MODUL PELATIHAN
KOLABORASI TB-HIV
BAGI PETUGAS
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
MATERI INTI 8
KONSELING DAN TES HIV
ATAS INISIASI PETUGAS (KTIP)
Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan R.I.
2016
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
I. DAFTAR ISI
I. DAFTAR ISI ........................................................................................................... I
II. DESKRIPSI SINGKAT ......................................................................................... 2
III. TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................................ 3
1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM ........................................................................... 3
2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS ........................................................................ 3
IV. POKOK BAHASAN .............................................................................................. 3
V. METODE, MEDIA DAN ALAT BANTU ................................................................ 4
1. METODE ........................................................................................................ 4
2. MEDIA........................................................................................................... 4
3. ALAT BANTU .................................................................................................. 5
VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN .......................................................... 5
SESI 1: PENGKONDISIAN PESERTA ........................................................................... 5
SESI 2: KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS (KTIP) .............. 5
SESI 3: MANFAAT DAN RISIKO TES HIV ......................................................... 5
SESI 4: INISIASI TES HIV ................................................................................... 5
SESI 5: PROSEDUR TES CEPAT HIV ............................................................... 5
SESI 6: PENYAMPAIAN HASIL TES DAN RUJUKAN KE LAYANAN PDP ...... 6
SESI 7: PENCATATAN DAN PELAPORAN ...................................................... 6
SESI 8: PENUTUP, UMPAN BALIK DAN RANGKUMAN ................................................ 6
VII. URAIAN MATERI ................................................................................................ 7
POKOK BAHASAN 1. KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS (KTIP) ............... 7
POKOK BAHASAN 2. MANFAAT DAN RISIKO TES HIV ....................................... 10
POKOK BAHASAN 3. INISIASI TES HIV................................................................. 13
POKOK BAHASAN 4. PROSEDUR TES CEPAT HIV ............................................. 18
POKOK BAHASAN 5. PENYAMPAIAN HASI TES DAN RUJUKAN KE LAYANAN
PDP .......................................................................................................... 26
POKOK BAHASAN 6. PENCATATAN DAN PELAPORAN..................................... 31
VIII. REFERENSI ...................................................................................................... 48
i
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Sampai akhir tahun 2012 secara kumulatif kasus HIV yang dilaporkan adalah
98,390, sementara hasil estimasi jumlah orang terinfeksi HIV pada tahun
2012 adalah 591.823. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa banyak orang
terinfeksi HIV belum datang ke layanan untuk pemeriksaan statusnya.
Mengingat hal tersebut di atas, maka jangkauan layanan tes dan konseling
HIV perlu ditingkatkan sehingga jumlah orang yang mengetahui status
HIVnya dapat mengakses layanan kesehatan lebih dini. Dalam rangka
meningkatkan upaya penemuan kasus dini tersebut, maka perlu
dikembangkan pendekatan melalui penegakkan kasus tes HIV atas inisiasi
petugas kesehatan dan konseling di samping menguatkan layanan konseling
dan tes HIV secara sukarela.
Dalam SE tercantum terkait upaya perluasan konseling dan tes HIV dimana,
peningkatan diagnosis dini melalui penawaran tes HIV melalui tes HIV atas
Inisiatif
Petugas (TIPK/PITC), sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat segera
mendapatkan akses layanan yang dibutuhkan. Setelah mengetahui hasil tes
HIV, maka kepada yang bersangkutan dilakukan konseling paska tes oleh
konselor untuk mendapatkan akses layanan Perawatan Dukungan dan
Pengobatan (PDP).
Pada Pasal 3 Permenkes berbunyi TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi
Pelayanan Kesehatan dan Konseling), harus dianjurkan sebagai bagian dari
standar pelayanan bagi:
Setiap orang dewasa, remaja dan anak-anak yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang
mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama
pasien dengan riwayat penyakit tuberculosis dan IMS;
Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin;
2
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Lebih jauh lagi, pada pasal 7 disebutkan bahwa; pada wilayah epidemi
terkonsentrasi dan epidemik rendah, TIPK dilakukan pada semua orang
dewasa, remaja dan anak yang memperlihatkan tanda dan gejala yang
mengindikasikan infeksi HIV, termasuk tuberculosis, serta anak dengan
riwayat terpapar HIV pada masa perinatal, pada pemerkosaan dan kekerasan
seksual lain.
Setelah mempelajari materi ini peserta mampu menginisiasi pasien TB untuk tes HIV.
Pokok Bahasan 1: Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP)
Sub Pokok Bahasan:
1) Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP)
3
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
1. METODE
Pembelajaran dalam kelompok (setiap kelompok 5-6 peserta) :
Diskusi
Latihan soal
Latihan bermain peran
Pleno hasil pembelajaran
2. MEDIA
Materi Inti 8
4
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
3. ALAT BANTU
Flipchart
Whiteboard
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
6
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
7
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Layanan Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP) mulai
disosialisasikan sampai ke fasyankes primer dan diperkuat dengan terbitnya
Permenkes 21 tahun 2013. Konseling dan tes HIV atas Inisiasi Petugas
(KTIP) bukan dimaksud untuk menggantikan Konseling dan Tes secara
Sukarela (KTS) tetapi untuk melengkapinya sehingga kedua pendekatan itu
sekarang kita namakan Konseling dan Tes HIV (KTHIV). Pada tahun 2014
diterbitkan Permenkes 74 yang menjadi Pedoman untuk Konseling dan Tes
HIV.
Layanan Konseling Tes HIV sukarela (KTS) sekarang lebih aktif menjangkau
orang dengan perilaku berisiko atau dikenal dengan nama populasi kunci.
Populasi kunci terdiri dari populasi Laki Seks Lelaki (LSL), Waria, Pengguna
Nafza Suntik (Penasun) dan Pekerja Seks Komersial (PSK). Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) berfungsi untuk menjangkau populasi kunci dan
konselor awam atau lay conselor LSM dapat memberikan konseling pra-tes
termasuk informasi dasar tentang HIV/AIDS serta pengobatan ARV sebelum
mereka merujuk populasi kunci ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Ada
kalanya LSM bekerja sama dengan fasyankes untuk meberikan layanan
KTS bergerak (mobile VCT).
8
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Kebijakan tes HIV pada KTIP dan KTS, layaknya seperti tes diagnostik
lainnya, perlu memperhatikan asas “5C” yaitu
Keterangan Asas 5 C
1. Consent
Seseorang yang akan di tes HIV perlu memberikan persetujuan atau
informed consent. Orang itu perlu diberitahu tentang manfaat tes baik
klinis maupun pencegahan, klien/pasien mempunyai hak untuk
menolak tes, bila hasil tes positif maka klien/pasien akan dihubungkan
dengan layanan PDP dan layanan pelacakan kontak.
2. Confidential
Layanan tes harus konfidensial, artinya segala isi komunikasi antara
/pasien dengan petugas atau konselor tidak boleh dibuka kepada
orang lain tanpa persetujuan klien atau pasien. Demi kepentingan
kesehatan klien/pasien, hasil tes dapat dibagikan kepada petugas
yang merawat atau mengobati pasien.
3. Counseling
Tes HIV perlu disertai dengan informasi atau konseling pra-tes yang
memadai dan konseling pasca-tes.
Pada dasarnya petugas tahu tentang manfaat tes HIV, namun kadang kadang
tidak cukup peka terhadap risiko yang mungkin terjadi pada seseorang bila
hasil tes positif. Oleh karena itu kita perlu berdiskusi tentang kemungkinan
dampak buruk bagi pasien.
Dasar pertimbangan tes HIV adalah mutlak demi kepentingan orang yang
mempunyai perilaku berisiko dan pasien yang mempunyai tanda dan gejala
terkait HIV/AIDS untuk mengetahui status HIV mereka. Dengan demikian
stigma dan diskriminasi terhadap ODHA seringkali dikaitkan dengan perilaku
berisiko pada populasi kunci, padahal tidak semua ODHA masuk dalam
populasi kunci. Untuk membantu pasien menghadapi berbagai hambatan
dalam menjalani tes HIV, maka perlu empati dan dukungan petugas.
Program tes dan konseling HIV hanya akan efektif dan bermanfaat jika diikuti
dengan layanan PDP yang komprehensif dan berkesinambungan, termasuk
rujukan konseling dan dukungan untuk pencegahan.
Bagan alur KTIP di bawah ini dapat dipakai sebagai acuan penawaran tes
dan konseling HIV. Bagan ini menggambarkan peran seorang petugas
dengan waktu yang terbatas.
10
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
11
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Informasi (kelompok/individu)
Penularan HIV
Pencegahan HIV
Manfaat tes
Menawarkan tes
Menjelaskan alasan tes
Menjaga konfidensialitas
Meminta persetujuan
Tes
Menjelaskan proses tes
Mengambil sampel darah
Mengikuti Pedoman Nasional
Rujukan
HIV negatif
Diskusikan pencegahan
Diskusikan tes pasangan
HIV positif
Layanan PDP
Membuka status dan tes pasangan
Diskusikan pencegahan
12
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Keterangan
Penjelasan singkat tentang penularan HIV, prosedur tes HIV, manfaat tes dan
upaya pencegahan misal penularan dari ibu ke anak. Perlu diketahui bahwa
informasi pra-tes lebih singkat dan sederhana dibandingkan dengan konseling
pra-tes pada KTS. Informasi pra-tes biasanya diberikan oleh petugas di layanan
daripada sesi edukasi kelompok.
Langkah 4: Hasil tes disampaikan kepada pasien dan pasien dirujuk sesuai
hasil tes.
Hasil tes disampaikan kepada pasien dan diterangkan artinya. Hasil tes
sebaiknya diberikan oleh petugas yang meminta tes. Diskusikan rencana tindak
lanjut termasuk rujukan ke layanan PDP bagi pasien dengan hasil HIV positif.
dan kepada semua pasien dewasa dan anak dengan kurang gizi yang datang ke
fasilitas layanan kesehatan untuk daerah dengan epidemi HIV meluas
Ketika menerapkan KTIP sebagai tes diagnostik atau penawaran tes secara rutin,
maka informasi pra-tes merupakan bentuk yang lebih sederhana dibandingkan
konseling pra-tes pada KTS. Informasi pra-tes diberikan tanpa sesi edukasi dan
konseling yang lengkap, namun cukup untuk menyakinkan pasien untuk
memberikan persetujuan. Namun pada pasien tertentu atau pasangan dari pasien
mungkin memerlukan konseling tambahan yang lebih lengkap dan untuk itu
pasien dapat dirujuk ke konselor. Persyaratan penting dalam menerapkan KTIP
adalah konseling pasca-tes dan rujukan ke layanan perawatan, dukungan dan
pengobatan bagi pasien dengan HIV positif.
Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh petugas ketika menawarkan tes
HIV kepada pasien adalah sebagai berikut:
Alasan petugas menawarkan tes HIV
Manfaat aspek klinis dan aspek pencegahan dari tes HIV.
Layanan yang tersedia bagi pasien baik yang hasil tes HIV negatif ataupun
positif, termasuk ketersediaan terapi antiretroviral.
Informed consent cukup dengan persetujuan secara verbal atau mengikuti
Standar Prosedur Operasional (SPO) di fasyankes.
Pasien berhak untuk menolak tes HIV. Bila pasien menolak tes HIV, maka
akses layanan lain tiak terpengaruh dan pasien diperlakukan tetap seperti
biasa.
Hasil tes diperlakukan secara konfidensial.
Bila hasil tes HIV positif, maka dianjurkan untuk membuka status kepada
orang lain yang berisiko untuk tertular HIV dari pasien tersebut.
Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas.
Perlu ada pertimbangan khusus bagi anak dan remaja di bawah umur secara
hukum (umur <18 tahun). Sebagai pasien di bawah umur yang belum punya hak
untuk memberikan informed-consent, namun mereka punya hak untuk terlibat
dalam semua keputusan yang menyangkut kehidupannya dan mengemukakan
pandangannya sesuai tingkat perkembangan umurnya. Dalam hal ini diperlukan
informed-consent dari orang tua atau walinya.
14
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
A. Tes Diagnostik:
Gunakan contoh komunikasi untuk menawarkan tes HIV kepada pasien yang
menunjukkan tanda dan gejala penyakit tersebut. Anda dapat menunjukkannya
dengan cara sebagai berikut:
“Untuk mencari penyebab dari keluhan Anda, saya perlu melalukan beberapa
pemeriksaan antara lain foto dada, pemeriksaan dahak dan salah satu tes
yang saya perlukan juga adalah tes HIV. Saya perlu mengetahui apakah
keluhan Anda terkait dengan HIV”
Yang dimaksudkan dengan penawaran rutin tes HIV adalah penawaran tes HIV
kepada semua pasien dewasa yang datang ke fasyankes untuk daerah dengan
tingkat epidemi yang luas atau kepada semua pasien tertentu seperti TB, IMS,
hepatitis dan ibu hamil.
“Salah satu dari kebijakan rumah sakit kami adalah memberikan kesempatan
kepada semua pasien untuk tes HIV karena infeksi HIV banyak ditemukan di
daerah ini. Jika Anda tidak berkeberatan maka kami akan melakukan tes
tersebut dan menyampaikan hasilnya pada hari ini juga”
15
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Kedua contoh komunikasi tersebut di atas (tes diagnostik dan penawaran rutin)
merupakan cara untuk menyarankan tes HIV kepada pasien. Seringkali kedua
contoh komunikasi tersebut dapat digunakan pada situasi yang sama misal pada
pasien dengan suspek atau terdiagnosa TB.
Tes HIV mandatori atau tes yang dilakukan tanpa persetujuan pasien dan
Pemaksaan tes HIV oleh siapapun (petugas, pasangan, keluarga, majikan dst)
tidak dibenarkan Klien/pasien berhak untuk menolak tes HIV tanpa
mempengaruhi kualitas layanan medis lainnya.. Pemeriksaan tes HIV mandatori
hanya diberlakukan pada darah donor untuk melindungi penerima transfusi dan
bila ada surat dari pengadilan (misal pada kasus perkosaan)
Secara umum dapat dikatakan bahwa semua informasi yang berkaitan dengan
penyakit pasien dan tercatat dalam rekam medis termasuk hasil tes HIV, adalah
bersifat rahasia atau konfidensial. Artinya, petugas tidak boleh memberitahu
hasil tes pasien kepada orang lain tanpa seizin pasien.
Dalam tes dan konseling HIV ada 2 macam pendekatan penawaran tes yaitu:
option-in dan option-out
16
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
”Dari pengkajian terhadap faktor risiko tertular HIV, saya mendengar bahwa
Anda mempunyai banyak pasangan dan seringkali tidak menggunakan
kondom saat berhubungan dengan mereka dan bahkan pernah kena penyakit
kencing nanah 2 bulan yang lalu. Saya ingin menawarkan tes HIV untuk
mengetahui status HIV Anda. Bila Anda setuju, saya minta Anda
menandatangani surat persetujuan dan setelah itu kita akan mengambil darah
Anda”
”Saya ingin meminta tes HIV. Bila Anda tidak keberatan maka saya akan
melakukannya”.
“Jika Anda tidak keberatan, saya ingin mengambil darah Anda untuk tes HIV.
Saya pikir Anda perlu mengetahui status HIV Anda”
“Saya ingin meminta tes HIV hari ini. Jika Anda tidak menginginkannya, Anda
perlu memberitahu saya”
“Saya pikir tes-tes ini akan membantu saya untuk mencegah penularan HIV,
Hepatitis dan Sifilis dari ibu ke bayi. Jika Anda tidak menolak maka saya akan
mengambil darah Anda. Apakah Anda setuju?”
Jelaskan bahwa kita mempunyai informasi yang mungkin diperlukan pasien dan
informasi ini akan lebih diperhatikan bila kita terlebih dahulu mencaritahu apa
yang menjadi kekuatiran pasien sekarnag. Misalnya kita dapat bertanya “Apa
yang menjadi kekuatiran Anda sekarang” atau “Apa yang membuat Anda
datang ke klinik”.
17
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
• Coba edukasi dengan menanyakan apa yang mereka sudah ketahui. Petugas
tidak perlu menerangkan seluruh topik tetapi lebih baik yang mereka belum
ketahui. Pertanyaan seperti “Apa yang Anda ketahui tentang risiko HIV
dikalangan pecandu/LSL? Jawaban mereka dapat memberikan informasi
yang berharga pada kita apa yang mereka sudah ketahui sehingga petugas
tidak perlu memberi informasi yang mereka sudah ketahui.
• Gunakan orang ke tiga bila mendiskusikan hal atau topik yang sensitif. Bila
pasien mungkin tidak nyaman dengan topik yang akan kita sampaikan maka
kita dapat menggunakan orang ke tiga, misalnya “Banyak pasien saya
mengalami kesulitan membuka status kepada pasangannya. Bagaimana
dengan Anda?” Apa manfaat menggunakan orang ketiga?
• Jangan terlalu banyak memberi pesan atau pilihan. Maksimal tiga pesan.
Apakah Anda mempunyai pengalaman waktu belajar sesuatu yang baru dan
diberi terlalu banyak bahan yang baru bagi Anda atau terlalu banyak pilihan
yang menyulitkan Anda untuk memilih? Mungkin baik untuk petugas untuk
fokus dengan memberi prioritas. Pasien perlu merasa bahwa mereka bisa
melakukannya dan kalau mereka dibanjiri dengan banyak hal atau pilihan
maka mereka mungkin akan beranggapan bahwa hal itu tidak mungkin
dilakukannya.
2. Strategi 2 (Surveilans)
Melihat besaran masalah HIV di suatu kelompok masyarakat tertentu
atau di masyarakat.
Dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan.
Menggunakan dua reagensia, reagensia pertama dengan sensitifitas ≥
99% dan reagensia ke dua dengan spesifitas ≥ 98%
18
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Tes cepat HIV adalah Tes diagnostik HIV yang mendeteksi antibodi terhadap
berbagai komponen virus HIV. Antibodi terhadap HIV biasanya mulai terdeteksi
pada 4 - 8 minggu setelah terinfeksi. Waktu antara saat terinfeksi dengan
terdeteksinya antibodi dalam serum penderita dikenal sebagai window period atau
masa jendela.
19
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Laporan hasil tes HIV dituliskan hasil pemeriksaan tiap-tiap tes, diikuti dengan
kesimpulan akhir pemeriksaan yaitu “positif”, “negatif” atau “indeterminate”.
Bila hasil tes pertama “nonreaktif”, maka pemeriksaan tidak perlu dilanjutkan dan
pada laporan, tes kedua dan ketiga dituliskan “tidak dikerjakan”, diikuti dengan
kesimpulan akhir sebagai “negatif”.
Bila hasil tes pertama ”reaktif”, maka pemeriksaan dilanjutkan ke tes ke dua dan
bila tes kedua reaktif maka dilanjutkan ke tes ke tiga. Bila ketiga tes reaktif maka
kesimpulan akhir adalah ”positif”
Bahan tes pertama tidak sesuai dengan tes kedua, atau reaktif pada tes pertama
dan kedua namun non reaktif pada tes ketiga atau reaktif pada tes pertama dan
tes ketiga namun non reaktif pada tes ke tiga, maka dilaporkan sebagai
“indeterminate”.
Bila tes pertama reaktif namun non reaktif pada tes kedua dan ketiga dilaporkan
indeterminate bila individu yang diperiksa mempunyai perilaku berisiko terinfeksi
HIV dan dilaporkan sebagai negatif pada orang yang tidak perilaku berisiko
terinfeksi HIV.
20
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
21
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Persiapan Pasien
Setiap pasien yang akan diperiksa untuk HIV perlu didahului dengan
informasi atau konseling.
Pasien harus memberikan informed consent sebagai tanda persetujuan
untuk dilakukan tes HIV setelah pasien diberi informasi tentang manfaat
dan risiko tes.
Bila pasien yang bersangkutan menolak untuk dilakukan tes, maka pasien
diminta untuk memberikan pernyataan penolakan secara tertulis untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari.
Persiapan Petugas
Petugas yang melakukan tes HIV sudah mendapatkan pelatihan dan tes
HIV harus memenuhi asas 5 C (lihat catatan di modul 1)
Persiapan Sampel
Pengambilan sample darah vena dilakukan oleh petugas pengambil darah
atau flebotomis. Bila tidak ada flebotomis maka dapat dilakukan oleh
tenaga yang berkompetensi untuk melakukan pengambilan sample darah.
Sample darah harus dilakukan pengolahan sesuai informasi produk
(package insert) yang ada di dalam kemasan reagensia yang dipakai
sebelum dilakukan tes
Prosedur pengambilan darah dengan tabung vakum dan pengolahan
sample darah harus mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO).
22
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
23
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
24
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Langkah-langkah:
Perlengkapan pengambilan contoh. Praktik yang sehat adalah
mempersiapkan terlebih dahulu semua bahan yang diperlukan
Posisi telapak tangan menghadapi ke atas. Pilih jari tangan yang paling
lurus untuk memungkinkan pencucukan jari.
Beri tekanan agar aliran darah lancar. Tidak perlu menekan jari dengan
kuat. Tekanan akan meningkatkan aliran darah sehingga pengambilan
contoh darah akan lebih lancar.
Bersihkan jari tangan dengan alkohol. Gunanya untuk mencegah
terjadinya kontaminasi. Mulailah membersihkan jari tangan dari daerah
pangkal ke arah ujung jari.
Pegang jari tangan dan tekankan kuat-kuat lancet steril persis di
tengah-tengah ujung jari tangan.
Tekan lancet dengan kuat sehingga ujung jari terluka, Ingat bahwa
pasien akan merasa nyeri atau tidak nyaman , sebentar. Tindakan yang
tepat adalah menormalkan ketidak nyamanan pasien dan suruh mereka
melakukan relaksasi.
Bersihkan atau sapu titik darah pertama yang keluar dengan kapas
steril. Darah pertama yang keluar tidak digunakan untuk pemeriksaan
sampel, agar spesimen tidak terkontaminasi.
Ambil contoh darah. Aliran darah yang paling lancar jika letak jari berada
di bawah siku.
Gunakan kapas sampai pendarahan berhenti
25
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
26
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Tes Ulang
Untuk pasien dengan hasil tes HIV positif harus dilakukan pemeriksaan ulang
dengan bahan pemeriksaan baru, pada keadaan sebagai berikut:
Pasien baru yang mengaku HIV positif tanpa adanya surat rujukan atau
hasil tes HIV yang terdokumentasi
Untuk pasien dengan hasil tes HIV negatif, tes ulang perlu dilakukan pada
keadaan sebagai berikut:
Ibu hamil di trimester ke 3 di daerah dengan tingkat epidemi HIV meluas
atau ibu hamil dengan pasangan diskordan
Pasien dengan IMS
Pajanan HIV dalam 3 bulan terakhir
Pajanan menetap untuk tertular HIV
Mendapat Profilaksis Pasca Pajanan
Test perlu diulang dengan bahan baru yang diambil minimal 14 hari sesudah
pengambilan yang pertama. Bila hasil pemeriksaan kedua juga
“indeterminate”, perlu dipantau ulang lebih lama yaitu pada 3, 6 atau 12
bulan. Bila hasil tetap menunjukan “indeterminate” setelah 1 tahun, maka
pasien tersebut dianggap sebagai negatif.
27
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Pasien dengan hasil tes positif harus dirujuk ke layanan klinik PDP untuk
rencana pengobatan, kelompok dukungan sebaya dan perlunya membuka
status pada pasangan dan anjuran agar pasangan juga dites.
Catatan:
Studi-studi melaporkan bahwa seseorang yang sedang menderita IMS
atau infeksi HIV primer menunjukkan bahwa pasien ini mungkin sangat
menular karena kadar viremia yang tinggi. Temuan ini menunjukkan
semakin tinggi jumlah virus semakin besar kemungkinan penularan.
Deteksi infeksi HIV primer dan tes HIV ulangan menjadi sangat penting
untuk menurunkan penularan HIV.
28
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Langkah:
- Beri rujukan ke layanan klinik PDP yang kompeten dan terpercaya
- Rujukan mutlak perlu dilakukan jika fasyankes Anda tidak dapat
memberikan layanan PDP atau layanan lain yang diperlukan.
- Berikan informasi tentang manfaat rujukan.
- Tanya layanan rujukan terdekat dengan tempat tinggal pasien dan jika
pasien tidak tahu maka berikan daftar layanan rujukan ARV dan
meminta pasien untuk memilih layanan yang ia inginkan.
“Hasil tes HIV negatif. Artinya: dalam darah Anda tidak terdapat virus HIV”
namun karena Anda mempunyai perilaku berisiko dalam tiga bulan
terakhir maka kemungkinan pemeriksaan laboratorium belum dapat
mengenali virus HIV. Saya akan melakukan tes lagi tiga bulan yang akan
datang namun selama tiga bulan ke muka Anda perlu melakukan seks
aman”
Hasil tes Anda indeterminate, artinya hasil tes belum dapat dipastikan dan
perlu tes ulang dua minggu lagi. Walau hal ini jarang terjadi tetapi
ditemukan pada beberapa kasus.
29
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
“Hasil tes HIV Anda positif, artinya ada virus HIV dalam tubuh Anda.
“Saya ingin berdiskusi tentang rencana tindak lanjut. Apakah Anda siap
mendengarkannya sekarang atau Anda masih perlu waktu untuk
mencerna berita ini?”
“Bawalah surat rujukan ini, berikan kepada petugas di klinik tersebut dan
dalam surat ini saya menginformasikan bahwa Anda telah menjalani tes
HIV dan memerlukan tindakan perawatan dan pengobatan lebih lanjut”
Perlu dibuat kesepakatan antara fasyankes Anda dan fasyankes rujukan serta
media komunikasi antara Anda dan teman sejawat di layanan rujukan tersebut.
sehingga sejawat Anda mengerti keadaan pasien dan dapat memberikan
perawatan dan pengobatan yang sesuai Pedoman Nasional.
30
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Data Pasien
Pasien
dicatat pada Pasien
diperiksa
form
Laporan dikirim
secara online
Laporan dikirim ke
kedalam sistem
dinas kesehatan
Propinsi
Internet
Laporan dikirim ke
Pusat
31
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
32
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
33
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
Formulir konseling dan tes HIV dalam prakteknya diisi oleh petugas
kesehatan, namun petugas admin melakukan validasi atas hasil pengisian
yang dilakukan oleh petugas. Seorang petugas administrasi berhak
mengkonfirmasi hasil pengisian petugas supaya data yang dihasilkan
berkualitas. Agar proses tersebut berjalan dengan baik maka petugas admin
perlu mengetahui cara pengisian formulir konseling dan tes HIV
Petunjuk pengisian formulir konseling dan tes HIV harap melihat Pedoman :
Buku Petunjuk Teknis Pengisian Formulir Pencatatan dan Pelaporan Program
Pengendalian HIV-AIDS dan IMS tahun 2015.
34
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LATIHAN 1
1. Berapa persen dari pasien Anda yang diperkirakan memiliki faktor risiko
tertular HIV?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
2. Berapa persen dari pasien Anda yang merasa bahwa mereka berisiko tertular
HIV?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
3. Berapa persen dari pasien Anda yang merasa berisiko tersebut mengetahui
status HIV nya?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
LATIHAN 1-2
1. Apa tujuan diterapkannya Konseling dan Tes atas Inisiasi Petugas (KTIP)?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
2. Apa tantangan apa yang mungkin dihadapi petugas dalam menawarkan
tes dan konseling HIV?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
35
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LATIHAN 2
LATIHAN 2-1
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________
LATIHAN 2-2
1. Dalam kelompok yang sama, satu atau dua peserta berlatih untuk melakukan
edukasi kelompok tentang penularan, pencegahan dan manfaat tes HIV pada ibu
hamil di klinik KIA atau layanan lain yang sesuai dengan tugas peserta.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________
36
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LATIHAN 3
LATIHAN 3-1
Pertanyaan:
1. Bila seorang petugas bekerja di fasilitas layanan kesehatan di daerah
epidemi HIV meluas tetapi dengan sarana dan sumber daya terbatas
misalnya ada keterbatasan reagen dan petugas. Di layanan mana saja
prioritas penawaran tes HIV perlu dipertimbangkan?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
2. Bila seorang petugas bekerja di fasilitas layanan kesehatan di daerah
epidemi HIV berkonsentrasi. Angka survei di kalangan LSL menunjukkan
angka 10%. Tersedia cukup reagen dan petugas. Kapan dan dimana
dilakukan penawaran tes HIV?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
LATIHAN 3-2
LATIHAN 3-3
Latihlah contoh kalimat penawaran tes HIV rutin HIV seperti di atas dengan
peserta disamping Anda.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
LATIHAN 3-4
Diskusikan dengan kelompok Anda tentang kerahasiaan dengan pokok
bahasan:
1. Pikirkan tentang satu rahasia pribadi yang sangat sensitif dan memalukan.
Bagaimana perasaan Anda kalau diminta membuka rahasia itu ke peserta
disamping Anda.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
37
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LATIHAN 3-5
LATIHAN 3-6
38
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LATIHAN 3-7
Apakah yang dapat Anda sampaikan kepada pasien apabila ada pasien yang
memilliki pertanyaan seperti di bawah ini? Gunakan kalimat sederhana,
singkat dan jelas.
39
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
7. Saya tidak mau dites HIV. Untuk apa saya tahu, kalau saya tidak dapat
sembuh dan sebaliknya membuat saya stres?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________
8. “Kalaupun saya terkena HIV, saya tidak mau tahu sekarang karena saat
ini saya masih sehat”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________
9. Saya hanya melakukan hubungan seks dengan orang baik-baik, bukan
pekerja seks. Saya tidak mungkin terkena HIV.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
__________
Apa yang harus kita lakukan apabila pasien terus bertanya seperti diatas atau
enggan menjalani tes?
LATIHAN3-8
“Ada satu hal yang penting yang perlu kita bahas hari ini. Banyak
pasien saya yang mendapat pengobatan TB juga terinfeksi “HIV”.
Kenyataannya, infeksi HIV sering memunculkan penyakit TB. OLeh
karena itu saya mau melakukan tes HIV untuk memastikan bahwa
anda tidak terinfeksi HIV.
Ketika seseorang menderita TB dan HIV secara bersamaan maka
kondisi tersebut akan mengancam jiwanya. Karena itu selain
pengobatan TB perlu juga pengobatan HIV agar pemulihan lebih
tuntas.
Kebijakan diklinik kami, semua pasien TB juga ditawarkan tes HIV
sehingga kami bisa menangani lebih baik. Jika dengan alasan inilah
maka kami menganjurkan semua penderita TB menjalani test HIV. Jika
anda tidak berkeberatan kami akan melakukan tes HIV sekarang”
“Hasil tes HIV ini hanya akan kami sampaikan kepada Anda saja dan
tim medis yang akan merawat Anda, artinya adalah bahwa hasilnya
bersifat rahasia dan tidak boleh dibuka kepada siapa pun tanpa izin
dari Anda. Apakah Anda ingin memberitahu orang lain mengenai hasil
tes Anda ini atau tidak, sepenuhnya merupakan keputusan Anda.
Apakaha Anda siap menjalani tes? Atau apakah anda memerlukan
lebih banyak watu untuk berpikir tentang dampak hasil tes bagi diri
Anda?”
3. Lakukan komunikasi untuk menawarkan tes HIV kepada penderita TB, tanpa
membaca contoh komunikasi yang ada.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
_____________________
41
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LATIHAN 4
LATIHAN 4-1
2. Strategi manakah yang dapat digunakan pada pasien yang datang ke klinik
dengan keluhan IMS?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________
6. Saya dengar bahwa hasil tes baru positif setelah 10 tahun! Apakah itu benar?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________
42
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________
43
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LATIHAN 5
Kasus:
1. Seorang ibu hamil ditawarkan tes HIV di klinik KIA pada kunjungan
pertama (K1) dan hasil tes sebagai berikut:
A1 Reaktif
A2 Non-reaktif
A3 Non-reaktif
Bagaimana Anda sebagai petugas KIA menyampaikan hasil ini? Apakah ibu
ini perlu di tes ulang? Apakah ada usulan tambahan yang perlu diketahui?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
2. Seorang pasien yang didiagnosis TB paru dilakukan tes HIV. Hasil tes HIV
sebagai berikut:
A1 Non-reaktif
A2 Tidak dikerjakan
A3 Tidak dikerjakan
Bagaimana Anda mengintepretasi hasil tes HIV ini? Apakah pasien perlu
diminta tes ulang?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
___________________________________________________________
3. Seorang pasien dikirim dari Klinik IMS dengan diagnosis Herpes Genitalis.
Hasil tes HIV menunjukkan hasil sebagai berikut:
A1 Reaktif
A2 Reaktif
A3 Non-reaktif
Bagaimana Anda menyampaikan hasil tes HIV? Apakah pasien perlu di tes
ulang?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Apakah ada usulan lain
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
44
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
4. Seorang pasien dewasa muda dengan diagnosis Herpes Zoster dan dalam
pengobatan dengan Asiklovir. Pasien diminta tes HIV dan hasil tes sebagai
berikut:
A1 Reaktif
A2 Reaktif
A3 Reaktif
Bagaimana Anda menyampaikan hasil tes HIV ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
LATIHAN 5-2
45
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LATIHAN 5-3
1. Seorang pasien dengan latar belakang pecandu belum mau minum obat
karena menurut pasien kalau minum obat maka ia akan ”drop” dan bahkan
melihat teman-temannya meninggal karena minum ARV. Apa tanggapan
Anda.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____
2. Pasien menolak membuka hasil tes HIV positif ke pasangannya. Apa yang
perlu dilakukan petugas?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____
46
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
2. Dibawah ini, yang bukan merupakan azas “5C” Kebijakan tes HIV pada KTIP dan KTS,
layaknya seperti tes diagnostik lainnya, adalah
a. Consent (Persetujuan pasien)
b. Confidentiality (Konfidensialitas)
c. Counseling (Konseling)
d. Connect to community
e. Correct test results (Hasil tes yang sahih)
3. Dibawah ini, yang bukan merupakan Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh petugas
ketika menawarkan tes HIV kepada pasien adalah sebagai berikut:
a. Alasan petugas menawarkan tes HIV
b. Informed consent cukup dengan persetujuan secara verbal atau mengikuti Standar
Prosedur Operasional (SPO) di fasyankes.
c. Pasien berhak untuk menolak tes HIV. Bila pasien menolak tes HIV, maka akan
berpengaruh pada akses layanan lain
d. Hasil tes diperlakukan secara konfidensial.
e. Bila hasil tes HIV positif, maka dianjurkan untuk membuka status kepada orang lain
yang berisiko untuk tertular HIV dari pasien tersebut
4. Dibawah ini, yang bukan merupakan langkah-langkah penyampaian hasil tes HIV
antara lain a. Periksa identitas pasien
a. Nilai kesiapan pasien menerima hasil tes
b. Biarkan reaksi emosional muncul ke permukaan
c. Berikan rencana tindak lanjut atau informasi medis yang diperlukan (mis rujukan)
d. Menasehati pasien untuk berhenti dari pekerjaan hiburan malam
47
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
VII. REFERENSI
SI
48
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas
LAMPIRAN
Pada latihan bermain peran berikut akan dihadirkan EPT (Expert Patient Trainer) yaitu
Pasien HIV positif terlatih yang akan bermain peran bersama petugas TB / Peserta
latih dalam pelatihan TB-HIV.
Pada saat bermain peran, EPT akan menempati tempat duduk yang telah ditentukan
dan akan bertemu dengn petugas yang dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 2
orang petugas. Dua orang petugas tersebut akan berlatih dengan 1 pasien terlatih.
Saat bermain peran maka 1 orang sebagai petugas dan 1 orang sebagai pengamat
berhadapan dengan 1 orng EPT.
Catatan :
Jika jumlah EPT terbatas maka 1 kelompok bisa terdiri dari 1 EPT dengan 2,3,4,dst
petugas tergantung dengan jumlah peserta dalam kelas. Misalkan 1 kelas terdiri dari
25 peserta, jumlah EPT ada 5 orang maka 1 kelompok akan terdiri dari 5 petugas
dengan 1 orang EPTm agar semua peserta mendapatkan kesempatan berlatih/praktik
dengan EPT maka jumlah putaran akan dibuat 5 putaran.
Topik bermain peran berdasarkan 3 skenario yaitu: pada saat Inisasi tes HIV dan
pada saat membuka hasil.
Pasien terlatih bermain peran sesuai dengan nomor urut yang sudah ditentukan,
bergilir sesuai dengan waktu yang ditentukan.
2. Skema RolePlay :
1 2 1 2
1 2 3 4 5 6
1 1 1 9 8 7
2 1 0
Keterangan :
1
EPT
50