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Sdr.T Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat : Oesapa
3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian
bawah dan nyeri saat BAK. Nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri
terasa terusmenerus.
b. Riwayat Penyakit
Sekarang Klien mengatakan ± 1 minggu yang lalu mengeluh nyeri
pada saat BAK, baru pada tanggal 20 September 2021 klien dibawa oleh
keluarga ke RS Wirasakti Kupang di UGD oleh dokter diagnosa BPH dan
harus dilakukan operasi, dan pada tanggal 23 September 2021 dilakukan
operasi oleh dokter.
4. Pola funsional
a. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara
mandiri seperti: makan, minum, mandi, berpakaian,
toileting
Selama sakit : klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga dari
makan, minum, mandi, toileting, berpakaian , mobilitas,
ROM
5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV: TD: 140/90 mmHg, RR: 18 x/ menit, N: 86 x/ menit, S: 3640 C
b. Abdomen
I : Terdapat luka pembedahan daerah suprapubis,panjang luka ± 5
cm dan terdapat ± 5 jahitan, luka bersih, tidak ada pus, tidak
bengkak, tampak warna kemerahan, tidak ada edema, terpasang
drainase.
A : Peristaltik 10x/ menit
P : Sura Tympani
P : Tidak terdapat nyeri tertekan
c. Genetalia
Terpasang kateter sejak tanggal 21 September 2021, keadaan kateter bersih,
genetalia bersih.
6. Data focus
a. Data subjektif
1) Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah bekas luka operasi,
nyeri
2) saat BAK, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, terus-menerus
3) Klien mengatakan hanya dapat tiduran ditempat tidur setelah operasi
3. Klien mengatakan terdapat luka bekas operasi pada perut bagian
bawah
b. Data objektif
1) Wajah klien tampak tegang menahan sakit
2) TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 86x/ menit, RR: 18x/ menit, S: 3640
3) Terpasang kateter sejak tanggal 23 September 2021, urine tampak
kemerahan serta keruh dan ada sedikit stosel, terpasang infuse RL 20
tpm, terpasang drainase
4) Tampak ada luka post open prostatectomy didaerah suprapubic
dengan panjang luka ± 5cm, dan terdapat ± 5 jahitan, luka bersih,
tampak kemerahan, tidak ada pus, tidak bengkak
B. ANALIA DATA
NO Diagnosa Etialogi Masalah
1. DS: bd. agens cedera fisik Nyeri akut
Klien mengatakan (pembedahan)
nyeri pada luka bekas
operasi bagian bawah
perut, nyeri saat BAK,
neyri seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 6,
terus-menerus
DO:
Wajah klien tampak
tegang menahan sakit.
TTV:
TD : 140/90 mmHg,
N: 86x/ menit,
RR: 18x/ menit,
S: 360C
2. DS: bd keterbatasan Hambatan aktivitas
Klien mengatakan lingkungan, peralatan ditempat tidur
setelah operasi hanya terapi
tiduran ditempat tidur
DO:
Aktivitas dibantu
keluarga, klien
tampak bedrest
ditempat tidur
3. DS: bd Prosedur invasive Resiko infeksi
Klien mengatakan trauma, pembedahan
pada luka bekas
operasi terasa panas
DO:
Terlihat panjang luka
± 5 cm dan terdapat ±
5 jahitan, luka bersih,
tampak kemerahan ,
tidak ada pus, tidak
bengkak
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (pembedahan)
2. Hambatan aktivitas ditempat tidur berhubungan dengan keterbatasan lingkungan,
peralatan terapi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive trauma, pembedahan
D. INTERVENSI