Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ortodonsi lepasan merupakan piranti ortodonti yang dapat dipasang dan

dilepas oleh pasien sendiri. hal ini tidak berarti bahwa piranti lepasan

dimaksudkan untuk dipakai dalam jangka waktu keberhasilan perawatan dengan

piranti lepasan tidak hanya tergantung pada kemampuan pasien dan

bekerjasamanya, akan tetapi juga kemampuan operator untuk mendesain dan

membuat piranti lepasan yang ditoleransi pasien (Rahardjo, 2009). Alat ortodonti

lepasan terdiri dari dari komponen utama yaitu plat dasar / baseplate, komponen

retentif, komponen aktif, komponen pasif, dan komponen penjangkaran (Ardhana,

2011).

Plat merupakan rangka dari alat ortodontik lepasan, umumnya berupa plat

akrilik yang berfungsi untuk mendukung komponen- komponen yang lain,

meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi

penjangkaran,mencegah pergeseran gigi- gigi yang tidak akan digerakkan,

melindungi spring-spring didaerah palatal, menahan dan meneruskan kekuatan

gigitan (Ardhana, 2011).

Acrylic resin merupakan bahan yang terbuat dari proses polimerisasi radial

bebas untuk membentuk poly-methyl methacrylate, bahan monomernya adalah

methyl methacrylate dimana bahan monomer meresap kedalam polimer dengan

1
normal,tahap polimerisasi adalah aktivator, initiator, dan terminator.acrylic resin

dikelompokkan dalam head cured dan self cured ( Noort, 2002).

Resin akrilik dapat diaplikasikan secara luas dibidang kedokteran gigi

sebagai alat-alat ortodontik, basis gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan

lengkap, gigi tiruan dengan pendukung gigi atau implan, dan untuk temporary

crown (Craig Dkk., 2000).

Resin akrilik self-cured mempunyai berat molekul yang lebih kecil

sehingga polimerisasinya dapat lebih sempurna, pengkerutan lebih kecil (philips,

1991). Selain itu resin akrilik self cured juga mempunyai kecepatan polimerisasi

yang lebih cepat sehingga membutuhkan waktu yang cukup singkat dalam

pengolahan (Caul Dkk, 1952)

Pembuatan plat akrilik memakai resin acrylic self curing sekarang makin

berkembang karena mudahnya proses manipulasi dalam pembuatan penampilan

plat yang trasparan, dan tersedia beraneka warna pilihan (Dentaurum, 2007).

Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teknik pembuatan plat akrilik

yang merupakan salah satu komponen dari alat orthodonsi lepas, dengan

menggunakan bahan self cured acrylic.

Penggunaan bahan self cured acrylic dikarenakan bahan ini mempunyai

beberapa keuntungan dibandingkan dengan bahan head cured acrylic.

Disini penulis akan menguraikan tentang prosedur yang dilakukan

dilaboratorium tentang teknik pembuatan plat akrilik yang bila dilakukan sesuai

dengan prosedur akan menghasilkan plat akrilik yang memuaskan. hal ini

2
mengingat bahwa plat akrilik ini penting untuk menentukan keberhasilan dari alat

orthodonsi , karena merupakan tempat tertanamnya komponen – komponen

lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas muncul suatu permasalahan tentang

pembuatan plat akrilik dengan bahan self cured dengan teknik tetes tabur dan

teknik pengadukan.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar para mahasiswa sebagai calon tekniker gigi dapat terbuka pola

pikirnya didalam melakukan prosedur kerja laboratorium teknik gigi secara efektif

dan efisien sehingga terciptalah produktivitas kerja yang lebih baik.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pembuatan plat akrilik dengan bahan self cured dengan

teknik tetes tabur dan teknik pengadukan.

1.4 Manfaat

Menambah pengetahuan kepada pembaca pada umumnya, mahasiswa

akademik teknik gigi pada khususnya tentang pembuatan plat akrilik supaya

mendapatkan hasil yang optimal.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Resin Acrylic

Acrylic resin adalah bahan yang terbuat dari proses polimerisasi radikal

bebas untuk membentuk poly-methyl methacrylate, bahan monomernya adalah

methyl methacrylate dimana bahan monomer meresap kedalam polimer dengan

normal,tahap polimerisasi adalah aktivator, initiator, dan terminator.Acrylic resin

dikelompokkan dalam head cured dan self cured (Noort, 2002).

2.1.1 Syarat- Syarat Acrylic

Menurut (Anusavice, 2003), syarat-syarat yang dibutuhkan untuk resin

akrilik, yaitu :

a. Tidak toksis dan tidak mengiritasi.

b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.

c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian

yang tipis.

d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress

tidak mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.

e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah

jika terbentur atau jatuh.

f. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.

4
g. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah

dipigmen. warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.

h. Mudah direparasi jika patah.

i. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.

2.1.2 Sifat- Sifat Acrylic

Menurut (Anusavice., 2003), sifat-sifat untuk resin acrylic yaitu :

a. Sifat Biologi

Resin acrylic tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksin dan tidak

mengiritasi jaringan mulut. untuk memenuhi persyaratan ini bahan tersebut sama

sekali tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukkan ke dalam

mulut, serta tidak dapat tembus cairan mulut,dalam arti tidak boleh menjadi sehat

atau memiliki rasa dan bau yang tidak dapat diterima.

b. Sifat Fisik

Resin acrylic memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan

gigit atau pengunyahan,tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat

terjadi dalam rongga.

c. Sifat Estetik

Resin acrylic harus menunjukkan translusen atau trasparansi yang cukup

sehingga dengan penampilan jaringan mulut yang digantinya. bahan juga harus

dapat diwarnai atau pigmentasi,dan harus tidak berubah warna atau penampilan

setelah pembentukan.

5
2.1.3 Jenis –Jenis Acrylic

Berdasarkan polimerisasinya, resin acrylic dibedakan menjadi :

a. Head Cured Acrylic

Merupakan resin acrylic yang polimerisasi dengan bantuan pemanasan

energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan

menggunakan perendaman air atau mikrowave. penggunaan energi termal

menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. radikal

bebas terbentuknya akan mengawali proses polimerisasi (Nirwana, 2005).

b. Light Cured Acrylic

Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilalukan dengan

menggunakan sinar tampak (visible light). dengan cara ini terjadi polimerisasi

tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian

permukaan akrilik. alat yang digunakan adalah curing unit,didalamnya terdapat

empat buah lampu halogen yang dapat menghasilkan panjang gelombang 400-

500 nm (Nirwana, 2005)

c. Self Cured Acrylic

Merupakan resin yang teraktivasi secara kimia. resin yang teraktivasi secara

kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu

kamar. aktivasi kimia ini dapat mencapai melalui penambahan amintersier

terhadap monomer. komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan

menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas

pada polimerisasi dimulai (Nirwana, 2005).

6
2.2 Resin Self Cured Acrylic Dibidang Ortodonti

Self cured acrylic telah banyak digunakan dalam bidang ilmu kedokteran

gigi,salah satunya dibidang ortodonti. self cured digunakan sebagai basis atau

landasan tempat melekatnya kawat ortodonti. basis yang dibuat sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan penggunaan ortodonti lepasan (Issacson,1991).

2.3 Bahan Pembuatan Plat Ortodonti Lepasan

Acrylic resin baik head cured maupun self cured dapat digunakan dalam

pembuatan plat ortodonti. tetapi saat ini penggunaan resin acrylic head cured

tidak digunakan lagi pada ortodonti lepasan. head cured resin akrilik

menggunakan proses polimerisasi yang membutuhkan panas mencapai suhu

tertentu, sehingga dalam pembuatannya diperlukan pengodokan dan

membutuhkan waktu yang cukup lama. oleh karena itu sebaiknya menggunakan

bahan self cured karena dalam polimerisasinya tidak membutuhkan panas dan

tidak memerlukan waktu yang relatif lama. (Anusavice., 2009).

Self cured acrylic mempunyai berat molekul yang kecil sehingga

polimerisasinya dapat lebih sempurna, pengerutan lebih kecil, tetapi porusitasnya

lebih banyak, yang menyebabkan kekuatannya menjadi lebih rendah. selain itu

self cured acrylic memiliki kecepatan polimerisasi yang lebih cepat sehingga

membutuhkan waktu yang cukup singkat dalam pembuatannya (Anusavice,

2009).

7
Gambar 2.3. Bahan orto resin quick self cured (Anusavice, 2009).

2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Bahan Self Cured Acrylic.

2.4.1 Kelebihan bahan self cured yaitu :

a. Warna stabil dan murah

b. Penghematan waktu

c. Distorsi minimum atau perubahan dimensional sedikit

d. Warna trasparan, sehingga daerah yang tertekan dan sisa makanan dapat

dilihat

2.4.2 Kekuranga bahan self cured yaitu :

a. Kekuatan rendah tetapi hal ini dapat diatasi dengan membuat ketebalan plat

akrilik kurang dari 2 mm.

b. Porositas lebih besar.

c. Mempunyai berat yang lebih rendah

d. Mudah aus

e. Bahan sulit dipoles sampai mengkilat.

8
2.5 Komposisi Resin Akrilik Self Cured

Resin akrilik self cured terdiri dari bubuk (polimer) dan cairan (monomer).

cairan monomer terdiri dari metil metakrilat, hidrokuinon,etilonglikol dan

tambahkan activator zat kimia yaitu golongan aminatersier adalah dimetil-p-

toluidin sedangkan bubuk ( polimer) terdiri dari bahan dasar berupa poly methyl

methacrylate, benzoil peroksida, serta fiber. golongan amina ini berguna untuk

mengaktifan benzoil peroksida agar terbentuk radikal bebas, sehingga

polimerisasi dapat berlangsung pada suhu kamar ( Noort, 2002).

Resin akrilik jenis self cured aktivasi secara kimia ini berasal dari amina

tersier yang ditambahkan ke cairan. ketika polimer dan monomer barcampur,

benzoil peroksida dan amina tersier bereaksi kemudian menghasilkan radikal

bebas. inhibitor dalam cairan dapat merusak radikal bebas yang sudah terbentuk

dan tidak dapat bereaksi kembali. ketika inhibitor digunakan selama waktu dough

stage, reaksi kimia berubah menjadi reaksi polimerisasi sehingga bahan adonan

mengental dan menjadi keras. reaksi itu menghasilkan panas yang baik sehingga

bahan menjadi kaku dan keras selama polimerisasi (Bagby, 2004).

2.6 Sifat Resin Akrilik Self Cured

Menurut (Combe, 1990), porusitas resin akrilik jenis self cured lebih besar.

hal ini disebabkan karena udara dalam cairan/ monomer yang tidak meresap

dalam bubuk (polimerisai) pada suhu kamar.

9
Pada umunnya berat molekul resin akrilik jenis self cured lebih rendah dan

mengandung banyak monomer sisa, yaitu sebesar 3 sampai 5%. hal ini dan dapat

menyebabkan iritasi jaringan mukosa rongga mulut. monomer sisa dapat

dikurangi dengan memberi tekanan sebesar 2 atm pada suhu 50 oc selama

polimerisasi (Ardani, 2011).

Resin akrilik self cured tidak begitu kuat kekuatan transversalnya + 80 %

lebih rendah dari akrilik head cured. hal ini karena porusitas yang terjadi resin

akrilik jenis self cured lebih timbul pada akhir proses polimerisasi sehingga

mempengaruhi kekuatan resin tersebut (Ardani, 2011).

Resin akrilik ini memiliki stabilitas warna yang kurang baik, serta dapat

berubah warna setelah pemakaian dalam jangkan waktu yang lama. kestabilan

warna ini berkaitan dengan adanya amina tersier, gugus amina tersier tersebut

rentan terhadap oksidasi dan selanjutnya terjadi perubahan warna (Combe, 1992).

2.7 Polimerisasi Resin Akrilik Self Cured

Proses polimerisasi resin akrilik self cured dapat terjadi pada suhu kamar.

aktivasi self cured dicapai melalui penambahan amina tersier terhadap cairan basis

protesa, yaitu monomer. bila komponen bubuk dan cairan diaduk, amina tersier

menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida. sebagai akibat yang dihasikan

radikal bebas dan polimerisasi dimulai. umumnya derajat polimerisasi self cured

kurang sempurna, hal ini menunjukkan adanya monomer dalam jumlah lebih

besar. biasanya monomer yang tidak beraksi ini akan mengakibatkan dampak

negatif, contohnya monomer residu akan bertindak sebagai iritan jaringan dan

10
akan menyebabkan penuruan kekuatan transversal. monomer sisa ini dapat

diminimkan dengan menggunakan polyclav selama 30 menit dan memberi

tekanan 2 atm (Anusavice, 2009)

Menurut (Van Noort, 2002) reaksi polimerisasi dapat dilakukan dengan

proses kimia dan dengan proses ligh cured. reaksi polimerisasi dengan proses

kimia berlangsung dalam tiga tahap, yaitu :

1. Inisiasi

Inisiasi adalah tahap pembuatan radikal bebas oleh pecahnya molekul

inisiator. radikal bebas ini mengandung satu elektron bebas yang sangat

reaktif dan mampu memecah ikatan ganda monomer, sehingga monomer

dengan sendirinya akan menjadi radikal bebas.

2. Propagasi

Propagasi (perpanjangan rantai) terjadi karena monomer yang diaktifkan

bereaksi dengan monomer lainnya, demikian seterusnya.

3. Terminasi

Terminasi terjadi apabila dua radikal bebas menggandakan reaksi sehingga

terbentuk molekul yang stabil.

2.8 Desain dan Konstruksi Plat Akrilik

Pembuatan plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menggangu rongga

mulut sehingga bisa enak dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi memliki

ketebalan yang sesuai sehingga cukup kuat jika dipakai didalam mulut. umumnya

ketebalan plat ortodonti adalah selapis malam merah + 2– 3 mm (Rahardjo, 2009).

11
Stabilisasi alat didalam mulut yang bebas dari goncangan ketika mulut

berfungsi (mengunyah,bicara) akan memberikan kenyamanan pemakaian,

ketetapan tekanan spring, memperbesar reaksi penjangkar didaerah rahang bagian

depan. untuk mencapai stabilitas yang maksimal beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah (Ardhana, 2011).

1. Lebar plat dibuat selebar mungkin tetapi disesuaikan dengan kebutuhan

karena plat yang terlalu lebar akan menganggu fungsi lidah dan

kenyamanan pemakaian.

2. Plat dasar secara keseluruhan harus dapat beradaptasi dengan mukosa

mulut, permukaan plat dapat menempel dengan baik tanpa menimbulkan

rasa menekan.plat didaerah gigi yang akan digerakkan harus dibebaskan

sehingga tidak tertahan setelah mendapatkan tekanan dari pir atau busur

labial yang telah diaktifkan.

adapun beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan untuk plat rahang atas

dan plat rahang bawah adalah sebagai berikut :

1. Untuk plat rahang atas

Plat dibuat selebar mungkin, tepi distal sampai mencapai daerah perbatasan

palatum molle dan palatum durum, dibagian tengah melengkung ke anterior

sehingga cukup luas daerah palatinal yang bebas agar tidak menggangu

fungsi lidah sewaktu mengunyah dan bicara.

2. Untuk plat rahang bawah

Daerah dibagian lingual mandibula sempit maka untuk memperkuat plat

perlu dipertebal menjadi satu setengah ketebalan malam (3mm), didaerah

12
sulcus lingualis tempat perlekatan frenulum linguale plat dipersempit agar

tidak menganggu gerakan lidah. di regio molar dibagian lingual biasanya

terdapat daerah undercut yang cukup dalam meluas sampai pangkal lidah,

didaerah ini ujung kawat basis klamer tidak boleh menempel tapi tegak

lurus turun ke bawah, tepi plat dibagian bawah dipertebal sehingga jika

diperlukan pengurangan ketebalan plat untuk mempermudah insersi tepi plat

tidak menjadi terlalu tipis dan kawat basis yang tertanam didalam plat tidak

terpotong (Ardhana, 2011).

Dengan jalan lain dapat dilakukan dengan menutup (block out) daerah

undercut dengan gips, kawat basis klamer lewat diatasnya baru kemudian

dilakukan pekerjaan memodel malam, sehingga nanti tidak diperlukan

pengrindingan tepi plat bagian bawah untuk membebaskan plat dari daerah

undercut tersebut (Ardhana, 2011).

2.8 Metode Pembuatan Plat Akrilik

Dalam pembuatan plat akrilik terdapat dua macam metode yang

menggunakan jenis bahan yang beda, yaitu :

1. Metode Flasking

Menggunakan bahan head curing acrylic (HCA) yaitu bahan akrilik yang

proses polimerisasinya memerlukan pemanasan sehingga pada waktu

prosesing diperlukan penggodokan. model malam di inbed didalam

kuvet,dicor dengan air mendidih, adonan akrilik dimasukkan, dipress

kemudian digodok.

13
2. Metode Quick Curing

Menggunakan bahan cold curing acrylic (CCA) Atau Juga Disebut self

curing acrylic (SCA), bahan akrilik ini proses polimerisasinya tidak

memerlukan pemanasan, panas untuk proses polimerisasinya timbul akibat

reaksi eksotermis dari bahan tersebut pada waktu dicampur.

Pembuatan plat akrilik dengan metode quick curing dapat dilakukan dengan cara

(Ardhana, 2011).

1. Teknik layering atau tetes tabur yaitu meneteskan cairan/monomer

kemudian menaburkan bubuk/polimer secara merata dan tipis diatas model,

dilakukan berulang –ulang selapis demi selapis sampai mencapai ketebalan

yang merata (Ardhana, 2011)

Teknik pengisian akriliknya adalah :

a. Model direndam dalam air kurang lebih 10 menit.

b. Model diulasi dengan bahan separator (cms) dengan menggunakan kuas.

c. Fiksasi kawat –kawat pada posisinya dalam model kerja dengan meneteskan

malam lunak pada bagian buccal, sehingga daerah palatal atau lingual

tempat perluasan plat akrilik bebas, block out daerah undercut.

d. pengisian dimulai pada salah satu sisinya, model dimiringkan kearah sisi

tertentu, kemudian dilanjutkan pada sisi berikutnya.

e. Taburkan bubuk akrilik tipis – tipis, kemudian teteskan cairan pada bubuk

sedikit demi sedikit sampai bubuk akrilik terserap semua oleh cairan.

14
demikian seterusnya sampai didapat ketebalan plat akrilik yang cukup

kurang lebih setebal selapis malam merah.

2. Teknik moulding atau pengadukan yaitu teknik yang mencampurkan

powder dan liquid dalam pot setelah mencapai konsisten yang diinginkan

kemudian adonan ditempatkan dan dibentuk diatas model dengan cara

ditekan dengan ibu jari (Dentaurum, 2007)

Teknik pengisian akriliknya yaitu :

1. Aduk akrilik resin sampai dough stage caranya campurkan powder akrilik

dan liquid dengan perbandingan sesuai dengan petunjuk pabrik dalam

tempat pengadukan akrilik.

2. Kemudian letakkan pada model kerja rahang atas maupun rahang bawah.

untuk rahang atas buat bulatan (rolled) dari akrilik resin. letakkan ditengah-

tengah palatum model kemudian ratakan dan disesuaikan dengan memakai

cellophan basah.

3. Untuk rahang bawah bentuk bulat panjang (rolled flat) ketebalan tertentu

kemudian letakkan diatas ridge model ratakan dengan dan disesuaikan

dengan jari dengan memakai cellophan basah.

15
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Self cured acrylic

Teknik layering atau Teknik moulding atau


tetes tabur pengadukan

-perbandingan powder dan -Perbandingan powder -


liquid dan liquid
-waktu pemrosesan lebih -Waktu pengadukan
mudah -Cara pengadukan
-Prosedur kerja

-Efektivitas waktu lebih


-Efektivitas waktu lebih lama
cepat -Efektivitas bahan lebih
-efektivitas bahan lebih banyak
sedikit -Tidak ada porusitas
-Ada porusitas

16
3.2 Hipotesa

Hipotesa dalam pembuatan plat akrilik dengan bahan self cured acrylic

dengan teknik tetes tabur efektivitas waktu lebih cepat, efektivitas bahan lebih

sedikit dari pada yang menggunakan teknik moulding namun pada teknik tetes

tabur porusitasnya lebih banyak.

17
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dilaboratorium adalah penelitian deskriptif

komparatif.

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium teknik gigi Institut Ilmu Kesehatan

Bahkti Wiyata Kediri.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2016

4.3 Sampel Penelitian

4.3.1 Kriteria Sampel

Kriteria sampel yang digunakan harus memiliki kriteria diantaranya :

1. Ukuran model kerja yang dibuat sampel harus tetap

2. Sampel lengkap tidak ada bagian sampel yang cacat atau hilang

3. Pada sampel tidak mengalami perubahan bentuk.

18
4.3.2 Jumlah Sampel

Jumlah sampel minimal pada penelitian ini dihitung mengunakan rumus dari

(Steel Dan Torrie, 1995).

N = (Za+Zβ)2σ2 D

δ2

Keterangan :

n : besar sampel minimal

Za : batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas

atas kemaknaan (1,96).

Zβ : batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal atas bawah

kemaknaan (0,85).

σ2 D/ δ2 : 1

α : tingkat signifikan

Hasil menghitung jumlah sampel minimal adalah sebagai berikut :

n = (Za + Zβ) 2σ2 D


δ2
n = (1,96 + 0,85)2 σ2 D
δ2
n = (1,96 + 0,86)2

19
n = 7,8961 = 8
Jadi jumlah sampel minimal 8, dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok

perlakuan, masing-masing kelompok terdapat 8 sampel, maka jumlah sampel

secara keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 sampel. masing

– masing sampel yang terdiri dari :

1. Kelompok A : 8 sampel pembuatan plat akrilik dengan teknik tetes

tabur.

2. Kelompok B : 8 sampel pembuatan plat akrilik dengan teknik

pengadukan.

4.4 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : self cured acrylic

2. Variabel terikat : teknik tetes tabur dan teknik pengadukan.

4.5 Defisini Operasional

1. Self Cured Acrylic

Merupakan resin yang teraktivasi secara kimia. resin yang teraktivasi secara

kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu

kamar. aktivasi kimia ini dapat mencapai melalui penambahan amintersier

terhadap monomer. komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan

menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas

pada polimerisasi dimulai (Nirwana, 2005).

20
2. Teknik layering atau tetes tabur yaitu meneteskan cairan/monomer

kemudian menaburkan bubuk/polimer secara merata dan tipis diatas model,

dilakukan berulang –ulang selapis demi selapis sampai mencapai ketebalan yang

merata (Ardhana, 2011).

3. Teknik moulding atau pengadukan yaitu teknik yang mencampurkan

powder dan liquid dalam pot setelah mencapai konsisten yang diinginkan

kemudian adonan ditempatkan dan dibentuk diatas model dengan cara

ditekan dengan ibu jari (Dentaurum, 2007)

4.6 Alat Dan Bahan Penelitian

A. Alat

1. Pisau model

2. Bunsen

3. Bowl

4. Spuit atau syrige

5. Kuas

6. Mikromotor, straight, dan handpiece

7. Frezer

8. Stone merah dan stone hijau

9. Kertas amplas

21
B. Bahan

1. Self cured acrylic

2. Cms

3. Malam Merah

4. Air

5. Spiritus

6. Pumice

7. kryet

22
4.7 Alur Penelitian

Model kerja

Aplikasi self cured orto resin

Dengan teknik
Dengan teknik pengadukan, 8
tetes tabur, 8 sampel
sampel

Dibuat plat akrilik pada


model kerja

Hasil
rilik

Polishing

Pengumpulan data

Dilihat dari efektivitas bahan

Dilihat dari efektivitas waktu

Ada tidaknya porusitas

Hasil

23
4.8 Prosedur Kerja Di laboratorium

4.8.1 Cara kerja pembuatan plat akrilik dengan teknik tetes tabur

1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Pembuatan model kerja.

3. Model direndam dalam air kurang lebih 10 menit

4. Model kerja diulasi dengan bahan separating medium (cms).

5. Fiksasi kawat-kawat pada posisinya dalam model kerja dengan meneteskan

malam lunak pada bagian buccal sehingga daerah palatal atau lingual tempat

perluasan plat akrilik bebas.

6. Pengisian dimulai pada satu sisinya. model dimiringkan ke arah sisi tertentu

kemudian dilanjutkan pada sisi berikutnya.

7. Taburkan bubuk akrilik tipis – tipis, kemudian teteskan cairan pada bubuk

sedikit demi sedikit sampai bubuk teserap oleh semua cairan.

8. Demikian seterusnya sampai didapatkan ketebalan plat akrilik yang cukup

(kurang lebih ketebalan malam merah).

9. Tunggu sampai plat akrilik setting selanjutnya finishing dan polishing.

4.8.2 Cara kerja pembuatan plat akrilik dengan teknik pengadukan.

1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Pembuatan model kerja.

3. Aduk akrilik resin sampai dough stage caranya campurkan powder akrilik

dan liquid dengan perbandingan sesuai dengan petunjuk pabrik.

4. Letakkan pada model kerja rahang atas maupun rahang bawah.

24
5. Untuk rahang atas buat bulatan (rolled) dari akrilik resin. letakkan ditengah-

tengah palatum model kemudian ratakan dan disesuaikan dengan memakai

cellophan basah.

6. Untuk rahang bawah bentuk bulat panjang (rolled flat) ketebalan tertentu

kemudian letakkan diatas ridge model ratakan dengan dan disesuaikan

dengan jari dengan memakai cellophan basah.

7. Tunggu hingga plat akrilik setting selanjutnya lalukan finishing dan

polishing

25
4.9 Pengolahan Data dan Analis Data

4.9.1 Pengolahan Data

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran akan diolah dalam bentuk tabel

seperti dibawah ini :

Sampel Teknik Layering Teknik Molding

Efektivitas Efektivitas Ada Efektivitas Efektivitas ada

waktu bahan tidaknya waktu bahan tidaknya

porusitas porusitas

Rata-

rata

26
Keterangan Tabel :

a. Setiap kelompok sampel akan dihitung waktu dan bahan yang digunakan

b. Hasil pengukuran untuk setiap kelompok sampel (8 sampel) akan

dimasukkan ke dalamm tabel sesuai dengan kelompok sampelnya masing-

masing.

c. Hasil dari pengukuran untuk setiap kelompok sampel akan dijumlahkan dan

ditemukan rata-ratanya.

4.9.2 Analisa Data

a. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan jumlah keseluruhan 8

sampel dengan 2 kelompok sampel.

b. Masing-masing angka yang didapatkan dari pengukuran pada setiap

kelompok diambil nilai rata-rata dan kemudian dibandingkan.

27

Anda mungkin juga menyukai