Anda di halaman 1dari 18

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS/KOMPETENSI 1. Melakukan manipulasi gipsum plaster dengan tepat. 2.

Melakukan initial setting time dengan tepat berdasarkan variasi perubahan rasio W:P. 3. Mengukur final setting time dengan tepat berdasarkan rasio W:P. II. ALAT DAN BAHAN 2.1 ALAT a. Mangkuk karet dan spatula

Gambar 1. Mangkuk karet dan spatula b. Gelas ukur

Gambar 2. Gelas ukur c. Stopwatch

Gambar 3. Stopwatch 1

d. Timbangan analitik

Gambar 4. Timbangan analitik e. Cetakan bentuk cincin

Gambar 5. Cetakan bentuk cincin f. Vibrator

Gambar 6. Vibrator g. Lempeng kaca

Gambar 7. Lempeng kaca

h. Jarum Gillmore

Gambar 8. Jarum Gillmore i. Termometer digital

Gambar 9. Termometer digital j. Kertas tisu

Gambar 10. Kertas tisu

2.2 BAHAN a. Gipsum Plaster

Gambar 11. Bubuk gipsum plaster b. Air PAM

Gambar 12. Air PAM c. Vaselin

Gambar 13. Vaselin

III. CARA KERJA 3.1 Pencampuran Gipsum a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum terlebih dahulu. b. Menimbang bubuk gipsum plaster sebanyak 50 gram. Mengambil Air PAM sebanyak 30 ml.

Gambar 14. Saat menimbang gipsum c. Mengukur air PAM sebanyak 30 ml , lalu memasukkan air ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu, kemudian memasukkan bubuk gipsum sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet dan membiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara. Pada saat mulai pencampuran antara gipsum dan air , harus menyalakan stopwatch, pada saat itu mulai menghitung awal setting time.

Gambar 15.a. Mencampur bubuk gipsum dengan air 15.b. Membiarkan gipsum yang tercampur selama 30 detik d. Mengaduk gipsum dan air sampai homogen menggunakan spatula dengan gerakan memutar selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu juga memutar mangkuk karet secara perlahan-lahan. Kemudian meletakkan mangkuk karet diatas vibrator dengan kecepatan rendah selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.

Gambar 16. Saat mangkuk karet diletakkan di atas vibrator e. Mengolesi cetakan cincin dengan vaselin, kemudian menuangkan adonan gipsum ke dalam cetakan diatas vibrator yang sudah dihidupkan dengan kecepatan rendah untuk menghilangkan udara yang terjebak, kemudian meratakan permukaaan cetakan. 3.2 Pengukuran pengerasan awal (initial setting) a. Menyalakan stopwatch dan memulai mengukur pada saat menuangkan adonan ke dalam cetakan. Meletakkan cetakan di bawah jarum Gillmore dengan berat beban pound dengan penampang jarum 1/12 inch. Kemudian, menusuk permukaan adonan gipsum dengan gerakan cepat dan mengangkat jarum kembali, kemudian membersihkan ujung jarum dengan tissue.

Gambar 17. Menusuk permukaan cetakan dengan jarum Gillmore untuk menentukan initial setting b. Mengulangi penusukan pada permukaan adonan setiap 30 detik, sambil memutar cetakan untuk mendapatkan daerah tusukan yang berbeda.

c. Mengulangi penusukan pada permukaan adonan secara terus menerus hingga jarum tidak dapat menusuk permukaan adonan gipsum, pada saat jarum tidak bisa menusuk permukaan adonan maka harus mematikan stopwatch dan mencatat waktu initial setting. 3.3 Pengukuran pengerasan Akhir (final setting) a. Setelah jarum Gillmore dengan ukuran 1/12 inch tidak dapat menusuk permukaan adonan gipsum lagi, maka harus memindahkan cetakan gipsum dibawah jarum Gillmore yang berukuran 1/24 inch dengan beban 1 pound. b. Menyalakan stopwatch pada saat menusuk permukaan adonan gipsum dengan cara seperti pada pengukuran initial setting sampai jarum tidak dapat menusuk permukaan adonan gipsum. Pada saat jarum tidak bisa menusuk permukaan adonan gipsum, maka harus mematikan stopwatch dan mencatat waktunya.

Gambar 18. Menusuk permukaan adonan gipsum dengan jarum Gillmore dengan ukuran 1/24 inch untuk menentukan final setting

Gambar 19. Hasil akhir

Catatan : 1. Percobaan di atas dengan rasio bubuk gipsum sebanyak 40 gram dan 30 ml air. 2. Percobaan diatas diulangi dengan rasio gipsum sebanyak 50 gram dan 35 ml air. 3. Mencatat hasil praktikum dan menghitung hasil akhir. IV. HASIL PRAKTIKUM Tabel 1. Initial Setting dan Final Setting Kelompok A1a No. Percobaan W/P Rasio 30ml/50gr Jumlah Pengadukan per menit 102 Initial Setting 10 menit 20 tusukan 13 menit 30 detik 27 tusukan 15 menit 30 detik 31 tusukan Final Setting 2 menit 30 detik 5 tusukan 4 menit 30 detik 9 tusukan 5 menit 28OC 10 tusukan 25 menit 50 detik 28OC Suhu Total Waktu Pengerasan 17 menit 50 detik

1.

2.

Jumlah Tusukan W/P Rasio 113 30ml/40gr Jumlah Tusukan W/P Rasio 35ml/50gr 100

28OC

22 menit 20 detik

3.

Jumlah Tusukan Keterangan :

1. Total Waktu Pengerasan 30ml/50gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator + Initial setting + Final Setting = 30 detik + 1 menit + 3 menit 50 detik +10 menit+ 2 menit 30 detik =17 menit 50 detik 2. Total Waktu Pengerasan 30ml/40gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator + Initial setting + Final Setting = 30 detik + 1 menit + 3 menit 50 detik+ 13 menit 30 detik + 4 menit 30 detik = 22 menit 20 detik 3. Total Waktu Pengerasan 35ml/50gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator + Initial setting + Final Setting= 30 detik + 1 menit + 3 menit 50 detik+ 15 menit 30 detik + 5 menit = 25 menit 50 detik.

Tabel Hasil Pengamatan menunjukkan gipsum dengan W/P rasio 30/50gr memiliki initial setting time 10 menit, sedangkan final setting time 2 menit 30 detik. Pada gipsum dengan W/P rasio 30/40gr memiliki initial setting time 13 menit 30 detik, sedangkan final setting time 4 menit 30 detik. Untuk W/P rasio 35/50gr memiliki initial setting time 15 menit 30 detik, sedangkan final setting time 5 menit. Sehingga untuk mencapai waktu pengerasan, dapat dijumlahkan melalui waktu mencampur air dan gipsum ditambah dengan pengerasan awal dan pengerasan akhir. Tabel 2. Initial Setting dan Final Setting Kelompok A1b No. Percobaan Jumlah Initial Setting 8 menit 19 tusukan 11 menit 5 detik 23 tusukan 12 menit 8 detik 22 tusukan Final Setting 13 menit 10 detik 16 tusukan 7 menit 14 tusukan 8 menit 8 detik 28OC 13 tusukan 22 menit 16 detik 28OC 28OC 23 menit 10 detik 20 menit 5 detik Suhu Mixing Time Pengadukan W/P Rasio 94 30ml/50gr Jumlah Tusukan W/P Rasio 115 30ml/40gr Jumlah Tusukan 3. W/P Rasio 35ml/50gr 122

1. 2.

Jumlah Tusukan Keterangan :

1. Total Waktu Pengerasan 30ml/50gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator + Initial setting + Final Setting = 30 detik + 1 menit + 30 detik + 8 menit + 13 menit 10 detik = 23 menit 10 detik 2. Total Waktu Pengerasan 30ml/40gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator + Initial setting + Final Setting = 30 detik + 1 menit + 30 detik + 11 menit 5 detik + 7 menit = 20 menit 5 detik 3. Total Waktu Pengerasan 35ml/50gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator + Initial setting + Final Settin g = 30 detik + 1 menit + 30 detik + 12 menit 8 detik + 8 menit 8 detik = 22 menit 16 detik

V. PEMBAHASAN 5.1 Latar Belakang 10

Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan, berupa bubuk putih, dengan rumus kimia CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat). Dihidrat murni biasanya memiliki kandungan kimia (dalam bentuk oksida), seperti CaO 32,5%, SO3 46,6%, dan H2O 20,9%. Gipsum pada kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Gips adalah salah satu bahan yang sering digunakan dalam aplikasi di bidang kedokteran gigi. Bahan dasar/komposisi utama pembuatan gips adalah Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO4.2H2O) yang dihancurkan, dipanaskan dan diolah hingga menjadi bubuk gips. (Singh, 2006) Pembuatan produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi merupakan hasil pengapuran sulfat dihidrat atau gipsum sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat. Secara umum, mineral gipsum dihaluskan dan dipanaskan dengan temperatur 110-120oC untuk mengeluarkan air. Ketika temperatur semakin ditingkatkan, sisa air dari kristalisasi dikeluarkan dan terbentuk produk seperti yang diinginkan. Material ini secara luas digunakan untuk membuat model, casts, dan dies dari kristalisasi.( McCabe dan Walls 2008, hal.32) Produk gipsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Saat ini penggunaan gipsum dalam kedokteran gigi telah meluas. Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gigi tiruan. Selain itu kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk membuat model kerja maupun model studi sehingga bahan gipsum ini harus mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi tiruan. Banyaknya pengunaan gips dalam bidang kedokteran gigi, maka perlu untuk mengetahui segala aspek dalam gips terutama sifat-sifatnya sehingga akan memudahkan dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal. Untuk lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan yang akan memperlihatkan cara manipulasi gips yang benar serta pengaruh sifat-sifatnya terhadap hasil manipulasi. Berdasarkan standar ISO, dental gypsum dapat diklasifukasikan menjadi lima tipe yaitu sebagai berikut :

Tabel 3 : Type Gipsum Type Name 11

Type 1 Dental plaster, impression. Type 2 Dental plaster, model. Type 3 Dental stone, die , model. Type 4 Dental stone, die, high strength, low expansion. Type 5 Dental stone, die, high strengh , high expansion. Sumber : McCabe and Walls, 2008, Hal. 32 Pada praktikum ini yang digunakan adalah gipsum type 2 yaitu dental plaster. Dental plaster atau plaster laboratorium tipe II digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa. Pada saat ekspansi pengerasan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, sehingga terlihat kontras dengan stone yang umumnya berwarna. (Annusavice, 2004. Hal. 169) Manipulasi dari gipsum dilakukan dengan melakukan pencampuran bubuk dari gipsum ini dengan air. Proses pencampuran disebut dengan spatulasi. Proses spatulasi memiliki efek tertentu pada setting time dan setting expansion. (Craigs, 2008. Hal.395-396) Gipsum memiliki waktu setting. Proses setting dimulai tepat setelah air dan bubuk selesaimdicampur. Tahap pertama dalam proses setting adalah bersatunya air dengan hemihidrat. Hemihidrat yang telah larut secara cepat berubah menjadi dihidrat yang mempunyai kelarutan lebih rendah. Kelarutan yang telah melebihi batas menyebabkan larutan memadat. Proses terus berlanjut sampaiseluruh hemihidrat berubah menjadi dihidrat. Ketika hemihidrat dicampur dengan air terbentuk dihidrat dengan reaksi sebagai berikut: (CaSO4)2, H2O + 3H3O 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi eksotermik, dimana reaksi ini menghasilkan panas 3900 kal/gr mol. Pada proses tersebut terjadi : 1. Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk kalsium sulfat dihidrat. 2. Terjadi presipitasi kristal kalsium sulfat dihidrat menjadi bahan yang kaku tetapi tidak keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermos dan panas masih berlangsung (Initial Setting). 3. Bahan keras, kaku, ekspansi thermos dan panas sudah berakhir (Final Setting) Setting time dapat diidentifikasi melalui dua tahap. Tahap pertama, dimana material berkembang menjadi padat namun lemah,dan flow kurang. Tahap ini dikenal sebagai tahap initial setting. Saat material telah mempunyai kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk dilakukan pengerjaan, tahap ini disebut final setting. Ciri-ciri tahap setting dari gipsum 12

dapat diukur dengan menggunakan tekanan dari jarum Gillmore. Jarum yang lebih berat memiliki diameter ujung yang lebih kecil sehingga menghasilkan gaya tekan yang lebih besar. Initial setting dapat didefinisikan saat gipsum dapat menyangga jarum yang ringan. ( McCabe dan Walls 2008, hal.34-35)

Gambar 16.Jarum Gillmore Menurut teori, setting time gipsum dapat dikontrol dengan beberapa cara yakni pengaturan waterpowder (W/P) rasio, pengaturan suhu air yang akan dipakai serta suhu ruangan. Penambahan W/P rasio memperlambat setting dengan mengurangi konsentrasi dari pengkristalan nucleus ( McCabe dan Walls2008, hal 37). Jumlah air dan hemihidrat yang digunakan secara akurat diukur melalui berat. Rasio penggunaan air dan hemihidrat disebut dengan W/P rasio. W/P rasio adalah faktor yang penting dalam menentukan sifat fisik dan kimia dari hasil final produk gipsum, sebagai contoh apabila W/P rasio bertambah maka setting time bertambah, kekuatan dari gipsum menurun, serta setting expansion menurun ( Annusavice 2003, hal 261 ). Proses pengadukan atau disebut spatulation juga memiliki pengaruh pada setting time dan setting expansion suatu material. Peningkatan jumlah pengadukan (baik kecepatan atau lama waktu pengadukan maupun keduanya) akan memperpendek setting time. (Craig dan Powers 2002, hal. 395-396)

13

Saat bubuk dimasukkan ke dalam air, reaksi kimia dimulai dan kalsium sulfat dihidrat mulai terbentuk. Saat pengadukan, kalsiumsulfat dihidrat baru yang terbentuk memecahkan kristal kecil dan memulai nukleasi baru disekitar kalsium sulfat dihidrat yang dapat diendapkan. Penambahan jumlah pengadukan menyebabkan nukleasi terbentuk dan perubahan kalsium sulfat hemihidrat menjadi dihidrat membutuhkan waktu yang lebihsedikit. (Craig dan Powers 2002,hal.395-396 ) Saat gipsum dicampur dengan air, pencampuran harus dilakukan dengan benar untuk mendapatkan campuran yang halus. Air dituangkan ke dalam mangkuk pencampuran yang memiliki desain dan ukuran yang sesuai. Serbuk ditambahkan dan dibiarkan di dalam air selama sekitar 30 detik. Teknik ini akan mengurangi jumlah udara yang masuk ke dalam campuran selama pengadukan awal. (Craig and Powers, 2002 hal.404) Serbuk diaduk selama kurang lebih 1menit dengan menggunakan spatula, selanjutnya dilakukan pengadukan bersama vibrator selama 20 sampai 30 detik. (Annusavice 2003 hal.277) 5.2 Analisis dan Implikasi Berdasarkan data yang diperoleh, hasil menunjukkan bahwa perbedaanW/P rasio memiliki pengaruh padasetting time. Percobaan ini dilakukan dalamsuhu air dan suhu ruang yang sama dengan mengganti-ganti W/P (water / powder) 10rasio. Jumlah pengadukan yang dianjurkan dalam praktikum ini adalah 120putaran/menit, akan tetapi pada hasil jumlah pengadukanyang kelompok kami kerjakan hasilnya berbeda-beda pada kecepatan mengaduk dan banyaknya mengaduk. Setting time terdiri dari 2 tahap yaitu, tahap initial setting dan tahap final setting. Pada tabel hasil pengamatan didapatkan bahan gipsum dengan perbandingan W/P sejumlah 30 ml/ 50 gr membutuhkan waktu 15 menit 20 detik untuk inital setting dan 17 menit 50 untuk final setting. Pada percobaan kedua 40 gram/30ml membutuhkan waktu 17 menit 21 detik untuk initial setting dan 21 menit 50 detik untuk final setting. Dan pada percobaan ketiga 50 gr/35ml initial setting membutuhkan waktu 19 menit 5 detik dan final setting 24 menit 5 detik. Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi perbandingan W/P rasio, semakin panjang setting time, dengan kata lain semakin tinggi kadar air dalam campuran gipsum lama waktu yang diperlukan untuk setting time semakin panjang. Terlihat pada percobaan kedua yang perbandingan airnya lebih banyak maka setting time lebih panjang daripada dua percobaan lainnya yang memiliki perbandingan 14

air lebih sedikit. Perbedaan setting time disebabkan perbedaan W/P rasio ini kecepatan tumbukan antar partikel gipsum pada tiap percobaan berbeda. Semakin sedikit jumlah rasio bubuk dalam adonan, kecepatan tumbukan antar partikel akan semakin lambat. Kecepatan tumbukan akan berpengaruh pada energi yang dihasilkan. Energi itulah yang digunakanuntuk melakukan reaksi setting. Semakin sedikit energi yang dihasilkan, reaksi yang terjadi akan semakin lambat, hingga akhirnya setting time yang dihasilkan semakin lambat. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi setting time, yaitu:
1. W/p ratio dari campuran

Jika bubuk yang digunakan dalam campuran melebihi aturan yang dianjurkan dalam hal ini campuran akan menjadi lebih kental. Apabila bubuk yang digunakan lebih banyak, maka kristal dihidrat yang terbentuk akan lebih cepat terikat akibat dari letak kristal dihidrat tersebut yang berdekatan. ( Annusavice, 2003 ). Hal ini yang menyebabkan setting time yang lebih cepat. Demikian sebaliknya, bila air yang ditambahkan lebih banyak maka setting time akan menjadi lebih lama dan kekuatan gipsum akan cenderung menurun.

2. Spatulasi Pada batas batas tertentu peningkatan jumlah spatulasi (baik kecepatan spatulasi, waktu maupun keduanya) dapat memperpendek setting time. Pada saat bubuk dimasukkan dalam air yang terdapat pada mangkuk karet, reaksi kimia dimulai, dan beberapa kalsium sulfat dihidrat terbentuk (Craigs, 2008. p.395-396). Selama spatulasi kalsium sulfat dihidrat yang terbentuk mulai hancur menjadi bagian yang lebih kecil dan terbentuk baru pada pusat dari inti di sekitar kalsium sulfat dihidrat yang dapat diendapkan. Karena peningkatan jumlah dari spatulasi menyebabkan pusat inti terbentuk. Konversi kalsium sulfat hemihidrat ke kalsium sulfat dihidrat membutuhkan waktu yang lama. Jadi, lebih panjang pengadukan akan mempercepat setting time, lebih cepat pengadukan maka akan menambah setting expansion (Craigs, 2008. p.395-

15

396).Pengadukan dilakukan sampai gipsum mengalami pengerasan dan mengalami proses setting. Pengadukan yang optimal adalah 120 kali dalam 1 menit. Selain itu, lama pengadukan juga akan mempengaruhi setting time dari gipsum ini. Pengadukan yang terlalu lama dapat menyebabkan setting time yang semakin cepat. Lebih jelasnya proses pencampuran ini akan dijelaskan oleh reaksi di bawah ini. Kalsium sulfat dihidrat + air (CaSO4)2.H2O 3. Suhu Perlu diperhatikan juga terdapat faktor lain yang berpengaruh dalam penentuan setting time dari gipsum. Suhu dari air yang digunakan untuk pencampuran, serta suhu ruangan memiliki efek pada reaksi setting dari produk gipsum. Suhu memiliki dua efek utama pada reaksi setting dari produk gipsum. Efek pertama dari peningkatan suhu adalah perubahan kelarutan relatif dari kalsium sulfat hemihidrat dan kalsium sulfat dihidrat yang mengubah laju reaksi. Apabila rasio kelarutan menurun, reaksi diperlambat maka setting time meningkat. (Craigs Hal.396) Efek kedua adalah perubahan mobilitas ion dengan suhu. Secara umum, karena peningkatan suhu mobilitas dari kalsium dan ion sulfat meningkat yang disertai dengan meningkatnya reaksi dan memperpendek setting time. (Craigs Hal.396) Apabila suhu air yang digunakan rendah maka akan memperlambat setting reaksi. Sebaliknya, apabila suhu air yang digunakan tinggi akan mempercepat setting reaksi. (Craigs Hal. 396) 4. Penambahan bahan kimia ke dalam bubuk hemihidrat Penambahan bahan kimia dalam bentuk akselerator atau retarder, yang biasanya ditambahkan oleh pabrik untuk mengatur setting time juga mempunyai efek untuk menurunkan nilai setting expansion dengan cara mengubah bentuk kristal dihidrat yang terbentuk. Oleh karena itu, akselerator atau retarder disebut juga sebagai antiexpantionagent. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat, sedangkan yang digunakan sebagai retarder adalah boraks.(McCabe and Walls, 2008, hal. 37) kalsium sulfat dihidrat + panas 2CaSO4.2H2O

3H2O

16

VI. SIMPULAN Berdasarkan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi setting time gipsum tipe II yaitu rasio W/P dan cara pengadukan. Pengaruh rasio W/P semakin besar rasio W/P, maka akan semakin memperlambat setting time. Sebaliknya, semakin kecil rasio W/P, maka akan semakin mempercepat setting time. Pengaruh yang kedua adalah pengadukan, Semakin lama pengadukan, maka akan mempercepat setting time. Begitu sebaliknya, semakin cepat pengadukan, maka akan memperpanjang setting time. (McCabe and Walls,2008, hal.37) Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa jika jika terdapat selisih 0,1 pada rasio W/P akan menambah waktu setting selama 8 menit, maka jika terdapat selisih rasio W/P 0,05 akan menambah waktu setting selama 4 menit. Akan tetapi, pada percobaan 2 penambahan waktu setting selama 4 menit 30 detik dan pada percobaan 3 penambahan waktu setting selama 3 menit 30 detik. Hal ini tentunya merupakan sebuah penyimpangan dan faktor yang mempengaruhi adalah rasio W/P, suhu, kelembapan ruangan dan pengadukan.

17

DAFTAR PUSTAKA

Singh, M 2006, Making A Gypsum Plaster in Bhutan An Experience. Journal of Scientific and Industrial Research, vol. 65. Retrieved: March 23, 2012, from http://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/4964/1/JSIR%2065%2810%29%20826829.pdf Anusavice, K. J. 2003.Phillips : Science of Dental Material . USA : WBElsevier, Saunders Company. Craig, R. G. & Powers, John M. 2004. Restorative Dental Material. USA :Mosby Inc.McCabe. John F. & Walls, Angus W. G. 2008. Applied Dental Materials 9thed . UK : Blackwell Publishing.

18

Anda mungkin juga menyukai