Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP VCT (VOLUNTARY COUNCELING AND TESTING)


PADA PASIEN HIV / AIDS

Di Susun Oleh :
DONI INDRA, A.Md.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA


PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel CD4+ dan
limfosit sehingga menyebabkan kerusakan sel tersebut, akibatnya adalah penurunan sistem
kekebalan tubuh manusia. Acquired Immuno Deficiency Syndroms (AIDS) merupakan
kumpulan dari penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh virus HIV, bahkan bisa berujung pada
kematian. Penyakit HIV&AIDS sampai saat ini belum bisa disembuhkan, tetapi terapi dari
HIV&AIDS dapat membantu individu agar tetap mempertahankan imunitasnya. Virus ini dapat
ditularkan melalui pemakaian jarum suntik tidak steril secara bergantian, donor darah, hubungan
homoseksual maupun heteroseksual, seks dengan berganti-ganti pasangan.
Data World Health Organization (WHO) secara global menunjukkan bahwa orang yang
hidup dengan HIV sampai akhir tahun 2011 mencapai 34 juta orang dan 1,7 juta orang
meninggal karena AIDS (UNAIDS, 2012). Semakin meningkatnya penyakit HIV&AIDS di
seluruh Negara menyebabkan diperlukannya program-program khusus untk menahan laju
penularannya. Penyakit HIV&AIDS merupakan pandemi yang sedang dialami oleh seluruh
negara. Peningkatan epidemi HIV telah terjadi di Indonesia sejak 10 tahun terakhir ini. Penularan
terutama terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama pada pengguna narkotika suntikdan
hubungan seks. Hasil Pemodelan epidemi di Indonesia memproyeksikan jumlah ODHA usia 15-
49 tahun dari 277,700 pada tahun 2008 akan meningkat menjadi 501,400 pada tahun 2014. Hasil
tersebut dengan asumsi bahwatidak ada perubahan yang signifikan dari upaya pengendalian HIV
dan AIDS pada kurun waktu tersebut. Stigma masyarakat ini perlu di minimalisir karena dapat
memojokkan ODHA.
Memanusiakan ODHA merupakan salah satu cara meminimalisir perkembangan virus,
karena dengan adanya dukungan dari masyarakat, ODHA pun akan melaksanakan pengobatan
tanpa harus menghadapi tekanan malu terhadap umum. Salah satu jalan masuk seseorang untuk
mengetahui status HIV adalah melalui konseling dan testing HIV, terdapat beberapa macam
diantaranya adalah Voluntary Counselling and Testing (VCT) dan Provider-Initiated Testing and
Counselling (PITC). Dua layanan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman individu
tentang status dan penyakit HIV&AIDS, dapat meminimalisir stigma dan diskriminasi ODHA,
dan mengurangi laju penyebaran penyakit.

B. Tujuan Makalah
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami Program VCT (Voluntary Counceling and Testing) dan
PITC (Provider Initiated Testing and Counceling).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian VCT dan PITC
b. Untuk mengetahui tujuan VCT dan PITC
c. Untuk mengetahui model pelayanan VCT dan PITC
d. Untuk mengetahui kegiatan pelayanan VCT dan PITC
e. Untuk mengetahui perbedaan antara VCT dan PITC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian VCT dan PITC


1. Pengertian VCT
Voluntary Counselling and Testing atau yang lebih dikenal dengan VCT HIV & AIDS
merupakan salah satu program yang dilaksanakan dalam upaya mencegah penyebaran
penyakit HIV & AIDS. Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan entry point
untuk memberikan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA. VCT juga merupakan
salah satu model untuk memberikan informasi secara menyeluruh dan dukungan untuk
merubah perilaku berisiko serta mencegah penularan HIV/AIDS. (Haruddin, dkk., 2007)
Voluntary Counselling and Testing (VCT) adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog
yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan mencegah
penularan. (Nursalam, 2007)
WHO menyatakan bahwa VCT atau CITC (Client-Initiated Testing and Counselling)
merupakan pendekatan primer dalam konseling dan tes HIV & AIDS yang ditekankan pada
pengkajian dan menejemen dari perilaku beresiko, memberikan pengetahuan tentang isu-isu
dan informasi seperti keinginan dan implikasi untuk melakukan tes, dan strategi-strategi
untuk mengurangi perilaku-perilaku beresiko dengan partisipasi klien secara aktif dating ke
pelayanan kesehatan secara sukarela. Konseling dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan
tes untuk mendiagnosa HIV & AIDS, jika didapatkan hasil tes positif maka konseling akan
mengarah pada perawatan, terapi dan pelayanan pendukung lainnya.
2. Pengertian PITC
Walaupun demikian, ternyata VCT dinilai tidak cukup efektif sehingga muncul inisiatif
untuk membuat tes HIV “lebih rutin”. Untuk itulah, pada sekitar Agustus 2006, WHO
bersama dengan UNAIDS membuat suatu pernyataan kebijakan untuk mempromosikan
Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC) pada fasilitas penyedia layanan
kesehatan yang diintegrasikan pada pelayanan tertentu seperti antenatal care dan tuberculosis
(WHO, UNAINDS, 2006)
Provider-initiated HIV testing and counseling (PITC) adalah suatu tes HIV dan konseling
yang diinisiasii oleh petugas kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai
bagian dari standar pelayanan medis. (Kemenkes RI, 2012)

B. Tujuan VCT dan PITC


1. Tujuan VCT
Tujuan utama adalah untuk mendorong orang yang sehat, asymptomatik untuk mengetahui
status HIV,sehat,asymptomatik utk mengetahui status HIV sehingga mereka dapat
mengurangi tingkat penularannya.. Sebuah strategi kesehatan masyarakat yang efektif,
karena orang dapat mengetahui status HIV mereka sementara mereka masih menjalankan
perilaku berisiko.
Voluntary Counselling and Testing (VCT) berperan dalam memberikan dukungan moral,
informasi serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga dan lingkungan. Menurut
Nursalam (2007), VCT mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Upaya pencegahan HIV & AIDS
2) Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan tentang
factor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV & AIDS.
3) Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan mereka
menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral (ART),
serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat.
3. Tujuan PITC
Tujuan utama PITC adalah untuk membuat keputusan klinis dan/atau menentukan pelayanan
medis khusus yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang
seperti misalnya ART. Apabila seseorang yang dating ke fasilitas layanan kesehatan
menunjukkan adanya tanda atau gejala yang dmengarah ke penyakit terkait HIV maka
tanggung jawab dari petugas kesehatan adalah menawarkan tes HIV dan konseling
kepada pasien tersebut sebagai bagian dari tatalaksana klinis. PITC juga bertujuan untuk
mengidentifikasi infeksi HIV pada stadium awal yang belum menunjukkan gekjala
penyakit yang jelas karena penurunan kekebalan.Oleh karena itu kadang-kadang konseling
dan tes HIV juga ditawarkan kepada pasien dengan gejala yang mungkin tidak terkait dengan
HIV sekalipun.
C. Model Pelayanan VCT
1. Model Pelayanan VCT
Model pelayanan VCT adalah klien mencari pelayanan konseling dan tes HIV & AIDS,
dimana klien akan menerima beberapa pelayanan yaitu (WHO, 2006). :
1) Konseling sebelum tes (Pre-Test Counselling),
2) Persetujuan untuk tes HIV & AIDS (Informed Consent),
3) Tes HIV & AIDS (Testing),
4) Konseling pasca tes dengan pembacaan hasil tes (receive HIV test results during a
post-test counseling)

2. Model Pelayanan PITC


Sedangkan PITC Sesuai dengan Pedoman WHO/UNAIDS, 2006 mengedepankan “3C”
1) Informed consent
2) Counseling
3) Confidentiality

D. Kegiatan VCT dan PITC


1. Kegiatan VCT
a. Konseling Pra Tes
1) Kegiatan Penilaian faktor risiko
2) Informasi tentang HIV/AIDS
3) Mendiskusikan keuntungan dan kerugian mengetahui status HIV
4) Mempersiapkan klien untuk mengetahui hasil Tes HIV Informasi pengurangan
dampak buruk
5) Rencana memberitahu pasangan bila hasil tes HIV positif (partner noification)

b. Tes HIV
1) VCT mensyaratkan tes HIV setelah ada informed consent orang yang akan
diperiksa
2) HIV Tes harus selalu merupakan keputusan individual setelah benar-benar
memahami informasi
3) Pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya HIV dalam tubuh (melalui antibodi
atau antigen atau virus/fraksi virus) dengan metode rapid diagnostic test (RDT)
atau EIA (Enzyme Immuno Assay), dilakukan oleh tenaga medis/teknisi
laboratorium/bidan/perawat terlatih.
c. Konseling Pasca Test
1) Mempersiapkan klien untuk menerima dan membuka hasil
2) Menolong klien untuk memahami dan 'cope' dengan hasilnya
3) Memberikan informasi lanjutan
4) Informasi rujukan klien ke layanan lain
5) Konseling pengurangan dampak buruk
6) Mendiskusikan 'partner notification'
a. Bila hasil positif
1) Berikan waktu kepada klien untuk mengungkapkan emosinya
2) Yakinkan bahwa klien paham hasil tes
3) Menolong klien 'cope' dengan hasilnya
4) Diskusikan pelayanan komprehensif
5) Konseling lanjutan dan 'partner notification'
b. Bila hasil negatif
1) Yakinkan bahwa klien paham hasilnya
2) Menolong klien 'cope' secara emosional
3) Mendiskusikan 'window period' dan testing ulang
4) Diskusikan pengurangan dampak buruk

2. Kegiatan PITC
Kegiatan PITC dilakukan atas inisiatif petugas kesehatan yang menganjurkan kepada
klien untuk dilakukan tes HIV, rincian kegiatan antara lain :
a. Konseling pra test
Dilakukan oleh konselor VCT tenaga terlatih kepada klien yang menginginkan
dilakukannya pemeriksaan HIV. Materi antara lain :
1) Informasi dasar tentang HIV AIDS
2) Informasi tentang tatacara penularan dan mengurangi faktor resiko HIV
3) Dokumentasi dan diskusi tentang penggunaan kondom dan jarum suntik steril
4) Keuntungan dan isu potensial berkaitan dengan konseling
5) Prosedur tes HIV dan penyampaian hasil tes HIV
6) Informasi rujukan dan dukungan
b. Tes HIV
Dilakukan pengambilan darah serta pemeriksaan HIV oleh tenaga laborat yang
terlatih dan dilakukan inform consent.
c. Konseling pasca test
Membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes, konselor
melakukan : Penjelasan tentang hasil tes, Pembacaan hasil tes, Pemberian informasi
selanjutnya, Rujukan ke fasyankes lain apabila diperlukan, Diskusi untuk mengurangi
resiko penularan HIV
1) Konseling hasil tes HIV non reaktif
Konseling bagi yang hasilnya non reaktif, minimal harus meliputi hal sebagai
berikut:
a. Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode jendela,
yaitu belum terdeteksinya antibodi HIV dan anjuran untuk menjalani tes
kembali ketika terjadi pajanan HIV.
b. Informasi dasar tentang caramencegah terjadinya penularan HIV
c. Pemberian kondom laki-laki atau perempuan
Baik petugas kesehatan maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai
perlunya rujukan untuk mendapatkan konseling pasca tes lebih mendalam atau
dukungan pencegahan lainnya.
2) Konseling hasil test HIV reaktif
Secara umum, konseling hasil tes HIV reaktif direkomendasikan untuk dilakukan
dengan bahasa yang sederhana dan singkat dan dilanjutkan dengan dialog untuk
menangkap keinginan dan perspektif pasien dalam menangani kasus mereka.
Bagi pasien dengan tes HIV positif, maka petugas kesehatan menyempaikan hal
sebagai berikut :
a. Memberikan informasi hasil test HIV kepada pasien secara sederhana dan
jelas dan memastikan pasien mengerti tentang arti tes
b. Melakukan pemeriksaan klinis dan lab secara menyeluruh untuk skrining TB,
mencari infeksi oportunistik, memberikan pengobatan infeksi opostunistik jika
ada, memberikan kotrimoksasol profilaksis
c. Memberikan rencana pengobatan ARV dan informasi tempat pelayanan untuk
ARV terdekat dengan pasien. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
d. Memulai konseling Pra ART
e. Merujuk ke unit lain terkait dengan kebutuhan pasien baik terkait dengan
perawatan, pengobatan maupun pencegahan.
3) Konseling pasca tes bagi ibu hami
Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV reaktif juga harus meliputi masalah
berikut :
a. Rencana persalinan
b. Penggunaan ARV
c. Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat besi dan
asam folat
d. Pemberian ARV pada bayi segera setelah lahir, pemberian kotrimoksasol
profilaksis, ASI dan makanan bayi
e. Rencana tes HIV pada bayi setelah usia 18 bulan dan tindak lanjut lain terkait
dengan perawatan dan pengobatan yang mungkin diperlukan
f. Test HIV bagi pasangan.

E. Perbedaan VCT dan PITC


Tabel 2.1 Perbedaan VCT dan PITC (Bock et al, 2008)
No Perbedaan VCT PITC
1. Klien/pasien Datang ke UPK khusus Datang ke klinik karena TB
untuk test HIV, sudah siap atau symptom TB, tidak
untuk tes HIV, biasanya selalu siap untuk tes HIV
asimptomatik
2. Provider Biasanya adalah konselor Petugas Kesehatan yang
terlatih, tidak harus petugas sudah dilatih tentang PITC
kesehatan di UPK
3. Tujuan utama Pencegahan penularan HIV Mendiagnosis HIV untuk
konseling dan tes melalui pemeriksaan manajemen klinis TB dan
HIV resiko, pengurangan risiko HIV secara tepat
dan tes
4. Pre-tes Konseling yang berpusat Provider
pada klien one on one merekomendasikan dan
sama-sama pentingnya bagi menawarkan tes pada
klien untuk mengetahui semua pasien TB.
hasil HIV positif maupun Penjelasan singkat tentang
negative pentingnya melakukan tes
HIV, waktu lebih singkat
untuk pasien dengn tes HIV
negative focus pada mereka
yang hasil tes HIV positif
5. Follow-up HIV positif dirujuk untuk Penatalaksanaan klinis
mendapatkan pelayanan antaara provider TV dan
medis dan pendukung HIV, dirujuk untuk
lainnya, tidak memandang pelayanan pendukung yang
hasil testnya, klien dapat lain.
dirujuk ke VCT untuk
mendapatkan konseling dan
dukungan psikologis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Voluntary Counselling and Testing atau yang lebih dikenal dengan VCT HIV & AIDS
merupakan salah satu program yang dilaksanakan dalam upaya mencegah penyebaran penyakit
HIV & AIDS. Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan entry point untuk
memberikan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA. VCT juga merupakan salah satu
model untuk memberikan informasi secara menyeluruh dan dukungan untuk merubah perilaku
berisiko serta mencegah penularan HIV/AIDS. (Haruddin, dkk., 2007). Sedangkan, Provider-
initiated HIV testing and counseling (PITC) adalah suatu tes HIV dan konseling yang diinisiasii
oleh petugas kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai bagian dari standar
pelayanan medis. (Kemenkes RI, 2011). Kegiatan VCT dan PITC hampir sama yaitu meliputi
konseling pra tes, informed concent, tes HIV, dan konseling pasca tes. Tetapi VCT dan PITC
memliki perbedaan diantaranya klien VCT datang ke UPK khusus untuk test HIV, sudah siap
untuk tes HIV, biasanya asimptomatik, sedangkan klien PITC Datang ke klinik karena TB atau
symptom TB, tidak selalu siap untuk tes HIV.

B. Saran
Program VCT dan PITC sudah cukup baik namun masih belum optimal dalam pelaksanaannya,
mulai dari aspek input, proses maupun output. Diperlukan komitmen dan kerja sama dari
berbagai pihak untuk dapat mewujudkan optimalisasi program pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS yang lebih komprehensif. Diperlukan peran petugas kesehatan yang terlatih dalam
penerapan VCT dan PITC secara komprehensif dalam upaya menurunkan angka kesakitan,
kematian dan yang lebih penting menurunkan terjadinya penularan HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

Bock, et al. 2008. Provider initiated HIV testing and counseling in TB clinical settings; tools for
program implementation. Int J Tuberc Lung Dis. 12 (3): 69-72

Direkorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI,
2010 Modul Bagi Peserta Konseling Dan Tes Hiv Atas Inisiasi.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jendral.Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Jakarta:
Kementerian kesehatan RI, 2012

Departemen Kesehatan RI. (2006) Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara
Suka Rela (Voluntary Counseling and Testing).Jakarta: Depkes RI Dirjen P2PL.

Haruddin,dkk. 2007. Studi Pelaksanaan HIV Voluntary Counseling And Testing (VCT) Di RSUP DR.
SarjitoYogyakarta. http//irc.kmpk.ugm.ac.id

Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta ;Salemba Medika.

UNAIDS, WHO (2006) AIDS Epidemic Update. 2008. Diakses Tanggal 3 Mei 2018 . URL :
Http://Www.Who.Int.

Anda mungkin juga menyukai