Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1

1.2

Identifikasi Pasien
Nama

: Ny. NBS

Usia

: 59 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Lettu Karim Kadir RT 06 Kec. Gandus Palembang

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

No. Med Rek

: 964097

MRS

: 01 Agustus 2016 (Poliklinik Gigi)

Anamnesis
a. Keluhan Utama : Sariawan pada lidah
b. Keluhan Tambahan : Tidak ada.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
1 minggu yang lalu, pasien mengeluh sariawan pada lidah. Os mengaku susah
berbicara dan saat makan terasa sakit. Os merasa lidahnya terasa terbakar. Selain itu, os
mengeluh sakit tenggorokan dan giginya terasa sakit.

d. Riwayat penyakit dahulu:


a. Riwayat Penyakit atau Kelainan Sistemik
Penyakit atau Kelainan Sistemik
Penyakit Hepatitis
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Penyakit Diabetes Melitus

Ad

Disangkal

Penyakit Kelainan Darah


Penyakit Ginjal
Penyakit / Kelainan Kelenjar ludah
Epilepsi
Osteoporosis
b.

Riwayat Penyakit Gigi dan Mulut Sebelumnya


- Penderita tidak pernah melakukan cabut gigi di dokter gigi.
- Penderita tidak pernah mencabut gigi susu di dokter gigi.
c. Riwayat Kebiasaan Buruk
- Riwayat tidak pernah perawatan/kontrol gigi.
- Riwayat kebiasaan memakan permen, cuka, minum teh dan kopi.
- Riwayat kebiasaan makan pada salah satu sisi mulut disangkal.

1.3

Pemeriksaan Fisik
a. Status Umum Pasien
1. Keadaan Umum Pasien
2. Berat Badan
3. Tinggi Badan
4. BMI
Vital Sign
a) Tekanan Darah
b) Nadi
c) RR
d) T
e) Pupil mata

: Kompos Mentis
: 60 kg
: 163 cm
: 22

: 140/90 mmHg
: 88 x/menit
: 24x/menit
:36, 5C
: pupil bulat, isokor, 3 mm/3 mm, refleks
cahaya +/+

b. Pemeriksaan Ekstra Oral


- Wajah
- Bibir

: simetris kanan = kiri


: tidak ada kelainan
- KGB : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening
- TMJ
: tidak ada kelainan

c. Pemeriksaan Intra Oral

Debris
Plak
Kalkulus
Perdarahan Papilla Interdental
Gingiva
Mukosa
Lidah
Palatum
Dasar Mulut
Hubungan Rahang
Kelainan Gigi Geligi

: ada
: ada
: ada
: tidak ada
: gingivitis
: tampak plak putih, difus, bergumpal
: stomatitis, terdapat ulkus diameter 0,5 cm
: tampak plak putih, difus, bergumpal
: tidak ada kelainan
: ortognati
: lihat status lokalis

d. Pemeriksaan Radiologis
Tidak dilakukan
e. Status Lokalis
Gigi
14
15
16
17
18

Lesi
Radix
dentis
Radix
dentis
Missing
teeth
Missing
teeth
Missing
teeth

Sondase

CE

Perkusi

Palpasi

Diagnosis/ ICD

Terapi
Pro
ekstraksi

Td

Td

Td

Td

Gangren Radix

Td

Td

Td

Td

Gangren Radix

Pro
ekstraksi

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

Td

Td

Td

Td

Missing Teeth

Radix
Td
dentis
Radix
25
Td
dentis
Missing
26
Td
teeth
Radix
27
Td
dentis
Radix
28
Td
dentis
Missing
36
Td
teeth
Missing
37
Td
teeth
Missing
38
Td
teeth
Missing
46
Td
teeth
Missing
47
Td
teeth
Missing
48
Td
teeth
Td: Tidak dilakukan
24

Pro
ekstraksi
Pro
ekstraksi

Td

Td

Td

Gangren Radix

Td

Td

Td

Gangren radix

Td

Td

Td

Missing Teeth

Td

Td

Td

Gangren Radix

Td

Td

Td

Gangren Radix

Td

Td

Td

Missing teeth

Td

Td

Td

Missing teeth

Td

Td

Td

Missing teeth

Td

Td

Td

Missing teeth

Td

Td

Td

Missing teeth

Td

Td

Td

Missing teeth

Pro
ekstraksi
Pro
ekstraksi

f. Odontogram

18

48

17

47

16

46

15

14

13

12

11

21

22

23

24

25

IV

III

II

II

III

IV

IV

III

II

II

III

IV

45

44

43

42

41

31

32

33

34

35

g. Temuan Masalah
a. Gangren radix pada

45

4578

26

27

28

36

37

38

b. Missing teeth pada 16, 17, 18, 26, 36, 37, 38, 46, 47, 48.
c. Suspek kandidiasis oral dan ulkus lingual
h. Perencanaan Terapi
-

Edukasi oral hygiene


Suspek kandidiasis
Kalkulus
Gangren radiks
Ulkus lingualis

: swab lidah untuk pemeriksaan laboratorium


: pro scaling
: pro ekstraksi
:

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik di rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal dari jamur Kandida albikan. Kandida albikan ini sebenarnya merupakan
flora normal rongga mulut, namun berbagai faktor seperti penurunan sistem kekebalan tubuh
maupun pengobatan kanker dengan kemoterapi, dapat menyebabkan flora normal tersebut
menjadi patogen.
2.1 Kandidiasis Oral
2.1.1 Definisi, Etiologi, Epidemiologi
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan
lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Kandida sp, dimana Kandida albikan merupakan
jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh
Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan

oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya
( C.albicans, C. tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii )
dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh
manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40%
Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anakanak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang
mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani
kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita. Meningkatnya
prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan kelompok penderita HIV/AIDS,
penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna. Odds dkk ( 1990 ) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah
penderita kandidiasis.

2.1.2 Faktor resiko


Pada orang yang sehat, candida albican umumnya tidak menyebabkan masalah apapun
dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara
berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Patogenitas jamur
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Kandida adalah
adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi
merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi
ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel
host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan
dengan patogenitas Kandida albikan.
b. Faktor Host
Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Termasuk
faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan jumlah saliva.
Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek pembilasan dan

antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari
Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi
kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva. Pemakaian gigi tiruan
lepasan juga dapat menjadi faktor resiko timbulnya kandidiasis oral. Sebanyak 65% orang tua
yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita infeksi Kandida, hal ini dikarenakan
pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh
pesat. Selain dikarenakan faktor lokal, kandidiasis juga dapat dihubungkan dengan keadaan
sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV,
keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik
spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi.
2.1.3 Klasifikasi dan Gambaran Klinis
Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan interaksi
organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral dikelompokkan atas tiga, yaitu :
1. Akut, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush, pertama sekali
dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau
seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus
meninggalkan permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi,
lidah, dan palatum lunak. Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada
mulut. Kandidiasis seperti ini sering diderita oleh pasien dengan sistem imun rendah,
seperti HIV/AIDS, pada pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima
kemoterapi. Diagnosa dapat ditentukan dengan pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau
pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari kerokan jaringan.

Gambar 1. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut pada lidah


dan mukosa bukal pasien

b. Kandidiasis Atropik Akut


Kandidiasis jenis ini membuat daerah permukaan mukosa oral mengelupas dan tampak
sebagai bercak-bercak merah difus yang rata. Infeksi ini terjadi karena pemakaian
antibiotik spektrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan Kandida
albikan. Antibiotik yang dikonsumsi oleh pasien mengurangi populasi Lactobacillus dan
memungkinkan Kandida tumbuh subur. Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan
mengeluhkan sakit seperti terbakar.

Gambar 2. Kandidiasis Atropik Akut


2. Kronik, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Kandidiasis Atropik Kronik


Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan. Mukosa palatum maupun
mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan
sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai
gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai gigi tiruan selagi tidur.

Gambar 3. Kandidiasis Atropik Kronik


b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintikbintik putih
yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang disebut sebagai Kandida
leukoplakia. Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus, sehingga diagnosa harus
ditentukan dengan biopsi. Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.

Gambar 4. Kandidiasis Hiperplastik Kronik


c. Median Rhomboid Glositis

Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah ke papila
sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior lidah.
Gejala penyakit ini asimptomatis dengan daerah tidak berpapila

Gambar 5. Median Rhomboid Glositis

3. Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut mulut, dapat bilateral
maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan terasa
sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin
B12 dan anemia defisiensi besi.

Gambar 6. Angular Cheilitis


2.1.4 Perawatan
Pada pasien yang kesehatan tubuhnya normal, seperti perokok dan pemakai gigi tiruan,
perawatan kandidiasis oral relatif mudah dan efektif, namun pasien yang mengkonsumsi
antibiotik jangka panjang, dan pasien dengan sistem imun tubuh rendah yang mendapat
perawatan kemoterapi dimana infeksi jamur mau tidak mau akan timbul, maka perawatan

kandidiasisnya lebih spesifik. Adapun perawatan kandidiasis oral yaitu dengan menjaga
kebersihan rongga mulut, memberi obat-obatan antifungal baik lokal maupun sistemik, dan
berusaha menanggulangi faktor predisposisi, sehingga infeksi jamur dapat dikurangi.
Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun menyikat daerah bukal dan
lidah dengan sikat lembut. Pada pasien yang memakai gigi tiruan, gigi tiruan harus direndam
dalam larutan pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih efektif dibanding dengan hanya
meyikat gigi tiruan, karena permukaan gigi tiruan yang tidak rata dan poreus menyebabkan
Kandida mudah melekat, dan jika hanya menyikat gigi tiruan tidak dapat menghilangkannya.
Pemberian obat-obatan antifungal juga efektif dalam mengobati infeksi jamur. Terdapat
dua jenis obat antifungal, yaitu pemberian obat antifungal secara topikal dan sistemik.
Pengobatan antifungal topikal pada awal abad 20 yaitu dengan menggunakan gentian violet,
namun karena perkembangan resisten dan adanya efek samping seperti meninggalkan stain pada
mukosa oral, sehingga obat itu diganti dengan Nystatin yang ditemukan pada tahun 1951 dan
Amphotericin B pada tahun 1956. Obat-obat tersebut bekerja dengan mengikat sterol pada
membran sel jamur, dan mengubah permeabilitas membran sel. Nystatin merupakan obat
antifungal yang paling banyak digunakan. Obat antifungal sistemik digunakan pada pasien yang
tidak mempan terhadap obat antifungal topikal dan pada pasien dengan resiko tinggi menderita
infeksi sistemik.
Selain menjaga kebersihan rongga mulut dan memberi obat-obatan antifungal pada
pasien, faktor predisposisi juga harus ditanggulangi. Penanggulangan faktor predisposisi meliputi
pembersihan dan penyikatan gigi tiruan secara rutin dengan menggunakan cairan pembersih,
seperti Klorheksidin, mengurangi rokok dan konsumsi karbohidrat, mengunyah permen karet
bebas gula untuk merangsang pengeluaran saliva, menunda pemberian antibiotik dan
kortikosteroid, menangani penyakit yang dapat memicu kemunculan kandidiasis seperti
penanggulangan penyakit diabetes, HIV, dan leukemia.

BAB III
PEMBAHASAN
Pasien, Ny. NBS , 59 tahun, perempuan, datang ke poliklinik gigi dan mulut RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang dengan pada tanggal 01 Agustus 2016 untuk melakukan
pemeriksaan terhadap gigi dan mulut. Pasien merasakan keluhan adanya sariawan pada lidah.
Pasien mengaku susah berbicara dan saat makan terasa sakit. Selain itu, pasien mengeluh sakit
tenggorokan dan giginya terasa sakit.
Pasien pernah mempunyai riwayat hepatitis sekitar 3 tahun yang lalu dan dikatakan
sembuh. Pasien mengaku tidak pernah kontrol/perawatan ke dokter gigi, sering mengkonsumsi
permen, cuka, minum teh dan kopi.

Saat dikonsulkan ke bagian Gigi dan Mulut, keadaan umum pasien tampak kompos
mentis, nadi 88 x/m, pernafasan 24 x/m, suhu 36.80 C dan tekanan darah 140/90 mmHg. Keadaan
gizi pasien adalah gizi baik.
Pada pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan intraoral
didapatkan adanya plak, debris, dan kalkulus, terdapat gingivitis, pada mukosa oral dan palatum
tampak plak putih, difus, bergumpal. Pada lidah terdapat ulkus diameter 0,5 cm dan stomatitis.
Pada status lokalis, ditemukan adanya gangren radix pada gigi 14, 15, 24, 25, 27. Selain
itu, ditemukan adanya missing teeth pada 16, 17, 18, 26, 36, 37, 38, 46, 47, 48. Adanya
ginggivitis pada pasien bisa disebabkan oleh karena adanya plak gigi. Plak gigi adalah deposit
lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan jaringan
keras di rongga mulut. Plak gigi mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk
bagian pertahanan bakteri di dalam rongga mulut. Lapisan plak pada peradangan gingiva
memiliki ketebalan 400 m. Peradangan gingiva berhubungan dengan akumulasi plak di sekitar
marginal gingiva. Kondisi ini menyebabkan perubahan komposisi plak dari mikroflora
streptococci menjadi Actinomyces spp. Faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan
predisposisi dari akumulasi deposit plak yang menghalangi pembersihan plak. Pada kasus, faktorfaktor tersebut adalah buruknya oral hygiene, adanya riwayat penyakit sistemik (osteoporosis),
kavitas karies, tumpukan sisa makanan, susunan gigi-geligi yang tidak teratur, asam, dan
mikroorganisme. Adanya ulkus pada lidah dan stomatitis menunjukkan bahwa telah terjadi
infeksi yang menimbulkan kerusakan seluruh lapisan epitel dan jaringan dibawahnya yang
dilapisi oleh fibrin sehingga berwarna putih kekuningan. Selain itu, pengaruh osteoporosis pada
wanita adalah karena kekurangan estrogen sehingga menyebabkan struktur tulang berkurang dan
berubah. Perubahan ini pada akhirnya menyebabkan hilangnya tulang dan melepaskan mediator
inflamasi mennyebabkan radang pada gingiva. Penyebab kandidiasis dan ulkus pada kasus belum
dpat dijelaskan secara pasti. Namun faktor risko dan etiologi dari kejadian kandidiasis adalah
adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan jumlah saliva. Saliva penting
dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek pembilasan dan antimikrobial protein
yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari Kandida, itu sebabnya
kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan
obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva, pemakaian antibiotic spectrum luas dalam
jangka waktu lama, konsumsi steroid, penyakit imunosuppresan seperti diabetes, HIV.

Terjadinya kandidiasis pada rongga mulut di awali dengan adanya kemampuan candida
untuk melekat pada mukosa mulut. Hal ini yang menyebabkan awal terjadinya infeksi. Sel ragi
atau jamur tidak melekat apabila mekanisme pembersihan oleh saliva, pengunyahan dan
penghancuran oleh asam lambung berjalan normal. Perlekatan jamur pada mukosa mulut
mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa atau dengan gejala infeksi. Untuk mekanisme
kandidiasis dan kejadian osteoporosis pada kasus belum dapat dijelaskan secara pasti. Namun,
kandidiasis oral. diduga berkontribusi dalam kejadian osteoporosis sehinga menambah angka
morbiditas pasien.
Untuk tatalaksana pada kasus, kalkulus dilakukan permbersihan atau scaling. Untuk
gangrene radiks dilakukan ekstraksi untuk mencegah terjadinya fokal infeksi. Dilakukan edukasi
oral hygiene, menyikat gigi minimal setelah sarapan dan sebelum tidur. Untuk gingivitis
diharapkan akan sembuh setelah penyebab utamanya dihilangkan. Untuk ulkus, Menghindari
makanan pedas atau panas dapat mengurangi rasa sakit dan membilas mulut dengan air garam
(air asin hangat) dapat membantu.
Untuk tatalaksana kandidiasis, jika ditemukan hasil positif maka dapat diberikan
Flukonazole pada seluruh penderita kandidiasis termasuk pada penderita immunosipresiv. Efek
samping mual, sakit dibagian perut, sakit kepala, eritme pada kulit. Mekanisme kerjanya dengan
cara mempengaruhi cytochrome P450 sel jamur, sehingga terjadi perubahan membrane sel.
Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan. Sediaan dalam bentuk capsul 50mg, 100mg, 150 mg,
dan 200mg single dose dan intra vena. Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui.
Daftar Pustaka
http://www.4bonehealth.org/education/world-health-organization-criteria-diagnosis-osteoporosis/
Sella, dan M. Rizal Fahlevi. 2011. Treatment of Lingual Traumatic Ulcer Accompanied
with Fungal Infections diakses dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3536461/
pada 02 Agustus 2016.
Paya, V. Carlos. 2011. Revention of Fungal and Hepatitis Virus Infections in Liver
Transplantation diakses dalam http://cid.oxfordjournals.org/content/33/Supplement_1/S47.full
pada 02 Agustus 2016.
Meechan J. Oral pathology and oral surgery. In: Welbury R, editor. Paediatric dentistry.
2nd ed. New York: Oxford; 2001. p. 33746.

Epstein JB, Silverman S, Fleischmann J. Oral fungal infections. In: Eversole LR, Truelove EL.
Essentials of oral medicine. Ontario: BC Decker Inc; 2001. p. 1709.
http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/6025/Penatalaksanaan-Osteoporosis-Berdasarkan-NationalOsteoporosis-Guideline-Group-NOGG.aspx
http://www.nhs.uk/conditions/mouth-ulcer/pages/introduction.aspx

Dunlap, Charles L dan Bruce F. Barker. 2011. A Guide to Common Oral Lesions. Diakses
dalam https://dentistry.umkc.edu/Practicing_Communities/asset/OralLesions.pdf pada 02 Agustus
2016.

Anda mungkin juga menyukai