Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam
pembangunan unsur manusia agar memiliki kualitas, mampu bersaing diare yang
penuh tantangan saat ini maupun masa yang akan datang. Masalah kesehatan di
masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga ataupun perilakuperilaku kelompok masyarakat, diantaranya adalah yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan, gizi, masalah dengan pemeliharaan diri sendiri yang
didalamnya termasuk juga pemeliharaan kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan
dalam pemeliharaan diri (Effendy, 1998).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh.
Karies adalah penyakit multifaktorial yang terjadi akibat adanya kombinasi 4
faktor utama yaitu host (gigi dan saliva), mikroorganisme di dalam plak gigi
terutama streptococcusmutans, substrak dan waktu terbentuknya kavitas (Haris,
2004). Faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung
dengan terjadinya karies salah satunya adalah perilaku terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut (Tarigan,1992).
Rampan karies merupakan penyakit multifaktorial dimana faktor faktor
tersebut saling berinteraksi. Ada beberapa faktor yang memiliki kontribusi dalam
menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak. Faktor kejadian karies gigi antara
lain faktor dari makanan, kebersihan mulut, kebiasaan kebiasaan yang tidak sesuai
dengan kesehatan seperti mengemut makanan dan pemberian makanan melalui
botol. Selain dari faktor kebiasaan dan faktor makanan, kondisi yang
memperparah terjadinya karies pada anak ini adalah karena ketidak pahaman
orang tua terhadap penyebab utama terjadinya karies tersebut, dimana karies
tersebut dipicu oleh pemberian larutan yang manis, seperti air susu, soft drink
menggunakan botol, serta air susu ibu yang cara pemberian, frekuensi serta
intensitasnya kurang tepat. Lamanya larutan tersebut berada di rongga mulut,
seperti ketika anak tertidur sambil mengemut (mengedot) soft drink air air susu
dalam botol lebih memeperparah terjadinya rampan karies pada gigi anak (Yuwie,
2007).

Pada anak balita pengaruh orang tua sangat berperan dalam membentuk
perilaku anak. Sikap dan perilaku orangtua terutama ibu yang biasanya orang
terdekat dengan anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut memberi
pengaruh yang cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Sehingga,
pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin pada anak agar
mereka mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan
benar (Natamiharja, 2010).
Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut akan
menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan
proses yang penting dari pertumbuhan anak. Pada usia 12-60 bulan, periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa ini. Pertumbuhan dasar
yang berlangsung pada masa ini akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Ibu

harus mengetahui cara merawat gigi

anaknya tersebut, dan ibu harus mengajari anaknya cara merawat gigi dengan
baik. Walaupun masih memiliki gigi susu,seorang anak harus memiliki perhatian
yang serius dari ibu. Kondisi gigi susu anak sangat menentukan pertumbuhan gigi
permanen anak (Gultom, 2009).
Berdasarkan survei pendahuluan di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari, kabupaten Malang, didapatkan bahwa masih ada hambatan yang terjadi
dalam upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yaitu sekitar 76% ibu memiliki
pengethuan yang kurang tentang rampan karies pada balita. Melihat masalah ini
belum pernah dilakukan survei di Dusun Pakel, Desa Baturetno Kecamatan
Singosari, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, bisa dirumuskan permasalahan
penelitian ini sebagai berikut yaitu : Bagaimanakah Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Rampan Karies pada Balita Usia 12-60 Bulan di Dusun
Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies


pada balita di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada


balita ditinjau dari usia ibu di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang.
2. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada
balita di tinjau dari pendidikan terakhir ibu di Dusun Pakel, Desa
Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
3. Mengetahui gambaran tingakat pengetahuan ibu tentang rampan karies
pada balita di tinjau dari pekerjaan ibu di Dusun Pakel, Desa Baturetno,
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Keilmuan
Dalam bidang keilmuan, diharapkan survei ini mampu memberikan
sumbangan wacana, sehingga dapat dilakukan survei lebih lanjut, untuk
memperkaya pengetahuan ibu tentang rampan karies.
1.4.2 Manfaat Institusional
Bagi institusional, diharapkan kegiatan ini dapat menjadi sarana
pendekatan, sehingga tercipta hubungan positif antara institusi dengan
masyarakat.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
rampan karies.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan


Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai (Salam, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Menurut Bloom dan Skinner, pengetahuan adalah
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya
dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut
merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan
atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengatahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu


objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Menunjukkan

pada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menyambungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang


baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
2.1.3. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh petanyaan.
b. Cukup :Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan.
c. Kurang :Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan.
2.1.4 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni :
1. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)


Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi


sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran (Notoatmodjo, 2005).
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut
orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula
menggunakan cara tersebut (Notoatmodjo, 2005).
d. Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh

pengetahuannya.

Dengan

kata

lain,

dalam

memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan


jalan pikiran (Notoatmodjo, 2005).
2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah (Notoatmodjo, 2005).
2.1.5 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa factor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya


dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan
tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu obyek

juga mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan

negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap


seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap obyek tersebut.
2. Media Massa atau Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan penyuluhan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari.
Pekerjaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinterksi dengan orang lain
lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa
berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional
serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keteraduan
menalar secara ilmiah dan etik
5. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
6. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari pengalaman
pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
7. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan
prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (>
60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari

prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi


yang dijumpai dan sehingga menambah pengetahuan. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan hidup :
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.
Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain
seperti misalnya kosakata dan pengetahuan umum.
2.2 Rampan Karies
2.2.1 Pengertian Rampan Karies
Rampan karies merupakan salah satu penyakit gigi berlubang yang akut
dan parah pada pasien anak dengan ditandai munculnya karies di sekitar gigi seri
atas dan gigi geraham besar (Rahmi, 2011). Menurut Massler (2002), rampan
karies adalah karies yang timbul dengan cepat,

menyebar secara luas dan

menyeluruh sehingga cepat mengenai pulpa. Lesi ini ditandai dengan terkenanya
gigi anterior bawah yang biasanya imun terhada karies. Winter (2007),
mengatakan bahwa rampan karies adalah lesi akut yang meliputi sebagian atau
semua gigi yang telah erupsi, menghancurkan jaringan mahkota gigi dengan cepat
termasuk permukaan yang biasanya imun terhadap karies gigi.
Rampan karies adalah merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu keadaan sebagian besar, semua gigi susu, yang mengalami
kerusakan (karies) secara luas dan berkembang dengan cepat (Mahafudo, 2008).
Karakteristik karies rampan adalah terkenanya permukaan proksimal gigi
insisivus (dentes Insicivus) bawah, yang berkembang hingga mengenai servikal,
proses karies rampan sama dengan proses karies biasa hanya terjadinya lebih
cepat (Mahafudo, 2008).

10

Gambar 1 : Rampan Karies


(Mahafudo, 2008).
2.2.2 Tahap Perkembangan Rampan Karies
Menurut (Rohani, 2009), ada empat tahap perkembangan terjadinya
rampan karies yang terjadi yaitu :
1) Tahap Awal
Pada proses terjadinya rampan karies, pertama tama di tandai
dengan terlihatnya warna putih seperti kapur pada bagian servik dan
proksimal gigi anterior atas akibat demineralisasi pada enamel. Keadaan
ini disebut juga karies dini atau white spot, white spot karies yang terjadi
pada sub surfice enamel sedangkan survise enamel belum rusak.
2) Tahap Kerusakan
Ditandai dengan meluasnya lesi ke dentin gigi anterior atas
sehingga membentuk kavitas dan menunjuk kan perubahan warna coklat
tua atau hitam disekeliling leher gigi. Pada tahap ini anak sudah mulai
mengeluh sakit pada saat makan atau minum dingin.
3) Tahap Lesi Dalam
Ditandai dengan meluasnya lesi ke pulpa gigi anterior maksila,
tahap ini dicapai dalam waktu 10 sampai 14 bulan, pada tahap ini sering
ada keluhan rasa sakit beberapa menit sewaktu makan , minum panas
atau dingin, rasa sakit spontan sewaktu menyikat gigi.
4) Tahap Traumatik
Ini terjadi karena diabaikan nya gejala dari tahap sebelumnya,
ditandai dengan keadaan gigi anterior atas yang mulai menimbulkan rasa
sakit, dimana tekanan ringan dapat menyebabkan fraktur pada gigi. Pada

11

setiap tahap perkembangan karies, dapat terhenti bila penyebab dari


rampan karies dapat di batasi.
2.2.3 Proses Terjadinya Rampan Karies
Pada awalnya karies mengenai email gigi dengan ditandai oleh
munculnya garis berwarna kecoklatan pada gigi seri atas anak. Pada awalnya
hanya ada pada satu gigi, tetapi lama kelamaan mengenai gigi seri lainya. Garis
berwarna kecoklatan tersebut tidak bisa dihilangkan dengan menyikat gigi
ataupun digosok dengan cotton bud. Garis berwarna kecoklatan tersebut menandai
awalnya proses kerusakan email. Proses kerusakan email terus berlanjut jika
penyebabnya tidak segera dihilangkan, pemeliharaan kebersihan gigi tidak tepat,
dan pola makan kurang baik. Kerusakan email ini kemudian bisa berkembang
menjadi karies pada gigi, yang selanjutnya menyebar hingga gigi lainya (Afrilina,
2006).
2.2.4 Patogenesis Rampan Karies
Bila di tinjau dari dari faktor patogenesis bahwa posisi tidur, dengan dot
botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan membasahi permukaan gigi
sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah, pada keaadaan tersebut
jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva mengental sehingga efek
pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian akan meningkatkan kualitas
bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan bakteri menurunkan ph
saliva sehingga lingkungan rongga mulut menjadi asam permukaan gigi yang
terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya karies (Kidd, 2000).
2.2.5 Pencegahan Rampan Karies
Menurut Mahafudo (2008), ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya
rampan karies, meliputi :
a. Rajin membersihkan gigi anak setiap hari
b. Jangan biarkan anak sering terlena dalam menikmati makanan atau
minuman terutama jus, susu formula
c. Perkenalkan dan ajarkan pada anak minum dengan cup,gelas saat mulai
menginjak usia 2 tahun
d. Gunakan sedikit atau bahkan tidak sama sekali memberikan gula pada
makanan atau minuman anak

12

e. Konsultasilah dengan dokter gigi akan membutuhkan flour pada gigi anak
anda
f. Melakukan pemeriksaan secara rutin kedokter gigi.
2.2.6

Perawatan Rampan Karies

Menurut Riden (2002), pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa
perawatan sebagai berikut :
a. Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi apabila di jumpai ganggren
pulpa atau abses, kemudian berikan obat- obatan melalui oral (antibiotic,
analgetik).
b. Menghentikan proses karies, tiap kavitas meskipun kecil mempunyai
jaringan nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas dipreparasi untuk
membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti.
c. Anjuran untuk melakukan diet control.
d. Lakukan topikal aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif.
Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang
mengandung fluor.
e. Instruksi kebersihan gigi dan mulut. Sikat gigi yang berbulu halus dan
basah dapat digosokkan lembut ke gigi anak. Sangat dianjurkan menyikat
gigi anak dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
2.2.7 Perilaku Ibu Terhadap Rampan Karies
Ibu merupakan panutan bagi setiap anak dalam segala hal termasuk dalam
segi kesehatan gigi, ibu sangat erat hubungannya dengan anak , karena anak-anak
memang masih dalam taraf memerlukan bimbingan yang ketat, memerlukan
kebijaksanaan yang luar biasa, dan memerlukan cara baik. Sehingga peran orang
tua khususnya ibu sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian,
meningkatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara
kebersihan gigi dan mulut. Selain itu ibu juga mempunyai peran yang cukup besar
didalam mencegah terjadinya rampan karies pada anak (Bahuguna, 2011).
Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut
akan menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi
merupakan proses yang penting dari pertumbuhan anak. Ibu harus mengetahui
cara merawat gigi anaknya tersebut, dan ibu harus mengajari anaknya cara

13

merawat gigi dengan baik. Walaupun masih memiliki gigi susu,seorang anak
harus memiliki perhatian yang serius dari ibu. Kondisi gigi susu anak sangat
menentukan pertumbuhan gigi permanen anak (Gultom, 2010).
Banyak factor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting adalah peranan ibu. Sebagai
pemegang figur pertama yang dikenal anak sejak lahir, perilaku dan kebiasaan ibu
akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya, begitu juga dalam hal
makanan. Apa yang anak pelajari tentang apa dan bagaimana makan akan
membentuk pola makan tertentu sampai dia dewasa. Ibu mempunyai peran
penting dalam membentuk pola makan anak terutama pada fase perkembangan
anak usia di bawah 5 tahun (Gultom, 2010).
Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak ini meliputi pengetahuan ibu
tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi yang benar, tanda-tanda
awal lesi karies, jenis makanan yang menyebabkan karies, serta pentingnya
kunjungan ke dokter gigi secara berkala. Bagi sebagian besar ibu, pemberian kasih
sayang pada anak masih kecil cukup dengan memberikan kepuasan emosi pada
anak-anak mereka. Orang tua cukup memenuhi kehendak anak, bahkan biasanya
disiplin tidak terlalu ketat. Ibu banyak yang memberikan makanan yang menjadi
keinginan anak tanpa melihat apakah makanan tersebut sehat dan baik dikonsumsi
bagi anak. Anak-anak umumnya menyukai makanan yang manis-manis.
Kebiasaan ini terbentuk karena ibu membiasakan anak mengkonsumsi makanan
yang manis dengan atau tanpa mereka sadari. Melalui penambahan gula pada
susu, makanan bayi, penggunaan obat-obatan dalam bentuk sirup, lama-lama
kebiasaan ini akan berlanjut sampai dewasa untuk terus mengkonsumsi makanan
yang manis-manis (Gultom, 2010).
Rampan karies pada anak sering terjadi namun kurang mendapat perhatian
khusus dari orang tua khususnya ibu karena anggapan bahwa gigi anak akan
digantikan gigi tetap sehingga mereka menganggap bahwa kerusakan pada gigi
susu yang disebabkan oleh oral higiens yang buruk bukan merupakan suatu
masalah (Gultom, 2010). Ibu kurang menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan
sebenarnya akan sangat besar bila tidak dilakukan perawatan untuk mencegah
karies sejak dini pada anak. Karies yang terjadi pada gigi anak ini dapat

14

menimbulkan rasa sakit atau nyeri, maka anak akan rewel dan susah makan serta
proses mengunyah makanan akan terganggu, sehingga anak menjadi malas makan
dan akhirnya menjadi kurus. Secara tidak langsung, karies pada anak akan
mempengaruhi proses tumbuh kembang dan pertumbuhan gigi permanen anak
(Gultom, 2010).
Proses karies dan faktor risiko terjadinya karies gigi tetap dan gigi sulung
tidak berbeda namun demikian proses kerusakan gigi sulung lebih cepat
menyebar, meluas dan lebih parah dibandingkan gigi tetap. Hal ini selain
disebabkan karena faktor dari dalam sendiri yaitu struktur enamel gigi sulung
yang kurang solid dan lebih tipis serta morfologi gigi sulung yang lebih
memungkinkan retensi dibanding gigi tetap juga disebabkan faktor luar yang
menjadi faktor risiko anak terhadap proses kerusakan gigi seperti keadaan
kebersihan mulut anak yang umumnya lebih buruk dan anak lebih banyak dan
sering makan dan minum kariogenik dibandingkan orang dewasa. Besar kecilnya
faktor risiko terhadap timbulnya karies gigi sulung pada anak usia prasekolah
dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran orang tua dalam merawat kesehatan
gigi. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain yang
berkaitan dengan cara membersihkan diri, jenis makanan yang menguntungkan
kesehatan gigi dan cara makan minum yang benar (Gultom, 2010).
Kebanyakan ibu tidak menyadari penting nya menjaga kesehatan gigi dan
mulut anak, untuknya tidur dengan susu botol sampai tertidur menyebabkan anak
yang minum susu atau minuman manis menjelang tidur sampai tertidur dengan
periode pemberian yang terlalu lama yakni lebih dari 2 tahun dan dengan posisi
dot botol ke rongga mulut cairan manis akan membasahi permukaan gigi sulung
terutama insisif, molar bawah dan molar atas, pada keadaan ini jumlah saliva akan
menurun dan kualitas saliva mengental sehingga efek pembersihan saliva
berkurang.

Lingkungan

demikian

akan

meningkatkan

kuantitas

bakteri

karioganik, hasil fermentasi antara sukrosa dengan bakteri menurunkan PH saliva


sehingga lingkungan rongga mulut menjadi asam. Permukaan gigi yang peka
akan mengalami demineralisasi email dan akhirnya menjadi karies. Sayangnya
sebagian besar anak-anak yang menderita rampan karies tidak sesegera mungkin
diatasi. Ibu baru akan memberi perhatian, apabila telah ada keluhan dari sang

15

anak. Kebanyakan dari mereka berfikiran bahwa gigi susu yang terinfeksi akan
mengalami pergantian (Gultom, 2010).
1. Pengetahuan Ibu
Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting adalah peranan
ibu. Sebagai pemegang figur pertama yang dikenal sejak lahir, perilaku
dan kebiasaan ibu akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya.
Banyak teori tentang tingkah laku seperti Health Belief Model dan teori
Reasoned Action menyatakan tentang peranan besar dari pengetahuan dan
perilaku dalam perubahan tingkah laku. Dalam hal ini khususnya pada
peranan pengetahuan dan tingkah laku orang tua dalam perilaku
kesehatan. Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak ini meliputi
pengetahuan ibu tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi
yang benar, tanda-tanda awal lesi karies, jenis makanan yang
menyebabkan karies, serta pentingnya kunjungan ke dokter gigi secara
berkala.
Pengetahuan ibu terhadap makanan yang bersifat kariogenik sangat
mempengaruhi kesehatan gigi anak. Seorang ibu harus memperhatikan
diet yang tepat untuk anaknya, yaitu memilihkan makanan yang baik
untuk kesehatan gigi anaknya serta mengurangi makanan-makanan manis
yang bersifat kariogenik. Pada umumnya, makanan yang manis seperti
permen, coklat, susu dan biskuit sangat digemari oleh anak-anak.
Makanan tersebut merupakan makanan yang tergolong kariogenik yang
dapat diubah menjadi asam oleh bakteri yang dapat menyebabkan struktur
gigi melarut, sehingga gigi mudah terserang karies (Ryanti, 2005).
2. Sikap Ibu
Menurut Nova 2010, K
esadaran orang tua untuk membawa anaknya berkonsultasi dinilai
masih rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus anak ke dokter gigi
jika sudah terjadi masalah misalnya, ketika pipi anak bengkak karena
giginya rusak. Pemeriksaan ke dokter gigi dengan rutin yaitu setiap 6
bulan sekali sebaiknya dibiasakan sejak dini, meskipun tidak ada masalah

16

sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol bagi kesehatan gigi
anak. Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber informasi yang bisa
dipercaya dalam menerangkan pentingnya merawat gigi dengan tepat.
Orangtua sering menganggap remeh kesehatan gigi anak. Padahal,
kesehatan mulut dan gigi dapat mengganggu perkembangan lain. Menurut
Vincent Iannelli MD, waktu yang paling tepat untuk membawa anak ke
dokter gigi berdasarkan rekomendasi The American Academy of Pediatric
Dentistry yaitu ketika anak telah memiliki gigi pertama atau tidak lebih
dari usia satu tahun.
Semakin cepat anak memeriksakan gigi ke dokter gigi, semakin
cepat dia belajar menjaga kebersihan mulutnya. Misalnya menghindari
meminum susu dari botol pada malam hari, mengenal cara menyikat gigi
dengan benar, dan memakan makanan yang akan mendukung
pertumbuhan gigi yang sehat. Dokter gigi akan menjelaskan lebih detail
mengenai perawatan gigi anak.
3. Tindakan Ibu
Menurut Budianti 2009, perilaku ibu menentukan kesehatan gigi
anak, sebab ibu merupakan figur cukup berperan dalam menjaga kondisi
kesehatan giginya, termasuk dalam hal menyikat gigi dan pola makan
anak. Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan perilaku kesehatan
terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi :
a. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat
sedang menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak
melakukan pembersihan gigi, anak akan lebih termotivasi dan
meniru contoh dari ibunya.

Selain itu ibu juga dapat

memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar.


Sebaiknya ibu tidak membiarkan anak sendirian atau hanya
ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat gigi. Pasta gigi dengan
aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan formulanya
sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta
gigi yang mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak
berusia 3 tahun di mana ia sudah mampu berkumur.

17

b. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau
tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya
menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur.
c. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat
dan memeriksa rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan,
anak tidak akan terlalu merasa asing saat harus dibawa ke dokter
gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam rongga mulut anak dapat
ditemukan sedini mungkin.
2.2.8 Perencanaan Penanggulangan Rampan Karies pada Anak
Sejak gigi susu pertama mulai muncul, perawatan gigi harus sudah
dimulai, pertama-tama dengan membiasakan anak mau membersihkan giginya,
untuk bayi yang gigi susunya baru tumbuh beberapa, biasa dibersihkan dengan
menggunakan cotton but, selain itu untuk mengurangi sisa makanan yang melekat
pada permukaan gigi, beri anak minum air putih yang cukup segera setelah diberi
makanan padat ataupun setelah minum susu (Afrilina, 2006).
Setelah diketahui bahwa proses terjadinya rampan karies pada balita
disebabkan oleh beberapa factor maka dilakukan pencegahan

dengan upaya

upaya sebagai berikut ( sesuai kompetensi perawat gigi).


1. Promotif
Penyuluhan yang

efektif yang berpengaruh positif dan berinteraksi

terhadap kesehatan gigi, penyuluhan ini mampu menumbuhkan kesadaran


dalam merubah prilaku dari salah menjadi benar untuk menumbuhkan
kemandirian orang tua dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
anaknya.
2. Preventif
a. Rajin membersihkan gigi anak setiap hari. Memulai menyikat gigi saat
gigi anak mulai tumbuh (erupsi). Gunakan kain kassa atau kapas basah
untuk membersihkan gigi, gusi dan lidah.
b. Jangan biarkan anak sering terlena dalam menikmati makanan atau
minuman terutama jus, susu dan formula.

18

c. Perkenalkan dan Ajarkan kepada bayi atau anak minum dengan cup,
gelas saat mulai menginjak usia 2 tahun.
d. Gunakan sedikit atau bahkan tidak sama sekali memberikan gula pada
makanan atau minuman anak.
e. Konsultasilah dengan dokter gigi akan kebutuhan fluor pada gigi anak
anda.
f. Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi ciptakan buah hati
anda sehingga mempunyai gigi yang kuat dan sehat. Sebagai orang tua
tentulah menjadi kunci awal dari segala keputusan untuk buah hati
Anda terutama yang masih kecil/bayi (Mahakudo, 2009).
3. Kuratif
a. Penambalan ART
b. Pengobatan sesuai kompetensi
c. Melakukan Rujukan

BAB III
KERANGKA KONSEP

19

3.1 Kerangka Konsep

Pengalaman

Pendidikan

Informasi

Pekerjaan

Usia

Lingkungan

Sosial
budaya dan
ekonomi

Pengetahuan Ibu Tentang


Rampan Karies pada Balita

Rampan karies

Pengetahuan Baik

Pengetahuan Cukup

Pengetahuan Kurang

Gambar 2. Kerangka konsep


Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
3.2 Keterangan Kerangka Konseptual
Pengalaman, pendidikan, informasi, pekerjaan, usia, lingkungan serta sosial
budaya dan ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari pengalaman pribadi
maupun dari pengalaman orang lain. Begitu pula dengan pendidikan, tingginya
pendidikan seseorang maka akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik
dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan gigi dan mulut
pada balita. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Pekerjaan juga
20

merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan

20

yang sering berinterksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila
dibandingkan dengan orang tanpa berinteraksi dengan orang lain.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya,

sehingga

pengetahuan

yang

diperolehnya

semakin

membaik.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam


individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
Tingkat pengetahuan ibu dalam pengasuhan anak, diantaranya dalam
memperhatikan kesehatan gigi dan mulut untuk menjamin terpeliharanya
kesehatan gigi dan mulut anak, sehingga dapat anak dapat tercegah dari rampan
karies. Rampan karies akan dapat dihindari apabila memiliki pengetahuan yang
baik tentang rampan karies, dapat dicegah apabila pengetahuan sedang namun
rampan karies akan sering terjadi apabila pengetahuannya kurang.

21

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap rampan karies pada balita (usia
12-60 bulan) di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian : Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang.
Waktu penelitian : 11 Februari 2016.
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian dan Sample
Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita (usia 12-60
bulan) di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang dengan jumlah populasi 103 balita.
Sampel penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki balita (usia 12-60
bulan) laki laki dan perempuan di Dusun Pakel, Desa Baturetno,
4.3.2

4.3.3

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yang memenuhi kriteria sampel.


Besar Sampel
n
=
N
1 + N d2
=
103
1 + 103 (0,1)2
= 50,7
= 51

Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling
yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang
21

sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).


4.4 Kriteria Sampel
1. Ibu yang bertempat tinggal di Dusun Pakel, Desa Baturetno< kemacatan
Singosari, Kabupaten Malang.

22

2. Ibu yang memiliki balita laki-laki dan perempuan usia 12-60 bulan.
4.5 Definisi Operasional
Variabel

Definisi Operasional

Cara

Alat

Skala Data

Tingkat

Hasil wawancara

Mengukur
Wawancara

Pengukur
Kuisoner

Ordinal

pengetahuan

dengan kuisoner
yang berkaitan
dengan pengetahuan
ibu tentang rampan
karies yang
dikatagorikan
dengan baik, sedang,
buruk.

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian ini adalah
1. Kuisoner
2. Alat tulis

4.7 Pengolahan dan Analisa Data


4.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini adalah pengolahan dengan computer.
1. Editing
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan berupa angket
harus dilakukan editing.
2. Coding
Memberikan kode atau tanda pada lembaran berupa kolom untuk
merekam data.
3. Memasukkan data (data entry) atau processing
Memasukkan data dalam variabel sheet dengan menggunakan
komputer.
4. Pembersihan data (cleaning) (Notoatmodjo, 2010).
4.7.2 Analisis Data

23

Dari hasil penelitian, data yang diperoleh diolah dan dianalisa secara
deskriptif. Pengolahan data menggunakan metode sesuai dengan penelitin
deskriptif.

4.8 Alur Penelitian


Perijinan Kades
Pengumpulan Data

Primer

Sekunder

Kuesioner Pendahuluan

Puskesmas

Menentukan Tema Survey


Penentuan Populasi dan Sampel
Penyusunan Proposal
Uji Coba Kuesioner Survey
Penyebaran Kuesioner Survey
Pengolahan Data

Penyajian Hasil

Kantor Desa

Bidan Desa

24

BAB V
HASIL SURVEI
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Baturetno Kecamatan Singosari Kabupaten Malang yang terletak di
sebelah paling timur + 6 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan Singosari atau
terletak sebelah utara dari pusat Pemerintahan Kabupaten atau Kota Malang,
dengan ketinggian rata rata 487 M diatas permukaan air laut dengan batas
batas sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Desa Sidodadi, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang

Sebelah Selatan : Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang


Sebelah Timur : Desa Dengkol, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang
Sebelah Barat

: DesaTamanharjo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang

Wilayah Desa Baturetno seluas kurang lebih 541.643 Ha yang merupakan


salah satu wilayah di Kecamatan Singosari yang cukup besar dan potensi, dimana
Desa Batureno merupakan suatu wilayah yang setrategis untuk jenis pertanian.
Jenis pertanian tersebut meliputi tanaman padi, jagung, tebu dan palawija baik
untuk lahan kering ( tegalan ) dan lahan basah ( pesawahan ). Desa Baturetno
terbagi menjadi 4 ( empat ) pedukuhan ( Dusun ) yaitu Dukuh Benel, Dukuh
Nampes, Dukuh Pakel, dan Dukuh Lowokjati yang terdiri dari 4 ( empat ) R W
dan 34 ( tiga puluh empat ) RT.

25

Penduduk Desa Baturetno setiap tahun mengalami mobilitas penduduk


yang cukup padat baik itu penduduk yang lahir, mati dan penduduk yang pindah
datang dan pindah keluar, hal ini sangat nampak pada bahwa penduduk Desa
Baturetno pada akhir tahun 2012 berjumlah 7.206 jiwa dan pada akhir tahun 2013
berjumlah 7.288 jiwa dengan kepadatan penduduk rata rata 1.175 jiwa / Km.

5.2 Karakteristik Responden


Sampel dalam survei ini adalah ibu yang memiliki balita laki-laki dan
perempuan yang berusia 12-60 bulan yang bertempat tinggal di RW 03 dan
RT 1-8, Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari. Karakteristik sampel
ini meliputi usia responden, pekerjaan responden, dan pendidikan responden.
5.2.1

Kelompok Usia Responden 25


Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia yang diteliti

digambarkan dalam Grafik 5.1.1. Rumus penentuan interval menurut Setiawan


(2008), sebagai berikut :
Rentang = usia maksimal usia minimal
= 42 17
= 25
Banyak Kelas Interval
KI = 1 + (3,3) logn
= 1 + (3,3) log 51
= 1 + (3,3) 1,7
= 1 + 5,6
= 6,6 = 7
Panjang kelas
P = Rentang
KI
= 25
7
= 3,6 4
Berdasarkan hasil survei, persentase kelompok usia responden sebagai
berikut:
Tabel 5.1.1

Distribusi frekuensi menurut kelompok usia ibu di Dusun Pakel , Desa


Baturetno, Kecamatan Singosari.

Kelompok Usia

Persentase (%)

26

(tahun)
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total

8
14
9
8
3
8
1
51

15,7
27,5
17,6
15,7
5,9
15,7
2,0
100,0

Berdasarkan Tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa kelompok usia dengan jumlah
tertinggi adalah pada usia 21-24 tahun dengan persentase sebesar 27,5% dan
kelompok usia terendah adalah 41-44 tahun dengan persentase sebesar 2,0%.
5.2.2

Pekerjaan Responden
Berdasarkan hasil survei, persentase menurut pekerjaan responden dapat

dilihat sebagai berikut:


Tabel 5.1.2

Distribusi frekuensi jenis pekerjaan pada ibu, Dusun Pakel, Desa Baturetno,
Kecamatan Singosari.

Pekerjaan
n
Persentase (%)
Ibu rumah tangga
49
96,1
Petani
1
2,0
Buruh pabrik
1
2,0
Total
51
100,0
Dari Tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa pekerjaan dengan jumlah tertinggi
adalah ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 96,1%.
5.2.3 Pendidikan Responden
Berdasarkan hasil survei, persentase menurut tingkat pendidikan responden
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5.1.3.

Distribusi frekuensi menurut tingkat pendidikan pada ibu di Dusun Baturetno,


Desa Baturetno, Kecamatan Singosari.

Tingkat pendidikan
SD
SMP
SMA
Total

Persentase (%)

40
9
2
51

78,4
17,6
3,9
100,0

27

Dari Tabel 5.1.3 dapat dilihat bahwa jumlah tingkat pendidikan tertinggi
adalah SD dengan persentase sebesar 78,4% dan jumlah terendah adalah SMA
dengan persentase sebesar 3,9%.

5.3 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies


Berdasarkan hasil survei, persentase menurut tingkat pengetahuan ibu tentang
rampan karies pada balita usia 12-60 bulan, responden dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi menurut tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada
balita usia 12-60 bulan, Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari.

Tingkat Pengetahuan
Rampan Karies
Kurang
Cukup
Baik
Total

Persentase (%)

34
14
3
51

66,7
27,5
5,9
100,0

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jumlah kategori tingkat pengetahuan
ibu terhadap rampan karies pada balita usia 12-60 bulan tertinggi adalah kategori
kurang dengan persentase sebesar 66,7%
5.3.1

Tabel Silang Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Rampan Karies pada


Balita Usia 12-60 bulan dengan Kategori Usia Ibu dan Pendidikan
Terakhir Ibu

Tabel 5.2.1 Tabel silang antara tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies
pada balita usia 12-60 bulan dengan kategori usia ibu, Dusun
Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari.

28

Tingk
at
penge
tahua
n
Kura
ng

Cukup

Baik

Total

Usia
SD

17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total

5
8
4
5
2
4
0
28
1
0
4
1
1
3
1
11
0
0
0
0
0
1
0
1
6
8
8
6
3
8
1
40

9,8%
15,6%
7,8%
9,8%
3,92%
7,8%
0%
54,9%
1,96%
0%
7,8%
1,96%
1,96%
5,8%
1,96%
21,5%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
1,96%
11,76%
15,6%
15,6%
11,76%
5,8%
15,6%
1,96%
78,4%

Pendidikan
SMP
N
%
1
4
0
0
0
0
0
5
1
0
1
1
0
0
0
3
0
0
0
1
0
0
0
1
2
4
1
2
0
0
0
9

1,96%
7,8%
0%
0%
0%
0%
0%
9,8%
1,96%
0%
1,96%
1,96%
0%
0%
0%
5,8%
0%
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
1,96%
3,92%
7,8%
1,96%
3,92%
0%
0%
0%
17,6%

Total
SMA
N

0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
2

0%
1,96%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
3,92%
0%
0%
0%
0%
0%
3,92%

6
13
4
5
2
4
0
34
2
0
5
2
1
3
1
14
0
1
0
1
0
1
0
3
8
14
9
8
3
8
1
51

25,5%
35,3%
23,5%
13,7%
100%
7,8%
0%
66,66%
3,92%
0%
9,8%
3,92%
1,96%
5,8%
1,96%
27,4%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
5,8%
15,6%
27,5%
17,6%
15,6%
5,8%
15,6%
1,96%
100%

Berdasarkan tabel 5.2.1, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan


tingkat pengetahuan kurang di pendidikan SD paling banyak pada usia 2124 tahun dengan jumlah 8 orang (15,6%), untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan cukup di pendidikan SD paling banyak pada usia 25-28 tahun

29

dengan jumlah 4 orang (7,8%) dan untuk ibu dengan tingkat pengetahuan
baik di pendidikan SD paling banyak pada usia 37-40 tahun dengan jumlah
1 orang (1,96%).
Berdasarkan tabel 5.2.1, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan
tingkat pengetahuan kurang di pendidikan SMP paling banyak pada usia
21-24 tahun dengan jumlah 4 orang (7,8%), untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan cukup di pendidikan SMP paling banyak pada usia 17-20
tahun, 25-28 tahun dan 29-32 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%) dan
untuk ibu dengan tingkat pengetahuan baik di pendidikan SMP paling
banyak pada usia 29-32 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%).
Berdasarkan tabel 5.2.1, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan
tingkat pengetahuan kurang di pendidikan SMA paling banyak pada usia
21-24 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%), untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan cukup di pendidikan SMP (0%) dan untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan baik di pendidikan SD paling banyak pada usia 21-24 tahun
dengan jumlah 1 orang (1,96%).
5.3.2

Tabel Silang Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Rampan Karies pada


Balita Usia 12-60 bulan dengan Kategori Usia Ibu dengan Jenis
Pekerjaan Ibu

Tabel 5.2.2 Tabel silang antara tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita usia
12-60 bulan dengan kategori usia ibu dan jenis pekerjaan, Dusun Pakel, Desa
Baturetno, Kecamatan Singosari.

Tingk
at
penge
tahua
n
Kura
ng

Usia
Ibu rumah
tangga
N
%
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20

6
13
3
5
2
4
0
33
2

11,7%
25,5%
5,8%
9,8%
3,92%
7,8%
0%
64,7%
3,92%

Pekerjaan
Petani

Total
Buruh pabrik

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%

0
0
1
0
0
0
0
1
0

0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%

6
13
4
5
2
4
0
34
2

11,7%
25,5%
7,8%
9,8%
3,92%
7,8%
0%
66,66%
3,92%

30

Cukup

Baik

Total

21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total

0
5
2
1
3
0
11
0
1
0
1
0
1
0
3
8
14
8
8
3
8
49
40

0%
9,8%
3,92%
1,96%
5,8%
0%
21,5%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
1,96%
15,6%
27,4%
15,6%
15,6%
5,8%
15,6%
96%
78,4%

0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
9

0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
1,96%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
1,96%
17,6%

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
2

0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
1,96%
3,92%

0
5
2
1
3
1
14
0
1
0
1
0
1
0
3
8
14
9
8
3
8
51
51

Berdasarkan tabel 5.2.2, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan


tingkat pengetahuan kurang pada pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga
paling banyak pada usia 21-24 tahun dengan jumlah 13 orang (25,5%),
untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup kurang pada pekerjaan ibu
sebagai ibu rumah tangga paling banyak pada usia 25-28 tahun dengan
jumlah 5 orang (9,8%) dan untuk ibu dengan tingkat pengetahuan baik
kurang pada pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga paling banyak pada
usia 21-24 tahun, 29-32 tahun dan 37-40 tahun dengan jumlah 1 orang
(1,96%).
Berdasarkan tabel 5.2.2, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan
tingkat pengetahuan cukup

pada pekerjaan ibu sebagai petani paling

banyak pada usia 41-44 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%).


Berdasarkan tabel 5.2.2, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan
tingkat pengetahuan kurang pada pekerjaan ibu sebagai petani paling
banyak pada usia 25-28 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%).

0%
9,8%
3,92%
1,96%
5,8%
1,96%
27,4%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
5,8%
15,6%
27,5%
17,6%
15,6%
5,8%
15,6%
1,96%
100%

31

BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016, di Desa Baturetno
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Tujuannya untuk
mengetahui gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies pada balita usia
12-60 bulan di dusun pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur. Penelitian telah dilakukan terhadap 51 responden.
Pengukuran tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita usia 12-60
bulan pada survei ini menggunakan instrument pengukuran scoring kuisioner
berdasarkan (Arikunto, 2009). Terdiri dari 10 pertanyaan yang menggambarkan
pengetahuan ibu tentang rampan karies. Pengolahan data dilakukan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita usia 1260 bulan. Data diolah dengan menggunakan tabulasi silang.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui tingkat
pengetahuan ibu yang di tinjau berdasarkan klasifikasi usia dan pendidikan SD
ibu, diperoleh data bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan kurang di
pendidikan SD paling banyak pada usia 21-24 tahun dengan jumlah 8 orang
(15,6%), untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup di pendidikan SD paling
banyak pada usia 25-28 tahun dengan jumlah 4 orang (7,8%) dan untuk ibu
dengan tingkat pengetahuan baik di pendidikan SD paling banyak pada usia 37-40
tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%).

32

Hasil penelitian yang di tinjau berdasarkan klasifikasi usia dan pendidikan


SMP ibu, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan kurang di
pendidikan SMP paling banyak pada usia 21-24 tahun dengan jumlah 4 orang
(7,8%), untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup di pendidikan SMP paling
banyak pada usia 17-20 tahun, 25-28 tahun dan 29-32 tahun dengan jumlah 1
orang (1,96%) dan untuk ibu dengan tingkat pengetahuan baik di pendidikan SMP
paling banyak pada usia 29-32 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%).
Hasil penelitian yang di tinjau berdasarkan klasifikasi usia dan pendidikan
SMA ibu, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan kurang di
pendidikan SMA paling banyak pada usia 21-24 tahun dengan jumlah 1 orang
(1,96%), untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup di pendidikan SMP (0%)
dan untuk ibu dengan tingkat pengetahuan baik di pendidikan SD paling banyak
pada usia 21-24 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%).
.Hasil dari penelitian ini berbanding terbalik dengan teori yang
diungkapkan oleh Notoadmodjo,2003. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin bagus, Notoadmodjo, 2003. Hal ini juga tidak berkesinambungan dengan
usia seseorang semakin tua usia ibu semakin terbentuk kematangan mentalnya
dalam bersosialisasi dan mendapatkan informasi. Seperti diketahui bahwa
pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat sekolah dasar SD, sekolah
lanjutan tingkat pertama SLTP, sekolah lanjutan tingkat atas SLTA, Dan tingkat
akademik perguruan tinggi PT (Notoadmodjo, 2005).
Besarnya proporsi pengetahuan buruk pada ibu yang berpendidikan SD
disebabkan karena pendidikan ibu yang masih rendah, kemungkinan hal ini
membuat sulit bagi ibu untuk menerima informasi dan kurangnya pedulian ibu,
untuk mencari informasi kesehatan khusunya tentang pencegahan melalui media
cetal, media elektronik dan tenaga kesehatan, sehingga pengetahuan ibu belum
mencapai pengetahuan yang lebih baik (Notoadmodjo, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui tingkat
pengetahuan ibu yang ditinjau dari usia ibu dengan pekerjaan ibu sebagai ibu
rumah tangga, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan kurang

33

pada pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga paling banyak pada usia 21-24 tahun
dengan jumlah 13 orang (25,5%), untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup
kurang pada pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga paling banyak pada usia 2528 tahun dengan jumlah 5 orang (9,8%) dan untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan baik kurang pada pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga paling
banyak pada usia 21-24 tahun, 29-32 tahun dan 37-40 tahun dengan jumlah 1
orang (1,96%).
Hasil penelitian ditinjau dari usia ibu dengan pekerjaan ibu sebagai petani
menunjukkan bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup pada pekerjaan
ibu sebagai petani paling banyak pada usia 41-44 tahun dengan jumlah 1 orang
(1,96%).
Hasil penelitian ditinjau dari usia ibu dengan pekerjaan ibu sebagai buruh
pabrik menunjukkan bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan kurang pada
pekerjaan ibu sebagai petani paling banyak pada usia 25-28 tahun dengan jumlah
1 orang (1,96%).
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pekerjaan
mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu. Pekerjaan yang sering berinterksi dengan
orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa
berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta
pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
dalam mengambil keputusan yang merupakan keteraduan menalar secara ilmiah
dan etik.

Besarnya proporsi pengetahuan buruk pada ibu dengan pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga disebabkan karena kurangnya interaksi ibu,


kemungkinan hal ini membuat sulit bagi ibu untuk mendapatkan informasi yang
diperoleh dari orang lain (Notoadmodjo, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan 66,7%
responden termasuk dalam tingkat pengetahuan yang buruk, 27,5% responden
termasuk dalam tingkat pengetahuan yang sedang, dan 5,9% responden termasuk
dalam tingkat pengetahuan yang baik. Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh usia,
pekerjaan dan pendidikan ibu. Menurut (Slameto, 2003) dan (Mubarak, 2006)
mengungkapkan bahwa selain pendidikan yang berpengaruh pada pengetahuan

34

seserang adapula intelegensi, perhatian, minat seseorang. Dalam hal ini khususnya
bagi para ibu dalam mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan dan keingin
tahuan responden untuk mendapatkan informasi kesehatan gigi dan mulut dari
tetangga, teman, maupun berbagai media masa seperti surat kabar, radio, televisi
dan juga poster poster yang dipasang petugas kesehatan. Sehingga meningkatkan
pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dn mulut meskipun pendidikan
orang tua masih dalam kategori dasar namun memiliki pengetahuan yang relatif
baik. Menurut (Notoadmodjo, 2003) , pendidikan yang tinggi apabila tidak di
dukung dengan informasi melalui media masa akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang, sebaliknya apabila pendidikan rendah namun seseorang dapat mencari
informasi yang lebih luas melalui media masa maupun pendidikan non formal
maka pengetahuannya akan jauh lebih baik daripada seseorang yang
pendidikannya tinggi.
Tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita banyak
dipengaruhi oleh faktor usia, pekerjaan dan pendidikan, yang mana ketiga hal ini
sangat menunjang terhadap tingkat pengetahuan ibu. Ibu yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi seharusnya mengerti bagaimana cara menjaga dan merawat
kesehatan gigi dan mulut pada anak balitanya, karena sangat berpengaruh pada
tumbuh kembang seorang anak balita, terutama pada pertumbuhan giginya.
Diharapkan pengetahuan yang baik diikuti sikap positif yang akhirnya dapat
menimbulkan tindakan yang tepat dalam memelihara kesehatan gigi pada anak
balita (Riyanti, 2005).

35

BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada anak balita usia 12 60 bulan
di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tahun
2016 didapatkan kesimpulan :.
1. Tingkat pengetahuan ibu di tinjau dari usia ibu dengan pendidikan SD
didapatkan hasil dengan pengetahuan kurang (15,6%), cukup (7,8 %),
baik (1,96 %), untuk pendidikan SMP

didapatkan hasil dengan

pengetahuan kurang (7,8%), cukup (1,96 %), baik (1,96 %), untuk
pendidikan SMA didapatkan hasil dengan pengetahuan kurang (1,96%),
cukup (0 %), baik (1,96 %).
2. Tingkat pengetahuan ibu di tinjau dari usia ibu dengan pekerjaan ibu
sebagai ibu rumah tangga didapatkan hasil dengan pengetahuan kurang
(25,5%), cukup (9,8 %), baik (1,96 %), untuk pekerjaan sebagai petani
didapatkan hasil dengan pengetahuan kurang (0%), cukup (1,96 %), baik
(0 %), untuk pekerjaan sebagai buruh pabrik didapatkan hasil dengan
pengetahuan kurang (1,96%), cukup (0 %), baik (0 %).
7.2 Saran

36

Berdasarkan hasil survei ditemukan beberapa permasalahan yang beum


terpecahkan dan memerlukan beberapa saran. Adapun saran tersebut antara lain
sebagai berikut :
1. Perlu ditingkatkan program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut serta
melengkapi fasilitas kesehatan khususnya tenaga kesehatan agar dapat
membantu tercapainya kesehatan gigi dan mulut di Dusun pakel, Desa
Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
2. Perlu upaya peningkatan sistem informasi tentang pengetahuan
masyarakat dalam hal perawatan gigi, baik melalui media cetak dan
elektronik untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan gigi dan mulut anak balita.
3. Disarankan pada semua ibu yang memiliki anak balita untuk
melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi atau dokter gigi
puskesmas agar tercapai pertumbuhan gigi anak balita yang optimal.
36

37

38
DAFTAR
PUSTAKA

Afrilina, G. 2006. Masalah Gigi Anak Dan Solusinya. Jakarta : Gramedia. p : 75


Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Aneka Cipta:
Jakarta. p: 12-14.
Bahuguna R, Jain A& Khan SA. 2011. Knowledge and Attitudes of Parents
regarding child dental Care in an Indian Population. India : Asian Journal
& Allied Sciences.
Effendy, N. 1998. Dasar-dasar kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Gultom, M, 2010. Pengetahuan Sikap Dan Tindakan ibu-ibu Rumah. Tanggal 9
Februari 2016. http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter I.pdf.html
Herijulianti, E., Tati, S.I., dan Artini, S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002. p: 17
Kidd,

Edwina

A.M,

dkk.

1992.

Dasar-Dasar

Penanggulangannya. Jakarta : EGC

Karies

Penyakit

dan

38

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005 Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT


Rineka cipta. p: 27-28
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT
Rineka cipta, p: 114-134.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta. p: 23-24.
Riyanti, E. 2005. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini.
Laboratorium klinik utama pramita. Jurnal kedokteran gigi anak.
Bandung : bagian kedokteran gigi FKG Unpad.
Salam, B. 2003. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuam. Jakarta : Rineka
Cipta
WHO

Oral

38

Health

County.

2009.

Oral

Hygiene

Index

-OHI-.

http://www.scribd.com/doc/91705364/4/OHI-S-DI-S-CI-S. [12 Februari


2015].

39

LAMPIRAN I. Informed Consent

FORMULIR PERSETUJUAN PEMBELAJARAN


(Informed Consent)
Kami kelompok 5 dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Kediri bermaksud mengadakan
pembelajaran kesehatan. Pembelajaran ini dilakukan sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan PKL 1 pada program Sarjana Program Studi Pendidikan
Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Kediri.
Tujuan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
tentang rampan karies pada balita di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang. Anda berhak untuk ikut atau tidak ikut
berpartisipan tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk dikemudian hari. Jika ada
hal yang kurang dipahami anda dapat bertanya langsung kepada peneliti.
Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi partisipan dalam pembelajaran
ini saya ucapkan terima kasih.
Malang, 13 Februari 2016

Peneliti

( Kelompok 5 )

Partisipan

40

LAMPIRAN II. Kuisoner Survei


Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies pada Balita di Dusun
Pakel Desa Baturetno Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
I.

II.

Indentitas Responden
1. Nama ibu
2. Alamat
3. Usia Ibu
Usia Balita
4. Jenis kelamin Balita
5. Pekerjaan Ibu
6. Pendidikkan Ibu

:
:
:
:
:
:
:

Tingkat pengetahuan Ibu tentang Rampan Karies


1. Apakah ibu pernah mendengar tentang rampan karies ( karies susu
botol) ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Menurut ibu, bagaimana tanda awal karies rampan karies (karies
susu botol) pada anak ?
a. Terlihatnya warna putih seperti kapur pada bagian antara
gigi dengan gusi
b. Terdapatnya penurunan tepi gusi
c. Terlihatnya warna hitam hitam pada gigi
3. Menurut ibu, apa yang menyebabkan rampan karies (karies susu
botol) pada anak ?
a. Sering makan makanan manis
b. Minum minuman yang terlalu dingin
c. Meminum susu botol hingga tertidur
4. Menurut ibu, bagaimana cara mencegah rampan karies (karies susu
botol) pada anak ?
a. Menyikat gigi secara teratur
b. Tidak membiarkan susu botol hingg anak tertidur
c. Membersihkan gigi menggunakan tusuk gigi
5. Bagian gigi manakah yang sering terjadi rampan karies (karies
susu botol) pada anak ?
a. Gigi bagian depan
b. Gigi belakang
c. Gigi depan dan belakang
6. Menurut ibu, bagaimana cara pemberian asi yang benar ?
a. Pemberiaan asi dilakukan hingga bayi tertidur
b. Pemberian asi dilakukan sebelum tidur

41

c. Pemberian asi dilakukan dengan posisi ibu sedang duduk,


berbaring dan santai.
7. Menurut ibu, kapan waktu menyikat gigi yang baik?
a. Pagi hari (setelah sarapan) dan malam hari (sebelum tidur)
b. Pagi, siang, sore dan malam hari
c. Pagi hari saja
8. Menurut ibu, mengapa pemberian susu dalam botol perlu di hindari
penggunaannya ?
a. Mencegah terjadinya rampan karies (karies susu botol)
b. Agar gigi tumbuh dengan sehat
c. Gigi menjadi berlubang
9. Menurut ibu, jika anak sakit gigi apa yang harus dilakukan?
a. Pergi ke dokter gigi
b. Dibiarkan sampai sembuh sendiri
c. Di obati sendiri
10. Menurut ibu, setiap berapa bulan sekali anak diperiksakan ke
dokter gigi?
a. 6 bulan sekali
b. 1 tahun sekali
c. Apabila sakit saja

42

LAMPIRAN III. HASIL SURVEI


Data responden
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Umur
2
1
3
3
1
3
4
1
4
2
2
2
3
4
4
1
1
3
2
2
1
4
2
1
1
2
1
2
3
1
1
2
3
3
4
2
2
3
2
4

Pendidikan
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1

Pekerjaan
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1

Balita
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Usia
3
1
2
4
3
4
5
6
4
5
6
2
1
7
2
3
5
7
2
7
1
4
7
1
3
1
3
1
5
2
1
1
3
6
5
4
5
3
1
5

Kelamin
2
1
2
1
1
2
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
1
2
2
1
2
1
2

P1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0

P2
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0

P3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1

P4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0

P5
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0

P6
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0

P7
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0

P8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0

P9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

P10
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0

43

41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

2
3
2
3
2
3
4
1
1
2
2

2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

7
7
7
4
5
5
7
4
5
5
5

2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2

0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1

0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1

0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0

0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0

1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1

0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1

1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0

1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1

1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0

0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1

44

45

LAMPIRAN IV
Deskripsi Pengetahuan Responden
1. Pengetahuan tentang rampan karies ( karies susu botol) pada balita
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang
rampan karies (karies susu botol) pada balita adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P1
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

25

49.0

49.0

49.0

Benar

26

51.0

51.0

100.0

Total

51

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden mengetahui tentang rampan karies (karies susu botol)
sebanyak 26 orang dengan persentase 51%.
2. Pengetahuan tentang tanda awal karies rampan karies (karies susu
botol ) pada balita
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang
tanda awal karies rampan karies (karies susu botol ) pada balita adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
Frequency

P2
Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah
Benar

34
17

66.7
33.3

66.7
33.3

Total

51

100.0

100.0

66.7
100.0

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden tidak mengetahui tentang tanda awal karies rampan karies
(karies susu botol) pada balita sebanyak 34 orang dengan persentase
66,7%.
3. Pengetahuan tentang penyebab rampan karies (karies susu botol)
pada balita

46

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang


penyebab rampan karies (karies susu botol) pada balita adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P3
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

41

80.4

80.4

80.4

Benar

10

19.6

19.6

100.0

Total

51

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden tidak mengetahui tentang penyebab rampan karies (karies susu
botol) pada balita sebanyak 41 orang dengan persentase 80,4%.
4. Pengetahuan tentang cara mencegah rampan karies (karies susu
botol) pada balita
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang
cara mencegah rampan karies (karies susu botol) pada balita adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P4
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

46

90.2

90.2

90.2

Benar

9.8

9.8

100.0

Total

51

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden tidak mengetahui tentang cara mencegah rampan karies
(karies susu botol) pada balita sebanyak 46 orang dengan persentase
90,2%
5. Pengetahuan tentang bagian gigi yang sering terjadi rampan karies
(karies susu botol) pada balita

47

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang


bagian gigi yang sering terjadi rampan karies (karies susu botol) pada
balita adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P5
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

20

39.2

39.2

39.2

Benar

31

60.8

60.8

100.0

Total

51

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden mengetahui bagian gigi yang sering terjadi rampan karies
(karies susu botol) pada balita sebanyak 31 orang dengan persentase
60,8%.
6. Pengetahuan tentang cara pemberian asi yang benar
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang
cara pemberian asi yang benar pada balita adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P6
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

28

54.9

54.9

54.9

Benar

23

45.1

45.1

100.0

Total

51

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden tidak mengetahui cara pemberian asi yang benar pada balita
sebanyak 28 orang dengan persentase 54,9%.

7. Pengetahuan tentang waktu menyikat gigi yang tepat

48

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang


waktu menyikat gigi yang tepat pada balita adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P7
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

14

27.5

27.5

27.5

Benar

37

72.5

72.5

100.0

Total

51

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden mengetahui waktu menyikat gigi yang tepat pada balita
sebanyak 37 orang dengan persentase 72,5%.
8. Pengetahuan tentang pemberian susu dalam botol perlu di hindari
penggunaannya
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang
pemberian susu dalam botol perlu di hindari penggunaannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P8
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

19

37.3

37.3

37.3

Benar

32

62.7

62.7

100.0

Total

51

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden mengetahui pemberian susu dalam botol perlu di hindari
penggunaannya sebanyak 32 orang dengan persentase 62,7%.

9. Pengetahuan tentang perilaku ibu jika anak sakit gigi


Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang
perilaku jika anak sakit gigi adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P9
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

13.7

13.7

13.7

Benar

44

86.3

86.3

100.0

Total

51

100.0

100.0

49

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden mengetahui tentang perilaku jika anak sakit gigi sebanyak 44
orang dengan persentase 86,3%.
10. Pengetahuan tentang pentingnya memeriksakan gigi anak setiap 6
bulan sekali
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang
pentingnya memeriksakan gigi anak setiap 6 bulan sekali adalah sebagai
berikut:
Tabel 10. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P10
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Salah

14

27.5

27.5

27.5

Benar

37

72.5

72.5

100.0

Total

51

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden mengetahui tentang pentingnya memeriksakan gigi anak
setiap 6 bulan sekali sebanyak 37 orang dengan persentase 72,5%.

Anda mungkin juga menyukai

  • 1 PB PDF
    1 PB PDF
    Dokumen6 halaman
    1 PB PDF
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen4 halaman
    Daftar Is1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab 6
    Bab 6
    Dokumen1 halaman
    Bab 6
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen4 halaman
    Daftar Is1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Journal
    Journal
    Dokumen9 halaman
    Journal
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Mita Revisi Word-1 New
    Mita Revisi Word-1 New
    Dokumen11 halaman
    Mita Revisi Word-1 New
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen35 halaman
    Daftar Is1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Stogmsa 4
    Stogmsa 4
    Dokumen9 halaman
    Stogmsa 4
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Pada Anak
    Penyuluhan Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Pada Anak
    Dokumen10 halaman
    Penyuluhan Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Pada Anak
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Dental Chair
    Dental Chair
    Dokumen15 halaman
    Dental Chair
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Journal
    Journal
    Dokumen9 halaman
    Journal
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Tahap I
    Tahap I
    Dokumen14 halaman
    Tahap I
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Laporan Stogma Kepekaan Karies
    Laporan Stogma Kepekaan Karies
    Dokumen8 halaman
    Laporan Stogma Kepekaan Karies
    Prayogo
    Belum ada peringkat
  • Cabai Rawit 1
    Cabai Rawit 1
    Dokumen97 halaman
    Cabai Rawit 1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen2 halaman
    Book 1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen36 halaman
    Chapter II
    ersarafita_917335553
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen4 halaman
    Dapus
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Flavonoid
    Flavonoid
    Dokumen1 halaman
    Flavonoid
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Anastesi
    Abstrak Anastesi
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Anastesi
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab III Nyasar
    Bab III Nyasar
    Dokumen2 halaman
    Bab III Nyasar
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Flavonoid
    Flavonoid
    Dokumen1 halaman
    Flavonoid
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Powerpoint
    Abstrak Powerpoint
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Powerpoint
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Preparasi, Skillab Restorasi PDF
    Preparasi, Skillab Restorasi PDF
    Dokumen86 halaman
    Preparasi, Skillab Restorasi PDF
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Flavonoid
    Flavonoid
    Dokumen1 halaman
    Flavonoid
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat