Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEP DAN PRISIP KONSELING DAN TES

ATAS PRAKARSA KESEHATAN (KTPK) DAN KONSELING


DAN TES SUKARELA (KTS)

PRODI DIII KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR


POLTEKES KEMENKES MEDAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama panjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha


Esa, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat
waktu. Tidak lupa kami ucapakan kepada ibu VERA RENTA S,SST, M.Keb
selaku dosen pengantar asuhan kebidanan Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang ikut
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
penulis ketahui, penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar besarnya. Dan
penulis berharap agar kedepannya kesalahan ini tidak terulang kembali,dengan
adanya saran dan kritik yang diberikan kepada penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ ii
A. Latar Bekalang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Konsep Dan Prinsip Kts/Vct, Alur Dan Konselor VCT...................... 3
B. Arti Hasil Test Positif Dan Negatif HIV, Pemtingnya VCT Untuk Ibu
Hamil Syarat/Prinsip VCT................................................................... 5
C. Lembaga Rujukan VCT Alur/Protokol Tes Darah.............................. 9
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12
A. Penutup................................................................................................. 12
B. Kesimpulan........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS). WHO dan UNAIDS, dua organisasi dunia memberi peringatan
bahaya kepada 3 negara di Asia yaitu negara China, India dan Indonesia yang saat
ini disebut-sebut berada pada titik infeksi HIV. Bisa dikatakan ketiga negara
tersebut berada pada posisi serius. Apalagi ketiga negara tersebut mempunyai
populasi penduduk terbesar di dunia. Faktor resiko penularan HIV-AIDS dapat
menular melalui hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang
tidak steril secara bergantian, transfusi darah dengan orang yang terkena
HIVAIDS, dan penularan ibu ke bayi yang dikandungnya. Faktor resiko penularan
HIV AIDS melalui hubungan seks yang tidak aman antara lain terjadi pada
kelompok homoseksual, heteroseksual dan kelompok biseksual, IDU, transfusi
darah, transmisi perinatal dan tidak diketahui penyebabnya yang berganti-ganti
pasangan seksualnya dan tidak menggunakan kondom.
VCT merupakan bentuk pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung
tak terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah
penularan HIV, memberi dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya
kepada ODHA, keluarga, dan lingkungannya. VCT seharusnya dimanfaatkan
secara maksimal khususnya oleh kelompok ibu rumah tangga yang menduduki
peringkat kedua tertinggi kasus HIV-AIDS sebagai salah satu bentuk upaya
pencegahan HIV-AIDS. Akan tetapi pada kenyataannya profesi ibu rumah tangga
menduduki peringkat terendah atau persentase terkecil yang melakukan upaya
pencegahan HIV-AIDS melalui VCT. Melalui VCT diharapkan dapat mendorong
ibu rumah tangga untuk menjaga kesehatan dan memberikan informasi pada ibu
rumah tangga agar terhindar dari penyebaran HIV-AIDS. Teori L.Green dan
Health Belief Models menyatakan bahwa perilaku dibentuk oleh persepsi
terhadap kegawatan , persepsi terhadap kerentanan, persepsi terhadap manfaat dan

1
hambatan dan faktor pencetus. Berdasarkan uraian diatas maka diperoleh
pertanyaan penelitian

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian konsep dan prinsip KTS/VCT alur dan konselot VCT
2. Apa arti hasil test positif an negative dam negative HIV, pentingnya VCT
untuk ibu hamil syarat/ prinsip VCT
3. Apa lembaga rujukan VCT alur protocol test darah
4. Apa jenis test hiv/ test antibody pada bayi

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dan prinsip KTS/VCT alur dan
konselot VCT
2. Untuk mengetahui arti hasil test positif an negative dam negative HIV,
pentingnya VCT untuk ibu hamil syarat/ prinsip VCT
3. Untuk mengetahui lembaga rujukan VCT alur protocol test darah
4. Untuk mengetahui jenis test hiv/ test antibody pada bayi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN PRINSIP KTS/VCT, ALUR DAN KONSELOR VCT


Prinsip Dasar KTS Prinsip pelayanan KTS mengacu pada 5C, yakni
informed consent, confidentiality, counseling, correct testing, dan
connection/linkage to prevention serta care and treatment (Kemenkes RI, 2014).
a. Informed consent Keputusan untuk melakukan tes HIV sifatnya sukarela,
tanpa paksaan atau tekanan, bukan mandatori. Sehingga setelah pelaksaan
konseling pra-tes, klien berhak menolak atau menyetujui tes HIV tersebut
tanpa mengurangi kualitas layanan HIV/AIDS lain yang dibutuhkan.
b. Confidentiality
Hasil konseling yang dilakukan harus didasarkan pada prinsip kerahasiaan,
artinya bahwa data apa pun yang berhubungan. dengan klien tidak dapat
diberitahukan kepada pihak mana pun. tanpa persetujuan dari klien tersebut.
c. Counseling
Konseling pasca dan/atau pra-tes yang berkualitas mutlak diperlukan dalam
layanan pemeriksaan HIV/AIDS.
d. Corect testing and connection/linkage to prevention Layanan diagnostik HIV
mutlak diperlukan dan harus sesuai dengan standar baku. Apabila status klien
terbukti negatif maka konseling pasca tes dititikberatkan pada modifikasi
perilaku agar lebih bertanggung jawab.
e. Care and treatment
Klien dengan status infeksi positif pasca tes maka akan dirujuk untuk
mendapatkan ARV dan terapi terkait infeksi oportunistiknya serta layanan lain
misalnya dukungan komunitas untuk mengatasi masalah sosial akibat status
infeksinya.
Alur VCT
Alur pelaksanaan VCT:
a. Pra Konseling
Pada pra konseling pasien diberikan penjelasan terkait pelayanan VCT
dan diberikan inform consen.

3
b. Testing
c. Post Konseling.
Berikut adalah alur umum pelaksanaan VCT (Voluntary Counseling
and Testing):
1. Registrasi: Individu yang ingin menjalani VCT datang ke pusat layanan
yang menyediakan VCT dan mendaftar untuk tes HIV. Mereka akan
diminta untuk mengisi formulir pendaftaran yang mencakup informasi
pribadi dan riwayat kesehatan.
2. Pra-konseling: Sebelum pengujian dilakukan, individu akan menjalani sesi
pra-konseling. Pra-konseling bertujuan untuk memberikan informasi dan
persiapan yang diperlukan sebelum tes dilakukan. Konselor VCT akan
menjelaskan prosedur pengujian, memberikan informasi tentang
HIV/AIDS, risiko penularan, serta menjawab pertanyaan dan
kekhawatiran individu
3. Pengujian: Setelah pra-konseling, individu akan menjalani pengujian HIV.
Metode pengujian yang umum dilakukan adalah pengujian darah, di mana
sampel darah diambil dan dianalisis di laboratorium untuk mendeteksi
keberadaan antibodi atau antigen HIV.
4. Post-konseling: Setelah pengujian selesai, individu akan melakukan sesi
post-konseling. Konselor VCT akan memberikan hasil tes HIV kepada
individu dan menjelaskan makna hasil tersebut. Mereka juga akan
memberikan dukungan emosional, edukasi tentang HIV/AIDS, risiko
penularan, dan memberikan saran serta tindakan yang perlu dilakukan
berdasarkan hasil tes.
5. Konseling lanjutan: Jika hasil tes menunjukkan bahwa individu positif
HIV, mereka akan diberikan konseling lanjutan yang lebih mendalam.
Konselor VCT akan membantu individu memahami kondisi mereka,
memberikan informasi tentang perawatan dan dukungan yang tersedia,
serta membantu dalam menyusun rencana pengelolaan HIV/AIDS.
6. Rujukan dan Pengobatan: Jika individu dinyatakan positif HIV, mereka
akan dirujuk ke layanan medis yang spesialis dalam pengelolaan
HIV/AIDS. Ini dapat termasuk klinik khusus HIV atau rumah sakit yang

4
memiliki unit perawatan HIV. Di sinilah individu akan menerima
perawatan medis yang terintegrasi, termasuk pengobatan antiretroviral
(ARV) dan perawatan pendukung lainnya.
7. Tindak lanjut dan dukungan: Selama dan setelah proses VCT, individu
akan mendapatkan dukungan terus-menerus dari konselor VCT dan tim
medis. Mereka akan menerima informasi tambahan, konseling emosional,
serta dukungan dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang
mungkin timbul sebagai akibat dari hasil tes HIV.
Penting untuk dicatat bahwa alur pelaksanaan VCT dapat sedikit berbeda
tergantung pada negara, lembaga, atau organisasi yang menyelenggarakannya.
Namun, prinsip dasar VCT, termasuk sukarela, pengujian, konseling, kerahasiaan,
rujukan, dan dukungan, tetap menjadi inti dari proses ini.

B. ARTI HASIL TEST POSITIF DAN NEGATIF HIV, PEMTINGNYA


VCT UNTUK IBU HAMIL SYARAT/PRINSIP VCT
Jika Anda baru saja menjalani tes HIV, Anda mungkin bertanya-tanya apa
arti hasil tes positif atau negatif. Jika Anda dites di kantor penyedia layanan
kesehatan, klinik, atau lingkungan komunitas, penyedia layanan atau konselor tes
akan menjelaskan arti hasil Anda dan memberi tahu Anda tentang langkah
selanjutnya. Jika Anda menggunakan tes mandiri HIV cepat di rumah atau di
lokasi pribadi lainnya, paket materi akan memberikan informasi ini, bersama
dengan nomor telepon yang dapat Anda hubungi.
Di bawah ini adalah jawaban atas beberapa pertanyaan paling umum.
Bagaimana Jika Hasil Tes HIV Anda Negatif?
Jika hasil tes HIV Anda negatif, bukan berarti Anda tidak mengidap HIV.
Hal ini disebabkan oleh adanya periode jendela (window period), yaitu waktu
antara seseorang tertular HIV dan saat tes dapat mendeteksinya secara akurat.
Periode jendela bervariasi dari orang ke orang dan tergantung pada jenis tes HIV
yang Anda lakukan.
Tanyakan kepada penyedia layanan kesehatan atau konselor tes Anda
tentang periode jendela tes HIV Anda. Jika Anda menggunakan tes mandiri, Anda
dapat menemukan informasi tersebut di paket tes.

5
Jika hasil tes Anda negatif, lakukan tes lagi setelah periode jendela untuk
memastikannya. Jika hasil tes Anda kembali negatif, dan Anda tidak memiliki
kemungkinan terpajan HIV selama masa jendela, maka Anda tidak mengidap
HIV. Apa selanjutnya? Jika tes HIV Anda negatif, sekaranglah saatnya untuk
mulai memikirkan pilihan pencegahan HIV yang cocok untuk Anda seperti
minum obat pencegah HIV yang disebut profilaksis pra pajanan atau PrEP atau
menggunakan kondom dengan cara yang benar setiap kali Anda berhubungan
seks. Jika Anda menyebarkan narkoba, jangan berbagi jarum suntik, dan gunakan
alat suntik baru setiap saat untuk mengurangi kemungkinan Anda tertular HIV.
Jika Hasil Tes Anda Negatif, Apakah Itu Berarti Pasangan Anda Juga
HIV-Negatif? Tidak. Hasil tes HIV Anda hanya menunjukkan status HIV Anda.
HIV belum tentu menular setiap kali Anda berhubungan seks atau berbagi
jarum suntik, atau alat suntik narkoba lainnya (misalnya kompor). Risiko tertular
HIV tergantung pada jenis paparan atau perilaku, seperti berbagi jarum suntik atau
berhubungan seks tanpa kondom. Oleh karena itu, melakukan tes HIV BUKAN
merupakan cara untuk mengetahui apakah pasangan Anda mengidap HIV.
Penting untuk berpose terbuka dengan pasangan Anda dan meminta
mereka memberi tahu Anda status HIV-nya. Ingatlah bahwa pasangan Anda
mungkin tidak mengetahui atau mungkin salah
tidak mengetahui atau mungkin salah tentang statusnya, dan beberapa
mungkin tidak memberi tahu Anda tentang statusnya. berencana untuk melakukan
tes bersama sehingga Anda berdua dapat mengetahui status HIV Anda dan
mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan Anda.
Bagaimana Jika Hasil Tes HIV Anda Positif?
Kebanyakan tes HIV adalah tes antibodi. Jika Anda menggunakan tes
antibodi jenis apa pun dan mendapatkan hasil tes positif, Anda memerlukan tes
darah lanjutan untuk memastikan hasilnya.
a. Jika Anda menjalani pengujian cepat di program komunitas atau lokasi lain,
lokasi pengujian akan mengatur pengujian lanjutan untuk memastikan hasil tes
awal Anda benar.
b. Jika Anda menggunakan tes HIV mandiri di rumah, Anda harus pergi ke
penyedia layanan kesehatan untuk melakukan tes lanjutan. Hasil tes HIV yang

6
positif harus selalu dikonfirmasi dengan tes HIV tambahan yang dilakukan di
fasilitas layanan kesehatan.
c. Jika Anda menjalani tes darah di fasilitas layanan kesehatan atau laboratorium,
laboratorium akan melakukan tes lanjutan dengan sampel darah yang sama
seperti tes pertama.
Jika tes lanjutan Anda juga positif, berarti Anda mengidap HIV.
Setelah Anda didiagnosis mengidap HIV, kantor atau klinik penyedia
layanan kesehatan Anda akan membantu Anda memahami langkah selanjutnya,
termasuk segera memulai pengobatan HIV sesegera mungkin. Pengobatan HIV
melibatkan penggunaan obat HIV yang disebut terapi antiretroviral (atau ART)
yang berfungsi untuk mengendalikan virus. ART direkomendasikan untuk semua
orang yang mengidap HIV, tidak peduli berapa lama mereka mengidap virus atau
seberapa sehat mereka.
Jika diminum sesuai resep, obat HIV dapat mengurangi jumlah HIV dalam
darah Anda (juga disebut viral load) ke tingkat yang sangat rendah atau bahkan
tidak terdeteksi. Orang pengidap HIV yang meminum obat HIV sesuai resep dan
mendapatkan serta mempertahankan viral load tidak terdeteksi dapat berumur
panjang dan sehat serta tidak akan menularkan HIV ke pasangannya yang HIV-
negatif melalui hubungan seks.
Jika Anda memiliki asuransi kesehatan, perusahaan asuransi Anda wajib
menyertakan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati HIV. Jika Anda
tidak memiliki asuransi kesehatan atau memerlukan bantuan karena asuransi Anda
tidak membayar perawatan yang Anda perlukan, ada sumber daya negara bagian,
federal, dan swasta yang dapat membantu Anda. Bicaralah bantuan dengan tim
perawatan HIV Anda untuk terhubung dengan sumber daya sehingga Anda bisa
mendapatkan perawatan yang Anda perlukan. pentingnya vct untuk ibu hamil
panjang dan sehat serta tidak akan menularkan HIV ke pasangannya yang HIV-
negatif melalui hubungan seks.
Jika Anda memiliki asuransi kesehatan, perusahaan asuransi Anda wajib
menyertakan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati HIV. Jika Anda
tidak memiliki asuransi kesehatan atau memerlukan bantuan karena asuransi Anda
tidak membayar perawatan yang Anda perlukan, ada sumber daya negara bagian,

7
federal, dan swasta yang dapat membantu Anda. Bicaralah bantuan dengan tim
perawatan HIV Anda untuk terhubung dengan sumber daya sehingga Anda bisa
mendapatkan perawatan yang Anda perlukan.
Pentingnya vct untuk ibu hamil
Risiko penularan dari ibu ke bayi dapat dilakukan dengan adanya layanan
konseling dan tes HIV secara sukarela. Indonesia telah mengembangkan upaya
pencegahan HIV melalui layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
Berdasarkan kebijakan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 Tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS pasal 17 disebutkan bahwa semua ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan kehamilannya diharuskan mengikuti pemeriksaan
diagnostik HIV dengan tes dan konseling (VCT) sebagai upaya pencegahan dan
penularan HIV dari ibu ke anak yang dikandungnya (9). VCT merupakan strategi
kesehatan masyarakat yang efektif untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan HIV yang tidak hanya dilakukan dengan tindakan medis, namun
juga psikososial dalam bentuk pendeteksian dini status HIV seseorang melalui
konseling dan tes sukarela. Layanan tersebut terdapat pembinaan dua arah dengan
tujuan memberikan dukungan sosial dan moral, informasi serta dukungan lainya
kepada penderita, keluarga dan lingkungannya (10). Program ini dilakukan pada
saat sebelum, selama dan setelah seseorang menjalani tes darah untuk mengetahui
apakah dia telah terinfeksi HIV atau tidak. Meskipun pelayanan VCT sudah
diberikan, akan tetapi masih banyak masyarakat yang tidak memanfaatkan
layanan VCT tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang
untuk melakukan pelayanan VCT yaitu dukungan sosial dari orang lain. Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Wicaksono (2019) menyataan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan orang lain dengan pemanfaatan
layanan VCT. Dukungan ini bisa berasal dari orang-orang terdekatnya seperti
suami, keluarga, kerabat maupun teman dekat ibu hamil (13). Berdasarkan data
tersebut maka peneliti ingin mengetahui apakah dukungan sosial memiliki
keterkaitan yang erat dengan pemanfaatan layanan VCT pada ibu hamil.
Ibu yang sedang hamil diharuskan untuk melakukan pemeriksaan
kehamilannya dengan mengikuti program VCT pada puskesmas terdekat. Manfaat
mengikuti layanan VCT pada ibu hamil adalah untuk mengetahu lebih dini status

8
HIV pada ibu hamil tersebut, sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan
HIV lebih awal dari ibu ke anak yang berada di dalam kandungannya. Perilaku
ibu hamil dalam pemanfaatan VCT

C. LEMBAGA RUJUKAN VCT ALUR/PROTOKOL TES DARAH


1. Konseling Pasca Tes HIV
Konseling pasca-tes merupakan bagian integral dari proses tes HIV.
Semua pasien yang menjalani tes HIV harus mendapatkan konseling pasca-tes
pada saat hasil tes disampaikan, tanpa memandang hasil tes HIVnya.
Konseling pasca-tes harus diberikan secara individual dan oleh petugas yang
sama yang menginisiasi tes HIV semula. Konseling tidak layak untuk
diberikan secara kelompok.
Perlu diingat bahwa tidaklah dapat diterima apabila seorang petugas
memprakarsai untuk tes HIV dan kemudian harus menunda memberikan
hasilnya kepada pasien karena tidak sempat. Meskipun pasien mungkin belum
siap untuk menerima hasil, atau menolak untuk menerima hasil tes, petugas
kesehatan harus selalu berusaha dengan berbagai alasan yang tepat dengan
cara empati untuk meyakinkan pasien menerima dan memahami arti hasil tes
HIV dan menjaga konfidensialitas.
Setelah dapat ditegakkan diagnosis dan terapi, tujuan lain dari konseling
ini adalah perubahan perilaku klien khususnya terkait perilaku berisiko yang
dapat memperburuk kondisi penyakitnya atau penularan HIV AIDS dan
penyakit infeksi lainnya kepada orang lain. Sementara perubahan perilaku
sehubungan dengan risiko penularan kepada orang lain dapat dilaksanakan
melalui rujukan kepada konselor terlatih.
2. Konseling hasil tes HIV non reaktif
Konseling bagi yang hasilnya non reaktif, minimal harus meliputi hal
sebagai berikut: • Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang
periode jendela, yaitu belum terdeteksinya antibodi HIV dan anjuran untuk
menjalani tes kembali ketika terjadi pajanan HIV. Informasi dasar tentang cara
mencegah terjadinya penularan HIV
Pemberian kondom laki-laki atau perempuan

9
Baik petugas kesehatan maupun pasien selanjutnya membahas dan
menilai perlunya rujukan untuk mendapatkan konseling pasca tes lebih
mendalam atau dukungan pencegahan lainnya.
3. Konseling hasil tes HIV reaktif
Secara umum, konseling hasil tes HIV reaktif direkomendasikan untuk
dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan singkat dan dilanjutkan dengan
dialog untuk menangkap keinginan dan perspektif pasien dalam menangani
kasus mereka. Bagi pasien dengan hasil tes HIV positif, maka petugas
kesehatan menyampaikan hal sebagai berikut:
a. Memberikan informasi hasil tes HIV kepada pasien secara sederhana dan
jelas dan memastikan pasien mengerti tentang arti tes.
b. Melakukan pemeriksaan klinis dan lab secara menyeluruh untuk skrining
TB, mencari infeksi oportunistik, memberikan pengobatan infeksi
oportunistik jika ada, memberikan kotrimoksasol profilaksis
c. Memberikan rencana pengobatan ARV dan informasi tempat pelayanan
utk ARV terdekat dengan pasien. Memberi kesempatan pasien untuk
bertanya
d. Memulai konseling pra ARTI
e. Merujuk ke unit lain terkait dengan kebutuhan pasien baik terkait dengan
perawatan, pengobatan maupun pencegahan.

4. Konseling pasca-tes bagi ibu hamil


Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV reaktif juga harus meliputi
masalah berikut:
Rencana persalinan
a. Penggunaan antiretroviral.
b. Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat besi
dan asam folat.
c. Pemberian ARV pada bayi segera setelah lahir, pemberian kotrimoksasol
profilaksis, ASI dan makanan bayi.
d. Rencana tes HIV pada bayi setelah usia 18 bulan dan tindak lanjut lain
terkait dengan perawatan dan pengobatan yang mungkin diperlukan.

10
e. Tes HIV bagi pasangan.

Rujukan yang lain yang dibutuhkan


Semua pasien dengan hasil tes reaktif HARUS dirujuk untuk mendapatan
akses pengobatan ARV, pengobatan penyakit terkait HIV dan perawatan lainnya.
Pasien dengan hasil non reaktif perlu dirujuk untuk mendapatkan informasi lanjut
tentang pencegahan. Semua informasi mengenai pasien perlu ditulis dalam catatan
medis untuk dapat dijadikan bukti legal dan untuk dapat ditindak lanjut oleh team
kesehatan lainnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Prakarsa kesehatan dan tes sukarela pada HIV merupakan langkah penting
dalam pencegahan dan pengendalian penyebaran virus HIV. Tes sukarela
memberikan kesempatan bagi individu untuk mengetahui status HIV mereka
secara rahasia dan tanpa paksaan . Prinsip kunci dari prakarsa kesehatan dan
tes sukarela pada HIV adalah kerahasiaan dan kebebasan individu. Tes ini
harus dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dan hasilnya harus dijaga
kerahasiaannya agar individu merasa aman dan terlindungi dari diskriminasi..
. Tes sukarela pada HIV juga berfungsi sebagai alat penting dalam upaya
pencegahan. Dengan mengetahui status HIV mereka, individu yang positif
dapat mengambil tindakan untuk mengurangi risiko penularan kepada
pasangan seksual atau melalui penggunaan jarum suntik bersama. Pentingnya
edukasi dan pemahaman yang tepat tentang HIV/AIDS tidak boleh diabaikan.
Prakarsa kesehatan dan tes sukarela harus disertai dengan upaya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko HIV/AIDS, metode
pencegahan, dan perlunya menghilangkan stigma terhadap orang yang hidup
dengan HIV.

B. SARAN
Kerahasiaan dan Hak Individu: Materi ini harus menjelaskan prinsip-
prinsip kerahasiaan dan hak individu dalam konteks tes sukarela pada HIV.
Penting untuk memahami bahwa tes ini harus dilakukan secara sukarela dan
tanpa paksaan, dan hasilnya harus dijaga kerahasiaannya untuk melindungi
individu dari diskriminasi. Penekanan harus diberikan pada pentingnya
mengetahui status HIV untuk pencegahan penularan dan akses ke perawatan
yang tepat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afif nurul hidayati, Manajemen HIV/AIDS terkini komprehensif, dan


multidisiplin, Airlangga University press. 2020
Asmadi, A. (2003). Pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta kombinasinya
dalam penelitian psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sapta rahayu noamperani, asuhan keperawatan klien HIV/AIDS, Jakad media
publishing. 2023
Memahami Hasil tes HIV, Dasar dasar HIV CDC 2023, Artikel Minority
HIV/AIDS Fund
Selviani setyaning dkk, Peranan dukungan sosial terhadap pemanfaatan layanan
VCT dengan pendekatan TPB, Jurnal kesehatan masyarakat vol 13 no.4
(2023)

13

Anda mungkin juga menyukai