Anda di halaman 1dari 51

Materi Inti 8: Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP)

MODUL PELATIHAN
KOLABORASI TB-HIV
BAGI PETUGAS
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

MATERI INTI 8
KONSELING DAN TES HIV
ATAS INISIASI PETUGAS (KTIP)

Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan R.I.
2016
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

I. DAFTAR ISI
I. DAFTAR ISI ........................................................................................................... I
II. DESKRIPSI SINGKAT ......................................................................................... 2
III. TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................................ 3
1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM ........................................................................... 3
2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS ........................................................................ 3
IV. POKOK BAHASAN .............................................................................................. 3
V. METODE, MEDIA DAN ALAT BANTU ................................................................ 4
1. METODE ........................................................................................................ 4
2. MEDIA........................................................................................................... 4
3. ALAT BANTU .................................................................................................. 5
VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN .......................................................... 5
SESI 1: PENGKONDISIAN PESERTA ........................................................................... 5
SESI 2: KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS (KTIP) .............. 5
SESI 3: MANFAAT DAN RISIKO TES HIV ......................................................... 5
SESI 4: INISIASI TES HIV ................................................................................... 5
SESI 5: PROSEDUR TES CEPAT HIV ............................................................... 5
SESI 6: PENYAMPAIAN HASIL TES DAN RUJUKAN KE LAYANAN PDP ...... 6
SESI 7: PENCATATAN DAN PELAPORAN ...................................................... 6
SESI 8: PENUTUP, UMPAN BALIK DAN RANGKUMAN ................................................ 6
VII. URAIAN MATERI ................................................................................................ 7
POKOK BAHASAN 1. KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS (KTIP) ............... 7
POKOK BAHASAN 2. MANFAAT DAN RISIKO TES HIV ....................................... 10
POKOK BAHASAN 3. INISIASI TES HIV................................................................. 13
POKOK BAHASAN 4. PROSEDUR TES CEPAT HIV ............................................. 18
POKOK BAHASAN 5. PENYAMPAIAN HASI TES DAN RUJUKAN KE LAYANAN
PDP .......................................................................................................... 26
POKOK BAHASAN 6. PENCATATAN DAN PELAPORAN..................................... 31
VIII. REFERENSI ...................................................................................................... 48

i
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

II. DESKRIPSI SINGKAT


Sejak tersedia tes antibodi yang terjangkau secara luas, Program Nasional
Pengendalian HIV-AIDS mendorong tes HIV dengan menerapkan konseling
dan tes HIV secara sukarela (KTS) dengan mengembangkan klinik KTS
tersebar di daerah yang membutuhkan dan melatih konselor HIV secara luas.
KTS dalam hal tersebut merupakan ujung tombak atau pintu masuk utama
bagi ODHA untuk mendapatkan layanan Perawatan,Dukungan dan
Pengobatan HIV.

Tes HIV dilaksanakan secara konfidensialitas, dengan mendapatkan informed


consent dari pasien, disertai konseling pra dan pasca tes yang memadai.
Meskipun
layanan KTS tersebut telah dilaksanakan sejak 2004 namun cakupannya
belum maksimal.

Sampai akhir tahun 2012 secara kumulatif kasus HIV yang dilaporkan adalah
98,390, sementara hasil estimasi jumlah orang terinfeksi HIV pada tahun
2012 adalah 591.823. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa banyak orang
terinfeksi HIV belum datang ke layanan untuk pemeriksaan statusnya.

Mengingat hal tersebut di atas, maka jangkauan layanan tes dan konseling
HIV perlu ditingkatkan sehingga jumlah orang yang mengetahui status
HIVnya dapat mengakses layanan kesehatan lebih dini. Dalam rangka
meningkatkan upaya penemuan kasus dini tersebut, maka perlu
dikembangkan pendekatan melalui penegakkan kasus tes HIV atas inisiasi
petugas kesehatan dan konseling di samping menguatkan layanan konseling
dan tes HIV secara sukarela.

Upaya tersebut tertuang dalam SE Menkes No.129 tahun 2013 tentang


pelaksanaan pengendalian HIV-AIDS dan IMS dan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 21 tahun 2013 tentang penanggulangan HIV-AIDS.

Dalam SE tercantum terkait upaya perluasan konseling dan tes HIV dimana,
peningkatan diagnosis dini melalui penawaran tes HIV melalui tes HIV atas
Inisiatif
Petugas (TIPK/PITC), sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat segera
mendapatkan akses layanan yang dibutuhkan. Setelah mengetahui hasil tes
HIV, maka kepada yang bersangkutan dilakukan konseling paska tes oleh
konselor untuk mendapatkan akses layanan Perawatan Dukungan dan
Pengobatan (PDP).

Pada Pasal 3 Permenkes berbunyi TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi
Pelayanan Kesehatan dan Konseling), harus dianjurkan sebagai bagian dari
standar pelayanan bagi:
Setiap orang dewasa, remaja dan anak-anak yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang
mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama
pasien dengan riwayat penyakit tuberculosis dan IMS;
Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin;
2
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi HIV;


Anak-anak dengan pertumbuhan sub-optimal atau malnutrisi di wilayah
epidemik luas, atau anak dengan malnutrisi yang tidak menunjukkan
respon yang baik dengan pengbatan nutrisi yang adekuat; dan
Laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai tindakan
pencegahan HIV

Lebih jauh lagi, pada pasal 7 disebutkan bahwa; pada wilayah epidemi
terkonsentrasi dan epidemik rendah, TIPK dilakukan pada semua orang
dewasa, remaja dan anak yang memperlihatkan tanda dan gejala yang
mengindikasikan infeksi HIV, termasuk tuberculosis, serta anak dengan
riwayat terpapar HIV pada masa perinatal, pada pemerkosaan dan kekerasan
seksual lain.

TIPK sendiri harus disertai dengan paket layanan pencegahan, pengobatan,


perawatan dan dukungan yang terkait HIV. Juga dilengkapi dengan
mekanisme rujukan pada pasien yang memerlukan konseling lanjutan oleh
konselor KTS terlatih, maupun rujukan medis dan psikososial bagi mereka
yang HIV positif. Harus dipastikan melakukan tes HIV secara rutin sebagai
bagian dari standar pelayanan, tidak mengesampingkan kesukarelaan pasien
dalam mengambil keputusan untuk tes HIV dan tidak berubah menjadi tes
HIV mandatori.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari materi ini peserta mampu menginisiasi pasien TB untuk tes HIV.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari materi ini peserta mampu menjelaskan:


a. Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP)
b. Manfaat dan Risiko Tes HIV
c. Inisiasi dan Tes HIV
d. Prosedur Tes Cepat HIV
e. Penyampaian hasil tes dan rujukan ke Layanan PDP
f. Pencatatan dan Pelaporan

III. POKOK BAHASAN

Pokok Bahasan 1: Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP)
Sub Pokok Bahasan:
1) Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP)

3
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Pokok Bahasan 2: Manfaat dan Risiko Tes HIV


Sub pokok bahasan:
1) Manfaat dan Risiko Tes HIV
2) Bagan Alur Konseling dan Tes atas Inisiasi Petugas

Pokok Bahasan 3: Inisiasi Tes HIV


Sub pokok Bahasan
1) Tes Diagnostik
2) Penawaran Rutin Tes HIV
3) Penjelasan Tentang Kondensialitas
4) Cara Menawarkan Tes HIV
5) Strategi dalam Menawarkan Tes HIV

Pokok Bahasan 4: Prosedur Tes Cepat HIV


Sub pokok Bahasan
1) Strategi Tes Cepat HIV
2) Tes Cepat HIV
3) Cara Pelaporan Tes Cepat HIV
4) Beberapa Prosedur Tes HIV
5) Menusuk Jari untuk Pengambilan Contoh Darah

Pokok Bahasan 5: Penyampaian Hasil Tes dan Rujukan ke Layanan PDP


Sub pokok Bahasan
1) Penafsiran hasil Tes HIV
2) Cara Penyampaian Hasil Tes HIV pada Pasien
3) Langkah-langkah merujuk pasien secara efektif

Pokok Bahasan 6: Pencatatan dan Pelaporan


Sub pokok Bahasan
1) Alur pencatatan dan pelaporan
2) pengenalan formulir
3) cara Pengisian

IV. METODE, MEDIA DAN ALAT BANTU

1. METODE
Pembelajaran dalam kelompok (setiap kelompok 5-6 peserta) :
Diskusi
Latihan soal
Latihan bermain peran
Pleno hasil pembelajaran

2. MEDIA

Materi Inti 8

4
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

3. ALAT BANTU

Flipchart
Whiteboard

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

SESI 1: PENGKONDISIAN PESERT A


Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri.
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus.
Melakukan apersepsi tentang materi yang akan dibahas dengan metoda
curah pendapat atau meminta beberapa peserta untuk menjawabnya.

SESI 2: KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS (KTIP)

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:


Fasilitator menyampaikan materi dengan bahan tayang.
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak
dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya atau penjelasan
dari narasumber.

SESI 3: MANFAAT DAN RISIKO TES HIV

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:


Fasilitator menyampaikan materi dengan bahan tayang.
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak
dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya atau penjelasan
dari narasumber.

SESI 4: INISIASI TES HIV


Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
Fasilitator menyampaikan materi dengan bahan tayang.
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak
dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya atau penjelasan
dari narasumber.

SESI 5: PROSEDUR TES CEPAT HIV


Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
Fasilitator menyampaikan materi dengan bahan tayang.
5
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak


dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya atau penjelasan
dari narasumber.

SESI 6: PENYAMPAIAN HASIL TES DAN RUJUKAN KE LAY ANAN


PDP
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
Fasilitator menyampaikan materi dengan bahan tayang.
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak
dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya atau penjelasan
dari narasumber.

SESI 7: PENCATATAN DAN PELAPORAN

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:


Fasilitator menyampaikan materi dengan bahan tayang.
Fasilitator mendorong peserta untuk menanyakan bagian yang tidak
dimengerti.
Melakukan apersepsi tentang materi yang dibahas dengan metoda curah
pendapat, meminta beberapa peserta untuk menjawabnya atau penjelasan
dari narasumber.

SESI 8: PENUTUP, UMPAN BALIK DAN RANGKUMAN

Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:


Peserta mengerjakan evaluasi akhir modul secara perorangan.
Fasilitator minta peserta memperlihatkan hasil pekerjaannya dan memberikan
umpan balik.
Fasilitator merangkum tentang pembahasan materi ini dengan mengajak
seluruh peserta untuk melakukan umpan balik. Kemudian dilanjutkan dengan
memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif seluruh peserta.

6
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

VI. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1. KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI


PETUGAS (KTIP)

A. Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas

Sejak tersedianya tes diagnostik HIV, Program Nasional Pengendalian


HIV/AIDS mendorong akses layanan tes HIV dengan pendekatan Voluntary
Counseling and Testing (VCT) atau sekarang disebut Konseling Tes HIV
secara Sukarela (KTS). Kementerian Kesehatan melatih tenaga konselor
VCT dan mengembangkan klinik VCT secara bertahap di seluruh Indonesia.
Layanan VCT merupakan pintu masuk utama bagi orang yang terinfeksi
HIV untuk mendapatkan layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
(PDP) termasuk di dalamnya pengobatan dengan obat Antiretroviral (ARV)
atau terapi Antiretroviral (ART).

Meskipun layanan VCT telah dilaksanakan sejak tahun 2005 namun


cakupannya masih belum memenuhi harapan. Estimasi jumlah orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) dari permodelan epidemi yang dikembangkan
oleh KEMENKES RI masih jauh lebih tinggi dari jumlah ODHA yang
terjangkau. Sebagai contoh bahwa ODHA dengan ART sampai Maret 2016
adalah 65.826 orang. Angka itu kurang lebih sepertiga dari jumlah ODHA
kumulatif yang tercatat (198.219) dari laporan layanan KTHIV sampai tahun
2016. Sementara proyeksi jumlah ODHA pada tahun 2012 adalah 660.000.
Tampak bahwa cakupan layanan masih jauh dari yang diharapkan.
Hal ini menjadi penting karena Indonesia telah mengikatkan diri dalam
kesepakatan global yaitu Universal Access to HIV Prevenntion,
Treatment, Care and Support pada tahun 2010, artinya memberi akses
pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan bagi semua ODHA.
Untuk mencapai hal itu maka diperlukan juga akses tes dan konseling HIV
kepada semua orang yang terinfeksi HIV namun tidak mengetahui status
HIV mereka. Pada akhirnya Tes HIV dan pengobatan ARV juga menjadi
sarana yang penting untuk pencegahan HIV.

Pada tahun 2011, UNAIDS mencanangkan Getting Three Zeroes (Zero


Death, Zero New Infection and Zero Stigma dan Discrimination) dan pada
tahun 2016 disusul dengan Fast tract 90.90.90 yang artinya, pada akhir
tahun 2020 diharapkan:
90% orang yang terinfeksi HIV, terdiagnosa melalui KTIP dan KTS
90% dari orang yang terdiagnosis, mendapatkan pengobatan ARV
90% dari orang dalam pengobatan ARV, terjadi supresi virus atau
dengan kata lain jumlah virus dibawah ambang deteksi (undetectable
Viral Load)

7
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Data menunjukkan bahwa pasien yang ditemukan di rumah sakit hampir


semuanya dalam keadaan stadium AIDS sehingga penatalaksanaan pasien
menjadi lebih sulit dan lebih mahal. Angka kematian dan angka penularan
jauh lebih tinggi bila dibandingkan kalau pasien ditemukan pada stadium
yang lebih awal.

Dengan mempertimbangkan hal diatas dan keterbatasan jumlah konselor


maupun jumlah klinik VCT, maka bedasarkan data dari berbagai penelitian
dan rekomendasi WHO tahun 2010, pemerintah mengambil kebijakan untuk
menerapkan KTIP di semua fasilitas layanan kesehatan dalam usaha
menormalisasi HIV menjadi seperti penyakit yang lain dan meningkatkan
jangkauan tes dan konseling HIV serta akses perawatan dan pengobatan
lebih dini. Dengan demikian akan semakin banyak petugas yang dapat
terlibat dalam penanganan HIV yang pada akhirnya akan menurunkan
angka kesakitan, kematian dan penularan akibat HIV.

Layanan Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas (KTIP) mulai
disosialisasikan sampai ke fasyankes primer dan diperkuat dengan terbitnya
Permenkes 21 tahun 2013. Konseling dan tes HIV atas Inisiasi Petugas
(KTIP) bukan dimaksud untuk menggantikan Konseling dan Tes secara
Sukarela (KTS) tetapi untuk melengkapinya sehingga kedua pendekatan itu
sekarang kita namakan Konseling dan Tes HIV (KTHIV). Pada tahun 2014
diterbitkan Permenkes 74 yang menjadi Pedoman untuk Konseling dan Tes
HIV.

Layanan Konseling Tes HIV sukarela (KTS) sekarang lebih aktif menjangkau
orang dengan perilaku berisiko atau dikenal dengan nama populasi kunci.
Populasi kunci terdiri dari populasi Laki Seks Lelaki (LSL), Waria, Pengguna
Nafza Suntik (Penasun) dan Pekerja Seks Komersial (PSK). Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) berfungsi untuk menjangkau populasi kunci dan
konselor awam atau lay conselor LSM dapat memberikan konseling pra-tes
termasuk informasi dasar tentang HIV/AIDS serta pengobatan ARV sebelum
mereka merujuk populasi kunci ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Ada
kalanya LSM bekerja sama dengan fasyankes untuk meberikan layanan
KTS bergerak (mobile VCT).

Pedoman pelaksanaan KTIP di fasilitas layanan kesehatan


merekomendasikan Tes HIV sebagai berikut:

1. Ditawarkan kepada pasien yang menunjukkan tanda dan gejala


penyakit yang mungkin terkait HIV atau AIDS, tanpa memandang tingkat
epidemi HIV di daerah itu.
2. Ditawarkan secara rutin kepada

Di daerah dengan tingkat epidemi HIV meluas:


Semua pasien usia dewasa (sexually active)
Semua pasien anak yang kurang gizi yang tidak responsif dengan terapi
gizi yang memadai.

8
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Di daerah dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi atau rendah:


Semua pasien TB termasuk TB MDR, pasien Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan pasien hepatitis B/C
Semua pasangan diskordan dan ibu hamil
Semua orang yang datang di layanan KB dan sirkumsisi orang dewasa
Semua orang yang datang di layanan PTRM (Program Terapi Rumatan
Metadon)

KTIP sendiri merupakan bagian dari paket layanan perawatan, dukungan


dan pengobatan dan tidak terpisah dari layanan pencegahan

Kebijakan tes HIV pada KTIP dan KTS, layaknya seperti tes diagnostik
lainnya, perlu memperhatikan asas “5C” yaitu

1. Consent (Persetujuan pasien)


2. Confidentiality (Konfidensialitas)
3. Counseling (Konseling)
4. Correct test results (Hasil tes yang sahih)
5. Connect to care, prevention and treatment services. (dihubungkan
dengan layanan PDP dan pencegahan)

Keterangan Asas 5 C
1. Consent
Seseorang yang akan di tes HIV perlu memberikan persetujuan atau
informed consent. Orang itu perlu diberitahu tentang manfaat tes baik
klinis maupun pencegahan, klien/pasien mempunyai hak untuk
menolak tes, bila hasil tes positif maka klien/pasien akan dihubungkan
dengan layanan PDP dan layanan pelacakan kontak.

2. Confidential
Layanan tes harus konfidensial, artinya segala isi komunikasi antara
/pasien dengan petugas atau konselor tidak boleh dibuka kepada
orang lain tanpa persetujuan klien atau pasien. Demi kepentingan
kesehatan klien/pasien, hasil tes dapat dibagikan kepada petugas
yang merawat atau mengobati pasien.

3. Counseling
Tes HIV perlu disertai dengan informasi atau konseling pra-tes yang
memadai dan konseling pasca-tes.

4. Correct test results


Tes dilakukan dengan mengikuti pedoman dan pemantapan mutu
internal dan eksternal. Hasil perlu disampaikan ke klien/pasien kecuali
yang bersangkutan menolak.

5. Connections to HIV prevention, treatment and care and support


services
Perlu tersedianya layanan PDP, layanan pencegahan termasuk
sistem rujukan dan pelacakan pasien.
9
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

POKOK BAHASAN 2. MANFAAT DAN RISIKO TES HIV

A. Manfaat dan risiko tes HIV


Dengan pendekatan KTIP, setiap pertemuan pasien dengan petugas
dianggap sebagai:
Kesempatan bagi seseorang yang belum mengetahui status HIV-nya.
Kesempatan diagnosa dan pengobatan sedini mungkin dan mengurangi
penularan ke orang lain.
Kesempatan tes ulang bagi seseorang dengan hasil tes negatif tetapi
masih mempunyai risiko tertular HIV.
Kesempatan bagi seseorang yang sedang merencanakan hidup
berkeluarga atau mempunyai anak.

Pada dasarnya petugas tahu tentang manfaat tes HIV, namun kadang kadang
tidak cukup peka terhadap risiko yang mungkin terjadi pada seseorang bila
hasil tes positif. Oleh karena itu kita perlu berdiskusi tentang kemungkinan
dampak buruk bagi pasien.

Dasar pertimbangan tes HIV adalah mutlak demi kepentingan orang yang
mempunyai perilaku berisiko dan pasien yang mempunyai tanda dan gejala
terkait HIV/AIDS untuk mengetahui status HIV mereka. Dengan demikian
stigma dan diskriminasi terhadap ODHA seringkali dikaitkan dengan perilaku
berisiko pada populasi kunci, padahal tidak semua ODHA masuk dalam
populasi kunci. Untuk membantu pasien menghadapi berbagai hambatan
dalam menjalani tes HIV, maka perlu empati dan dukungan petugas.

Program tes dan konseling HIV hanya akan efektif dan bermanfaat jika diikuti
dengan layanan PDP yang komprehensif dan berkesinambungan, termasuk
rujukan konseling dan dukungan untuk pencegahan.

Bagan alur KTIP di bawah ini dapat dipakai sebagai acuan penawaran tes
dan konseling HIV. Bagan ini menggambarkan peran seorang petugas
dengan waktu yang terbatas.

Informasi Dasar Mengenai HIV/AIDS

Sesi informasi pra-tes tertutama pada edukasi kelompok mencakup manfaat


tes hiv, proses tes HIV, cara penularan dan pencegahan, penjelasan tentang
rencana tindak lanjut khususnya jika tes mereka positif. Kesemuanya perlu
dilakukan dengan sejelas dan seringkas mungkin. Umumnya sedikit banyak
mereka sudah pernah membaca atau mendengar tentang HIV/AIDS sehingga
petugas tidak perlu menerangkan seluruh informasi dasar tentang HIV dan
AIDS. Penjelasan diperlukan bagi pasien tertentu saja.

10
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Bacalah contoh komunikasi berikut ini

“HIV merupakan salah satu virus yang menyerang kekebalan


tubuh manusia sehingga tidak dapat melawan bibit penyakit.
Untuk mengetahui bahwa seseorang terinfeksi HIV maka perlu
dilakukan tes HIV. Tes darah yang sederhana ini membantu
petugas untuk mencari penyebab penyakit pasien. (Bila
memungkinkan hasil tes akan kami sampaikan pada hari yang
sama). Jika hasil tes HIV menunjukkan bahwa di darah seseorang
ada virus HIV maka kami akan memberi pengobatan untuk HIV
secepatnya selain pengobatan untuk penyakit yang dialami pasien
sekarang (dapat disebutkan infeksi oportunistik yang ditemukan)
Dengan demikian diharapkan kesehatan seseorang dapat pulih
kembali. Jika hasil tes menunjukkan bahwa di dalam darah
seseorang tidak ada virus HIV maka petugas akan memberitahu
bagaimana cara pencegahan penularan HIV dan mengobati
penyakit yang sekarang ada saja”

11
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

B. Bagan Alur Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas

BAGAN ALUR KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS

Informasi (kelompok/individu)
Penularan HIV
Pencegahan HIV
Manfaat tes

Menawarkan tes
Menjelaskan alasan tes
Menjaga konfidensialitas
Meminta persetujuan

Tes
Menjelaskan proses tes
Mengambil sampel darah
Mengikuti Pedoman Nasional

Menyampaikan hasil tes


Membacakan hasil tes HIV
Menerangkan artinya
Tes ulang jika:
- Pajanan dalam 3 bulan terakhir
- Hasil indeterminate

Rujukan

HIV negatif
Diskusikan pencegahan
Diskusikan tes pasangan
HIV positif
Layanan PDP
Membuka status dan tes pasangan
Diskusikan pencegahan

12
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Keterangan

Langkah 1: Sesi Edukasi Kelompok (opsional tergantung ketersediaan petugas


dan waktu).

Penjelasan singkat tentang penularan HIV, prosedur tes HIV, manfaat tes dan
upaya pencegahan misal penularan dari ibu ke anak. Perlu diketahui bahwa
informasi pra-tes lebih singkat dan sederhana dibandingkan dengan konseling
pra-tes pada KTS. Informasi pra-tes biasanya diberikan oleh petugas di layanan
daripada sesi edukasi kelompok.

Langkah 2: Petugas menerangkan tentang manfaat tes HIV, meyakinkan


tentang konfidensialitas, dan meminta persetujuan tes.
Ingatkan peserta tentang 5C, dengan menekankan pada langkah ini petugas
fokus pada persetujuan tes dan meyakinkan tentang konfidensialitas. Bila tidak
dilakukan sesi edukasi kelompok sebelumnya, maka perlu dijelaskan tentang
penularan dan prosedur tes HIV.

Langkah 3: Sampel darah diambil untuk tes HIV


Tes HIV biasanya dilakukan dengan tes cepat HIV atau Elisa. Pengambilan
darah bisa dari darah vena atau kapiler. Untuk pasien rawat jalan, hasil tes
sebaiknya diberikan pada hari itu juga dan untuk pasien rawat inap, tergantung
pertimbangan dokter yang mengetahui kesiapan dan kondisi pasien.

Langkah 4: Hasil tes disampaikan kepada pasien dan pasien dirujuk sesuai
hasil tes.
Hasil tes disampaikan kepada pasien dan diterangkan artinya. Hasil tes
sebaiknya diberikan oleh petugas yang meminta tes. Diskusikan rencana tindak
lanjut termasuk rujukan ke layanan PDP bagi pasien dengan hasil HIV positif.

POKOK BAHASAN 3. INISIASI TES HIV

Disamping menawarkan tes HIV, layanan HIV yang komprehensif menawarkan


layanan, dukungan dan pengobatan (PDP), layanan pencegahan serta rujukan ke
berbagai program dukungan lainnya. Dengan demikian pasien dapat melihat tes HIV
dalam keseluruhan program yang ditawarkan.

KTIP memiliki dua tujuan yang berbeda:


Tes diagnostik:
Tes diagnostik adalah bagian dari tatalaksana klinis untuk menentukan
diagnosis penyakit pasien berdasarkan tanda dan gejala penyakit yang mungkin
terkait dengan HIV atau AIDS.
Penawaran rutin:
Penawaran tes HIV kepada semua pasien tertentu antara lain pasien IMS, TB
dan ibu hamil untuk daerah dengan tingkat epidemi rendah atau terkonsentrasi
13
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

dan kepada semua pasien dewasa dan anak dengan kurang gizi yang datang ke
fasilitas layanan kesehatan untuk daerah dengan epidemi HIV meluas

Ketika menerapkan KTIP sebagai tes diagnostik atau penawaran tes secara rutin,
maka informasi pra-tes merupakan bentuk yang lebih sederhana dibandingkan
konseling pra-tes pada KTS. Informasi pra-tes diberikan tanpa sesi edukasi dan
konseling yang lengkap, namun cukup untuk menyakinkan pasien untuk
memberikan persetujuan. Namun pada pasien tertentu atau pasangan dari pasien
mungkin memerlukan konseling tambahan yang lebih lengkap dan untuk itu
pasien dapat dirujuk ke konselor. Persyaratan penting dalam menerapkan KTIP
adalah konseling pasca-tes dan rujukan ke layanan perawatan, dukungan dan
pengobatan bagi pasien dengan HIV positif.

Sesuai dengan kondisi setempat, informasi pra-tes dapat diberikan secara


individual atau kelompok. Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent)
harus selalu diberikan secara individual, disaksikan oleh petugas.

Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh petugas ketika menawarkan tes
HIV kepada pasien adalah sebagai berikut:
Alasan petugas menawarkan tes HIV
Manfaat aspek klinis dan aspek pencegahan dari tes HIV.
Layanan yang tersedia bagi pasien baik yang hasil tes HIV negatif ataupun
positif, termasuk ketersediaan terapi antiretroviral.
Informed consent cukup dengan persetujuan secara verbal atau mengikuti
Standar Prosedur Operasional (SPO) di fasyankes.
Pasien berhak untuk menolak tes HIV. Bila pasien menolak tes HIV, maka
akses layanan lain tiak terpengaruh dan pasien diperlakukan tetap seperti
biasa.
Hasil tes diperlakukan secara konfidensial.
Bila hasil tes HIV positif, maka dianjurkan untuk membuka status kepada
orang lain yang berisiko untuk tertular HIV dari pasien tersebut.
Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas.

Informasi pra-tes bagi perempuan hamil atau kemungkinan hamil meliputi:


Risiko penularan HIV kepada bayi
Cara mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak, termasuk terapi
antiretroviral, cara persalinan dan konseling tentang makanan bayi.
Keuntungan melakukan diagnosis HIV secara dini bagi bayinya

Perlu ada pertimbangan khusus bagi anak dan remaja di bawah umur secara
hukum (umur <18 tahun). Sebagai pasien di bawah umur yang belum punya hak
untuk memberikan informed-consent, namun mereka punya hak untuk terlibat
dalam semua keputusan yang menyangkut kehidupannya dan mengemukakan
pandangannya sesuai tingkat perkembangan umurnya. Dalam hal ini diperlukan
informed-consent dari orang tua atau walinya.

14
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

A. Tes Diagnostik:

Gunakan contoh komunikasi untuk menawarkan tes HIV kepada pasien yang
menunjukkan tanda dan gejala penyakit tersebut. Anda dapat menunjukkannya
dengan cara sebagai berikut:

”Pada pemeriksaan, saya mendapatkan bahwa kelenjar getah bening di leher


Anda membesar disamping keluhan demam dan berat badan Anda menurun.
Saya ingin mencari sebab penyakit Anda. Untuk itu saya meminta
pemeriksaan dahak untuk mencari kuman tuberkulosis dan pemeriksaan
darah untuk mengetahui apakah ada infeksi HIV. Kami akan segera
melakukannya kalau Anda tidak berkeberatan”.

“Untuk mencari penyebab dari keluhan Anda, saya perlu melalukan beberapa
pemeriksaan antara lain foto dada, pemeriksaan dahak dan salah satu tes
yang saya perlukan juga adalah tes HIV. Saya perlu mengetahui apakah
keluhan Anda terkait dengan HIV”

B. Penawaran Rutin Tes HIV

Yang dimaksudkan dengan penawaran rutin tes HIV adalah penawaran tes HIV
kepada semua pasien dewasa yang datang ke fasyankes untuk daerah dengan
tingkat epidemi yang luas atau kepada semua pasien tertentu seperti TB, IMS,
hepatitis dan ibu hamil.

Penawaran tes HIV sering disamaratakan sebagai penawaran untuk populasi


kunci atau orang dengan perilaku berisiko sehingga orang merasa tidak nyaman
bila ditawari tes HIV. Namun semua orang yang seksual aktif mungkin saja
terkena HIV walaupun mereka bukan termasuk dalam populasi kunci.
Gunakan contoh komunikasi untuk menawarkan tes HIV kepada pasien. Anda
dapat menunjukkannya dengan cara sebagai berikut:

“Salah satu dari kebijakan rumah sakit kami adalah memberikan kesempatan
kepada semua pasien untuk tes HIV karena infeksi HIV banyak ditemukan di
daerah ini. Jika Anda tidak berkeberatan maka kami akan melakukan tes
tersebut dan menyampaikan hasilnya pada hari ini juga”

“Infeksi HIV sering ditemui di masyarakat. Karena itu dalam memberikan


pelayanan kesehatan kepada seluruh pasien, saya menyarankan Anda pun
bersedia untuk menjalani tes HIV”
“Ada banyak hal yang kami dapat lakukan jika kami mengetahui bahwa
seseorang terinfeksi HIV, termasuk memastikan bahwa ia mendapat
pengobatan ARV yang akan menjaganya untuk tetap sehat”
“Jika Anda mengetahui bahwa Anda terinfeksi HIV, Anda dapat melindungi
diri dari berbagai penyakit lain dan mencegah penularan ke istri/suami/anak”

15
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Kedua contoh komunikasi tersebut di atas (tes diagnostik dan penawaran rutin)
merupakan cara untuk menyarankan tes HIV kepada pasien. Seringkali kedua
contoh komunikasi tersebut dapat digunakan pada situasi yang sama misal pada
pasien dengan suspek atau terdiagnosa TB.

Tes HIV mandatori atau tes yang dilakukan tanpa persetujuan pasien dan
Pemaksaan tes HIV oleh siapapun (petugas, pasangan, keluarga, majikan dst)
tidak dibenarkan Klien/pasien berhak untuk menolak tes HIV tanpa
mempengaruhi kualitas layanan medis lainnya.. Pemeriksaan tes HIV mandatori
hanya diberlakukan pada darah donor untuk melindungi penerima transfusi dan
bila ada surat dari pengadilan (misal pada kasus perkosaan)

C. Penjelasan tentang Konfidensialitas

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua informasi yang berkaitan dengan
penyakit pasien dan tercatat dalam rekam medis termasuk hasil tes HIV, adalah
bersifat rahasia atau konfidensial. Artinya, petugas tidak boleh memberitahu
hasil tes pasien kepada orang lain tanpa seizin pasien.

Petugas menjaga kerahasiaan atau konfidensialitas ini dengan sebaik-baiknya.


Meskipun semua fasilitas layanan kesehatan terikat isu konfidensilitas pasien
mereka, namun adakalanya informasi tentang HIV pasien perlu disampaikan
kepada petugas lainnya tatkala melakukan rujukan. Rujukan dibuat demi
kepentingan perawatan dan pengobatan pasien dan bukan untuk melepas
tanggung jawab petugas atau mengalihkan masalah ke faskes rujukan. Dalam
konteks layanan hanya pasien dan tim medis (mungkin lebih dari satu petugas)
yang merawat atau mengobati langsung pasien sajalah yang mengetahui status
HIV pasien. Oleh karena itu perlu dibicarakan dengan pasien tentang hal
tersebut untuk mencegah timbulnya masalah dikemudian hari. Pasien juga
diminta untuk membuka status HIV waktu mengunjungi fasilitas kesehatan lain
yang belum mengetahui status HIV pasien agar pasien mendapat layanan yang
lebih tepat.

D. Cara menawarkan tes HIV

Dalam tes dan konseling HIV ada 2 macam pendekatan penawaran tes yaitu:
option-in dan option-out

Pendekatan Option-in berarti pasien menyatakan persetujuannya secara tertulis


untuk dilakukan tes HIV setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap.
Informed consent yang diberikan dalam hal tersebut kurang lebih sama seperti
pada pemeriksaan invasif (biopsi hati, katerisasi jantung) atau tindakan yang
mungkin dapat menyebabkan kematian (tindakan bedah). Pendekatan ini
biasanya diterapkan di KTS.

Contoh pendekatan Option-in:

16
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

”Dari pengkajian terhadap faktor risiko tertular HIV, saya mendengar bahwa
Anda mempunyai banyak pasangan dan seringkali tidak menggunakan
kondom saat berhubungan dengan mereka dan bahkan pernah kena penyakit
kencing nanah 2 bulan yang lalu. Saya ingin menawarkan tes HIV untuk
mengetahui status HIV Anda. Bila Anda setuju, saya minta Anda
menandatangani surat persetujuan dan setelah itu kita akan mengambil darah
Anda”

Pendekatan Option-out berarti pasien harus secara jelas menyatakan


penolakan tertulis untuk dilakukan tes HIV setelah menerima penjelasan yang
memadai. Informed consent yang diberikan dalam hal tersebut kurang lebih
sama seperti pada pemeriksaan atau tindakan non-invasif yang tidak
mengancam jiwa seperti pemeriksaan foto ronsen dada, tes darah. Dalam hal
ini petugas akan melaksanakan pemeriksaan atau tindakan tersebut kecuali
pasien menolak. Pendekatan ini juga diterapkan pada KTIP.

Contoh pendekatan Option-out:

”Saya ingin meminta tes HIV. Bila Anda tidak keberatan maka saya akan
melakukannya”.

“Jika Anda tidak keberatan, saya ingin mengambil darah Anda untuk tes HIV.
Saya pikir Anda perlu mengetahui status HIV Anda”

“Saya ingin meminta tes HIV hari ini. Jika Anda tidak menginginkannya, Anda
perlu memberitahu saya”

“Saya pikir tes-tes ini akan membantu saya untuk mencegah penularan HIV,
Hepatitis dan Sifilis dari ibu ke bayi. Jika Anda tidak menolak maka saya akan
mengambil darah Anda. Apakah Anda setuju?”

E. Strategi dalam Menawarkan Tes HIV

Strategi komunikasi yang efektif dalam Penawaran tes HIV


• Tangani dulu apa yang menjadi keprihatinan/kekuatiran pasien
Apa reaksi Anda bila Anda ditawari Asuransi Kesehatan (misal melalui
selebaran, sms, telepon) yang tidak menarik bagi Anda? Demikian juga yang
terjadi pada pasien kita bila mereka ditawari sesuatu yang tidak menjadi
kekuatiran mereka.

Jelaskan bahwa kita mempunyai informasi yang mungkin diperlukan pasien dan
informasi ini akan lebih diperhatikan bila kita terlebih dahulu mencaritahu apa
yang menjadi kekuatiran pasien sekarnag. Misalnya kita dapat bertanya “Apa
yang menjadi kekuatiran Anda sekarang” atau “Apa yang membuat Anda
datang ke klinik”.

17
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

• Coba edukasi dengan menanyakan apa yang mereka sudah ketahui. Petugas
tidak perlu menerangkan seluruh topik tetapi lebih baik yang mereka belum
ketahui. Pertanyaan seperti “Apa yang Anda ketahui tentang risiko HIV
dikalangan pecandu/LSL? Jawaban mereka dapat memberikan informasi
yang berharga pada kita apa yang mereka sudah ketahui sehingga petugas
tidak perlu memberi informasi yang mereka sudah ketahui.

• Gunakan kata-kata yang sederhana, tidak menggunakan bahasa medis dan


bila perlu menggunakan bahasa yang dimengerti klien atau pasien. Hal ini
sering tidak disadari oleh petugas. Untuk itu baik bila setelah petugas
memberi informasi, meminta mereka untuk mengulangi isi pesan penting yang
telah disampaikan. Dengarkan dan beri peneguhan bila benar.

• Gunakan orang ke tiga bila mendiskusikan hal atau topik yang sensitif. Bila
pasien mungkin tidak nyaman dengan topik yang akan kita sampaikan maka
kita dapat menggunakan orang ke tiga, misalnya “Banyak pasien saya
mengalami kesulitan membuka status kepada pasangannya. Bagaimana
dengan Anda?” Apa manfaat menggunakan orang ketiga?

• Jangan terlalu banyak memberi pesan atau pilihan. Maksimal tiga pesan.
Apakah Anda mempunyai pengalaman waktu belajar sesuatu yang baru dan
diberi terlalu banyak bahan yang baru bagi Anda atau terlalu banyak pilihan
yang menyulitkan Anda untuk memilih? Mungkin baik untuk petugas untuk
fokus dengan memberi prioritas. Pasien perlu merasa bahwa mereka bisa
melakukannya dan kalau mereka dibanjiri dengan banyak hal atau pilihan
maka mereka mungkin akan beranggapan bahwa hal itu tidak mungkin
dilakukannya.

POKOK BAHASAN 4. PROSEDUR TES CEPAT HIV

A. Strategi Tes HIV


Strategi tes HIV adalah sebagai berikut:

1. Strategi 1 (Uji Saring Darah)


Tindakan pengamanan bagi
a. penerima transfusi darah di layanan Transfusi Darah/PMI dan
b. penerima transplantasi organ.
Menggunakan satu reagensia dengan sensitifitas ≥ 99%

2. Strategi 2 (Surveilans)
Melihat besaran masalah HIV di suatu kelompok masyarakat tertentu
atau di masyarakat.
Dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan.
Menggunakan dua reagensia, reagensia pertama dengan sensitifitas ≥
99% dan reagensia ke dua dengan spesifitas ≥ 98%

18
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

3. Strategi 3 (Diagnosis dan Pencegahan Penularan HIV)


KT HIV: KTIP dan KTS
KTIP diintergrasikan dengan semua layanan seperti: TB, IMS. KIA/KB
dan layanan lain yang terkait.
KTS diintegrasikan dengan semua rujukan dari LSM yang menjangkau
populasi kunci.
Menggunakan tiga reagensia yang dilakukan secara serial.
- Reagensia pertama dengan sensitifitas ≥ 99%
- Reagensia ke dua dengan spesifitas ≥ 98%
- Reagensia ke tiga dengan spesitifas ≥ 99 dan lebih dari reagensia
ke dua
- Ketiga reagensia memiliki metoda atau preparasi antigen berbeda
- Hasil diskordan tidak boleh ≥ 5%

B. Tes Cepat HIV


Beberapa tes HIV bertujuan diagnostik, seperti tes cepat HIV, EIA, Western blot,
p24 dan PCR DNA. Tes lain merupakan tambahan untuk memantau
perkembangan penyakit, misal tes CD4 atau keberhasilan/kegagalan terapi, misal
Viral Load.

Tes cepat HIV adalah Tes diagnostik HIV yang mendeteksi antibodi terhadap
berbagai komponen virus HIV. Antibodi terhadap HIV biasanya mulai terdeteksi
pada 4 - 8 minggu setelah terinfeksi. Waktu antara saat terinfeksi dengan
terdeteksinya antibodi dalam serum penderita dikenal sebagai window period atau
masa jendela.

Tes cepat HIV mempunyai kelebihan sebagai berikut:


Meningkatkan akses KTHIV yang merupakan pintu masuk layanan PDP,
PPIA dan TB HIV
Meningkatkan akses KTHIV pada laboratorium dengan sumber daya terbatas
(baik sarana maupun petugas laboratorium)
Konseling dan diagnosis dapat dilakukan pada hari yang sama
Mudah digunakan
Waktu pemeriksaanan di bawah 30 menit
Kebanyakan tidak membutuhkan pendinginan, cukup suhu kamar.

Tes cepat HIV mempunyai beberapa kekurangan:


Jumlah tes yang dapat dilakukan per hari tidak sebanyak bila dibandingkan
Elisa
Harus melakukan Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Eksternal (≥) dan
Kontrol Kualitas di berbagai klinik
Petugas perlu pelatihan namun kemampuan petugas pemeriksa bervariasi
Pendinginan dibutuhkan oleh beberapa produk tertentu
Waktu pembacaan hasil pemeriksaan bervariasi
Kestabilan pembacaan hasil terbatas, contoh: pembacaan harus dilakukan
dalam waktu yang ditentukan pada informasi produk.

19
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

C. Cara Pelaporan Hasil Tes HIV

Laporan hasil tes HIV dituliskan hasil pemeriksaan tiap-tiap tes, diikuti dengan
kesimpulan akhir pemeriksaan yaitu “positif”, “negatif” atau “indeterminate”.

Bila hasil tes pertama “nonreaktif”, maka pemeriksaan tidak perlu dilanjutkan dan
pada laporan, tes kedua dan ketiga dituliskan “tidak dikerjakan”, diikuti dengan
kesimpulan akhir sebagai “negatif”.

Bila hasil tes pertama ”reaktif”, maka pemeriksaan dilanjutkan ke tes ke dua dan
bila tes kedua reaktif maka dilanjutkan ke tes ke tiga. Bila ketiga tes reaktif maka
kesimpulan akhir adalah ”positif”

Bahan tes pertama tidak sesuai dengan tes kedua, atau reaktif pada tes pertama
dan kedua namun non reaktif pada tes ketiga atau reaktif pada tes pertama dan
tes ketiga namun non reaktif pada tes ke tiga, maka dilaporkan sebagai
“indeterminate”.

Bila tes pertama reaktif namun non reaktif pada tes kedua dan ketiga dilaporkan
indeterminate bila individu yang diperiksa mempunyai perilaku berisiko terinfeksi
HIV dan dilaporkan sebagai negatif pada orang yang tidak perilaku berisiko
terinfeksi HIV.

20
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

21
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Persiapan ruang kerja


Ruang kerja yang bersih dan teratur adalah kunci untuk mendapatkan
hasil yang berkualitas.
Peralatan yang dipakai harus terpelihara dan terkalibrasi secara teratur.
Memperhatikan kewaspadaan standar dan keselamatan kerja.
Mempunyai Standar Prosedur Operasional (SPO) bila petugas tertusuk
jarum.

Persiapan Pasien
Setiap pasien yang akan diperiksa untuk HIV perlu didahului dengan
informasi atau konseling.
Pasien harus memberikan informed consent sebagai tanda persetujuan
untuk dilakukan tes HIV setelah pasien diberi informasi tentang manfaat
dan risiko tes.
Bila pasien yang bersangkutan menolak untuk dilakukan tes, maka pasien
diminta untuk memberikan pernyataan penolakan secara tertulis untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. 


Persiapan Petugas
Petugas yang melakukan tes HIV sudah mendapatkan pelatihan dan tes
HIV harus memenuhi asas 5 C (lihat catatan di modul 1)

Persiapan Sampel
Pengambilan sample darah vena dilakukan oleh petugas pengambil darah
atau flebotomis. Bila tidak ada flebotomis maka dapat dilakukan oleh
tenaga yang berkompetensi untuk melakukan pengambilan sample darah.
Sample darah harus dilakukan pengolahan sesuai informasi produk
(package insert) yang ada di dalam kemasan reagensia yang dipakai
sebelum dilakukan tes
Prosedur pengambilan darah dengan tabung vakum dan pengolahan
sample darah harus mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO).

Cara Tes HIV


Tes HIV dilakukan secara serial dan dilakukan sesuai Standar Prosedur
Operasional (SPO) yang tertera dalam informasi produk. Tes
menggunakan reagensia yang sudah terdaftar pada Kementerian
Kesehatan dan pemilihan reagensia yang dipakai pada tes pertama,
kedua dan ketiga harus mengikuti kaidah seperti yang tertulis dalam
PERMENKES 15 TAHUN 2015.
Selain itu pelu diperhatikan juga waktu kedaluarsa dan suhu penyimpanan
dari tiap kemasan reagensia yang diterima.

22
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

D. Beberapa Contoh Prosedur Tes HIV

23
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

E. Menusuk jari untuk Pengambilan Contoh Darah

Keterampilan untuk mengambil sediaan darah perifer dengan jarum lanset


merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki petugas layanan kesehatan.

Simulasi pengambilan darah perifer dengan praktek penerapan kewaspadaan


standar untuk keselamatan kerja.

24
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Langkah-langkah:
Perlengkapan pengambilan contoh. Praktik yang sehat adalah
mempersiapkan terlebih dahulu semua bahan yang diperlukan
Posisi telapak tangan menghadapi ke atas. Pilih jari tangan yang paling
lurus untuk memungkinkan pencucukan jari.
Beri tekanan agar aliran darah lancar. Tidak perlu menekan jari dengan
kuat. Tekanan akan meningkatkan aliran darah sehingga pengambilan
contoh darah akan lebih lancar.
Bersihkan jari tangan dengan alkohol. Gunanya untuk mencegah
terjadinya kontaminasi. Mulailah membersihkan jari tangan dari daerah
pangkal ke arah ujung jari.
Pegang jari tangan dan tekankan kuat-kuat lancet steril persis di
tengah-tengah ujung jari tangan.
Tekan lancet dengan kuat sehingga ujung jari terluka, Ingat bahwa
pasien akan merasa nyeri atau tidak nyaman , sebentar. Tindakan yang
tepat adalah menormalkan ketidak nyamanan pasien dan suruh mereka
melakukan relaksasi.
Bersihkan atau sapu titik darah pertama yang keluar dengan kapas
steril. Darah pertama yang keluar tidak digunakan untuk pemeriksaan
sampel, agar spesimen tidak terkontaminasi.
Ambil contoh darah. Aliran darah yang paling lancar jika letak jari berada
di bawah siku.
Gunakan kapas sampai pendarahan berhenti

25
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

POKOK BAHASAN 5. PENYAMPAIAN HASI TES DAN RUJUKAN KE


LAYANAN PDP

A. Penafsiran hasil tes HIV


Lihat kembali informasi produk reagen tes HIV yang digunakan. Setiap tes kit
mempunyai metode masing-masing dalam menafsirkan hasil tesnya. Masing-
masing jenis tes HIV mempunyai cara menfasirkan hasil reaktif, non-reaktif dan
tidak valid yang berbeda-beda. Semua tes cepat memiliki tolok ukur dan
kontrolnya masing-masing , sebagai penjaminan mutunya. Bahaslah perbedaan
masing-masing tes kit yang ada di tempat saudara. Pelajari pula “BAGAN ALUR
TES CEPAT HIV”. Dari bagan tersebut jelas terlihat bahwa hasil tes HIV positif
tidak mungkin diperoleh dari satu tes cepat saja. Untuk itu perlu dilakukan tes
konfirmasi (baik dengan menggunakan algoritma serial maupun paralel) sebelum
menyampaikan hasilnya kepada pasien. Cermati bagan alur tersebut, urutan tes
cepat dalam cara serial yang disusun berdasarkan sensitifitas dan spesifisitas dari
masing-masing reagen tes HIV tersebut dan harus sesuai dengan pedoman
nasional dan tidak boleh terbalik.

26
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Tes Ulang
Untuk pasien dengan hasil tes HIV positif harus dilakukan pemeriksaan ulang
dengan bahan pemeriksaan baru, pada keadaan sebagai berikut:

Pasien baru yang mengaku HIV positif tanpa adanya surat rujukan atau
hasil tes HIV yang terdokumentasi

Untuk pasien dengan hasil tes HIV negatif, tes ulang perlu dilakukan pada
keadaan sebagai berikut:
Ibu hamil di trimester ke 3 di daerah dengan tingkat epidemi HIV meluas
atau ibu hamil dengan pasangan diskordan
Pasien dengan IMS
Pajanan HIV dalam 3 bulan terakhir
Pajanan menetap untuk tertular HIV
Mendapat Profilaksis Pasca Pajanan

Untuk pasien dengan hasil ’ indeterminate’


Test perlu diulang dengan bahan baru yang diambil minimal 14 hari sesudah
pengambilan yang pertama. Bila hasil pemeriksaan kedua juga
“indeterminate”, perlu dipantau ulang lebih lama yaitu pada 3, 6 atau 12
bulan. Bila hasil tetap menunjukan “indeterminate” setelah 1 tahun, maka
pasien tersebut dianggap sebagai negatif.

Keterangan: 
kemungkinan hasil indeterminate dapat terjadi pada: gangguan


autoimun (SLE), lepra, keganasan, infeksi dini, kasus terminal, infeksi kronis,
pasien hemodialisa, penyakit ginjal kronik, kehamilan multipara, dan lain-lain.

B. Cara Penyampaian Hasil tes HIV

Petugas yang menyampaikan hasil tes HIV perlua memikirkan kemungkinan


reaksi emosional pasien pada saat menerima hasil tes HIV. Kepekaan kita
terhadap emosi pasien, informasi medis yang sederhana dan jelas serta
rujukan ke layanan PDP merupakan dasar bagi penyampaian hasil tes HIV
yang efektif.

LANGKAH PENYAMPAIAN HASIL TES HIV


Periksa identitas pasien
Pastikan bahwa Anda memberi hasil tes HIV kepada orang yang benar.
Periksa lagi nama, umur dan alamat atau kode pasien.

Nilai kesiapan pasien menerima hasil tes.


Perlu diingat bahwa hampir semua pasien pada dasarnya ingin
mengetahui hasil tes mereka, sehingga petugas tidak perlu mengulur-ulur
waktu lagi. lakukan pengecekan singkat misalnya: ”Apakah Anda ingin

27
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

mengetahui hasil tes Anda?”. Beri kesempatan pada pasien memutuskan


apa yang diinginkan, bertanya atau menyampaikan perasaannya.

Sampaikan dan jelaskan hasil tes HIV:


Sampaikan hasil tes dan jelaskan arti hasil tes tersebut. Penyampaian
hasil sebaiknya dilakukan di tempat yang tidak banyak gangguan dan
pada waktu yang tepat. Sampaikan dengan intonasi nada yang datar dan
perlahan.

Salah satu strategi komunikasi yang efektif adalah:


“Hasil tes Anda negatif (diam sejenak), artinya tidak ada virus HIV dalam
darah Anda” atau “Hasil tes Anda positif (diam sejenak), artinya ada virus
HIV dalam darah Anda”. Melalui cara ini pasien akan lebih mengerti
karena menggunakan bahasa yang sederhana, dan tidak hanya
menggunakan kata reaktif atau non-reaktif, atau bahkan positif atau
negatif yang mungkin saja malah membingungkan kalau tidak diberi
penjelasan tambahan.

Biarkan reaksi emosional muncul ke permukaan:


Ada kalanya pasien terdiam atau menangis setelah mendengar hasil tes.
Beri kesempatan pada pasien untuk mengolah dan mengeluarkan gejolak
perasaannya, khususnya untuk hasil positif. Petugas dapat menggunakan
pertanyaan terbuka untuk mengetahui apa yang dialami pasien (misalnya,
Apa yang Anda rasakan sekarang” atau memberi tanggapan yang
simpatik (misalnya:”Ini merupakan berita yang sulit diterima”) atau
tanggapan reflektif (misalnya: “Kelihatannya Anda sangat kecewa
mendengar hasil tes HIV Anda”). Jadilah pendengar yang baik dan bila
diperlukan, pasien dapat dikirim ke konselor.

Berikan rencana tindak lanjut atau informasi medis yang diperlukan.


Mungkin penting bagi Anda untuk mengingatkan pasien tentang perilaku
berisiko akhir-akhir ini dan perlunya tes ulang bila hasil tes sekarang
negatif.
Tes ulang biasanya lebih banyak pada KTS daripada KTIP.

Pasien dengan hasil tes positif harus dirujuk ke layanan klinik PDP untuk
rencana pengobatan, kelompok dukungan sebaya dan perlunya membuka
status pada pasangan dan anjuran agar pasangan juga dites.

Catatan:
Studi-studi melaporkan bahwa seseorang yang sedang menderita IMS
atau infeksi HIV primer menunjukkan bahwa pasien ini mungkin sangat
menular karena kadar viremia yang tinggi. Temuan ini menunjukkan
semakin tinggi jumlah virus semakin besar kemungkinan penularan.
Deteksi infeksi HIV primer dan tes HIV ulangan menjadi sangat penting
untuk menurunkan penularan HIV.

28
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Tawarkan rujukan dan rencana tindak lanjut:


Mengetahui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dapat membantu
memenuhi kebutuhan pasien, khususnya bagi ODHA, adalah penting
bagi fasyankes yang menawarkan HIV. Ingatkan pasien tentang layanan
pencegahan yang terdapat di fasyankes Anda misalnya pemberian
kondom, layanan alat suntik steril (LASS), pencegahan penularan dari ibu
ke anak (PPIA) atau rujuk ke RS yang lebih tinggi.

Langkah:
- Beri rujukan ke layanan klinik PDP yang kompeten dan terpercaya
- Rujukan mutlak perlu dilakukan jika fasyankes Anda tidak dapat
memberikan layanan PDP atau layanan lain yang diperlukan.
- Berikan informasi tentang manfaat rujukan.
- Tanya layanan rujukan terdekat dengan tempat tinggal pasien dan jika
pasien tidak tahu maka berikan daftar layanan rujukan ARV dan
meminta pasien untuk memilih layanan yang ia inginkan.

Memahami Langkah Penyampaian Hasil Tes


Baca contoh komunikasi hasil negatif di bawah ini.

Contoh komunikasi hasil tes HIV: Negatif

“Hasil tes HIV negatif. Artinya: dalam darah Anda tidak terdapat virus HIV”
namun karena Anda mempunyai perilaku berisiko dalam tiga bulan
terakhir maka kemungkinan pemeriksaan laboratorium belum dapat
mengenali virus HIV. Saya akan melakukan tes lagi tiga bulan yang akan
datang namun selama tiga bulan ke muka Anda perlu melakukan seks
aman”

“HIV banyak ditemukan di daerah ini. Anda perlu mengetahui cara


penularan dan pencegahan penularan HIV sehingga Anda tidak akan
pernah terinfeksi HIV”
“Mungkin Anda sudah paham bahwa penularan dapat terjadi dari
hubungan seks. Walaupun hasil tes Anda negatif saya tetap
menganjurkan pasangan Anda dites juga”

Contoh komunikasi untuk hasil tes HIV: Indeterminate

Hasil tes Anda indeterminate, artinya hasil tes belum dapat dipastikan dan
perlu tes ulang dua minggu lagi. Walau hal ini jarang terjadi tetapi
ditemukan pada beberapa kasus.

29
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Contoh komunikasi untuk hasil tes HIV: Positif

“Hasil tes HIV Anda positif, artinya ada virus HIV dalam tubuh Anda.

“Bagaimana perasaan Anda setelah mendengar hasil tes tadi?”

“Saya ingin berdiskusi tentang rencana tindak lanjut. Apakah Anda siap
mendengarkannya sekarang atau Anda masih perlu waktu untuk
mencerna berita ini?”

“Bila Anda merasa memerlukan teman untuk berbagi rasa, kami


mempunyai kelompok dukungan sebaya yang akan mendengarkan dan
meneguhkan Anda. Selain itu dukungan juga bisa dari keluarga dan
teman-teman. Disamping dukungan, Anda membutuhkan perawatan dan
pengobatan untuk melawan virus HIV sehingga Anda bisa tetap sehat”

“Anda akan saya rujuk ke klinik … untuk mendapatkan perawatan dan


pengobatan antiretroviral atau disingkat ARV”

“Bawalah surat rujukan ini, berikan kepada petugas di klinik tersebut dan
dalam surat ini saya menginformasikan bahwa Anda telah menjalani tes
HIV dan memerlukan tindakan perawatan dan pengobatan lebih lanjut”

“Seandainya Anda hamil atau merencanakan untuk hamil, maka


sampaikan hasil tes Anda kepada petugas klinik KIA pada waktu
pemeriksaan kehamilan”

C. Langkah-langkah Merujuk Pasien Secara Efektif


Bila petugas perlu merujuk pasien ke layanan lain maka hendaknya dipastikan
bahwa pasien sampai ke layanan rujukan. Rujuk semua pasien KTIP atau klien
KTS (walaupun masih tampak sehat) dengan hasil tes positif ke layanan PDP
untuk pengkajian awal dan rencana perawatan dan pengobatan selanjutnya
termasuk persiapan pengobatan ARV.

Diskusikan tempat rujukan dengan pasien. Tempat rujukan yang dimaksud


adalah layanan yang Anda kenal berkualitas baik dan sedapat mungkin dekat
dengan tempat tinggal pasien. Diskusikan kesediaan pasien untuk dirujuk ke
layanan tersebut. Bila belum terjadi kesepakatan, coba cari alternatif tempat lain
dengan melihat buku direktori layanan ARV yang terbaru.

Perlu dibuat kesepakatan antara fasyankes Anda dan fasyankes rujukan serta
media komunikasi antara Anda dan teman sejawat di layanan rujukan tersebut.
sehingga sejawat Anda mengerti keadaan pasien dan dapat memberikan
perawatan dan pengobatan yang sesuai Pedoman Nasional.

30
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

POKOK BAHASAN 6. PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Alur Pencatatan dan pelaporan

Data Pasien
Pasien
dicatat pada Pasien
diperiksa
form

Pembuatan laporan Laporan dikirim ke


Data Pasien diinput
bulanan / triwulanan dinas kesehatan
kedalam sistem
kabupaten

Laporan dikirim
secara online
Laporan dikirim ke
kedalam sistem
dinas kesehatan
Propinsi

Internet

Laporan dikirim ke
Pusat

Pusat Data dan Informasi

B. Formulir KT HIV (baik untuk KTS maupun KTIP)

31
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

32
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

33
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

C. Cara pengisian formulir konseling dan tes HIV

Formulir konseling dan tes HIV dalam prakteknya diisi oleh petugas
kesehatan, namun petugas admin melakukan validasi atas hasil pengisian
yang dilakukan oleh petugas. Seorang petugas administrasi berhak
mengkonfirmasi hasil pengisian petugas supaya data yang dihasilkan
berkualitas. Agar proses tersebut berjalan dengan baik maka petugas admin
perlu mengetahui cara pengisian formulir konseling dan tes HIV

Petunjuk pengisian formulir konseling dan tes HIV harap melihat Pedoman :
Buku Petunjuk Teknis Pengisian Formulir Pencatatan dan Pelaporan Program
Pengendalian HIV-AIDS dan IMS tahun 2015.

34
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

LATIHAN 1

Peserta dibagi dalam kelompok masing-masing terdiri dari 4-6 orang.


Diskusikan dalam kelompok tentang:

1. Berapa persen dari pasien Anda yang diperkirakan memiliki faktor risiko
tertular HIV?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
2. Berapa persen dari pasien Anda yang merasa bahwa mereka berisiko tertular
HIV?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
3. Berapa persen dari pasien Anda yang merasa berisiko tersebut mengetahui
status HIV nya?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

LATIHAN 1-2

1. Apa tujuan diterapkannya Konseling dan Tes atas Inisiasi Petugas (KTIP)?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
2. Apa tantangan apa yang mungkin dihadapi petugas dalam menawarkan
tes dan konseling HIV?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

3. Apa keuntungan pendekatan KTIP dibandingkan KTS di fasilitas layanan


kesehatan?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Lakukan curah pendapat dengan pertanyaan tersebut diatas didalam


kelompok dan buatlah daftar dari semua pendapat peserta dalam kertas
flipchart

35
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

LATIHAN 2

LATIHAN 2-1

1. Berbagilah dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 orang:


Lakukan diskusi dalam kelompok, sebagian kelompok berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan a), dan sebagian lainnya menjawab pertanyaan b):

a) Bagi seorang pasien, apakah manfaat tes HIV?


Tempatkan diri Anda sebagai pasien. Buatlah daftar keuntungan tes HIV.

______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

b) Bagi seorang pasien, apakah risiko tes HIV?


Tempatkan diri Anda sebagai pasien. Buatlah daftar kerugian tes HIV.

______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

LATIHAN 2-2

1. Dalam kelompok yang sama, satu atau dua peserta berlatih untuk melakukan
edukasi kelompok tentang penularan, pencegahan dan manfaat tes HIV pada ibu
hamil di klinik KIA atau layanan lain yang sesuai dengan tugas peserta.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

2. Peserta lain dalam kelompok secara bergantian mencoba menerangkan proses


TPIK secara singkat tapi jelas.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

36
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

LATIHAN 3

LATIHAN 3-1
Pertanyaan:
1. Bila seorang petugas bekerja di fasilitas layanan kesehatan di daerah
epidemi HIV meluas tetapi dengan sarana dan sumber daya terbatas
misalnya ada keterbatasan reagen dan petugas. Di layanan mana saja
prioritas penawaran tes HIV perlu dipertimbangkan?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
2. Bila seorang petugas bekerja di fasilitas layanan kesehatan di daerah
epidemi HIV berkonsentrasi. Angka survei di kalangan LSL menunjukkan
angka 10%. Tersedia cukup reagen dan petugas. Kapan dan dimana
dilakukan penawaran tes HIV?

______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

LATIHAN 3-2

Latihlah contoh kalimat tes diagnostic seperti di atas dengan peserta


disamping Anda.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

LATIHAN 3-3

Latihlah contoh kalimat penawaran tes HIV rutin HIV seperti di atas dengan
peserta disamping Anda.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

LATIHAN 3-4
Diskusikan dengan kelompok Anda tentang kerahasiaan dengan pokok
bahasan:
1. Pikirkan tentang satu rahasia pribadi yang sangat sensitif dan memalukan.
Bagaimana perasaan Anda kalau diminta membuka rahasia itu ke peserta
disamping Anda.
______________________________________________________________
______________________________________________________________

37
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

2. Seandainya Anda terpaksa atau terlanjur menceritakan rahasia itu dan


akhirnya teman Anda membocorkan ke orang lain sehingga akhirnya Anda
menerima perlakuan tidak baik dari orang lain. Apa yang Anda rasakan?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

3. Bagaimana perasaan saya jika saya menyimpan rahasia yang pada


akhirnya merugikan orang lain atau orang yang Anda cintai?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

LATIHAN 3-5

Jawablah pertanyaan di bawah ini dan diskusikan dengan kelompok

1. Kapan sesuatu yang bersifat konfidensial dapat diberitahukan kepada


pihak lain?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
__________
2. Bagaimana cara untuk mencegah timbulnya masalah karena petugas
membuka sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________

LATIHAN 3-6

Latihlah contoh kalimat seperti di atas dengan teman disamping Anda.


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
_____________________

38
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

LATIHAN 3-7

Apakah yang dapat Anda sampaikan kepada pasien apabila ada pasien yang
memilliki pertanyaan seperti di bawah ini? Gunakan kalimat sederhana,
singkat dan jelas.

1. “Saya benar-benar belum memahami tentang tes yang Anda tawarkan.


Apa manfaat tes tadi?”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
__________

2. “Teman saya mengatakan kepada saya bahwa perempuan yang


penampilannya bersih dan putih, tidak mungkin terkena penyakit kotor”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________

3. “Saya tidak akan mengatakan kepada siapapun juga seandainya saya


terkena HIV. Jadi apa gunanya saya melakukan tes atau tidak?”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________

4. “Apa yang seharusnya saya lakukan seandainya ternyata saya terkena


HIV? Apa yang dapat dilakukan dokter?”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________
5. “Saya pikir saya tidak mungkin terkena HIV karena saya hanya melakukan
hubungan seks dengan suami saya?”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________
6. “Jika saya terkena HIV, apakah istri dan anak saya pasti akan terkena
juga?”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________

39
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

7. Saya tidak mau dites HIV. Untuk apa saya tahu, kalau saya tidak dapat
sembuh dan sebaliknya membuat saya stres?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________
8. “Kalaupun saya terkena HIV, saya tidak mau tahu sekarang karena saat
ini saya masih sehat”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________
9. Saya hanya melakukan hubungan seks dengan orang baik-baik, bukan
pekerja seks. Saya tidak mungkin terkena HIV.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
__________

Apa yang harus kita lakukan apabila pasien terus bertanya seperti diatas atau
enggan menjalani tes?

LATIHAN3-8

1. Bacalah contoh komunikasi di bawah.

“Ada satu hal yang penting yang perlu kita bahas hari ini. Banyak
pasien saya yang mendapat pengobatan TB juga terinfeksi “HIV”.
Kenyataannya, infeksi HIV sering memunculkan penyakit TB. OLeh
karena itu saya mau melakukan tes HIV untuk memastikan bahwa
anda tidak terinfeksi HIV.
Ketika seseorang menderita TB dan HIV secara bersamaan maka
kondisi tersebut akan mengancam jiwanya. Karena itu selain
pengobatan TB perlu juga pengobatan HIV agar pemulihan lebih
tuntas.
Kebijakan diklinik kami, semua pasien TB juga ditawarkan tes HIV
sehingga kami bisa menangani lebih baik. Jika dengan alasan inilah
maka kami menganjurkan semua penderita TB menjalani test HIV. Jika
anda tidak berkeberatan kami akan melakukan tes HIV sekarang”

Contoh komunikasi di atas menggabungkan anjuran untuk tes HIV pada


semua pasien TB dengan memberi informasi pra-tes.
40
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Menurut Anda pendekatan mana dalam komunikasi di atas? Apakah “Tes


Diagnostik” atau “Penawaran Rutin”?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
_____________________

2. Bacalah contoh komunikasi berikutnya:

“Hasil tes HIV ini hanya akan kami sampaikan kepada Anda saja dan
tim medis yang akan merawat Anda, artinya adalah bahwa hasilnya
bersifat rahasia dan tidak boleh dibuka kepada siapa pun tanpa izin
dari Anda. Apakah Anda ingin memberitahu orang lain mengenai hasil
tes Anda ini atau tidak, sepenuhnya merupakan keputusan Anda.
Apakaha Anda siap menjalani tes? Atau apakah anda memerlukan
lebih banyak watu untuk berpikir tentang dampak hasil tes bagi diri
Anda?”

Menurut Anda, apakah maksud dari komunikasi di atas?


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
___________________

3. Lakukan komunikasi untuk menawarkan tes HIV kepada penderita TB, tanpa
membaca contoh komunikasi yang ada.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
_____________________

41
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

LATIHAN 4

LATIHAN 4-1

1. Ada berapa macam strategi tes HIV dan kegunaannya.


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

2. Strategi manakah yang dapat digunakan pada pasien yang datang ke klinik
dengan keluhan IMS?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

3. Kapan saya dapat mengetahui hasil tes HIV saya?


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

4. Apakah mungkin tes HIV tanpa harus mengambil darah?


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

5. Siapa saja yang akan mengetahui hasil tes HIV saya?


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

6. Saya dengar bahwa hasil tes baru positif setelah 10 tahun! Apakah itu benar?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

42
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

7. Langkah apakah yang perlu dilakukan untuk menghindari risiko pajanan di


lingkungan kerjanya?

______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

8. Jelaskan komponen penting dalam “kewaspadaan standar”

______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

9. Jelaskan upaya untuk menghindari tertusuk jarum? Kemana kita harus


membuang limbah tajam? Apa yang harus dilakukan bila petugas tertusuk
jarum?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________

43
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

LATIHAN 5

Kasus:

1. Seorang ibu hamil ditawarkan tes HIV di klinik KIA pada kunjungan
pertama (K1) dan hasil tes sebagai berikut:
A1 Reaktif
A2 Non-reaktif
A3 Non-reaktif

Bagaimana Anda sebagai petugas KIA menyampaikan hasil ini? Apakah ibu
ini perlu di tes ulang? Apakah ada usulan tambahan yang perlu diketahui?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
2. Seorang pasien yang didiagnosis TB paru dilakukan tes HIV. Hasil tes HIV
sebagai berikut:

A1 Non-reaktif
A2 Tidak dikerjakan
A3 Tidak dikerjakan

Bagaimana Anda mengintepretasi hasil tes HIV ini? Apakah pasien perlu
diminta tes ulang?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
___________________________________________________________
3. Seorang pasien dikirim dari Klinik IMS dengan diagnosis Herpes Genitalis.
Hasil tes HIV menunjukkan hasil sebagai berikut:

A1 Reaktif
A2 Reaktif
A3 Non-reaktif
Bagaimana Anda menyampaikan hasil tes HIV? Apakah pasien perlu di tes
ulang?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
Apakah ada usulan lain
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

44
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

4. Seorang pasien dewasa muda dengan diagnosis Herpes Zoster dan dalam
pengobatan dengan Asiklovir. Pasien diminta tes HIV dan hasil tes sebagai
berikut:
A1 Reaktif
A2 Reaktif
A3 Reaktif
Bagaimana Anda menyampaikan hasil tes HIV ini?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

LATIHAN 5-2

1. Tanya peserta bagaimana mereka melihat emosi pasien setelah diberitahu


bahwa hasil tes negatif?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

2. Namun bagaimana mereka melihat emosi pasien setelah diberitahu


bahwa hasil tes positif?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

3. ”Seandainya jika Anda mendengar petugas kesehatan mengatakan


kepada Anda bahwa hasil tes HIV Anda ternyata positif? Apakan reaksi
Anda mirip dengan reaksi pasien?”
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

4. Coba pikirkan salah satu pengalaman dimana Anda (sebagai petugas


kesehatan sekali waktu menjadi seorang pasien atau keluarga dekat dari
pasien yang sangat Anda cintai). Dalam relasi dengan petugas kesehatan
yang merawat Anda atau orang yang mereka cintai, sifat-sifat apa saja
yang mereka harapkan dari seorang petugas.Diskusikan dalam kelompok
dan buat daftar di flipchart.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

45
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

LATIHAN 5-3

1. Seorang pasien dengan latar belakang pecandu belum mau minum obat
karena menurut pasien kalau minum obat maka ia akan ”drop” dan bahkan
melihat teman-temannya meninggal karena minum ARV. Apa tanggapan
Anda.
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____

2. Pasien menolak membuka hasil tes HIV positif ke pasangannya. Apa yang
perlu dilakukan petugas?
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____

46
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

EVALUASI AKHIR MODUL

1. Pedoman pelaksanaan KTIP di fasilitas layanan kesehatan merekomendasikan Tes HIV


sebagai berikut:
a. Ditawarkan kepada pasien yang menunjukkan tanda dan gejala penyakit yang
mungkin terkait HIV atau AIDS pada tingkat epidemi HIV meluas
b. Ditawarkan secara rutin kepada semua pasien usia dewasa yang bekunjung ke
fasyankes didareh epidemi HIV terkonsentrasi
c. Ditawarkan secara rutin kepada semua pasien anak yang kurang gizi yang tidak
responsif dengan terapi gizi yang memadai di wilayah epidemi HIV yang rendah
d. Ditawarkan secara rutin pada semua pasien TB termasuk TB MDR, pasien Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan pasien hepatitis B/C di daerah epidemi HIV terkonsentrasi
dan rendah.
e. KTIP merupakan bagian dari paket layanan perawatan, dukungan dan pengobatan
dan terpisah dari layanan pencegahan

2. Dibawah ini, yang bukan merupakan azas “5C” Kebijakan tes HIV pada KTIP dan KTS,
layaknya seperti tes diagnostik lainnya, adalah
a. Consent (Persetujuan pasien)
b. Confidentiality (Konfidensialitas)
c. Counseling (Konseling)
d. Connect to community
e. Correct test results (Hasil tes yang sahih)

3. Dibawah ini, yang bukan merupakan Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh petugas
ketika menawarkan tes HIV kepada pasien adalah sebagai berikut:
a. Alasan petugas menawarkan tes HIV
b. Informed consent cukup dengan persetujuan secara verbal atau mengikuti Standar
Prosedur Operasional (SPO) di fasyankes.
c. Pasien berhak untuk menolak tes HIV. Bila pasien menolak tes HIV, maka akan
berpengaruh pada akses layanan lain
d. Hasil tes diperlakukan secara konfidensial.
e. Bila hasil tes HIV positif, maka dianjurkan untuk membuka status kepada orang lain
yang berisiko untuk tertular HIV dari pasien tersebut

4. Dibawah ini, yang bukan merupakan langkah-langkah penyampaian hasil tes HIV
antara lain a. Periksa identitas pasien
a. Nilai kesiapan pasien menerima hasil tes
b. Biarkan reaksi emosional muncul ke permukaan
c. Berikan rencana tindak lanjut atau informasi medis yang diperlukan (mis rujukan)
d. Menasehati pasien untuk berhenti dari pekerjaan hiburan malam

47
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

VII. REFERENSI

1. Permenks No.21/2013, mengenai Penanggulangan HIV dan AIDS


2. Permenkes No.87/2014, mengenai Pedoman Pengobatan Anti Retroviral, Kementerian
Kesehatan RI, 2014
3. Permenkes No. 15/2015, mengenai Pelayanan Laboratorium Pemeriksaan HIV dan
Infeksi Oportunistik
4. Panduan Pelaksanaan Program Kolaborasi TB-HIV, Kementerian Kesehatan RI, 2015
5. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan TB, Kementerian Kesehatan RI, 2014

SI

48
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

LAMPIRAN

LATIHAN BERMAIN PERAN

Pada latihan bermain peran berikut akan dihadirkan EPT (Expert Patient Trainer) yaitu
Pasien HIV positif terlatih yang akan bermain peran bersama petugas TB / Peserta
latih dalam pelatihan TB-HIV.

Pada saat bermain peran, EPT akan menempati tempat duduk yang telah ditentukan
dan akan bertemu dengn petugas yang dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 2
orang petugas. Dua orang petugas tersebut akan berlatih dengan 1 pasien terlatih.
Saat bermain peran maka 1 orang sebagai petugas dan 1 orang sebagai pengamat
berhadapan dengan 1 orng EPT.
Catatan :
Jika jumlah EPT terbatas maka 1 kelompok bisa terdiri dari 1 EPT dengan 2,3,4,dst
petugas tergantung dengan jumlah peserta dalam kelas. Misalkan 1 kelas terdiri dari
25 peserta, jumlah EPT ada 5 orang maka 1 kelompok akan terdiri dari 5 petugas
dengan 1 orang EPTm agar semua peserta mendapatkan kesempatan berlatih/praktik
dengan EPT maka jumlah putaran akan dibuat 5 putaran.

Topik bermain peran berdasarkan 3 skenario yaitu: pada saat Inisasi tes HIV dan
pada saat membuka hasil.

Pasien terlatih bermain peran sesuai dengan nomor urut yang sudah ditentukan,
bergilir sesuai dengan waktu yang ditentukan.

1. Pedoman bermain peran ada di lampiran


– Tuliskan nama EPT pada name tag yang tersedia dan tentukan urutan EPT
dalam bermain peran
– Tuliskan nomor (angka) pada meja/kursi dimana posisi EPT akan berada
– Tentukan “Time keeper” yang akan menjadi pengatur waktu dalam roleplay
– Satu kali permainan “role play” 7-10 menit proses komunikasi petugas
kepada EPT dilanjutkan dengan 3-5 menit feedback (umpan balik) dari EPT
(termasuk waktu untuk mengisi daftar tilik oleh EPT).
– Berikan aba- aba “stop” setelah selesai roleplay 7-10’. Lanjutkan dengan
aba- aba “feedback” dari EPT untuk petugas selama 3-5’. Kemudian aba- aba
“geser” maka EPT nomor 1 akan bergeser ke posisi EPT no 2 dst (
persegeseran sesuai dengan arah jarum jam).
– Pembagian peran petugas dan EPT :
Petugas “1” berhadapan dengan EPT no 1 pada putaran pertama
(10-15 menit) setelah aba2 bergeser, maka petugas 2 akan
berhadapan dengan EPT yang bergeser dari nomor meja /kursi
terakhir
49
Materi Inti 8 :Konseling dan tes HIV atas

Catatan : Ketika petugas “1” melakukan komunikasi maka petugas


ke-2 atau yang lain menjadi observer/pengamat, demikian
sebaliknya
– Selesai dua putaran sesi pertama, diminta perwakilan dari EPT untuk
memberikan feedback secara keseluruhan.
– EPT meninggalkan tempat untuk persiapan bermain peran sesi berikutnya
– Pelatih melanjutkan diskusi dengan peserta selama 15 menit tentang proses
komunikasi yang diperankan.
– Langkah ini berlaku untuk sesi berikutnya.

2. Skema RolePlay :

1 2 1 2

1 2 3 4 5 6

1 1 1 9 8 7
2 1 0

Keterangan :

1 2 Petugas 1 dan petugas 2

1
EPT

Alur mengikuti arah jarum jam, yang bergerser


adalah EPT

Satu Putaran pada setiap sesi 10-15 menit.

− Sesi 1 : Inisiasi testing HIV pada pasien TB


− Sesi 2 : Menyampaikan hasil dan merujuk layanan PDP

50

Anda mungkin juga menyukai