040 - Kadek Setiani Gadar LR
040 - Kadek Setiani Gadar LR
Dosen Pengampu :
Ns. Made Martini, S.Kep.,M.Kep
Disusun Oleh :
Kadek Setiani
19089014040
Semester VI
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat- Nya saya bisa menyelesaikan Literature Review yang berjudul “Manajemen
Tatalaksana Henti Jantung 2020 Dan Perbedaan Antara Tatalaksana Henti
Jantung 2015 Serta 2020” Literature Review ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
ABSTRAK
Kata kunci: henti jantung, manajemen tatalaksana, AHA 2015 dan 2020,
perbedaan tatalaksana henti jantung
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bantuan hidup dasar adalah suatu upaya yang harus dilakukan oleh seseorang
apabila menemukan korban yang mengalami henti jantung dimana saja maupun
kapan saja. Keadaan jantung berhenti berdenyut merupakan suatu keadaan
kegawatdaruratan, dimana kasus jantung berhenti berdenyut sering terjadi secara tiba-
tiba tanpa gejala awal yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kondisi ini
sering terjadi di lingkungan luar rumah sakit atau sering disebut Out of Hospital
Cardiac Arrest (OHCA). Setelah denyut jantung berhenti, korban akan mengalami
gangguan fungsi vital yaitu henti napas dan tidak terabanya denyut nadi yang
menyebabkan hilangnya kesadaran. Kematian akan terjadi dalam beberapa menit jika
tidak segera ditangani secara tepat. Di Amerika serikat kasus henti jantung ini
menyebabkan 90 % kematian (AHA, 2020 dalam Kushayati et al., 2020).
2
American Heart Association (AHA) merupakan suatu perkumpulan yang
berdiri pada 1966 dan menetapkan untuk pertama kali mengenai resusitasi. Pada
awalnya AHA terfokus pada urutan airway, breathing dan circulation (ABC). Namun
karena berdasarkan penelitian yang dilakukan sekuens ini akan menyebabkan
penundaan 30 detik terhadap kompresi dinding dada yang dibutuhkan untuk
mempertahankan sirkulasi darah, sehingga sekuens ini akhirnya diubah menjadi
CAB. AHA terus memperbaharui berbagai metode yang digunakan untuk melakukan
CPR khusunya dalam hal kompresi (HPGDBI, 2010 dalam Agung, I. G., &
Mahadewi, W, 2016). Berdasarkan hal tersebut, penting halnya baik tenaga medis
maupun nonmedis mengetahui tatalaksana yang terbaru mengenai bantuan hidup
dasar yaitu berdasarkan American Heart Association pada kasus henti jantung. Oleh
karena itu dalam Literature Review ini akan dibahas lebih dalam mengenai
manajemen tatalaksana henti jantung 2020 dan perbedaan tatalaksana henti jantung
2015 serta tatalaksana henti jantung 2020 berdasarkan AHA 2015 dan AHA 2020.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu
bagaimana manajemen tatalaksana henti jantung 2020 dan perbedaan tatalaksana
henti jantung 2015 serta tatalaksana henti jantung 2020?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Literature Review ini adalah untuk mengetahui bagaimana
manajemen tatalaksana henti jantung 2020 dan perbedaan tatalaksana henti jantung
2015 serta tatalaksana henti jantung 2020.
b. Tujuan Khusus
3
2. Untuk mengetahui perbedaan tatalaksana henti jantung 2015 dan tatalaksana henti
jantung 2020.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan teori
pengetahuan kepada masyarakat terkait manajemen tatalaksana henti jantung.
2. Manfaat Praktis
Hasil Literature Review ini dapat menjadi salah satu alternatif strategi dalam
pembelajaran guna menjadi lulusan perawat yang profesional dan memiliki
kemampuan berpikir kritis.
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam mengemban ilmu pengetahuan untuk
mengetahui pentingnya manajemen tatalaksana henti jantung sebagai bahan dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk landasan dan acuan dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan Literature Review khususnya
manajemen tatalaksana henti jantung.
4
BAB II
METODE PENULISAN
Literature review memiliki peran yang penting dalam suatu penyusunan karya
tulis ilmiah, dikarenakan bisa menjadi sebuah awalan untuk mensintesis teori atau
juga dapat menjadi sebuah ide untuk dilakukannya sebuah penelitian lapangan.
Literature review adalah sebuah metode yang sistematis, eksplisit, dan reprodusibel
untuk melakukan identifikasi, evaluasi, dan juga sintesis terhadap karya-karya hasil
penelitian dan juga hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan juga
praktisi. Literature review bertujuan untuk membuat analisis dan sintesis terhadap
pengetahuan yang sudah ada terkait topik yang akan diteliti untuk menemukan ruang
kosong bagi penelitian yang akan dilakukan (Rahayu & Syafril, 2018 dalam Ni
Kadek Ayu Desi D. W, 2021).
Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICO yang terdiri dari:
5
2) Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus perorangan
atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan
tema yang telah ditentukan dalam literature review.
4) Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh pada studi terdahulu yang
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.
6
D. Sumber Data dan Pencarian Jurnal
7
BAB III
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelusuran artikel yang telah melalui
proses seleksi. Hasil Review Artikel disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan
tentang penulis/peneliti, judul artikel, tahun, tujuan, sampel, metode penelitian, dan
output (hasil). Hasil review yang didapat dipaparkan dalam table berikut.
Sampel
8
perawat dalam
melakukan basic
life support pada
pasien gawat
darurat
9
Dalam Penelitian ini demonstrasi. keluarga,
Pertolongan dibuat untuk pengetahuan
Kegawatdarur menransfer keluarga paling
atan Pada pengetahuan dan banyak masih
Tatanan teknologi dalam kurang yaitu 31
Keluarga pertolongan orang anggota
kegawatdarurata keluarga
n pada tatanan (72,09%) dan
keluarga setelah
pemaparan
materi
pengetahuannya
meningkat yang
paling banyak
dengan tingkat
pengetahuan
cukup sebanyak
23 orang anggota
keluarga
(53,49%).
10
penanganan random henti jantung.
kegawatdarurata sampling. Tingkat
n henti jantung. Pengumpulan pengetahuan
data dilakukan responden
menggunakan memiliki
kuesioner dan hubungan
dianalisa dengan dengan tingkat
statistik pendidikan,
univariat dan sumber
bivariat. informasi dan
keikutsertaan
dalam pelatihan
Bantuan Hidup
Dasar (BHD).
Dengan estimasi
interval 95%,
pengetahuan
responden
berada pada
angka 13,48 -
14,07 (rendah).
11
uan adalah jantung dengan Water Park
memberikan Padangsidimpua
mengikuti
edukasi bantuan n dan
langkah bantuan
hidup dasar pada pengunjung
hidup dasar
orang awan di dalam membantu
menurut
pemandian orang dengan
American Hearth
umum Kaisar kondisi henti
Association
Water Park jantung.
(AHA) tahun
Padangsidimpua
2020.
n.
Kushayati et al., 5 1 1 2 9
(2020)
Hidayati, (2020) 5 3 0 2 10
12
*Note Critical Appraisal Result Olsen-Baisch
C. Pembahasan
Selain itu, pada penelitian Wahyuni & Haryanto, (2020) juga dijelaskan
tentang SOP Basic Life Support khususnya pada kasus henti jantung yang terdiri dari
8 langkah di dapatkan pada langkah 1 ( Proteksi Diri) 1 responden tidak melakukan
sesuai SOP yaitu tidak mencuci tangan sebelum tindakan kepasien, pada langkah 4 (
Cirkulasi) 3 responden tidak melakukan pengecekan cirkulasi secara lengkap dan
kurang tepat melakukan CPR, pada langkah 8 (Cek tanda ROSC, Response Of
13
Spontaneous Circulation) 2 responden kurang tepat melakukan obsevasi nadi karotis
sambal melihat pergerakan dada jika pasien sudah ada respon atau pergerakkan
spontan selama 5-10 detik setiap 5 siklus. Tindakan Basic Life Support (BLS) pada
kasus kegawatdaruratan henti jantung harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
Keterlambatan dan kesalahan dalam melakukan tindakan gawat darurat dapat
menimbulkan efek yang sangat fatal dan tidak dapat diperbaiki pada tindakan
selanjutnya. Sehingga setiap tenaga kesehatan terutama perawat harus memiliki
kemampuan yang baik dan sesuai SOP tentang Basic Life Support (BLS) . (Mawar &
Sugianto, 2013 dalam Wahyuni & Haryanto, 2020). Pemberian tindakan Basic Life
Support (BLS) untuk menangani cardiac arrest dibutuhkan kemampuan perawat
dalam melakukan tindakan Basic Life Support (BLS) yang dapat diperoleh melalui
proses pembelajaran, atau melalui pelatihan khusus serta dapat diperoleh melalui
seminar agar dapat diaplikasikan sesuai SOP tindakan Basic Life Support (BLS).
(Wiliastuti, Anna, & Mirwanti, 2018 dalam Wahyuni & Haryanto, 2020).
Menurut Thalib & Asia, (2020) dijelaskan tentang SOP RJP RS Pelamonia
Makassar berdasarkan AHA 2015 yang terdiri dari
5) Hands only CPR. Ada perbedaan teknik dari yang tahun 2005, namun
AHA mendorong RJP seperti ini pada 2008. AHA masih
menginginkan agar penolong yang tidak terlatih melakukan Hands
Only CPR pada korban dewasa yang pingsan di depan mereka
15
melakukan latihan bantuan hidup dasar resusitasi jantung paru memberikan rasa
percaya diri dan tidak segan untuk memberikan pertolongan kepada korban.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Hasil literature review ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan
yang cepat dan tepat pada korban henti serta dapat dijadikan refrensi
pembelajaran.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aufa, U., & Kota, R. (2022). PENGENALAN BANTUAN HIDUP DASAR BAGI
AWAN DI. 4(1), 70–73.
Kushayati, N., Murtiyani, N., & Suidah, H. (2020). Transfer Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Dalam Pertolongan Kegawatdaruratan Pada Tatanan Keluarga.
Journal of Community Engagement and Employment, 2(2), 151–156. Retrieved
from http://ojs.iik.ac.id/index.php/JCEE
19