Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Ortodonsi lepasan merupakan piranti ortodonti yang dapat dipasang dan

dilepas oleh pasien sendiri. hal ini tidak berarti bahwa piranti lepasan
dimaksudkan untuk dipakai dalam jangka waktu keberhasilan perawatan dengan
piranti

lepasan

tidak

hanya

tergantung

pada

kemampuan

pasien

dan

bekerjasamanya, akan tetapi juga kemampuan operator untuk mendesain dan


membuat piranti lepasan yang ditoleransi pasien (Rahardjo, 2009). Alat ortodonti
lepasan terdiri dari dari komponen utama yaitu plat dasar / baseplate, komponen
retentif, komponen aktif, komponen pasif, dan komponen penjangkaran (Ardhana,
2011).
Plat merupakan rangka dari alat ortodontik lepasan, umumnya berupa plat
akrilik yang berfungsi untuk mendukung komponen- komponen yang lain,
meneruskan

kekuatan

yang

dihasilkan

oleh

bagian

aktif

ke

gigi

penjangkaran,mencegah pergeseran gigi- gigi yang tidak akan digerakkan,


melindungi spring-spring didaerah palatal, menahan dan meneruskan kekuatan
gigitan (Ardhana, 2011).
Acrylic resin merupakan bahan yang terbuat dari proses polimerisasi radial
bebas untuk membentuk poly-methyl methacrylate, bahan monomernya adalah
methyl methacrylate dimana bahan monomer meresap kedalam polimer dengan

normal,tahap polimerisasi adalah aktivator, initiator, dan terminator.acrylic resin


dikelompokkan dalam head cured dan self cured ( Noort, 2002).
Resin akrilik dapat diaplikasikan secara luas dibidang kedokteran gigi
sebagai alat-alat ortodontik, basis gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap,
gigi tiruan dengan pendukung gigi atau implan, dan untuk temporary crown
(Craig Dkk., 2000).
Resin akrilik self-cured mempunyai berat molekul yang lebih kecil
sehingga polimerisasinya dapat lebih sempurna, pengkerutan lebih kecil (philips,
1991). Selain itu resin akrilik self cured juga mempunyai kecepatan polimerisasi
yang lebih cepat sehingga membutuhkan waktu yang cukup singkat dalam
pengolahan (Caul Dkk, 1952)
Pembuatan plat akrilik memakai resin acrylic self curing sekarang makin
berkembang karena mudahnya proses manipulasi dalam pembuatan penampilan
plat yang trasparan, dan tersedia beraneka warna pilihan (Dentaurum, 2007).
Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teknik pembuatan plat akrilik
yang merupakan salah satu komponen dari alat orthodonsi lepas, dengan
menggunakan bahan self cured acrylic.
Penggunaan bahan self cured acrylic dikarenakan bahan ini mempunyai
beberapa keuntungan dibandingkan dengan bahan head cured acrylic.
Disini penulis akan menguraikan tentang prosedur yang dilakukan
dilaboratorium tentang teknik pembuatan plat akrilik yang bila dilakukan sesuai
dengan prosedur akan menghasilkan plat akrilik yang memuaskan. hal ini

mengingat bahwa plat akrilik ini penting untuk menentukan keberhasilan dari alat
orthodonsi , karena merupakan tempat tertanamnya komponen komponen
lainnya.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar belakang diatas muncul suatu permasalahan tentang

pembuatan plat akrilik dengan bahan self cured dengan teknik tetes tabur dan
teknik pengadukan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar para mahasiswa sebagai calon tekniker gigi dapat terbuka pola
pikirnya didalam melakukan prosedur kerja laboratorium teknik gigi secara efektif
dan efisien sehingga terciptalah produktivitas kerja yang lebih baik.
1.3.2

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pembuatan plat akrilik dengan bahan self cured dengan

teknik tetes tabur dan teknik pengadukan.


1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan kepada pembaca pada umumnya, mahasiswa
akademik teknik gigi pada khususnya tentang pembuatan plat akrilik supaya
mendapatkan hasil yang optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Resin Acrylic
Acrylic resin adalah bahan yang terbuat dari proses polimerisasi radikal
bebas untuk membentuk poly-methyl methacrylate, bahan monomernya adalah
methyl methacrylate dimana bahan monomer meresap kedalam polimer dengan
normal,tahap polimerisasi adalah aktivator, initiator, dan terminator.Acrylic resin
dikelompokkan dalam head cured dan self cured (Noort, 2002).
2.1.1

Syarat- Syarat Acrylic


Menurut (Anusavice, 2003), syarat-syarat yang dibutuhkan untuk resin

akrilik, yaitu :
a. Tidak toksis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian
yang tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress
tidak mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah
jika terbentur atau jatuh.
f. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.

g. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah


dipigmen. warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
h. Mudah direparasi jika patah.
i. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
2.1.2

Sifat- Sifat Acrylic


Menurut (Anusavice., 2003), sifat-sifat untuk resin acrylic yaitu :

a. Sifat Biologi
Resin acrylic tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksin dan tidak
mengiritasi jaringan mulut. untuk memenuhi persyaratan ini bahan tersebut sama
sekali tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukkan ke dalam
mulut, serta tidak dapat tembus cairan mulut,dalam arti tidak boleh menjadi sehat
atau memiliki rasa dan bau yang tidak dapat diterima.
b. Sifat Fisik
Resin acrylic memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan
gigit atau pengunyahan,tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat
terjadi dalam rongga.
c. Sifat Estetik
Resin acrylic harus menunjukkan translusen atau trasparansi yang cukup
sehingga dengan penampilan jaringan mulut yang digantinya. bahan juga harus
dapat diwarnai atau pigmentasi,dan harus tidak berubah warna atau penampilan
setelah pembentukan.

2.1.3 Jenis Jenis Acrylic


Berdasarkan polimerisasinya, resin acrylic dibedakan menjadi :

a. Head Cured Acrylic


Merupakan resin acrylic yang polimerisasi dengan bantuan pemanasan
energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan
menggunakan perendaman air atau mikrowave. penggunaan energi termal
menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. radikal
bebas terbentuknya akan mengawali proses polimerisasi (Nirwana, 2005).
b. Light Cured Acrylic
Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilalukan dengan
menggunakan sinar tampak (visible light). dengan cara ini terjadi polimerisasi
tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian
permukaan akrilik. alat yang digunakan adalah curing unit,didalamnya terdapat
empat buah lampu halogen yang dapat menghasilkan panjang gelombang 400500 nm (Nirwana, 2005)
c. Self Cured Acrylic
Merupakan resin yang teraktivasi secara kimia. resin yang teraktivasi secara
kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu
kamar. aktivasi kimia ini dapat mencapai melalui penambahan amintersier
terhadap monomer. komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan
menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas
pada polimerisasi dimulai (Nirwana, 2005).
2.2 Resin Self Cured Acrylic Dibidang Ortodonti
Self cured acrylic telah banyak digunakan dalam bidang ilmu kedokteran
gigi,salah satunya dibidang ortodonti. self cured digunakan sebagai basis atau
landasan tempat melekatnya kawat ortodonti. basis yang dibuat sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan penggunaan ortodonti lepasan (Issacson,1991).
2.3

Bahan Pembuatan Plat Ortodonti Lepasan

Acrylic resin baik head cured maupun self cured dapat digunakan dalam
pembuatan plat ortodonti. tetapi saat ini penggunaan resin acrylic head cured
tidak digunakan lagi pada ortodonti lepasan. head cured resin akrilik
menggunakan proses polimerisasi yang membutuhkan panas mencapai suhu
tertentu,

sehingga

dalam

pembuatannya

diperlukan

pengodokan

dan

membutuhkan waktu yang cukup lama. oleh karena itu sebaiknya menggunakan
bahan self cured karena dalam polimerisasinya tidak membutuhkan panas dan
tidak memerlukan waktu yang relatif lama. (Anusavice., 2009).
Self cured acrylic mempunyai berat molekul yang kecil sehingga
polimerisasinya dapat lebih sempurna, pengerutan lebih kecil, tetapi porusitasnya
lebih banyak, yang menyebabkan kekuatannya menjadi lebih rendah. selain itu
self cured acrylic memiliki kecepatan polimerisasi yang lebih cepat sehingga
membutuhkan waktu yang cukup singkat dalam pembuatannya (Anusavice,
2009).

Gambar 2.3. Bahan orto resin quick self cured (Anusavice, 2009).

2.4

Kelebihan Dan Kekurangan Bahan Self Cured Acrylic.

2.4.1 Kelebihan bahan self cured yaitu :


a. Warna stabil dan murah
b. Penghematan waktu
c. Distorsi minimum atau perubahan dimensional sedikit

d. Warna trasparan, sehingga daerah yang tertekan dan sisa makanan dapat
2.4.2

b.
c.
d.
e.

dilihat
Kekuranga bahan self cured yaitu :
a. Kekuatan rendah tetapi hal ini dapat diatasi dengan membuat ketebalan plat
akrilik kurang dari 2 mm.
Porositas lebih besar.
Mempunyai berat yang lebih rendah
Mudah aus
Bahan sulit dipoles sampai mengkilat.

2.5 Komposisi Resin Akrilik Self Cured


Resin akrilik self cured terdiri dari bubuk (polimer) dan cairan (monomer).
cairan monomer terdiri dari metil metakrilat, hidrokuinon,etilonglikol dan
tambahkan activator zat kimia yaitu golongan aminatersier adalah dimetil-ptoluidin sedangkan bubuk ( polimer) terdiri dari bahan dasar berupa poly methyl
methacrylate, benzoil peroksida, serta fiber. golongan amina ini berguna untuk
mengaktifan benzoil peroksida agar terbentuk radikal bebas, sehingga polimerisasi
dapat berlangsung pada suhu kamar ( Noort, 2002).
Resin akrilik jenis self cured aktivasi secara kimia ini berasal dari amina
tersier yang ditambahkan ke cairan. ketika polimer dan monomer barcampur,
benzoil peroksida dan amina tersier bereaksi kemudian menghasilkan radikal
bebas. inhibitor dalam cairan dapat merusak radikal bebas yang sudah terbentuk
dan tidak dapat bereaksi kembali. ketika inhibitor digunakan selama waktu dough
stage, reaksi kimia berubah menjadi reaksi polimerisasi sehingga bahan adonan
mengental dan menjadi keras. reaksi itu menghasilkan panas yang baik sehingga
bahan menjadi kaku dan keras selama polimerisasi (Bagby, 2004).
2.6 Sifat Resin Akrilik Self Cured

Menurut (Combe, 1990), porusitas resin akrilik jenis self cured lebih besar.
hal ini disebabkan karena udara dalam cairan/ monomer yang tidak meresap
dalam bubuk (polimerisai) pada suhu kamar.
Pada umunnya berat molekul resin akrilik jenis self cured lebih rendah dan
mengandung banyak monomer sisa, yaitu sebesar 3 sampai 5%. hal ini dan dapat
menyebabkan iritasi jaringan mukosa rongga mulut. monomer sisa dapat
dikurangi dengan memberi tekanan sebesar 2 atm pada suhu 50 oc selama
polimerisasi (Ardani, 2011).
Resin akrilik self cured tidak begitu kuat kekuatan transversalnya + 80 %
lebih rendah dari akrilik head cured. hal ini karena porusitas yang terjadi resin
akrilik jenis self cured lebih timbul pada akhir proses polimerisasi sehingga
mempengaruhi kekuatan resin tersebut (Ardani, 2011).
Resin akrilik ini memiliki stabilitas warna yang kurang baik, serta dapat
berubah warna setelah pemakaian dalam jangkan waktu yang lama. kestabilan
warna ini berkaitan dengan adanya amina tersier, gugus amina tersier tersebut
rentan terhadap oksidasi dan selanjutnya terjadi perubahan warna (Combe, 1992).

2.7

Polimerisasi Resin Akrilik Self Cured


Proses polimerisasi resin akrilik self cured dapat terjadi pada suhu kamar.

aktivasi self cured dicapai melalui penambahan amina tersier terhadap cairan basis
protesa, yaitu monomer. bila komponen bubuk dan cairan diaduk, amina tersier
menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida. sebagai akibat yang dihasikan
radikal bebas dan polimerisasi dimulai. umumnya derajat polimerisasi self cured
kurang sempurna, hal ini menunjukkan adanya monomer dalam jumlah lebih

besar. biasanya monomer yang tidak beraksi ini akan mengakibatkan dampak
negatif, contohnya monomer residu akan bertindak sebagai iritan jaringan dan
akan menyebabkan penuruan kekuatan transversal. monomer sisa ini dapat
diminimkan dengan menggunakan polyclav selama 30 menit dan memberi
tekanan 2 atm (Anusavice, 2009)
Menurut (Van Noort, 2002) reaksi polimerisasi dapat dilakukan dengan
proses kimia dan dengan proses ligh cured. reaksi polimerisasi dengan proses
kimia berlangsung dalam tiga tahap, yaitu :
1. Inisiasi
Inisiasi adalah tahap pembuatan radikal bebas oleh pecahnya molekul
inisiator. radikal bebas ini mengandung satu elektron bebas yang sangat
reaktif dan mampu memecah ikatan ganda monomer, sehingga monomer
dengan sendirinya akan menjadi radikal bebas.
2. Propagasi
Propagasi (perpanjangan rantai) terjadi karena monomer yang diaktifkan
bereaksi dengan monomer lainnya, demikian seterusnya.
3. Terminasi
Terminasi terjadi apabila dua radikal bebas menggandakan reaksi sehingga
terbentuk molekul yang stabil.
2.8

Desain dan Konstruksi Plat Akrilik


Pembuatan plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menggangu rongga

mulut sehingga bisa enak dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi memliki
ketebalan yang sesuai sehingga cukup kuat jika dipakai didalam mulut. umumnya
ketebalan plat ortodonti adalah selapis malam merah + 2 3 mm (Rahardjo, 2009).
Stabilisasi alat didalam mulut yang bebas dari goncangan ketika mulut
berfungsi (mengunyah,bicara) akan memberikan kenyamanan pemakaian,

10

ketetapan tekanan spring, memperbesar reaksi penjangkar didaerah rahang bagian


depan. untuk mencapai stabilitas yang maksimal beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah (Ardhana, 2011).
1

Lebar plat dibuat selebar mungkin tetapi disesuaikan dengan kebutuhan


karena plat yang terlalu lebar akan menganggu fungsi lidah dan

kenyamanan pemakaian.
Plat dasar secara keseluruhan harus dapat beradaptasi dengan mukosa
mulut, permukaan plat dapat menempel dengan baik tanpa menimbulkan
rasa menekan.plat didaerah gigi yang akan digerakkan harus dibebaskan
sehingga tidak tertahan setelah mendapatkan tekanan dari pir atau busur
labial yang telah diaktifkan.
adapun beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan untuk plat rahang atas

dan plat rahang bawah adalah sebagai berikut :


Untuk plat rahang atas
Plat dibuat selebar mungkin, tepi distal sampai mencapai daerah perbatasan
palatum molle dan palatum durum, dibagian tengah melengkung ke anterior
sehingga cukup luas daerah palatinal yang bebas agar tidak menggangu

fungsi lidah sewaktu mengunyah dan bicara.


Untuk plat rahang bawah
Daerah dibagian lingual mandibula sempit maka untuk memperkuat plat
perlu dipertebal menjadi satu setengah ketebalan malam (3mm), didaerah
sulcus lingualis tempat perlekatan frenulum linguale plat dipersempit agar
tidak menganggu gerakan lidah. di regio molar dibagian lingual biasanya
terdapat daerah undercut yang cukup dalam meluas sampai pangkal lidah,
didaerah ini ujung kawat basis klamer tidak boleh menempel tapi tegak
lurus turun ke bawah, tepi plat dibagian bawah dipertebal sehingga jika

11

diperlukan pengurangan ketebalan plat untuk mempermudah insersi tepi plat


tidak menjadi terlalu tipis dan kawat basis yang tertanam didalam plat tidak
terpotong (Ardhana, 2011).
Dengan jalan lain dapat dilakukan dengan menutup (block out) daerah
undercut dengan gips, kawat basis klamer lewat diatasnya baru kemudian
dilakukan pekerjaan memodel malam, sehingga nanti tidak diperlukan
pengrindingan tepi plat bagian bawah untuk membebaskan plat dari daerah
undercut tersebut (Ardhana, 2011).
2.8

Metode Pembuatan Plat Akrilik


Dalam pembuatan plat akrilik terdapat dua macam metode yang

menggunakan jenis bahan yang beda, yaitu :


1

Metode Flasking
Menggunakan bahan head curing acrylic (HCA) yaitu bahan akrilik yang
proses polimerisasinya memerlukan pemanasan sehingga pada waktu
prosesing diperlukan penggodokan. model malam di inbed didalam
kuvet,dicor dengan air mendidih, adonan akrilik dimasukkan, dipress
2

kemudian digodok.
Metode Quick Curing
Menggunakan bahan cold curing acrylic (CCA) Atau Juga Disebut self
curing acrylic (SCA), bahan akrilik ini proses polimerisasinya tidak
memerlukan pemanasan, panas untuk proses polimerisasinya timbul akibat
reaksi eksotermis dari bahan tersebut pada waktu dicampur.

Pembuatan plat akrilik dengan metode quick curing dapat dilakukan dengan cara
(Ardhana, 2011).

12

1. Teknik layering atau tetes tabur yaitu meneteskan cairan/monomer


kemudian menaburkan bubuk/polimer secara merata dan tipis diatas model,
dilakukan berulang ulang selapis demi selapis sampai mencapai ketebalan
yang merata (Ardhana, 2011)
Teknik pengisian akriliknya adalah :
a. Model direndam dalam air kurang lebih 10 menit.
b. Model diulasi dengan bahan separator (cms) dengan menggunakan kuas.
c. Fiksasi kawat kawat pada posisinya dalam model kerja dengan meneteskan
malam lunak pada bagian buccal, sehingga daerah palatal atau lingual
tempat perluasan plat akrilik bebas, block out daerah undercut.
d. pengisian dimulai pada salah satu sisinya, model dimiringkan kearah sisi
tertentu, kemudian dilanjutkan pada sisi berikutnya.
e. Taburkan bubuk akrilik tipis tipis, kemudian teteskan cairan pada bubuk
sedikit demi sedikit sampai bubuk akrilik terserap semua oleh cairan.
demikian

seterusnya sampai didapat ketebalan plat akrilik yang cukup

kurang lebih setebal selapis malam merah.


2. Teknik moulding atau pengadukan yaitu teknik yang mencampurkan powder
dan liquid dalam pot setelah mencapai konsisten yang diinginkan kemudian
adonan

ditempatkan

dan

dibentuk

diatas

model

dengan

cara

ditekan dengan ibu jari (Dentaurum, 2007)


Teknik pengisian akriliknya yaitu :
1. Aduk akrilik resin sampai dough stage caranya campurkan powder akrilik
dan liquid dengan perbandingan sesuai dengan petunjuk pabrik dalam
tempat pengadukan akrilik.

13

2. Kemudian letakkan pada model kerja rahang atas maupun rahang bawah.
untuk rahang atas buat bulatan (rolled) dari akrilik resin. letakkan ditengahtengah palatum model kemudian ratakan dan disesuaikan dengan memakai
cellophan basah.
3. Untuk rahang bawah bentuk bulat panjang (rolled flat) ketebalan tertentu
kemudian letakkan diatas ridge model ratakan dengan dan disesuaikan
dengan jari dengan memakai cellophan basah.

2.9.1

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Layering atau Tetes Tabur dan Teknik
Moulding atau Pengadukan
1. Teknik Layering
Kelebihan teknik layering atau tetes tabur yaitu mudah dan sederhana,
sehingga teknisi dapat bekerja dengan nyaman.aplikasi ini menyediakan
waktu bekerja yang cukup karena aplikasi polimer dan monomer dilakukan
selapis demi selapis (Ardhana, 2008).
Kekurangannya adalah sulit mendapatkan

perbandingan polimer dan

monomer yang ideal sehingga kemungkinan terjadi porusitas dan kekuatan


yang berkurang (Ardhana, 2008).
2. Teknik Moulding
Kelebihan teknik moulding atau pengadukan yaitu perbandingan campuran
polimer dan monomer dapat diukur sesuai dengan anjuran pabrik,sifat dan
kualitasnya dapat maksimal dan porusitasnya minimal (Anusavice, 2009).

14

Kekurangannya adalah teknik ini harus bekerja dengan cepat karena proses
polimerisasinya terjadi pada suhu kamar, teknik ini mungkin terjadi
pemborosan bahan dikarenakan sulitnya memprediksi jumlah bahan yang
akan digunakan (Anusavice, 2009).

2.10 Finishing dan Polishing


1.

Finishing
Setelah plat akrilik selesai diisi menunggu sampai setting selanjutnya

dilakukan finishing, diantaranya adalah mengurangi ketebalan akrilik hingga 1-2


mm menggunakan frezer dan handpiece. membentuk bagian anterior menjadi
suatu bentuk kurva yang halus, biasanya permukaan lingual gigi anterior tertutup
akrilik. kemudian batas palatal plat dipotong dan dihaluskan, setelah itu bagian
anterior dan posterior ketebalannya merata + 2 mm (Craig Dkk., 2004).
2.

Polishing
Setelah proses finishing selesai, maka dilakukan proses polishing,

diantaranya menggunakan cone dengan bubuk pumice pada pulas awal setelah
seluruh permukaan plat halus lalu gunakan brush pada mesin pulas dengan
menggunakan kryte untuk mengkilap plat akrilik (Craig Dkk, 2004).

15

BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep

Self cured acrylic

Teknik layering atau


tetes tabur

Teknik moulding atau


pengadukan

-Perbandingan powder
-dan liquid
-Waktu pengadukan
-Cara pengadukan

-perbandingan powder dan


liquid
-waktu pemrosesan lebih
mudah
-Prosedur kerja

-Efektivitas waktu lebih


lama
-Efektivitas bahan lebih
banyak
-Tidak ada porusitas

-Efektivitas waktu lebih


cepat
-efektivitas bahan lebih
sedikit
-Ada porusitas
16

3.2

Hipotesa
Hipotesa dalam pembuatan plat akrilik dengan bahan self cured acrylic

dengan teknik tetes tabur efektivitas waktu lebih cepat, efektivitas bahan lebih
sedikit dari pada yang menggunakan teknik moulding namun pada teknik tetes
tabur porusitasnya lebih banyak.

17

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dilaboratorium adalah penelitian deskriptif

komparatif.
4.2

Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di laboratorium teknik gigi Institut Ilmu Kesehatan
Bahkti Wiyata Kediri.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2016
4.3

Sampel Penelitian

4.3.1 Kriteria Sampel

18

Kriteria sampel yang digunakan harus memiliki kriteria diantaranya :


1. Ukuran model kerja yang dibuat sampel harus tetap
2. Sampel lengkap tidak ada bagian sampel yang cacat atau hilang
3. Pada sampel tidak mengalami perubahan bentuk.

4.3.2 Jumlah Sampel


Jumlah sampel minimal pada penelitian ini dihitung mengunakan rumus dari
(Steel Dan Torrie, 1995).
N = (Za+Z)22 D
2
Keterangan :
n

: besar sampel minimal

Za

batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas
atas kemaknaan (1,96).

batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal atas bawah
kemaknaan (0,85).

2 D/ 2

: 1

: tingkat signifikan

Hasil menghitung jumlah sampel minimal adalah sebagai berikut :

19

n = (Za + Z) 22 D
2
n = (1,96 + 0,85)2 2 D
2
n = (1,96 + 0,86)2
n = 7,8961 = 8
Jadi jumlah sampel minimal 8, dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok
perlakuan, masing-masing kelompok terdapat 8 sampel, maka jumlah sampel
secara keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 sampel. masing
masing sampel yang terdiri dari :
1. Kelompok A : 8 sampel pembuatan plat akrilik dengan teknik tetes tabur.
2. Kelompok B : 8 sampel pembuatan plat akrilik dengan teknik pengadukan.

4.4

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : self cured acrylic


2. Variabel terikat : teknik tetes tabur dan teknik pengadukan.
4.5

Defisini Operasional

1. Self Cured Acrylic


Merupakan resin yang teraktivasi secara kimia. resin yang teraktivasi secara
kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu
kamar. aktivasi kimia ini dapat mencapai melalui penambahan amintersier
terhadap monomer. komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan

20

menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas


pada polimerisasi dimulai (Nirwana, 2005).
2. Teknik layering atau tetes tabur yaitu meneteskan cairan/monomer kemudian
menaburkan bubuk/polimer secara merata dan tipis diatas model, dilakukan
berulang ulang selapis demi selapis sampai mencapai ketebalan yang merata
(Ardhana, 2011).
3. Teknik moulding atau pengadukan yaitu teknik yang mencampurkan powder dan
liquid dalam pot setelah mencapai konsisten yang diinginkan kemudian adonan
ditempatkan dan dibentuk diatas model dengan cara ditekan dengan ibu jari
(Dentaurum, 2007)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

4.6

Alat Dan Bahan Penelitian

A.

Alat

Pisau model
Bunsen
Bowl
Spuit atau syrige
Kuas
Mikromotor, straight, dan handpiece
Frezer
Stone merah dan stone hijau
Kertas amplas

B.

Bahan

21

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Self cured acrylic


Cms
Malam Merah
Air
Spiritus
Pumice
kryet

4.7 Alur Penelitian


Model kerja
Aplikasi self cured orto resin

22

Dengan teknik
pengadukan, 8
sampel

Dengan teknik
tetes tabur, 8
sampel
Dibuat plat akrilik pada
model kerja
Hasil

Polishing

Pengumpulan data

Dilihat dari efektivitas bahan


Dilihat dari efektivitas waktu
Ada tidaknya porusitas
Hasil

4.8

Prosedur Kerja Di laboratorium

4.8.1 Cara kerja pembuatan plat akrilik dengan teknik tetes tabur
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pembuatan model kerja.
3. Model direndam dalam air kurang lebih 10 menit
23

4. Model kerja diulasi dengan bahan separating medium (cms).


5. Fiksasi kawat-kawat pada posisinya dalam model kerja dengan meneteskan
malam lunak pada bagian buccal sehingga daerah palatal atau lingual tempat
perluasan plat akrilik bebas.
6. Pengisian dimulai pada satu sisinya. model dimiringkan ke arah sisi tertentu
kemudian dilanjutkan pada sisi berikutnya.
7. Taburkan bubuk akrilik tipis tipis, kemudian teteskan cairan pada bubuk
sedikit demi sedikit sampai bubuk teserap oleh semua cairan.
8. Demikian seterusnya sampai didapatkan ketebalan plat akrilik yang cukup
(kurang lebih ketebalan malam merah).
9. Tunggu sampai plat akrilik setting selanjutnya finishing dan polishing.
4.8.2 Cara kerja pembuatan plat akrilik dengan teknik pengadukan.
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pembuatan model kerja.
3. Aduk akrilik resin sampai dough stage caranya campurkan powder akrilik
dan liquid dengan perbandingan sesuai dengan petunjuk pabrik.
4. Letakkan pada model kerja rahang atas maupun rahang bawah.
5. Untuk rahang atas buat bulatan (rolled) dari akrilik resin. letakkan ditengahtengah palatum model kemudian ratakan dan disesuaikan dengan memakai
cellophan basah.
6. Untuk rahang bawah bentuk bulat panjang (rolled flat) ketebalan tertentu
kemudian letakkan diatas ridge model ratakan dengan dan disesuaikan
dengan jari dengan memakai cellophan basah.
7. Tunggu hingga plat akrilik setting selanjutnya lalukan finishing dan
polishing

24

4.9

Pengolahan Data dan Analis Data

4.9.1 Pengolahan Data


Data yang didapatkan dari hasil pengukuran akan diolah
dalam bentuk tabel seperti dibawah ini :
Sampel

Teknik Layering
Efektivita Efektivita Ada

Teknik Molding
Efektivita Efektivita ada

s waktu

s waktu

s bahan

tidaknya
porusitas

s bahan

tidaknya
porusita
s

1
2
3
4
5
6
7
8
Ratarata

25

Keterangan Tabel :
a. Setiap kelompok sampel akan dihitung waktu dan bahan
yang digunakan
b. Hasil pengukuran untuk setiap kelompok sampel (8 sampel)
akan dimasukkan ke dalamm tabel sesuai dengan kelompok
sampelnya masing-masing.
c. Hasil dari pengukuran untuk setiap kelompok sampel akan
dijumlahkan dan ditemukan rata-ratanya.
4.9.2 Analisa Data
a. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan jumlah
keseluruhan 8 sampel dengan 2 kelompok sampel.
b. Masing-masing angka yang didapatkan dari pengukuran
pada setiap kelompok diambil nilai rata-rata dan kemudian
dibandingkan.

26

Anda mungkin juga menyukai