Di Susun Oleh :
DONI INDRA, A.Md.Kep
A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel CD4+ dan
limfosit sehingga menyebabkan kerusakan sel tersebut, akibatnya adalah penurunan sistem
kekebalan tubuh manusia. Acquired Immuno Deficiency Syndroms (AIDS) merupakan
kumpulan dari penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh virus HIV, bahkan bisa berujung pada
kematian. Penyakit HIV&AIDS sampai saat ini belum bisa disembuhkan, tetapi terapi dari
HIV&AIDS dapat membantu individu agar tetap mempertahankan imunitasnya. Virus ini dapat
ditularkan melalui pemakaian jarum suntik tidak steril secara bergantian, donor darah, hubungan
homoseksual maupun heteroseksual, seks dengan berganti-ganti pasangan.
Data World Health Organization (WHO) secara global menunjukkan bahwa orang yang
hidup dengan HIV sampai akhir tahun 2011 mencapai 34 juta orang dan 1,7 juta orang
meninggal karena AIDS (UNAIDS, 2012). Semakin meningkatnya penyakit HIV&AIDS di
seluruh Negara menyebabkan diperlukannya program-program khusus untk menahan laju
penularannya. Penyakit HIV&AIDS merupakan pandemi yang sedang dialami oleh seluruh
negara. Peningkatan epidemi HIV telah terjadi di Indonesia sejak 10 tahun terakhir ini. Penularan
terutama terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama pada pengguna narkotika suntikdan
hubungan seks. Hasil Pemodelan epidemi di Indonesia memproyeksikan jumlah ODHA usia 15-
49 tahun dari 277,700 pada tahun 2008 akan meningkat menjadi 501,400 pada tahun 2014. Hasil
tersebut dengan asumsi bahwatidak ada perubahan yang signifikan dari upaya pengendalian HIV
dan AIDS pada kurun waktu tersebut. Stigma masyarakat ini perlu di minimalisir karena dapat
memojokkan ODHA.
Memanusiakan ODHA merupakan salah satu cara meminimalisir perkembangan virus,
karena dengan adanya dukungan dari masyarakat, ODHA pun akan melaksanakan pengobatan
tanpa harus menghadapi tekanan malu terhadap umum. Salah satu jalan masuk seseorang untuk
mengetahui status HIV adalah melalui konseling dan testing HIV, terdapat beberapa macam
diantaranya adalah Voluntary Counselling and Testing (VCT) dan Provider-Initiated Testing and
Counselling (PITC). Dua layanan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman individu
tentang status dan penyakit HIV&AIDS, dapat meminimalisir stigma dan diskriminasi ODHA,
dan mengurangi laju penyebaran penyakit.
B. Tujuan Makalah
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami Program VCT (Voluntary Counceling and Testing) dan
PITC (Provider Initiated Testing and Counceling).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian VCT dan PITC
b. Untuk mengetahui tujuan VCT dan PITC
c. Untuk mengetahui model pelayanan VCT dan PITC
d. Untuk mengetahui kegiatan pelayanan VCT dan PITC
e. Untuk mengetahui perbedaan antara VCT dan PITC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Tes HIV
1) VCT mensyaratkan tes HIV setelah ada informed consent orang yang akan
diperiksa
2) HIV Tes harus selalu merupakan keputusan individual setelah benar-benar
memahami informasi
3) Pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya HIV dalam tubuh (melalui antibodi
atau antigen atau virus/fraksi virus) dengan metode rapid diagnostic test (RDT)
atau EIA (Enzyme Immuno Assay), dilakukan oleh tenaga medis/teknisi
laboratorium/bidan/perawat terlatih.
c. Konseling Pasca Test
1) Mempersiapkan klien untuk menerima dan membuka hasil
2) Menolong klien untuk memahami dan 'cope' dengan hasilnya
3) Memberikan informasi lanjutan
4) Informasi rujukan klien ke layanan lain
5) Konseling pengurangan dampak buruk
6) Mendiskusikan 'partner notification'
a. Bila hasil positif
1) Berikan waktu kepada klien untuk mengungkapkan emosinya
2) Yakinkan bahwa klien paham hasil tes
3) Menolong klien 'cope' dengan hasilnya
4) Diskusikan pelayanan komprehensif
5) Konseling lanjutan dan 'partner notification'
b. Bila hasil negatif
1) Yakinkan bahwa klien paham hasilnya
2) Menolong klien 'cope' secara emosional
3) Mendiskusikan 'window period' dan testing ulang
4) Diskusikan pengurangan dampak buruk
2. Kegiatan PITC
Kegiatan PITC dilakukan atas inisiatif petugas kesehatan yang menganjurkan kepada
klien untuk dilakukan tes HIV, rincian kegiatan antara lain :
a. Konseling pra test
Dilakukan oleh konselor VCT tenaga terlatih kepada klien yang menginginkan
dilakukannya pemeriksaan HIV. Materi antara lain :
1) Informasi dasar tentang HIV AIDS
2) Informasi tentang tatacara penularan dan mengurangi faktor resiko HIV
3) Dokumentasi dan diskusi tentang penggunaan kondom dan jarum suntik steril
4) Keuntungan dan isu potensial berkaitan dengan konseling
5) Prosedur tes HIV dan penyampaian hasil tes HIV
6) Informasi rujukan dan dukungan
b. Tes HIV
Dilakukan pengambilan darah serta pemeriksaan HIV oleh tenaga laborat yang
terlatih dan dilakukan inform consent.
c. Konseling pasca test
Membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes, konselor
melakukan : Penjelasan tentang hasil tes, Pembacaan hasil tes, Pemberian informasi
selanjutnya, Rujukan ke fasyankes lain apabila diperlukan, Diskusi untuk mengurangi
resiko penularan HIV
1) Konseling hasil tes HIV non reaktif
Konseling bagi yang hasilnya non reaktif, minimal harus meliputi hal sebagai
berikut:
a. Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode jendela,
yaitu belum terdeteksinya antibodi HIV dan anjuran untuk menjalani tes
kembali ketika terjadi pajanan HIV.
b. Informasi dasar tentang caramencegah terjadinya penularan HIV
c. Pemberian kondom laki-laki atau perempuan
Baik petugas kesehatan maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai
perlunya rujukan untuk mendapatkan konseling pasca tes lebih mendalam atau
dukungan pencegahan lainnya.
2) Konseling hasil test HIV reaktif
Secara umum, konseling hasil tes HIV reaktif direkomendasikan untuk dilakukan
dengan bahasa yang sederhana dan singkat dan dilanjutkan dengan dialog untuk
menangkap keinginan dan perspektif pasien dalam menangani kasus mereka.
Bagi pasien dengan tes HIV positif, maka petugas kesehatan menyempaikan hal
sebagai berikut :
a. Memberikan informasi hasil test HIV kepada pasien secara sederhana dan
jelas dan memastikan pasien mengerti tentang arti tes
b. Melakukan pemeriksaan klinis dan lab secara menyeluruh untuk skrining TB,
mencari infeksi oportunistik, memberikan pengobatan infeksi opostunistik jika
ada, memberikan kotrimoksasol profilaksis
c. Memberikan rencana pengobatan ARV dan informasi tempat pelayanan untuk
ARV terdekat dengan pasien. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
d. Memulai konseling Pra ART
e. Merujuk ke unit lain terkait dengan kebutuhan pasien baik terkait dengan
perawatan, pengobatan maupun pencegahan.
3) Konseling pasca tes bagi ibu hami
Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV reaktif juga harus meliputi masalah
berikut :
a. Rencana persalinan
b. Penggunaan ARV
c. Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat besi dan
asam folat
d. Pemberian ARV pada bayi segera setelah lahir, pemberian kotrimoksasol
profilaksis, ASI dan makanan bayi
e. Rencana tes HIV pada bayi setelah usia 18 bulan dan tindak lanjut lain terkait
dengan perawatan dan pengobatan yang mungkin diperlukan
f. Test HIV bagi pasangan.
B. Saran
Program VCT dan PITC sudah cukup baik namun masih belum optimal dalam pelaksanaannya,
mulai dari aspek input, proses maupun output. Diperlukan komitmen dan kerja sama dari
berbagai pihak untuk dapat mewujudkan optimalisasi program pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS yang lebih komprehensif. Diperlukan peran petugas kesehatan yang terlatih dalam
penerapan VCT dan PITC secara komprehensif dalam upaya menurunkan angka kesakitan,
kematian dan yang lebih penting menurunkan terjadinya penularan HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Bock, et al. 2008. Provider initiated HIV testing and counseling in TB clinical settings; tools for
program implementation. Int J Tuberc Lung Dis. 12 (3): 69-72
Direkorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI,
2010 Modul Bagi Peserta Konseling Dan Tes Hiv Atas Inisiasi.
Departemen Kesehatan RI. (2006) Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara
Suka Rela (Voluntary Counseling and Testing).Jakarta: Depkes RI Dirjen P2PL.
Haruddin,dkk. 2007. Studi Pelaksanaan HIV Voluntary Counseling And Testing (VCT) Di RSUP DR.
SarjitoYogyakarta. http//irc.kmpk.ugm.ac.id
Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta ;Salemba Medika.
UNAIDS, WHO (2006) AIDS Epidemic Update. 2008. Diakses Tanggal 3 Mei 2018 . URL :
Http://Www.Who.Int.