BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam
pembangunan unsur manusia agar memiliki kualitas, mampu bersaing diare yang
penuh tantangan saat ini maupun masa yang akan datang. Masalah kesehatan di
masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga ataupun perilakuperilaku kelompok masyarakat, diantaranya adalah yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan, gizi, masalah dengan pemeliharaan diri sendiri yang
didalamnya termasuk juga pemeliharaan kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan
dalam pemeliharaan diri (Effendy, 1998).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh.
Karies adalah penyakit multifaktorial yang terjadi akibat adanya kombinasi 4
faktor utama yaitu host (gigi dan saliva), mikroorganisme di dalam plak gigi
terutama streptococcusmutans, substrak dan waktu terbentuknya kavitas (Haris,
2004). Faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung
dengan terjadinya karies salah satunya adalah perilaku terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut (Tarigan,1992).
Rampan karies merupakan penyakit multifaktorial dimana faktor faktor
tersebut saling berinteraksi. Ada beberapa faktor yang memiliki kontribusi dalam
menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak. Faktor kejadian karies gigi antara
lain faktor dari makanan, kebersihan mulut, kebiasaan kebiasaan yang tidak sesuai
dengan kesehatan seperti mengemut makanan dan pemberian makanan melalui
botol. Selain dari faktor kebiasaan dan faktor makanan, kondisi yang
memperparah terjadinya karies pada anak ini adalah karena ketidak pahaman
orang tua terhadap penyebab utama terjadinya karies tersebut, dimana karies
tersebut dipicu oleh pemberian larutan yang manis, seperti air susu, soft drink
menggunakan botol, serta air susu ibu yang cara pemberian, frekuensi serta
intensitasnya kurang tepat. Lamanya larutan tersebut berada di rongga mulut,
seperti ketika anak tertidur sambil mengemut (mengedot) soft drink air air susu
dalam botol lebih memeperparah terjadinya rampan karies pada gigi anak (Yuwie,
2007).
Pada anak balita pengaruh orang tua sangat berperan dalam membentuk
perilaku anak. Sikap dan perilaku orangtua terutama ibu yang biasanya orang
terdekat dengan anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut memberi
pengaruh yang cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Sehingga,
pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin pada anak agar
mereka mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan
benar (Natamiharja, 2010).
Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut akan
menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan
proses yang penting dari pertumbuhan anak. Pada usia 12-60 bulan, periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa ini. Pertumbuhan dasar
yang berlangsung pada masa ini akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Ibu
anaknya tersebut, dan ibu harus mengajari anaknya cara merawat gigi dengan
baik. Walaupun masih memiliki gigi susu,seorang anak harus memiliki perhatian
yang serius dari ibu. Kondisi gigi susu anak sangat menentukan pertumbuhan gigi
permanen anak (Gultom, 2009).
Berdasarkan survei pendahuluan di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari, kabupaten Malang, didapatkan bahwa masih ada hambatan yang terjadi
dalam upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yaitu sekitar 76% ibu memiliki
pengethuan yang kurang tentang rampan karies pada balita. Melihat masalah ini
belum pernah dilakukan survei di Dusun Pakel, Desa Baturetno Kecamatan
Singosari, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, bisa dirumuskan permasalahan
penelitian ini sebagai berikut yaitu : Bagaimanakah Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Rampan Karies pada Balita Usia 12-60 Bulan di Dusun
Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
pengetahuannya.
Dengan
kata
lain,
dalam
4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari.
Pekerjaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinterksi dengan orang lain
lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa
berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional
serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keteraduan
menalar secara ilmiah dan etik
5. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
6. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari pengalaman
pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
7. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan
prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (>
60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari
menyeluruh sehingga cepat mengenai pulpa. Lesi ini ditandai dengan terkenanya
gigi anterior bawah yang biasanya imun terhada karies. Winter (2007),
mengatakan bahwa rampan karies adalah lesi akut yang meliputi sebagian atau
semua gigi yang telah erupsi, menghancurkan jaringan mahkota gigi dengan cepat
termasuk permukaan yang biasanya imun terhadap karies gigi.
Rampan karies adalah merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu keadaan sebagian besar, semua gigi susu, yang mengalami
kerusakan (karies) secara luas dan berkembang dengan cepat (Mahafudo, 2008).
Karakteristik karies rampan adalah terkenanya permukaan proksimal gigi
insisivus (dentes Insicivus) bawah, yang berkembang hingga mengenai servikal,
proses karies rampan sama dengan proses karies biasa hanya terjadinya lebih
cepat (Mahafudo, 2008).
10
11
12
e. Konsultasilah dengan dokter gigi akan membutuhkan flour pada gigi anak
anda
f. Melakukan pemeriksaan secara rutin kedokter gigi.
2.2.6
Menurut Riden (2002), pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa
perawatan sebagai berikut :
a. Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi apabila di jumpai ganggren
pulpa atau abses, kemudian berikan obat- obatan melalui oral (antibiotic,
analgetik).
b. Menghentikan proses karies, tiap kavitas meskipun kecil mempunyai
jaringan nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas dipreparasi untuk
membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti.
c. Anjuran untuk melakukan diet control.
d. Lakukan topikal aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif.
Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang
mengandung fluor.
e. Instruksi kebersihan gigi dan mulut. Sikat gigi yang berbulu halus dan
basah dapat digosokkan lembut ke gigi anak. Sangat dianjurkan menyikat
gigi anak dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
2.2.7 Perilaku Ibu Terhadap Rampan Karies
Ibu merupakan panutan bagi setiap anak dalam segala hal termasuk dalam
segi kesehatan gigi, ibu sangat erat hubungannya dengan anak , karena anak-anak
memang masih dalam taraf memerlukan bimbingan yang ketat, memerlukan
kebijaksanaan yang luar biasa, dan memerlukan cara baik. Sehingga peran orang
tua khususnya ibu sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian,
meningkatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara
kebersihan gigi dan mulut. Selain itu ibu juga mempunyai peran yang cukup besar
didalam mencegah terjadinya rampan karies pada anak (Bahuguna, 2011).
Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut
akan menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi
merupakan proses yang penting dari pertumbuhan anak. Ibu harus mengetahui
cara merawat gigi anaknya tersebut, dan ibu harus mengajari anaknya cara
13
merawat gigi dengan baik. Walaupun masih memiliki gigi susu,seorang anak
harus memiliki perhatian yang serius dari ibu. Kondisi gigi susu anak sangat
menentukan pertumbuhan gigi permanen anak (Gultom, 2010).
Banyak factor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting adalah peranan ibu. Sebagai
pemegang figur pertama yang dikenal anak sejak lahir, perilaku dan kebiasaan ibu
akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya, begitu juga dalam hal
makanan. Apa yang anak pelajari tentang apa dan bagaimana makan akan
membentuk pola makan tertentu sampai dia dewasa. Ibu mempunyai peran
penting dalam membentuk pola makan anak terutama pada fase perkembangan
anak usia di bawah 5 tahun (Gultom, 2010).
Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak ini meliputi pengetahuan ibu
tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi yang benar, tanda-tanda
awal lesi karies, jenis makanan yang menyebabkan karies, serta pentingnya
kunjungan ke dokter gigi secara berkala. Bagi sebagian besar ibu, pemberian kasih
sayang pada anak masih kecil cukup dengan memberikan kepuasan emosi pada
anak-anak mereka. Orang tua cukup memenuhi kehendak anak, bahkan biasanya
disiplin tidak terlalu ketat. Ibu banyak yang memberikan makanan yang menjadi
keinginan anak tanpa melihat apakah makanan tersebut sehat dan baik dikonsumsi
bagi anak. Anak-anak umumnya menyukai makanan yang manis-manis.
Kebiasaan ini terbentuk karena ibu membiasakan anak mengkonsumsi makanan
yang manis dengan atau tanpa mereka sadari. Melalui penambahan gula pada
susu, makanan bayi, penggunaan obat-obatan dalam bentuk sirup, lama-lama
kebiasaan ini akan berlanjut sampai dewasa untuk terus mengkonsumsi makanan
yang manis-manis (Gultom, 2010).
Rampan karies pada anak sering terjadi namun kurang mendapat perhatian
khusus dari orang tua khususnya ibu karena anggapan bahwa gigi anak akan
digantikan gigi tetap sehingga mereka menganggap bahwa kerusakan pada gigi
susu yang disebabkan oleh oral higiens yang buruk bukan merupakan suatu
masalah (Gultom, 2010). Ibu kurang menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan
sebenarnya akan sangat besar bila tidak dilakukan perawatan untuk mencegah
karies sejak dini pada anak. Karies yang terjadi pada gigi anak ini dapat
14
menimbulkan rasa sakit atau nyeri, maka anak akan rewel dan susah makan serta
proses mengunyah makanan akan terganggu, sehingga anak menjadi malas makan
dan akhirnya menjadi kurus. Secara tidak langsung, karies pada anak akan
mempengaruhi proses tumbuh kembang dan pertumbuhan gigi permanen anak
(Gultom, 2010).
Proses karies dan faktor risiko terjadinya karies gigi tetap dan gigi sulung
tidak berbeda namun demikian proses kerusakan gigi sulung lebih cepat
menyebar, meluas dan lebih parah dibandingkan gigi tetap. Hal ini selain
disebabkan karena faktor dari dalam sendiri yaitu struktur enamel gigi sulung
yang kurang solid dan lebih tipis serta morfologi gigi sulung yang lebih
memungkinkan retensi dibanding gigi tetap juga disebabkan faktor luar yang
menjadi faktor risiko anak terhadap proses kerusakan gigi seperti keadaan
kebersihan mulut anak yang umumnya lebih buruk dan anak lebih banyak dan
sering makan dan minum kariogenik dibandingkan orang dewasa. Besar kecilnya
faktor risiko terhadap timbulnya karies gigi sulung pada anak usia prasekolah
dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran orang tua dalam merawat kesehatan
gigi. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain yang
berkaitan dengan cara membersihkan diri, jenis makanan yang menguntungkan
kesehatan gigi dan cara makan minum yang benar (Gultom, 2010).
Kebanyakan ibu tidak menyadari penting nya menjaga kesehatan gigi dan
mulut anak, untuknya tidur dengan susu botol sampai tertidur menyebabkan anak
yang minum susu atau minuman manis menjelang tidur sampai tertidur dengan
periode pemberian yang terlalu lama yakni lebih dari 2 tahun dan dengan posisi
dot botol ke rongga mulut cairan manis akan membasahi permukaan gigi sulung
terutama insisif, molar bawah dan molar atas, pada keadaan ini jumlah saliva akan
menurun dan kualitas saliva mengental sehingga efek pembersihan saliva
berkurang.
Lingkungan
demikian
akan
meningkatkan
kuantitas
bakteri
15
anak. Kebanyakan dari mereka berfikiran bahwa gigi susu yang terinfeksi akan
mengalami pergantian (Gultom, 2010).
1. Pengetahuan Ibu
Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting adalah peranan
ibu. Sebagai pemegang figur pertama yang dikenal sejak lahir, perilaku
dan kebiasaan ibu akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya.
Banyak teori tentang tingkah laku seperti Health Belief Model dan teori
Reasoned Action menyatakan tentang peranan besar dari pengetahuan dan
perilaku dalam perubahan tingkah laku. Dalam hal ini khususnya pada
peranan pengetahuan dan tingkah laku orang tua dalam perilaku
kesehatan. Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak ini meliputi
pengetahuan ibu tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi
yang benar, tanda-tanda awal lesi karies, jenis makanan yang
menyebabkan karies, serta pentingnya kunjungan ke dokter gigi secara
berkala.
Pengetahuan ibu terhadap makanan yang bersifat kariogenik sangat
mempengaruhi kesehatan gigi anak. Seorang ibu harus memperhatikan
diet yang tepat untuk anaknya, yaitu memilihkan makanan yang baik
untuk kesehatan gigi anaknya serta mengurangi makanan-makanan manis
yang bersifat kariogenik. Pada umumnya, makanan yang manis seperti
permen, coklat, susu dan biskuit sangat digemari oleh anak-anak.
Makanan tersebut merupakan makanan yang tergolong kariogenik yang
dapat diubah menjadi asam oleh bakteri yang dapat menyebabkan struktur
gigi melarut, sehingga gigi mudah terserang karies (Ryanti, 2005).
2. Sikap Ibu
Menurut Nova 2010, K
esadaran orang tua untuk membawa anaknya berkonsultasi dinilai
masih rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus anak ke dokter gigi
jika sudah terjadi masalah misalnya, ketika pipi anak bengkak karena
giginya rusak. Pemeriksaan ke dokter gigi dengan rutin yaitu setiap 6
bulan sekali sebaiknya dibiasakan sejak dini, meskipun tidak ada masalah
16
sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol bagi kesehatan gigi
anak. Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber informasi yang bisa
dipercaya dalam menerangkan pentingnya merawat gigi dengan tepat.
Orangtua sering menganggap remeh kesehatan gigi anak. Padahal,
kesehatan mulut dan gigi dapat mengganggu perkembangan lain. Menurut
Vincent Iannelli MD, waktu yang paling tepat untuk membawa anak ke
dokter gigi berdasarkan rekomendasi The American Academy of Pediatric
Dentistry yaitu ketika anak telah memiliki gigi pertama atau tidak lebih
dari usia satu tahun.
Semakin cepat anak memeriksakan gigi ke dokter gigi, semakin
cepat dia belajar menjaga kebersihan mulutnya. Misalnya menghindari
meminum susu dari botol pada malam hari, mengenal cara menyikat gigi
dengan benar, dan memakan makanan yang akan mendukung
pertumbuhan gigi yang sehat. Dokter gigi akan menjelaskan lebih detail
mengenai perawatan gigi anak.
3. Tindakan Ibu
Menurut Budianti 2009, perilaku ibu menentukan kesehatan gigi
anak, sebab ibu merupakan figur cukup berperan dalam menjaga kondisi
kesehatan giginya, termasuk dalam hal menyikat gigi dan pola makan
anak. Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan perilaku kesehatan
terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi :
a. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat
sedang menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak
melakukan pembersihan gigi, anak akan lebih termotivasi dan
meniru contoh dari ibunya.
17
b. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau
tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya
menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur.
c. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat
dan memeriksa rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan,
anak tidak akan terlalu merasa asing saat harus dibawa ke dokter
gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam rongga mulut anak dapat
ditemukan sedini mungkin.
2.2.8 Perencanaan Penanggulangan Rampan Karies pada Anak
Sejak gigi susu pertama mulai muncul, perawatan gigi harus sudah
dimulai, pertama-tama dengan membiasakan anak mau membersihkan giginya,
untuk bayi yang gigi susunya baru tumbuh beberapa, biasa dibersihkan dengan
menggunakan cotton but, selain itu untuk mengurangi sisa makanan yang melekat
pada permukaan gigi, beri anak minum air putih yang cukup segera setelah diberi
makanan padat ataupun setelah minum susu (Afrilina, 2006).
Setelah diketahui bahwa proses terjadinya rampan karies pada balita
disebabkan oleh beberapa factor maka dilakukan pencegahan
dengan upaya
18
c. Perkenalkan dan Ajarkan kepada bayi atau anak minum dengan cup,
gelas saat mulai menginjak usia 2 tahun.
d. Gunakan sedikit atau bahkan tidak sama sekali memberikan gula pada
makanan atau minuman anak.
e. Konsultasilah dengan dokter gigi akan kebutuhan fluor pada gigi anak
anda.
f. Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi ciptakan buah hati
anda sehingga mempunyai gigi yang kuat dan sehat. Sebagai orang tua
tentulah menjadi kunci awal dari segala keputusan untuk buah hati
Anda terutama yang masih kecil/bayi (Mahakudo, 2009).
3. Kuratif
a. Penambalan ART
b. Pengobatan sesuai kompetensi
c. Melakukan Rujukan
BAB III
KERANGKA KONSEP
19
Pengalaman
Pendidikan
Informasi
Pekerjaan
Usia
Lingkungan
Sosial
budaya dan
ekonomi
Rampan karies
Pengetahuan Baik
Pengetahuan Cukup
Pengetahuan Kurang
20
yang sering berinterksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila
dibandingkan dengan orang tanpa berinteraksi dengan orang lain.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya,
sehingga
pengetahuan
yang
diperolehnya
semakin
membaik.
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap rampan karies pada balita (usia
12-60 bulan) di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian : Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang.
Waktu penelitian : 11 Februari 2016.
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian dan Sample
Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita (usia 12-60
bulan) di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang dengan jumlah populasi 103 balita.
Sampel penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki balita (usia 12-60
bulan) laki laki dan perempuan di Dusun Pakel, Desa Baturetno,
4.3.2
4.3.3
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling
yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang
21
22
2. Ibu yang memiliki balita laki-laki dan perempuan usia 12-60 bulan.
4.5 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Cara
Alat
Skala Data
Tingkat
Hasil wawancara
Mengukur
Wawancara
Pengukur
Kuisoner
Ordinal
pengetahuan
dengan kuisoner
yang berkaitan
dengan pengetahuan
ibu tentang rampan
karies yang
dikatagorikan
dengan baik, sedang,
buruk.
23
Dari hasil penelitian, data yang diperoleh diolah dan dianalisa secara
deskriptif. Pengolahan data menggunakan metode sesuai dengan penelitin
deskriptif.
Primer
Sekunder
Kuesioner Pendahuluan
Puskesmas
Penyajian Hasil
Kantor Desa
Bidan Desa
24
BAB V
HASIL SURVEI
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Baturetno Kecamatan Singosari Kabupaten Malang yang terletak di
sebelah paling timur + 6 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan Singosari atau
terletak sebelah utara dari pusat Pemerintahan Kabupaten atau Kota Malang,
dengan ketinggian rata rata 487 M diatas permukaan air laut dengan batas
batas sebagai berikut :
Sebelah Utara
25
Kelompok Usia
Persentase (%)
26
(tahun)
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
8
14
9
8
3
8
1
51
15,7
27,5
17,6
15,7
5,9
15,7
2,0
100,0
Berdasarkan Tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa kelompok usia dengan jumlah
tertinggi adalah pada usia 21-24 tahun dengan persentase sebesar 27,5% dan
kelompok usia terendah adalah 41-44 tahun dengan persentase sebesar 2,0%.
5.2.2
Pekerjaan Responden
Berdasarkan hasil survei, persentase menurut pekerjaan responden dapat
Distribusi frekuensi jenis pekerjaan pada ibu, Dusun Pakel, Desa Baturetno,
Kecamatan Singosari.
Pekerjaan
n
Persentase (%)
Ibu rumah tangga
49
96,1
Petani
1
2,0
Buruh pabrik
1
2,0
Total
51
100,0
Dari Tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa pekerjaan dengan jumlah tertinggi
adalah ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 96,1%.
5.2.3 Pendidikan Responden
Berdasarkan hasil survei, persentase menurut tingkat pendidikan responden
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5.1.3.
Tingkat pendidikan
SD
SMP
SMA
Total
Persentase (%)
40
9
2
51
78,4
17,6
3,9
100,0
27
Dari Tabel 5.1.3 dapat dilihat bahwa jumlah tingkat pendidikan tertinggi
adalah SD dengan persentase sebesar 78,4% dan jumlah terendah adalah SMA
dengan persentase sebesar 3,9%.
Tingkat Pengetahuan
Rampan Karies
Kurang
Cukup
Baik
Total
Persentase (%)
34
14
3
51
66,7
27,5
5,9
100,0
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jumlah kategori tingkat pengetahuan
ibu terhadap rampan karies pada balita usia 12-60 bulan tertinggi adalah kategori
kurang dengan persentase sebesar 66,7%
5.3.1
Tabel 5.2.1 Tabel silang antara tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies
pada balita usia 12-60 bulan dengan kategori usia ibu, Dusun
Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari.
28
Tingk
at
penge
tahua
n
Kura
ng
Cukup
Baik
Total
Usia
SD
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
5
8
4
5
2
4
0
28
1
0
4
1
1
3
1
11
0
0
0
0
0
1
0
1
6
8
8
6
3
8
1
40
9,8%
15,6%
7,8%
9,8%
3,92%
7,8%
0%
54,9%
1,96%
0%
7,8%
1,96%
1,96%
5,8%
1,96%
21,5%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
1,96%
11,76%
15,6%
15,6%
11,76%
5,8%
15,6%
1,96%
78,4%
Pendidikan
SMP
N
%
1
4
0
0
0
0
0
5
1
0
1
1
0
0
0
3
0
0
0
1
0
0
0
1
2
4
1
2
0
0
0
9
1,96%
7,8%
0%
0%
0%
0%
0%
9,8%
1,96%
0%
1,96%
1,96%
0%
0%
0%
5,8%
0%
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
1,96%
3,92%
7,8%
1,96%
3,92%
0%
0%
0%
17,6%
Total
SMA
N
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
2
0%
1,96%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
3,92%
0%
0%
0%
0%
0%
3,92%
6
13
4
5
2
4
0
34
2
0
5
2
1
3
1
14
0
1
0
1
0
1
0
3
8
14
9
8
3
8
1
51
25,5%
35,3%
23,5%
13,7%
100%
7,8%
0%
66,66%
3,92%
0%
9,8%
3,92%
1,96%
5,8%
1,96%
27,4%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
5,8%
15,6%
27,5%
17,6%
15,6%
5,8%
15,6%
1,96%
100%
29
dengan jumlah 4 orang (7,8%) dan untuk ibu dengan tingkat pengetahuan
baik di pendidikan SD paling banyak pada usia 37-40 tahun dengan jumlah
1 orang (1,96%).
Berdasarkan tabel 5.2.1, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan
tingkat pengetahuan kurang di pendidikan SMP paling banyak pada usia
21-24 tahun dengan jumlah 4 orang (7,8%), untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan cukup di pendidikan SMP paling banyak pada usia 17-20
tahun, 25-28 tahun dan 29-32 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%) dan
untuk ibu dengan tingkat pengetahuan baik di pendidikan SMP paling
banyak pada usia 29-32 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%).
Berdasarkan tabel 5.2.1, menunjukkan bahwa untuk ibu dengan
tingkat pengetahuan kurang di pendidikan SMA paling banyak pada usia
21-24 tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%), untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan cukup di pendidikan SMP (0%) dan untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan baik di pendidikan SD paling banyak pada usia 21-24 tahun
dengan jumlah 1 orang (1,96%).
5.3.2
Tabel 5.2.2 Tabel silang antara tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita usia
12-60 bulan dengan kategori usia ibu dan jenis pekerjaan, Dusun Pakel, Desa
Baturetno, Kecamatan Singosari.
Tingk
at
penge
tahua
n
Kura
ng
Usia
Ibu rumah
tangga
N
%
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
6
13
3
5
2
4
0
33
2
11,7%
25,5%
5,8%
9,8%
3,92%
7,8%
0%
64,7%
3,92%
Pekerjaan
Petani
Total
Buruh pabrik
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
6
13
4
5
2
4
0
34
2
11,7%
25,5%
7,8%
9,8%
3,92%
7,8%
0%
66,66%
3,92%
30
Cukup
Baik
Total
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
17-20
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
Total
0
5
2
1
3
0
11
0
1
0
1
0
1
0
3
8
14
8
8
3
8
49
40
0%
9,8%
3,92%
1,96%
5,8%
0%
21,5%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
1,96%
15,6%
27,4%
15,6%
15,6%
5,8%
15,6%
96%
78,4%
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
9
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
1,96%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
1,96%
17,6%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
2
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
1,96%
0%
0%
0%
1,96%
3,92%
0
5
2
1
3
1
14
0
1
0
1
0
1
0
3
8
14
9
8
3
8
51
51
0%
9,8%
3,92%
1,96%
5,8%
1,96%
27,4%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
1,96%
0%
5,8%
15,6%
27,5%
17,6%
15,6%
5,8%
15,6%
1,96%
100%
31
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016, di Desa Baturetno
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Tujuannya untuk
mengetahui gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies pada balita usia
12-60 bulan di dusun pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur. Penelitian telah dilakukan terhadap 51 responden.
Pengukuran tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita usia 12-60
bulan pada survei ini menggunakan instrument pengukuran scoring kuisioner
berdasarkan (Arikunto, 2009). Terdiri dari 10 pertanyaan yang menggambarkan
pengetahuan ibu tentang rampan karies. Pengolahan data dilakukan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita usia 1260 bulan. Data diolah dengan menggunakan tabulasi silang.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui tingkat
pengetahuan ibu yang di tinjau berdasarkan klasifikasi usia dan pendidikan SD
ibu, diperoleh data bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan kurang di
pendidikan SD paling banyak pada usia 21-24 tahun dengan jumlah 8 orang
(15,6%), untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup di pendidikan SD paling
banyak pada usia 25-28 tahun dengan jumlah 4 orang (7,8%) dan untuk ibu
dengan tingkat pengetahuan baik di pendidikan SD paling banyak pada usia 37-40
tahun dengan jumlah 1 orang (1,96%).
32
33
pada pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga paling banyak pada usia 21-24 tahun
dengan jumlah 13 orang (25,5%), untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup
kurang pada pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga paling banyak pada usia 2528 tahun dengan jumlah 5 orang (9,8%) dan untuk ibu dengan tingkat
pengetahuan baik kurang pada pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga paling
banyak pada usia 21-24 tahun, 29-32 tahun dan 37-40 tahun dengan jumlah 1
orang (1,96%).
Hasil penelitian ditinjau dari usia ibu dengan pekerjaan ibu sebagai petani
menunjukkan bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan cukup pada pekerjaan
ibu sebagai petani paling banyak pada usia 41-44 tahun dengan jumlah 1 orang
(1,96%).
Hasil penelitian ditinjau dari usia ibu dengan pekerjaan ibu sebagai buruh
pabrik menunjukkan bahwa untuk ibu dengan tingkat pengetahuan kurang pada
pekerjaan ibu sebagai petani paling banyak pada usia 25-28 tahun dengan jumlah
1 orang (1,96%).
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pekerjaan
mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu. Pekerjaan yang sering berinterksi dengan
orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa
berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta
pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
dalam mengambil keputusan yang merupakan keteraduan menalar secara ilmiah
dan etik.
34
seserang adapula intelegensi, perhatian, minat seseorang. Dalam hal ini khususnya
bagi para ibu dalam mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan dan keingin
tahuan responden untuk mendapatkan informasi kesehatan gigi dan mulut dari
tetangga, teman, maupun berbagai media masa seperti surat kabar, radio, televisi
dan juga poster poster yang dipasang petugas kesehatan. Sehingga meningkatkan
pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dn mulut meskipun pendidikan
orang tua masih dalam kategori dasar namun memiliki pengetahuan yang relatif
baik. Menurut (Notoadmodjo, 2003) , pendidikan yang tinggi apabila tidak di
dukung dengan informasi melalui media masa akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang, sebaliknya apabila pendidikan rendah namun seseorang dapat mencari
informasi yang lebih luas melalui media masa maupun pendidikan non formal
maka pengetahuannya akan jauh lebih baik daripada seseorang yang
pendidikannya tinggi.
Tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita banyak
dipengaruhi oleh faktor usia, pekerjaan dan pendidikan, yang mana ketiga hal ini
sangat menunjang terhadap tingkat pengetahuan ibu. Ibu yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi seharusnya mengerti bagaimana cara menjaga dan merawat
kesehatan gigi dan mulut pada anak balitanya, karena sangat berpengaruh pada
tumbuh kembang seorang anak balita, terutama pada pertumbuhan giginya.
Diharapkan pengetahuan yang baik diikuti sikap positif yang akhirnya dapat
menimbulkan tindakan yang tepat dalam memelihara kesehatan gigi pada anak
balita (Riyanti, 2005).
35
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan ibu tentang rampan karies pada anak balita usia 12 60 bulan
di Dusun Pakel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tahun
2016 didapatkan kesimpulan :.
1. Tingkat pengetahuan ibu di tinjau dari usia ibu dengan pendidikan SD
didapatkan hasil dengan pengetahuan kurang (15,6%), cukup (7,8 %),
baik (1,96 %), untuk pendidikan SMP
pengetahuan kurang (7,8%), cukup (1,96 %), baik (1,96 %), untuk
pendidikan SMA didapatkan hasil dengan pengetahuan kurang (1,96%),
cukup (0 %), baik (1,96 %).
2. Tingkat pengetahuan ibu di tinjau dari usia ibu dengan pekerjaan ibu
sebagai ibu rumah tangga didapatkan hasil dengan pengetahuan kurang
(25,5%), cukup (9,8 %), baik (1,96 %), untuk pekerjaan sebagai petani
didapatkan hasil dengan pengetahuan kurang (0%), cukup (1,96 %), baik
(0 %), untuk pekerjaan sebagai buruh pabrik didapatkan hasil dengan
pengetahuan kurang (1,96%), cukup (0 %), baik (0 %).
7.2 Saran
36
37
38
DAFTAR
PUSTAKA
Edwina
A.M,
dkk.
1992.
Dasar-Dasar
Karies
Penyakit
dan
38
Oral
38
Health
County.
2009.
Oral
Hygiene
Index
-OHI-.
39
Peneliti
( Kelompok 5 )
Partisipan
40
II.
Indentitas Responden
1. Nama ibu
2. Alamat
3. Usia Ibu
Usia Balita
4. Jenis kelamin Balita
5. Pekerjaan Ibu
6. Pendidikkan Ibu
:
:
:
:
:
:
:
41
42
Umur
2
1
3
3
1
3
4
1
4
2
2
2
3
4
4
1
1
3
2
2
1
4
2
1
1
2
1
2
3
1
1
2
3
3
4
2
2
3
2
4
Pendidikan
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
Pekerjaan
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
Balita
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Usia
3
1
2
4
3
4
5
6
4
5
6
2
1
7
2
3
5
7
2
7
1
4
7
1
3
1
3
1
5
2
1
1
3
6
5
4
5
3
1
5
Kelamin
2
1
2
1
1
2
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
1
2
2
1
2
1
2
P1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
P2
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
P3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
P4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
P5
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
P6
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
P7
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
P8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
P9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
P10
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
43
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
2
3
2
3
2
3
4
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
7
7
7
4
5
5
7
4
5
5
5
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
44
45
LAMPIRAN IV
Deskripsi Pengetahuan Responden
1. Pengetahuan tentang rampan karies ( karies susu botol) pada balita
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan tentang
rampan karies (karies susu botol) pada balita adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi responden di Dusun Pakel Desa Baturetno Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Sumber : data primer
P1
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
25
49.0
49.0
49.0
Benar
26
51.0
51.0
100.0
Total
51
100.0
100.0
P2
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
Benar
34
17
66.7
33.3
66.7
33.3
Total
51
100.0
100.0
66.7
100.0
46
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
41
80.4
80.4
80.4
Benar
10
19.6
19.6
100.0
Total
51
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
46
90.2
90.2
90.2
Benar
9.8
9.8
100.0
Total
51
100.0
100.0
47
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
20
39.2
39.2
39.2
Benar
31
60.8
60.8
100.0
Total
51
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
28
54.9
54.9
54.9
Benar
23
45.1
45.1
100.0
Total
51
100.0
100.0
48
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
14
27.5
27.5
27.5
Benar
37
72.5
72.5
100.0
Total
51
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
19
37.3
37.3
37.3
Benar
32
62.7
62.7
100.0
Total
51
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
13.7
13.7
13.7
Benar
44
86.3
86.3
100.0
Total
51
100.0
100.0
49
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Salah
14
27.5
27.5
27.5
Benar
37
72.5
72.5
100.0
Total
51
100.0
100.0