Anda di halaman 1dari 6

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD DOKTER SOEDARSO


NOMOR : / RSDS / 2022
TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING
(VCT) PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOEDARSO

PANDUAN VOLUNTARY CONSELING DAN TESTING (VCT)

BAB I
DEFINISI

VCT adalah Voluntary Conseling dan Testing, yang dilakukan secara suka
rela, melalui tahapan prates konseling dan post tes konseling, koseling harus
dilakukan oleh seorang konselor yang memiliki keterampilan dan kompetensi
khusus yang didapat melalui pelatihan formal. Target layanan pertama adalah
populasi berisiko seperti kelompok pekerja sex, kelompok homo seksual, waria,
narapidana, dan pecandu.

1 Koordinasi
Sub Kabag/Kabid Wadir
Koordinator
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan ini adalah berisi tatacara melakukan kegiatan konseling
dan testing secara suka rela di klinik Melati.

2 Koordinasi
Sub Kabag/Kabid Wadir
Koordinator
BAB III
TATA LAKSANA

Pada dasarnya, tata laksana konseling dan testing yang baik memiliki manfaat
sebagai berikut:
 Menurunkan angka kesakitan HIV/ AIDS melalui peningkatan mutu
pelayanan konseling dan testing HIV suka rela dan perlindungan bagi petugas
layanan VCT dan klien
 Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan konseling dan testing HIV
 Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumber daya dan manajemen yang
sesuai
 Memberi perlindungan dan konfidensialitas dalam pelayanan konseling dan
testing HIV.
Pelaksanaan konseling di klinik melati RSUD. Dr. Soedarso dilakukan dengan cara:
 Semua pasien yang akan melakukan VCT terlebih dahulu mendaftar di bagian
pendaftaran di klinik Rawat Jalan.
 Di klinik VCT menyiapkan Infom Consend untuk tes HIV
 Konselor melakukan konseling Pre test dan menjelaskan pada Klien bahwa
pelaksanaan konseling dilakukan dengan menjaga kerahasian
 Bila pasien setuju untuk melakukan tes HIV, dilakukan penanda tanganan
formulir persetujuan tes HIV oleh pasien dalam hal konselor yang
bersangkutan juga melakukan tanda tangan sebagai bukti bahwa konselor
mengetahui bahwa pasien benar-benar setuju untuk melakukan tes.
 Konselor memberikan formulir tes HIV yang telah ditandatangi dokter,
konselor, kepada pasien
 Konselor dan pasien membuat kesepakatan tentang kapan waktu yang tepat
untuk melakukan pembukaan hasil Tes.
 Dengan membawa formulir permintaan tes HIV, pasien datang ke laboratorium
untuk dilakukan pengambilan darah.
 Sesudah dilakukan pemeriksaan darah untuk tes HIV oleh laboratorium maka
hasil tes HIV yang sudah ditanda tanggani oleh dokter Patologi Klinik tersebut
diserahkan kepada konselor.
 Pada saat pembukaan hasil tes sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
antara konselor dengan klien, konselor melakukan konseling post tes
termasuk kesiapan pasien untuk menerima hasil tes.
 Tindak lanjut diberikan kepada klien bila hasil reaktif maka dilakukan
rujukan ke dokter penyakit dalam atau dokter yang bersertifikasi IMAI/CST.
Bila hasil non reaktif window period maka mendiskusikan pentingnya
melakukan tes ulang. Bila hasil benar-benar non reaktif maka pasien dapat
dinyatakan bukan HIV.
Tahapan Pelayanan VCT
1. Konseling pra testing
Alur penatalaksanaan VCT dan keterampilan melakukan konseling pra
testing dan konseling pasca testing perlu memperhatikan tahapan berikut
ini:
a. Penerimaan klien
 Informasikan kepada klien tentang pelayanan
 Pastikan klien dating tepat waktu dan usahakan tidak menunggu
 Jelaskan tentang prosedur VCT
 Buat catatan rekam medis klien

3 Koordinasi
Sub Kabag/Kabid Wadir
Koordinator
b. Konseling pra testing HIV
1. Periksa ulang nomor kode dalam formular
2. Perkenalan dan arahan
3. Membangun kepercayaan klien pada konselor yang merupakan dasar
utama bagi terjaganya kerahasian sehingga terjalin hubungan baik
dan terbina sikap saling memahami.
4. Alasan kunjungan dan klarifikasi tentang fakta dan mitos tentang HIV
5. Penilaian resiko untuk membantu klien mengetahui factor resiko dan
menyiapkan diri dengan status HIV
6. Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak
terinfeksi HIV dan menfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan
diri dengan status HIV.
7. Di dalam konseling pra testing seorang konselor VCT harus dapat
membuat keseimbangan antara pemberian informasi penilaian risiko
dan merespon kebutuhan emosi klien.
8. Konselor VCT melakukan penilaian system dukungan
9. Klien memberikan persetujuan tertulisnya (informed consent) sebelum
dilakukan testing HIV.
c. Konseling pra testing HIV dalam keadaan khusus
1. Dalam keadaan klien terbaring maka konseling dapat dilakukan
disamping tempat tidur atau dengan memindahkan tempat tidur klien
keruang yang nyaman dan terjaga kerahasiannya.
2. Dalam keadaan klien tidak stabil maka VCT tidak dapat dilakukan
langsung kepada klien dan menunggu hingga kondisi klien stabil.
3. Dalam keadaan pasien kritis tetapi stabil dapat dilakukan konseling.

2. Informed Consent
a. Semua klien sebelum menjalani testing HIV harus memberikan
persetujuan tertulisnya.
Aspek penting didalam peresetujuan tertulis adalah sebagai berikut:
1. Klien telah diberikan penjelasan cukup tentang resiko dan dampak
sebagai akibat dari tindakannya dan klien menyetujuinya.
2. Klien mempunyai kemampuan menangkap pengertian dan mampu
menyatakan persetujannya (secara intelektual dan psikiatris).
3. Klien tidak dalam paksaan dalam memberikan persetujuan meski
konselor memahami bahwa mereka memang sangat memerlukan
pemeriksaan HIV.
4. Untuk klien yang tidak mampu mengambil keputusan bagi dirinya
karena keterbatasan dalam memahami informasi maka tugas konselor
untuk berlaku jujur dan obyektif dalam menyampaikan informasi
sehingga klien memahami dengan benar dan dapat menyatakan
persetujuannya.
b. Informed consent pada anak
Ditinjau dari aspek hukum bahwa anak mempunyai keterbatasan
kemampuan berpikir dan menimbang Ketika berhadapan dengan
HIV/AIDS. Jika mungkin anak didorong untuk menyertakan
orangtua/wali disertakan, bukan berarti dia tidak diperbolehkan
mendapatkan informasi layanan yang tepat. Akses layanan VCT juga
berlaku bagi mereka yang berumur dibawah usia dewasa menurut
hukum, dan disesuaikan dengan kemampuan anak untuk menerima dan

4 Koordinasi
Sub Kabag/Kabid Wadir
Koordinator
memproses serta memahami informasi dari hasil testing HIV, konselor
terlatih perlu melakukan penilaian kemampuan anak, dibutuhkan
persetujuan dari orang tua/wali.

c. Batasan umur untuk dapat menyatakan persetujuan testing HIV


Batasan umur anak dapat melakukan persetujuan dengan dilakukan
orang tua pada usia 12-19 tahun pada laki-laki dan pada anak
perempuan berumur 16 tahun atau pernah menikah. Jika ia tidak punya
orang tua atau pengampu maka kepala insitusi, kepala rumah sakit,
kepala klinik atau siap yang bertanggung jawab atas diri anak harus
menandatangani informend consent. Jika anak dibawah umur 12 tahun
memerlukan testing HIV, maka orangtua atau pengampu harus
mendampingi secara penuh.

d. Persetujuan yang dilakukan orang tua untuk anak


Orangtua dapat memberikan persetujuan konseling dan testing HIV untuk
anaknya. Namun sebelum meminta persetujuan, konselor telah
melakukan penilaian akan situsi anak, apakah melakukan testing akan
lebih baik daripada tidak. Jika orang tua yang bersikeras ingin
mengetahui status anak, maka konselor harus melakukan konseling
terlebih dahulu dan menilai apakah orangtua atau pengampunya. Akan
menempatkan pengetahuan atas status HIV anak untuk kebaikan anak
atau merugikan anak. Jika konselor dalam keraguan, bimbinglah anak
untuk dapat memutuskan dengan didampingi tenaga ahli. Anak
senantiasa diberitahu betapa penting hadirnya seseorang yang bermakna
dalam hidupnya untuk mengetahui Kesehatan dirinya.

3. Testing HIV dalam VCT


Prinsip testing HIV adalah sukarela dan terjaga kerahasianya testing
dimakud untuk menegakkan diagnosis. Terdapat serangkaian testing yang
berbeda-beda karena perbedaan prinsip metoda yang digunakan. Testing
yang berbeda karena perbedaan prinsip metoda yang digunakan. Testing
yang digunakan adalah testing serologis untuk medeteksi antibody HIV
dalam serum atau plasma. Specimen adalah darah klien yang diambil secara
intravena, plasma atau serumnya. Pada saat ini belum digunakan specimen
lain seperti saliva, urin, dan spot darah kering. Penggunaan metode testing
cepat (rapid testing) memungkinkan klien mendapatkan hasil testing pada
hari yang sama.

5 Koordinasi
Sub Kabag/Kabid Wadir
Koordinator
BAB IV
DOKUMENTASI

Formulir-Formulir yang digunakan dalam proses rujukan adalah:


1. Informed Consent pemeriksaan darah untuk menentukan status HIV
2. Formulir registrasi konseling dan tes HIV
Cara pengisian formulir dapat dilihat pada panduan pengisian formulir pencatatan
dan pelaporan pasien HIV

DIREKTUR,

YULIASTUTI SARIPAWAN

6 Koordinasi
Sub Kabag/Kabid Wadir
Koordinator

Anda mungkin juga menyukai