BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan disusunnya Pedoman VCT HIV/AIDS ini adalah sebagai acuan
bagi petugas kesehatan RS. TMC dalam melaksanakan konseling sebagai
salah satu kegiatan penanggulangan HIV/AIDS sehingga upaya pencegahan,
pengobatan dan support (dukungan) bagi pasien ODHA dapat dilaksanakan
secara komfrehensif.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela (Voluntary
Counseling and Testing/VCT) Rumah Sakit Tamar Medical Center
meliputi :
1. Konseling Pra Testing
2. Informed Consent
3. Testing HIV dalam VCT
4. Konseling Pasca Testing
5. Pelayanan Dukungan Berkelanjutan.
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah untuk kedua kalinya dengan
Undang-undang No. 12 Tahun 2008.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
6. Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor
9/KEP/1994 tentang Strategi Nasional Penanggulangan AIDS di
Indonesia;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1507/MENKES/SK/X/ 2005
tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara
Sukarela (Voluntary Counseling and Testing);
8. Keputusan Direktur Rumah Sakit Tamar Medical Center
No.255/Prognas/SK-RSTMC/XII/2019 tentang Kebijakan Pelayanan
HIV/AID Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Sumedang.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. Petugas Administrasi
a. Kualifikasi
1) Memiliki keahlian di bidang administrasi
2) Pendidikan minimal SLTA
b. Tanggungjawab
1) Bertanggungjawab terhadap kepala/penanggungjawab klinik
VCT
2) Bertanggungjawab terhadap pengurusan ijin klinik VCT dan
registrasi konselor VCT
c. Uraian Tugas
1) Melakukan surat menyurat dan administrasi terkait
2) Melakukan tatalaksana dokumen, pengarsipan, melakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data
3) Membuat pencatatan dan pelaporan.
b. Tanggungjawab
1) Bertanggungjawab secara teknis medis dalam penyelenggaraan
layanan VCT
c. Uraian Tugas
1) Melakukan koordinasi pelaksanaan pelayanan medis
2) Melakukan pemeriksaan medis, pengobatan, perawatan
maupun tindak lanjut terhadap klien
3) Melakukan rujukan (pemeriksaan penunjang, laboratorium,
dokter ahli, dan konseling lanjutan)
4) Melakukan konsultasi kepada dokter ahli
5) Membuat laporan kasus
5. Konselor VCT
a. Kualifikasi
1) Konselor harus sudah terlatih, bisa tenaga medis maupun non
medis
2) Konselor mengerti dan memahami dengan baik seluk beluk
HIV/AIDS secara menyeluruh, yaitu yang berkaitan dengan
gangguan kesehatan fisik dan mental, termasuk pencegahan,
pengobatan
3) Konselor diharapkan mengetahui tempat-tempat pelayanan
VCT, mengetahui RS mana yang melayani ODHA. Hal ini
diperlukan untuk membuka akses pelayanan selanjutnya
4) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
b. Uraian Tugas
1) Mengisi kelengkapan pengisian formulir klien,
pendokumentasian dan pencatatan konseling klien dan
menyimpannya agar terjaga kerahasiaannya
2) Pembaruan data dan pengetahuan HIV/AIDS
3) Membuat jejaring eksternal dengan layanan pencegahan dan
dukungan di masyararakat dan jejaring internal dengan
berbagai bagian RS yang terkait
4) Memberikan informasi HIV/AIDS yang relevan dan akurat,
sehingga klien merasa berdaya untuk membuat pilihan untuk
melaksanakan testing atau tidak. Bila klien setuju melakukan
testing, konselor perlu mendapat jaminan bahwa klien betul
menyetujuinya melalui penandatanganan informed concent
tertulis
5) Menjaga bahwa informasi yang disampaikan klien kepadanya
adalah bersifat pribadi dan rahasia. Selama konselong pasca
testing, konselor harus memberikan informasi lebih lanjut
seperti dukungan psikososial dan rujukan. Informasi ini
diberikan baik kepada klien dengan HIV positif maupun
negatif
6) Pelayanan khusus diberikan kepada kelompok perempuan dan
mereka yang dipinggirkan, sebab mereka sangat rawan
terhadap tindakan kekerasan dan diskriminasi.
8
7. Petugas Laboratorium
a. Kualifikasi
1) Petugas pengambil darah dengan latarbelakang perawat
2) Teknisi adalah petugas laboratorium /analis kesehatan
3) Telah mengikuti pelatihan tentang teknik memproses testing
HIV dengan cara ELISA, testing cepat, dan mengikuti
algoritma testing yang diadopsi dari WHO
9
b. Uraian Tugas
1) Mengambil darah klien sesuai SPO
2) Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur dan
standar laboratorium yang telah ditetapkan
3) Menerapkan kewaspadaan baku dan transmisi
4) Melakukan pencegahan pasca pajanan okupasional
5) Mengikuti perkembangan kemajuan teknologi pemeriksaan
laboratorium
6) Mencatat hasil testing HIV dan sesuaikan dengan nomor
identitas klien
7) Menjaga kerahasiaan hasil testing HIV
8) Melakukan pencatatan, menjaga kerahasiaan, dan merujuk ke
laboratorium rujukan.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
11
B. Standar Fasilitas
1. Sarana
Sarana yang diperlukan untuk VCT :
a. Ada papan nama/petunjuk yang mudah terlihat dengan petunjuk
arah yang jelas Hal ini diperlukan agar klien yang akan menjalani
konseling tidak perlu bingung bahkan kembali dengan tangan
hampa
b. Ruang tunggu
Idealnya ruang tunggu adalah ruang yang nyaman dan terletak di
depan atau disamping ruang konseling. Dalam ruang tunggu
tersedia :
1) Materi KIE : poster, leaflet, brosur yang berisi bahan
pengetahuan tentang HIV/AIDS, IMS, KB, ANC, TB,
hepatitis, penyalahgunaan Napza, perilaku sehat, nutrisi,
pencegahan penularan, dan seks yang aman
2) Informasi prosedur konseling dan testing
3) Kotak saran
4) Tempat sampah, tissu, dan persediaan air minum
5) Bila mungkin sediakan TV, video
6) Buku catatan resepsionis untuk perjanjian klien, kalau
mungkin komputer untuk mencatat data
7) Meja dan kursi yang tersedia dan nyaman
8) Kalender
c. Ruang konseling
1) Ruang konseling harus nyaman, terjaga kerahasiaan
2) Pintu masuk tidak sama dengan pintu keluar sehingga klien tidak
saling bertemu, namun mengingat keterbatasan ruangan di RS,
pengaturan tata ruang hendaknya disesuaikan dengan kondisi yang
ada dengan tidak mengabaikan prinsip kerahasiaan
3) Tersedia materi materi KIE; leaflet, brosur, lembar balik, kalender
4) Tersedia alat peraga seperti alat peraga penis, kondom, alat peraga
menyuntik yang aman
5) Tersedia formulir konseling dan testing: Buku register VCT,
formulir persetujuan inform concent, formulir VCT, formulir
pemeriksaan laboratorium, formulir laporan bulanan VCT, buku
resep gizi seimbang, formulir rujukan, kalender, alat tulis
6) Tersedia tisu, air minum, lemari arsip atau lemari dokumen yang
dapat dikunci
12
BAB IV
TATA LAKSANAAN PELAYANAN VCT
A. Struktur Organisasi
Bagan Struktur Organisasi Unit Layanan VCT :
Petugas Administrasi
2. Tujuan Khusus
4. Manfaat
Manfaat VCT adalah mempersiapkan klien dan pasangan dengan
pengetahuan tentang status mereka dan memperkuat dukungan untuk
mencari pengobatan, melalui :
a) Untuk meningkatkan pemahaman diperlukan edukasi dan
pemberian informasi yang intensif dimana hal tersebut dapat
diberikan melalui penyuluhan, seminar dll
b) Dialog yang bersifat konfidensial (rahasiah) tidak terbuka untuk
umum, sehingga konselor dapat menyampaikan informasi dan
edukasi lengkap
c) Membantu ODHA dalam mengatasi masalahnya berkaitan dengan
kebutuhan ekonomi, sosial, spiritual dan emosional
d) Membantu akses pengobatan infeksi oportunistik, IMS dll.
F. Sasaran
Yang menjadi sasaran VCT adalah :
1. Orang yang dianggap berisiko (kelompok Risti) antara lain : IDU,
pasangan IDU, WPS (langsung dan tidak langsung), pelanggan WPS
2. Mereka yang sudah terinfeksi HIV atau sudah AIDS, dan keluarganya
3. Pasien dengan gejala dan tanda infeksi ofortunistik
Berdasarkan Laporan Surveilans AIDS Depkes tahun 1987 – 2010,
infeksi oportunistik terbanyak antara lain : TBC, diare, kandidiasis,
dermatitis, limpadenofati generalisata persisten, PCP, encephalopati,
herpes zozter, herpes simpel, toxoplasmosis, sarkoma kaposi, wasting
syndrome, koksidiomikosis, histoplasmosis, progresif multifocal
lekoencephalopat, CMV, kriptosporodiasis
4. Petugas kesehatan yang terpajan
5. VCT ditawarkan kepada ibu hamil tanpa memandang faktor risiko
untuk melindungi bayi dalam kandungannya
6. Pasien yang resisten terhadap obat TB atau mengalami infeksi TB
berulang.
2. Informed Concent
a. Semua klien sebelum menjalani testing HIV harus memberikan
persetujuan tertulisnya
b. Klien telah diberikan penjelasan yang cukup tentang resiko dan
dampak sebagai akibat dari tindakannya dan klien menyetujuinya
c. Klien mempunyai kemampuan menangkap pengertian dan mampu
menyatakan persetujuannya (secara intelektual dan psikiatris)
d. Klien tidak dalam paksaan untuk memberikan persetujuan meski
konselor memahami bahwa mereka memang sangat memerlukan
pemeriksaan HIV
e. Bagi klien yang tidak mampu memberikan keputusan bagi dirinya
karena keterbatasan dalam memahami informasi maka konselor
untuk berlaku jujur dan objektif dalam menyampaikan informasi
sehingga klien memahami dengan benar dan dapat menyatakan
persetujuannya
f. Dalam melakukan testing HIV pada anak diperlukan persetujuan
dari orangtua/wali
g. Ketika anak dibawah umur 12 tahun, orangtua atau pengampunya
yang menandatangani persetujuan, jika tidak mempunyai orangtua
atau pengampu maka kepala klinik/kepala RS yang
bertanggungjawab menandatangani informed concent.
BAB V
LOGISTIK
1. Materi KIE : poster, leaflet, brosur yang berisi bahan pengetahuan tentang
HIV/AIDS, IMS, KB, ANC, TB, hepatitis, penyalahgunaan Napza,
perilaku sehat, nutrisi, pencegahan penularan, dan seks yang aman,
Informasi prosedur konseling dan testing
2. Media lain: TV, video
3. Buku catatan resepsionis untuk perjanjian klien, kalau mungkin komputer
untuk mencatat data.
4. Tersedia alat peraga seperti alat peraga penis, kondom, alat peraga
menyuntik yang aman.
5. Formulir konseling dan testing: Buku register VCT, formulir persetujuan
inform concent, formulir VCT, formulir pemeriksaan laboratorium,
formulir laporan bulanan VCT, buku resep gizi seimbang, formulir
rujukan, kalender, alat tulis
6. Tisu, air minum, lemari arsip atau lemari dokumen yang dapat dikunci
7. Peralatan untuk pengambilan darah :
a. Jarum dan semprit steril
b. Reagen untuk testing dan peralatannya
c. Sarung tangan karet
d. Jas laboratorium / apron pelastik
e. Lemari pendingin
f. Tabung dan botol tempat menyimpan darah
g. Stiker kode
h. Alat sentrifuge
i. Kapas alkohol
j. Cairan desinfektan
k. Sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir
l. Tempat sampah barang terinfeksi, barang tidak terinfeksi, dan barang
tajam (sesuai petunjuk Kewaspadaan Universal)
m. Petunjuk pajanan okupasional dan alur permintaan pertolongan pasca
pajanan okupasional
8. Alat Kesehatan:
a. Tensimeter dan stetoskop
b. Timbangan
c. Penlight
d. Refleks hammer, dll
22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien telah terjadi isu global dan merupakan prioritas utama
untuk rumah sakit dan keselamatan pasien merupakan prioritas utama karena
terkait tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mereka terimadan
terkait dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu keselamatan pasien juga
dapat mengurangi KTD di rumah sakit.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU VCT
Salah satu prinsip dalam implementasi layanan VCT adalah layanan yang
berkualitas, guna memastikan bahwa klien mendapatkan layanan yang tepat, dan
menarik orang untuk menggunakan layanan. Tujuan pengukuran dan jaminan
kualitas adalah menilai kinerja petugas, kepuasan pelanggan atau klien, dan
menilai ketepatan protokol konseling dan testing yang kesemuanya menjamin
tersedianya layanan yang terjamin mutunya.
A. Konseling VCT
Perangkat jaminan mutu konseling dalam VCT antara lain :
1. Perangkat rekaman saat konseling dengan klien samaran atau klien
sungguhan yang telah memberikan persetujuan untuk direkam
2. Survey kepuasan pelanggan
3. Syarat minimal layanan VCT : penilaian internal atau eksternal
menggunakan daftar untuk melihat apakah layanan VCT memenuhi
persyaratan standar minimal yang telah ditetapkan Kementrian Kesehatan
atau WHO.
2. Perijinan
Ijin layanan konseling dan testing HIV/AIDS di RS TMC terintegrasi
dengan layananan kesehatan di rumah sakit, izin dikaitkan dengan izin
operasional RS TMC.
3. Pelatihan konselor VCT
Untuk meningkatkan kualitas konselor dibuat program pelatihan yang
terintegrasi dengan Program Pengembangan Staff RS TMC.
4. Registrasi konselor VCT
Para konselor yang sudah tersertifikasi dicatatat dalam Daftar Tenaga
Terlatih RS TMC dan teregistrasi di Dinas Kesehatan Kota Pariaman.
32
BAB IX
PENUTUP