Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang


Pada negara-negara berkembang seperti halnya indonesia, penyakit infeksi masih
merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan ( mordibity) dan angka kematian
(mortality). Lihat saja kasus-kasus demam berdarah, diare, tuberkolosis, dan lain-lain, yang
masih merebak di beberapa wilayah, termasuk di Sulawesi Tenggara.
Tahukah kamu infeksi bisa menular kapan pun, di mana pun, dan lewat perantara apa pun
bahkan dari hal-hal yang tidak kita sadari? Infeksi bisa menimbulkan masalah kesehatan dari
yang sepele hingga cukup serius. Untuk itu, cara terbaik menjaga kesehatan diri adalah dengan
mencegah infeksi datang, terlebih bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Penyakit –penyakit seperiti Hepatitis B,HIV dan AIDS akan mudah terserang jika kita tidak
menjaga diri kita. terutama petugas kesehatan yang selalu berkontak langsung dengan
pasien.maka dari itu dibutuhkan pengetahuan tentang pencegahan Infeksi .
Pencegahan Infeksi ialah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
penularan infeksi mikro organisme dari lingkungan klien dan tenaga kesehatan ( Nakes )

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan bagaimana
masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah syaratnya pelayanan KB yang bermutu ?

2. Bagaimana cara mencegah resiko penularan Hepatitis B, HIV/AIDS?

3. Bagaimana cara mencegah infeksi silang dari klien,petugas kesehatan dan masyarakat ?

1.3 Tujuan Penulisan


2. Untuk mengetahui syarat pelayanan KB yang bermutu
3. Untuk mengetahui cara mencegah resiko penularan Hepatitis B,HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui cara mencegah infeksi silang dari klien,petugas kesehatan dan
masyarakat

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PRASYARAT PELAYANAN KB BERMUTU

Penerapan Etika Dalam Pelayanan Kb

A. Konseling

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana. Dengan
melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya.

Jika klien belum mempunyai keputusan karena disebabkan ketidaktahuan klien tentang
kontrasepsi yang akan digunakan, menjadi kewajiban bidan untuk memberikan informasi
tentang kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan memberikan informasi tentang
kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan memberikan beberapa alternative
sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan yang dimilikinya.

1. Tujuan Konseling:

a. Calon peserta KB memahami manfaat KB bagi dirinya maupun keluarganya.

b. Calon peserta KB mempunyai pengetahuan yang baik tentang alasan berKB , cara
menggunakan dan segala hal yang berkaitan dengan kontrasepsi.

C. Calon peserta KB mengambil keputusan pilihan alat kontrasepsi

2. Sikap Bidan dalam Melakukan Konseling yang Baik Terutama Bagi Calon Klien Baru

a. Memperlakukan klien dengan baik

b. Interaksi antara petugas dan klien

Bidan harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien serta mendorong agar
klien berani berbicara dan bertanya

c. Member informasi yang baik kepada klien

d. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan

Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien untuk
mengingat hal yang penting.

e. Tersedianya metode yang diinginkan klien

2
f. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat

Bidan memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan
memperlihtkan bagaimana cara penggunaannya. Dapat dilakukan dengan dengan
memperlihatkan dan menjelaskan dengan flipchart, poster, pamflet atau halaman bergambar.

3. Langkah – Langkah Konseling:

a. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya

b. Menggali permasalahan yang dihadapi dengan calon

c. Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat – alat kontrasepsi

d. Membantu klien untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat untuk dirinya sendiri.

4. Ketrampilan Dalam Konseling

a. Mendengar dan mempelajari dengan menerapkan:

1) Posisi kepala sama tinggi

2) Beri perhatian dengan kontak mata

3) Sediakan waktu

4) Saling bersentuhan

5) Sentuhlah dengan wajar

6) Beri pertanyaan terbuka

7) Berikan respon

8) Berikan empati

9) Refleks back

10) Tidak menghakimi

b. Membangun kepercayaan dan dukungan:

1) Menerima yang dipikirkan dan dirasakan klien

2) Memuji apa yang sudah dilakukan dengan benar

3) Memberikan bantuan praktis

4) Beri informasi yang benar

5) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti/sederhana

6) Memberikan satu atau dua saran.

3
B. Informed Choice Dan Informed Consent Dalam Pelayanan Keluarga Berencana

Informed Choice adalah berarti membuat pilihan setelah mendapat penjelasan tentang
alternative asuhan yang dialami. Pilihan atau choice lebih penting dari sudut pandang wanita
yang memberi gambaran pemahaman masalah yang berhubungan dengan aspek etika dalam
otonomi pribadi. Ini sejalan dengan Kode Etik Internasional Bidan bahwa : Bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk
menerima tanggung jawab dari pilihannya.

Setelah klien menentukan pilihan alat kontrasepsi yang dipilih, bidan berperan dalam proses
pembuatan informed concent. Yang dimaksud.Informed Concent adalah persetujuan
sepenuhnya yang diberikan oleh klien/pasien atau walinya kepada bidan untuk melakukan
tindakan sesuai kebutuhan. Infomed concent adalah suatu proses bukan suatu formolir atau
selembar kertas dan juga merupakan suatu dialog antara bidan dengan pasien/walinya yang
didasari keterbukaan akal dan pikiran yang sehat dengan suatu birokratisasi yakni
penandatanganan suatu formolir yang merupakan jaminan atau bukti bahwa persetujuan dari
pihak pasien/walinya telah terjadi.

Dalam proses tersebut, bidan mungkin mengahadapi masalah yang berhubungan dengan agama
sehingga bidan harus bersifat netral, jujur, tidak memaksakan suatu metode kontrasepsi
tertentu. Mengingat bahwa belum ada satu metode kontrasepsi yang aman dan efektif, maka
dengan melakukan informed choice dan infomed concent selain merupakan perlindungan bagi
bidan juga membantu dampak rasa aman dan nyaman bagi pasien.

Sebagai contoh, bila bidan membuat persetujuan tertulis yang berhubungan dengan sterilisasi,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sterilisasi bersifat permanen, adanya
kemungkinan perubahan keadaan atau lingkungan klien, kemungkinan penyelesaian klien dan
kemungkinan kegagalan dalam sterilisasi.

C. Penjelasan / Penerangan Yang Diberikan Saat Pemasangan/ Alat Kontrasepsi

1. Jelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan
pertanyaan
2. Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah
waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah tersebut.

4
3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya tentang keterangan yang telah
diberikan dan tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya.
4. Peragakan peralatan yang akan digunakan serta jelaskan tentang prosedur apa yang
akan dikerjakan
5. Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa sakit saat penyuntikan anastesi
local, sedangkan insersinya tidak akan menimbulkan nyeri (bila pemasangan AKBK)
Tentramkan hati klien setelah tindakan.

D. Pelaksanaan Tindakan Sesuai Standar Operasional Prosedur

Berdasarkan KEPMENKES RI No. 369/MENKEN/SK/III/2007 TENTANG STANDAR


PROFESI BIDAN pada standar V TINDAKAN pada definisi operasional disebutkan bahwa
tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau hasil
kolaborasi

E. Menjaga Kerahasiaan Dan Privasi Klien

Berdasarkan KODE ETIK KEBIDANAN salah satu kewajiban bidan terhadap tugasnya adalah
setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien

F. Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Kb

Dalam tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB Nasional dilaksanakan sesuai dengan
sistim , pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan melalui Instruksi Menteri
Pemberdayaan Perempuan /KepalaBKKBN Nomor 191/HK-011/D2/2000 tanggal 29
September 2000.

Sistim pencatatan dan pelaporan program KB nasional saat ini telah disesuaikan dengan
tuntutan informasi , desentralisasi dan perbaikan kualitas.

Sistim pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi meliputi:

1. Kegiatan pelayanan kontrasepsi

2. Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik di klinik maupun di BPS

3. Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB

5
2.2 CARA MENCEGAH RESIKO PENULARAN HEPATITIS B, HIV/AIDS

A. Pengertian Hepatitis B

Penyakit hepatitis B adalah infeksi hati menular yang disebabkan oleh virus hepatitis
B. Bagi sebagian orang, penyakit ini bisa menjadi kronis dan bisa berlangsung selama lebih
dari enam bulan. Total orang dengan hepatitis B di Indonesia terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Berdasarkan Riskesda 2017, sebanyak 7,1 persen penduduk Indonesia
mengidap infeksi ini. Bahkan dikutip dari laman Depkes, diketahui bahwa setiap tahun
diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang 95 persennya berpotensi mengalami hepatitis kronis
pada 30 tahun ke depan.

Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi ini dapat meningkatkan risiko Anda untuk terkena
gagal hati, kanker hatiatau sirosis — kondisi kerusakan hati permanen.

B. Penyebab Hepatitis B

Hepatitis B adalah salah satu penyakit yang sangat mudah menular. Virus hepatitis B
(HBV) ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui darah, air mani, atau cairan tubuh
lainnya yang terkontaminasi virus. Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah
berisiko tinggi terinfeksi penyakit ini.

Ada beberapa cara penularan HBV yang umum, di antaranya:

 Melakukan hubungan seks tanpa kondom (termasuk oral dan seks anal) dengan orang
yang terinfeksi.
 Berbagi jarum dan alat suntik narkoba yang sama dengan orang yang terinfeksi.
 Menjalani perawatan gigi di rumah sakit ataupun di klinik gigi yang tidak menggunakan
peralatan steril.
 Menerima suntikan di rumah sakit atau dokter dari jarum yang tidak steril.
 Bikin tato atau tindik tubuh dengan peralatan yang tidak steril.
 Saling meminjam barang pribadi dengan orang yang terinfeksi, seperti alat cukur, sikat
gigi, atau handuk.
 Memiliki luka terbuka dan terpapar darah orang lain yang terinfeksi.

6
Ibu hamil yang terinfeksi HBV bisa menularkan virus ke bayinya saat persalinan. Namun
dalam hampir semua kasus, bayi yang baru lahir bisa langsung vaksin hepatitis B untuk
mencegah infeksi lebih lanjut.

C. Cara Mencegah Penyakit Hepatitis B

Infeksi ini memang mudah menular, tapi bukan berarti tidak dapat dicegah. Berikut ini
beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B:

1. Vaksin hepatitis B

Menerima vaksin hepatitis B adalah perlindungan yang terbaik. Jika Anda terpapar virus dari
orang lain, hubungi dokter. Setelah itu, dokter akan merekomendasikan obat hepatitis B khusus
yang disebut immunoglobulin untuk Anda pakai rutin dalam 2 minggu.

Vaksin hepatitis B (Recombivax HB, Comvax, dan Engerix-B), yaitu vaksin yang dibuat dari
virus yang tidak aktif dan dapat diberikan 3 atau 4 kali dalam waktu 6 bulan.

Ketika vaksin hepatitis B diberikan pada orang yang berisiko terkena infeksi ini, maka tubuh
akan dirangsang untuk membuat antibodi. Antibodi tersebutlah yang akan ‘melawan’ virus
hepatitis jika sewaktu-waktu masuk ke dalam tubuh.

Vaksin hepatitis B dianjurkan bagi:

 Bayi baru lahir


 Anak-anak dan remaja yang tidak divaksinasi saat kelahirannya
 Siapapun yang menderita penyakit menular seksual, termasuk HIV
 Petugas layanan kesehatan, petugas gawat darurat, dan orang lain yang mengalami kontak
dengan darah
 Pria yang melakukan hubungan seks dengan pria lainnya
 Seseorang yang bergonta-ganti pasangan seks
 Penderita penyakit hati kronis
 Orang yang menggunakan narkoba suntik
 Penderita penyakit ginjal stadium akhir

7
 Merupakan pasangan seks dari penderita hepatitis B
 Pelancong (Traveler) yang berencana bepergian ke wilayah di dunia dengan tingkat infeksi
hepatitis B tinggi

Jika Anda sedang hamil dan berniat untuk vaksin hepatitis B, ada baiknya diskusikan hal ini
dengan dokter terlebih dahulu karena takut berdampak pada kesehatan janin yang Anda
kandung.

2. Hati-hati dengan penggunaan jarum

Penggunaan jarum ataupun peralatan medis yang tidak steril meningkatkan risiko Anda terkena
infeksi ini. Hal ini harus diwaspadai terutama oleh tenaga medis yang melakukan kontak
langsung dengan pasien hepatitis.

Selain itu, penggunaan jarum sembarangan seperti jarum yang digunakan untuk membuat tato
atau jarum yang digunakan bergantian ketika memakai obat-obatan terlarang, dapat menjadi
sarana yang paling mungkin dan sering menyebabkan terjadinya hepatitis.

3. Jangan berbagi peralatan pribadi

Berbagi dengan orang lain bukanlah hal yang buruk untuk dilakukan, namun Anda dan
keluarga Anda harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berbagi dan hal apa yang
sebaiknya dibagikan. Berbagi barang seperti mainan, buku, atau hal lainnya mungkin tidak
bermasalah.

Hindari berbagi sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku, dan berbagai barang pribadi
lainnya. Darah yang terinfeksi bisa menempel di alat pribadi yang Anda gunakan sehingga
meningkatkan risiko penularan penyakit ini ada orang lain.

Dalam banyak kasus, pasien yang mengalami hepatitis tidak menunjukkan gejala dan tanda
yang terlihat, sehingga pilihlah mana barang-barang yang bisa dibagi dan mana yang tidak bisa
dipakai bersama.

4. Melakukan hubungan seksual yang aman

8
Penting untuk Anda mengetahui riwayat penyakit pasangan Anda sebelum melakukan
hubungan seksual. Seperti yang sudah disebutkan di atas, penyakit ini dapat ditularkan melalui
air mani, darah, dan cairan tubuh.

Itu sebabnya, selalu lakukan hubungan seksual yang aman dengan menggunakan kondom
termasuk saat Anda dan pasangan melakukan seks oral dan anal. Selain itu, beri tahu pasangan
bahwa Anda menderita HBV dan konsultasikan risiko penularan kepadanya.

Penting untuk diketahui bahwa kondom hanya mengurangi risiko penularan, tidak
mengeliminasinya.

5. Rajin cuci tangan

Meski terdengar sepele, cara ini nyatanya efektif untuk mencegah penularan penyakit ini. Oleh
sebab itu, buatlah kebiasaan di keluarga Anda untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, setelah dari kamar mandi, serta sebelum dan setelah mengolah bahan makanan. Selain
itu, menjaga kebersihan tubuh juga penting dilakukan, sehingga risiko terkena hepatitis
semakin kecil.

D. Pengertian HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan


AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya
ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak
Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah
putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika
diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat
meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

9
E. Cara Penularan

Cara penularan HIV ada tiga :


1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang pengidap.
Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat
lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genitalis,
sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih
besar disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada
yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan sempritnya
pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam hamil, saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini
belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi
pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih banyak
virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah
memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi
menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan
tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil
untuk terkena HIV.

F. Cara Mencegah Penularan HIV/AIDS

1. Menggunakan kondom

Cara pencegahan HIV sebaiknya menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks
baik secara vaginal, anal, maupun oral, apalagi jika Anda tidak mengetahui apakah pasangan
Anda mengidap virus HIV atau tidak.

10
2. Hindari penggunaan jarum suntik bekas

Setiap Anda akan menggunakan jarum suntik baik itu di rumah sakit, tempat terapi akupuntur,
maupun jasa gambar tato atau tindik, pastikan Anda selalu mendapatkan jarum suntik baru
yang masih tersegel rapi, ini merupakan cara pencegahan HIV. Segera tolak jika Anda
mendapatkan jarum bekas karena berisiko penularan HIV.

3. Hindari obat-obatan terlarang

Penggunaan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik secara bergantian juga dapat
menyebabkan penularan HIV. Selain itu obat-obatan terlarang juga membuat Anda sulit
berpikir jernih sehingga Anda cenderung mengambil keputusan yang buruk. Jadi, cara
pencegahan HIV dengan menghindari obat-obatan terlarang dan jarum suntik bekas.

4. Jika posisif HIV saat hamil, dapatkan perawatan

Jika Anda hamil, cara pencegahan HIV dengan segera mendapatkan perawatan medis. Karena
ibu hamil positif HIV dapat menularkan infeksi pada bayi dalam kandungan atau saat
menyusui. Tetapi jika menerima perawatan selama kehamilan, Anda dapat mengurangi risiko
bayi tertular HIV secara signifikan.

5. Sunat pada pria

Cara pencegahan HIV berikutnya pertimbangkan sunat pada laki-laki. Ada bukti bahwa sunat
laki-laki dapat membantu mengurangi risiko seorang pria terkena infeksi HIV.

Faktor Risiko Tertular HIV

Ketika HIV/AIDS pertama kali muncul di Amerika Serikat, ini cenderung memengaruhi laki-
laki yang berhubungan seks sesama jenis atau homoseksual. Namun, sekarang jelas bahwa HIV
juga menyebar melalui hubungan seks heteroseksual.

Siapa pun dari segala usia, ras, jenis kelamin, atau orientasi seksual dapat terinfeksi. Namun,
Anda berisiko terbesar terkena HIV / AIDS jika:

11
1. Melakukan hubungan seks tanpa kondom

Gunakan kondom lateks atau polyurethane baru setiap kali melakukan hubungan seks. Seks
anal lebih berisiko daripada seks vaginal. Risiko HIV meningkat jika sering berganti pasangan
seksual.

2. Pengidap penyakit menular seksual

Banyak penyakit menular seksual (PMS) menghasilkan luka terbuka pada alat kelamin. Luka-
luka ini bertindak sebagai pintu masuk penularan HIV untuk memasuki tubuh.

3. Mengunakan obat intravena

Orang yang menggunakan obat intravena sering berbagi jarum dan alat suntik. Ini menularkan
HIV pada tetesan darah orang lain.

4. Seorang pria yang tidak disunat

Studi menunjukkan bahwa pria yang tidak disunat meningkatkan risiko penularan HIV
heteroseksual.

F. Pengobatan HIV/AIDS

Tidak ada obat untuk HIV/AIDS, tetapi banyak obat yang berbeda tersedia untuk
mengendalikan virus. Perawatan semacam itu disebut terapi antiretroviral (ART). Setiap
golongan obat memblokir virus dengan cara yang berbeda. ART sekarang direkomendasikan
untuk semua orang, terlepas dari jumlah sel T CD4. Dianjurkan untuk menggabungkan tiga
obat dari dua kelas untuk menghindari menciptakan jenis HIV yang resistan terhadap obat.

Kelas obat anti-HIV meliputi:

 Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) mematikan protein


yang dibutuhkan oleh HIV untuk membuat salinan dari dirinya sendiri. Contohnya
termasuk efavirenz (Sustiva), etravirine (Intelence) dan nevirapine (Viramune).

12
 Nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTIs) adalah
versi yang salah dari blok-blok pembangun yang perlu dibuat oleh HIV dari dirinya
sendiri. Contohnya termasuk Abacavir (Ziagen), dan obat kombinasi emtricitabine
/ tenofovir (Truvada), Descovy (tenofovir alafenamide / emtricitabine),
dan lamivudine-zidovudine (Combivir).
 Protease inhibitor (PI) menonaktifkan protease HIV, protein lain yang HIV perlu
membuat salinan dari dirinya sendiri. Contohnya termasuk atazanavir (Reyataz),
darunavir (Prezista), fosamprenavir (Lexiva) dan indinavir (Crixivan).
 Masuk atau inhibitor fusi Tblock entri HIV ke dalam sel T CD4. Contohnya
termasuk enfuvirtide (Fuzeon) dan maraviroc (Selzentry).
 Integrase inhibitor bekerja dengan melumpuhkan protein yang disebut integrase,
yang digunakan HIV untuk memasukkan materi genetiknya ke sel T CD4.
Contohnya termasuk raltegravir (Isentress) dan dolutegravir (Tivicay).

Pengobatan HIV/AIDS secara Alami

Bersamaan dengan menerima perawatan medis, penting untuk mengambil peran aktif dalam
perawatan secara mandiri di rumah secara alami. Tips mengobati HIV berikut ini dapat
membantu Anda tetap sehat lebih lama:

1. Makan makanan sehat

Buah-b uahan segar dan sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak membantu tubuh tetap
kuat, memberi lebih banyak energi dan mendukung sistem kekebalan tibuh Anda.

2. Hindari daging mentah, telur mentah, dan makanan laut

Penyakit bawaan makanan bisa sangat parah pada orang yang terinfeksi HIV. Masaklah daging
sampai benar-benar matang. Hindari produk susu yang tidak dipasteurisasi, telur mentah dan
makanan laut mentah seperti tiram, sushi atau sashimi.

3. Dapatkan imunisasi yang tepat

Car ini dapat mencegah infeksi seperti pneumonia dan flu. Pastikan vaksin tidak mengandung
virus hidup, yang bisa berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

13
4. Berhati-hatilah dengan hewan peliharaan

Beberapa hewan dapat membawa parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada orang pengidap
HIV. Kotoran kucing dapat menyebabkan toksoplasmosis, reptil dapat membawa salmonella,
dan burung dapat membawa cryptococcus atau histoplasmosis. Cucilah tangan dengan bersih
setelah mememegang hewan peliharaan atau membersihkan kandang peliharaan.

2.3 CARA MENCEGAH INFEKSI SILANG DARI KLIEN,PETUGAS


KESEHATAN DAN MASYARAKAT.

A. Pengertian HAIS

Health-care Associated Infections (HAIs)” merupakan komplikasi yang paling sering terjadi di
pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut juga
sebagai Infeksi di rumah sakit ”Hospital-Acquired Infections” merupakan persoalan serius
karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun
tak berakibat kematian, pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya
rumah sakit yang lebih banyak.

HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari
pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari
rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah
pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

Angka kejadian terus meningkat mencapai sekitar 9% (variasi3-21%) atau lebih dari 1,4 juta
pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.Kondisi ini menunjukkan penurunan mutu
pelayanan kesehatan. Tak dipungkiri lagi untuk masa yang akan datang dapat timbul tuntutan
hukum bagi sarana pelayanan kesehatan, sehingga kejadian infeksi di pelayanan kesehatan
harus menjadi perhatian bagi Rumah Sakit.

Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang
berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas,
dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas

14
kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan peningkatan angka morbiditas,
mortalitas, peningkatan lama hari rawat dan peningkatan biaya rumah sakit.

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk melindungi pasien,
petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas
juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan
program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan
Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu
wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Beberapa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan merupakan lahan praktik
bagi mahasiswa/siswa serta peserta magang dan pelatihan yang berasal dari berbagai jenjang
pendidikan dan institusi yang berbeda-beda. Tak diragukan lagi bahwa semua
mahasiswa/siswa dan peserta magang/pelatihan mempunyai kontribusi yang cukup besar
dalam penularan infeksi dan akan beresiko mendapatkan HAIs. Oleh karena itu penting bagi
mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan, termasuk juga karyawan baru memahami proses
terjadinya infeksi, mikroorganisme yang sering menimbulkan infeksi, serta bagaimana
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Sebab bila sampai terjadi infeksi
nosokomial akan cukup sulit mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten terhadap
banyak antibiotika. Sehingga semua mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan yang akan
mengadakan praktik di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga
karyawan baru yang akan bertugas harus diberikan Layanan Orientasi dan Informasi (LOI)
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

B. Rantai Penularan Infeksi

Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai
dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang
diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:

1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan


infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.
Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis, atau load)

15
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia:
permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir.
Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari
reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
a. Kontak (contact transmission):

1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara fisik pada
saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen

2) Indirect/Tidak langsung (paling sering !!!): kontak melalui objek (benda/alat) perantara:
melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci

a. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar pendek, tdk
bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut contoh
: Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b (Hib), Virus Influenza,
mumps, rubella c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di
udara, jarak penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium
tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur
b. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan
kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang rentan.
Contoh: air, darah, serum, plasma, tinja, makanan
c. Melalui Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat
menularkan kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman
penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang
pengerat

C. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

16
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas penjamu, agen
infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi factor resiko pada
penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya
infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:

1. Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi
hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara
umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi.
Contoh metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak
makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.
Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan
Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan
Standar) dan “Transmission based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan)

4. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap


petugas kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau
pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B,
Hepatitis C, dan HIV.

D. Kebersihan Tangan

Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS. Menjaga kebersihan tangan
dengan baik dan benar dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi
infeksi nosokomial. Kepatuhan terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian
infeksi. Teknik yang digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai
antiseptik, dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol.

17
Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah transmisi penyebab infeksi
(orang ke orang;objek ke orang). Banyak penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan
menunjang penurunan insiden MRSA, VRE di ICU.

Kapan Mencuci Tangan?

 Segera setelah tiba di rumah sakit


 Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
 Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang terkontaminasi cairan tubuh
pasien
 Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
 Sesudah ke kamar kecil
 Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya
 Bila tangan kotor
 Sebelum meninggalkan rumah sakit
 Segera setelah melepaskan sarung tangan
 Segera setelah membersihkan sekresi hidung
 Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan

18
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah:
1. Syarat Pelayanan KB Bermutu
a. Konseling
b. Informed Consent dan Informed Choice
c. Penjelasan
d. SOP
e. Menjaga Kerahasiaan
f. Pencatatan dan Pelaporan
2. Cara Mencegah Resiko Penularan Hepatitis B, Hiv/Aids
a. Menggunakan kondom
b. Hindari penggunaan jarum suntik bekas
c. Hindari Obat-obatan Terlarang
d. Jika Positif saat hamil lakukan perawatan
3. Cara Mencegah Infeksi Silang Dari Klien,Petugas Kesehatan Dan Masyarakat.
Dengan cara mencuuci tangan 6 langkah.

3.2 SARAN
Penulis banyak berharap para pembaca yang memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/ansharcaniago.wordpress.com/2013/04/14/pencegahan-
dan-pengendalian-infeksi-terkait-pelayanan-kesehatan-di-lahan-praktik/amp/

Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwjy3f25m4bhAhUu6X
MBHTMdBboQFjAAegQIAxAB&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F6373911%
2FMAKALAH_IKM_HIV_AIDS&usg=AOvVaw3ojfQ7JNm6hzjq0VilCfz0

20

Anda mungkin juga menyukai