Anda di halaman 1dari 14

1. Tahap I, waxing adalah pembuatan pola dan malam (wax pattern).

Waxing adalah cara pembuatan pola malam (wax pattern) Pola malam dibuat dengan tujuan untuk :
a. Mendapatkan suatu restorasi atau rehabilitasi gigi sesuai dengan ukuran dan bentuk gigi yang direstorasi atau direhabilitasi.
b. Mendapatkan adaptasi yang baik dengan gigi yang direstorasi atau direhabilitasi.
c. Mendapatkan hubungan yang baik dengan gigi tetangganya maupun gigi antagonisnya.
d. Mendapatkan bentuk anatomi yang baik sesuai dengan bentuk restorasi gigi atau rehabilitasi gigi. Wax pattern berguna untuk
membentuk ruang cetak (mould space) di dalam bahan invesmen setelah malam dan pola malam (di dalam invesn) dihilangkan
(wax elimination).

Cara pembuatan pola malam ada 3 cara :


1) Cara langsung (direct). Cara langsung ini dibuat seluruhnya di dalam mulut pasien, sehingga tidak memerlukan die.
2) Cara tidak langsung. Cara tidak langsung ini pola malam dibuat seluruhnya pada die, sehingga pembuatannya diluar mulut pasien.
3) Cara langsung tidak langsung. Pada cara ini mula-mula sebagian pola malam dibuat di mulut pasien untuk mendapatkan oklusi
yang baik, kemudian ditransfer ke die, dan dibuat pola malam sampai selesai, sehingga cara ini dibutuhkan die.
Contoh:

a) cara langsung, misalnya pembuatan tumpatan inlai kelas I dan kelas V. (menurut klasifikasi Black)
b) cara tidak langsung, misalnya pembuatan tumpatan inlai klas II, klas Ill, klas IV (menurut klasifikasi Black), onlay,
mahkota penuh (full crown) dan jembatan gigi (crown and bridge).
Malam yang digunakan untuk pembuatan pola malam adalah casting wax atau inlay wax yang berwarna biru atau hijau. Jenis malam
pola ada 2 tipe yaitu :
1) Tipe - I (tipe B) berguna untuk pembuatan pola malam secara langsung.
2) Tipe - II (tipe A) berguna untuk pembuatan pola malam secara tidak langsung atau cara langsung tidak langsung.
Perbedaan kedua malam tersebut adalah mengenai setting time dan flow-nya. Komposisi malam cor untuk inlay ini terdiri dari :
a) Malam paratin (paratin wax)
b) Gum dammar (dammar gum)
c) Malam karnauba (carnauba wax)
d) Beberapa bahan pewarna
Semua substansi ini merupakan bahan alamiah asli dan derivat dan mineral atau tumbuhan tertentu. Malam parafin umumnya
merupakan substansi utama, biasanya konsentrasinya antara 40 % sampal 60 %. Gum damar atau resin damar adalah resin alamiah
derivat varitas pohon cemara. Ia dibutuhkan malam paralin untuk mempertahankan kehalusan dinding ruang cetak (mould space) dan

untuk mengembalikan resistensi yang Iebih besar terhadap kerapuhan dan penggumpalan. Malam karnauba bentuknya seperti serbuk
yang halus dan veritas pohon palm tropis. Mala mini cukuo kuat dan mempunyai titik cair relatif tinggi. Syarat-syarat casting wax
untuk pola malam.
Menurut American Dental Association Specincation (ADAS) No. 4 (cit.Peyton and Craig, 1971) menyatakan bahwa casting
wax atau inlay casting wax yang digunakan untuk pola malam harus mempunya syarat - syarat sebagai berikut :
a) Warnanya berbeda dengan warna jaringan disekitar gigi.
b) Pada waktu dilunakan harus bersifat kohesit.
c) Tidak mudah patah atau rapuh pada waktu dipotong atau diukir untuk membentuk anatomi gigi sesual.
d) Pada waktu dibakar atau dipanasi pada suhu tertentu harus habis tak tersisa atau menguap semuanya tanpa meninggalkan
bekas sedikitpun

Gambar II.1 Wax Pattern

2. Tahap II, spruing adalah pembuatan sprue pin atau sprue tormer dan casting wax (malam cor).
Spruing adalah cara pembuatan sprue pin
1) Kegunaan sprue pin untuk :
a) Pembentukan Sprue di dalam invesmen.
b) Pegangan pola malam pada waktu investing.
2) Pembuatan sprue pin dapat dibuat dan bahan :

a) Logam Sprue pin yang terbuat dan logam, maka sebelum dilakukan preheating sprue pin diambil lebih dahulu. Untuk
memudahkan pengambilan, sprue pin logam dilapisi dengan malam.
Keuntungan : Sprue pin yang terbuat dan logam apabila dilekatkan pada pola malam, maka pegangannya lebih erat dan kuat.
Kerugiannya : Sprue pin dan logam apabila tidak dilapisi malam, maka akan sukar dikeluarkan atau dilepaskan dan pola malam
sesudah investing.
b) Inlay casting wax seluruhnya Sprue pin yang terbuat seluruhnya dan malam inlal (inlay casting wax) maka pada wax
elimination tidak perlu diambil karena sprue pin akan hilang bersama - sama dengan pola malamnya.
Keuntungannya
1. Pada wax elimination sprue pin akan menguap bersama sama dengan pola malamnya, sehingga tidak meninggalkan malam
sedikitpun dalam mould space.
2. Perlekatannya dengan pola malam kuat dan tidak mudah lepas.
Kerugiannya : Mudah patah, karena malam inlai apabila sudah keras bersitat getas.
c) Plastik / resin Sprue pin yang terbuat seluruhnya dan malam inlai (inlay casting wax) maka pada wax elimination tidak
perlu diambil karena sprue pin akan hilang bersama - sama dengan pola malamnya.
Kerugiannya:

1. Sukar dilepaskan dan pola malam sesudah investing dan dibiarkan tidak diambil pada waktu wax elimination.
2. Bahan plastik / resin apabila dipanasi akan memuat lebih besar, sehingga akan merusak dinding invesmennya.
3. Suhu cair plastik Iebih besar daripada malam, sehingga pada waktu wax elimination malam pola sudah mencair dan menguap,
tetapi plastik / resin belum cair atau menguap, akibatnya ada sisa plastik di dalam sprue dan ini akan menyumbat aliran logam cair.
3) Diameter sprue pin Diameter sprue pin tidak ada ketentuan yang pasti, tergantung dan; pertama, besarnya pola malam yang dibuat
dan yang kedua, jenis casting machine yang digunakan untuk casting. Sebagai standar diameter sprue pin sebagai berikut :
a). Untuk inlai yang kecil 1,3 mm
b) Untuk inlai yang besar I ,b mm
c) Untuk mahkota penuh 1,6 mm
d) Untuk inlai yang paling besar 2,6 mm Menurut Skinner (1960) dan Peyton and Craig Menurut Skinner (1960) dan Feyton and
Craig. (1971) menyatakan bahwa diameter sprue pin, menurut Brown adalah gauge no. 10 atau 0,259 cm, sedangkan menurut Sharpe
adalah gauge no. 16 atau 0,129 cm.
4) Pemasangan sprue pin Pemasangan Sprue pin pada pola malam hendaknya pada daerah yang tebal dan jauh dan pinggiran pola
malam. Sedangkan posisinya pada pola malam dapat tegak (90%) atau miring (450 ) terhadap permukaan pola malam. Penempatan
sprue pin pada pola malam dengan posisi tegak lurus apabila daerah yang ditempati cukup ketebalannya. Penempatan sprue pin pada

pola malam dengan posisi miring, apabila daerah yang ditempati sprue pin pada pola malam tidak cukup ketebalannya atau tipis. Hal
ini ada hubungannya dengan gerakan turbolensi yang diakibatkan adanya back presser / tekanan baik.
5) Pembuatan Sprue pin yang berhubungan dengan casting machine yang digunakan. Apabila menggunakan chorizontal casting
macnine pada casting, maka sprue pin diameternya harus besar dan pendek, sebab pelelehan logam dilakukan pada fire clay. Apabila
menggunakan hand casting sistem (slinger aparat) yang gerakannya vertikal maka diameter sprue pin kecil dan panjang serta
ditambah reservoir former / reservoir former karena pelelehan logam dilakukan pada sprue hold (crucible). Pada sprue pin tidak harus
ditambah / dibuat reservoir modul. Untuk sprue pin yang diameternya besar tidak perlu ditambah reservoir modul, tetapi sprue pin
yang diameternya kecil perlu ditambah reservoir modul. Ukuran panjang sprue pin juga tidak ada ketentuan yang pasti, karena
tergantung dan besar kecilnya dan bentuknya pola malam.

Gambar II.2 Spruing

3. Tahap III, investing adalah penanaman pola malam dalam adonan bahan invesmen (yang ada di dalam casting ring).
Investing adalah cara untuk menanam pola malam dalam bahan invesmen Yang perlu diperhatikan pada investing :
1). Letak pola malam di dalam casting ring. Pola malam letaknya harus ditengah tengah agar jarak antar pola malam dan dinding
dinding casting ring sama.
2). Jarak pola malam dan dasar casting ring terletak antara (6 - 8 mm) Perbandingan antara air dan puder (w/p ratio) harus tepat. W/p
ratio suatu bahan invesmen tergantung dan petunjuk pabrik yang memproduksinya sebagai contoh invesmen merek Duroterm w/p
ratio-nya adalah 10 : 29, dan invesmen merek Durotreem wf p ratio-nya adalah 1 : 3.
Bahan invesmen (invesment materials)
1). Komposisi Komposisi dasar dan invesmen terdini dari :
a) Binder material (bahan pengikat)
b) Refractory material (bahan tahan panas)
c) Asher chemical (bahan kimia lain)
2). Macam-macam Jenis Bahan Invesmen

a). Berdasarkan bahan pengikatnya, maka ada 3 jenis invesmen yaitu :


i) Gypsum bonded invesmen materials adalah invesmen yang mengandung bahan pengikat gip. Invesmen ini digunakan pada proses
casting untuk pengecoran logam yang titik cairnya kurang dan 1000 0 C, sebab apabila logam yang dicor itu Iebih besar dan 1000 C,
maka invesmen akan retak-retak. Bahan pengencernya adalah air (aquadestilata).
ii) Phospate / sulfate bonded invesment materials adalah bahan invesmen yang mengandung bahan pengikat as. phosphat atau as.
sulfat. Invesmen ini digunakan pada proses casting untuk pengecoran logam yang titik cairnya lebih besar dan 10000 . Bahan
pengencernya adalah liquit, yang merupakan satu paket dengan puder invesmennya.
iii) Silicate bonded invesment materials adalah bahan invesmen yang mengandung bahan pengikat silikon (silica). Invesment ini
digunakan pada proses casting untuk pengecoran logam yang titik cairnya lebih besar dan 1000 0 . Bahan pengencernya adalah liquit,
yang merupakan satu paket dengan puder invesmennya.
b). Berdasarkan titik cair logam yang di casting (dicor) ada 2 jenis invesmen, yaitu :
i) Gypsum bonded invesment materials, digunakan untuk mengecor logam yang mempunyat titik cair kurang dan 1000 0 C.
ii) Phosphate / silicale bonded invesment materials digunakan untuk mengecor logam yang mempunyai titik cair lebih dari 10000C
iii). Cara Investing Casting yang dilakukan di kedokteran gigi proses yang disebut lose wax proccess terdapat 2 teknik investing,
yaitu :

1. Manual (hand) investing technic Teknik ini ada 2 cara, yaitu:


a) Single investing Pada pninsipnya puder invesmen kering dicampur dengan air (aquades) dengan w/p ratio tertentu. Kemudian
diaduk selanjutnya dituangkan ke dalam casting ring, apabila konsistensinya sudah baik. Selanjutnya pola malam dimasukkan /
ditanam kedalam casting ring yang
b) Double investing Prinsipnya puder invesmen kering dibagi menjadi bagian, misalnya A dan B. Bagian A dibagi menjadi 2 bagian,
ialah bagian A1 dan A2. Bagian Al dicampur dengan air (aquades) sampai rata dan bersifat encer. Selanjutnya dengan kuas halus,
adonan invesmen A, dioleskan pada seluruh permukaan pola malam secara merata. Kemudian invesmen A2 yang kering ditaburkan
diatas seluruh permukaan pola malam, yang telah diolesi dengan invesmen A1 tadi, sehingga berbentuk seperti buah talok / cherry.
Pada invesmen B kering dicampur dengan air diaduk sarnpai mendapatkan konsistensi yang baik dan lebih kental dan adonan
invesmen Al. Adonan B ini ditungakan ke dalam casting ring sampai penuh, yang sebelumnya pola malam sudah dimasukkan /
diletakkan ke dalam casting ring dan ditunggu sampai kering. Pada double investing ini terdapat 3 lapisan, yaitu:
- lapisan adonan invesmen yang encer
- lapisan invesmen kening
-lapisan adonan invesmen yang agak kental

Pada kedua cara tersebut diatas pencampuran antara puder invesmen kering dan air dilakukan pada rubber bowl dan alat
pengadukannya spalula. Pengadukan dan penuangannya dalam casting ring dilakukan dengan tangan. Pencampuran juga dapat
dilakukan pada rubber bowl khusus dan pengadukan dilakukan dengan alat yang disebut vacuum mixer (pengadukan dengan hampa
udara). Penuangan adonan invesmen ke dalam casting ring dilakukan dengan tangan diatas alat yang disebut vibrator (alat penggetar)
agar gelembung - gelembung udara di dalam adonan invesmen dapat keluar. Liquit invesmen atau aquades adalah bahan pelarut /
pencampur yang berguna untuk membuat adonan invesmen. Liquit invesmen digunakan apabila pada investing digunakan jenis
bahan jenis invesmen berupa phosphate / silicate bonded invesment materials dan liquit ini merupakan satu paket dengan puder
invesmennya. Air / aquades digunakan apabila pada investing digunakan jenis bahan invesmen berupa gypsum bonded invesment
materials. Pada investing ini dilakukan dengan alat khusus yang hampa udara. Di fakultas kedokteran gigi tidak dilakukan karena
tidak ada alatnya.

Gambar II.3 investing


4. Taflap IV, pre-heating adalah pemanasan permulaan pada casting ring agar adonan bahan tanam lebih kering.
Sebelum wax elimination, dilakukan dahulu preheating pada temperatur kamar sampai 1500 C dalam waktu 15 menit di
dalamalat pemanas yang disebut furnace, yang dapat distel mengenam temperatur dan waktunya. Pre heating dilakukan dengan
tujuan agar adonan invesmen betul-betul kering. Masih di dalam furnace, lalu dilakukan wax elimination dari 1500C dinaikkan
sampai 3500C dengan perlahan lahann dalam waktu 30 menit. Pada temperature 3500C diperkirakan seluruh malam yang ada di
dalam adonan invesmen sudah hilang tak bersisa. Setelah wax elimination yang menghasilkan mould space di dalam invesmen,

kemudian dilakukan heating yaitu temperatur dinaikkan dan 350 C sampai 700 C dalam waktu 30 menit. Heating ini bertujuan
agar terjadi baik pemuaian invesmen maupun pemuaian mould space dapat maksimal. Pemanasan hanya sampai 700 C, karena
stabilitas bahan invesmen jenis gypsum bonded invesmen materials diperkirakan dalam keadaan stabil. Selanjutnya pada temperatur
7000C C didiamkan selama 30 menit, kemudian casting ring diambil dari casting machine.

Gambar II.4 Preheating


5. Tahap V, wax elimination adalah penghilangan malam dari pola malam yang tertanam dalam adonan bahan invesmen
(yang ada di dalam casting ring).
6.Tahap VI, heating adalah pemanasan casting ring (yang berisi adonan bahan invesmen) sampai suhu tertentu.
g. Tahap VI, melting adalah pelelehan logam yang dtlakukan pada sprue - hold atau fire clay.
h. Tahap VIII, casting adalah pengecoran lelehan logarn ke dalam ruang cetak (mould space).
Apabila proses casting telah dilakukan maka akan terbentuk bangunan restorasi atau rehabthtasi gigi dan bahan logam.
Bangunan mi belum begitu baik untuk dipasang di dalam mulut maka dilakukan finishing dan polishing. Finishing adalah
penyelesaian hasil casting dengan menghiIangkan ekses-ekses dan bangunan hasil casting yang tidak perlu, sehingga terbentuk hasil

casting yang baik sesuai dengan restorasi atau rehabilitasi yang diinginkan. Setelah finishing kemudian diIakukan polishing, yaitu
meratakan, menghaluskan dan mengkilapkan bangunan, sehingga menjadi baik sekali.

Gambar II.5 Casting

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 1 PB PDF
    1 PB PDF
    Dokumen6 halaman
    1 PB PDF
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab 6
    Bab 6
    Dokumen1 halaman
    Bab 6
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Journal
    Journal
    Dokumen9 halaman
    Journal
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen35 halaman
    Daftar Is1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Pada Anak
    Penyuluhan Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Pada Anak
    Dokumen10 halaman
    Penyuluhan Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Pada Anak
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen4 halaman
    Daftar Is1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Mita Revisi Word-1 New
    Mita Revisi Word-1 New
    Dokumen11 halaman
    Mita Revisi Word-1 New
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Stogmsa 4
    Stogmsa 4
    Dokumen9 halaman
    Stogmsa 4
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen4 halaman
    Daftar Is1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Laporan Stogma Kepekaan Karies
    Laporan Stogma Kepekaan Karies
    Dokumen8 halaman
    Laporan Stogma Kepekaan Karies
    Prayogo
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Powerpoint
    Abstrak Powerpoint
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Powerpoint
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen36 halaman
    Chapter II
    ersarafita_917335553
    Belum ada peringkat
  • Journal
    Journal
    Dokumen9 halaman
    Journal
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Dental Chair
    Dental Chair
    Dokumen15 halaman
    Dental Chair
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen4 halaman
    JUDUL
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen2 halaman
    Book 1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Cabai Rawit 1
    Cabai Rawit 1
    Dokumen97 halaman
    Cabai Rawit 1
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Anastesi
    Abstrak Anastesi
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Anastesi
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab III Nyasar
    Bab III Nyasar
    Dokumen2 halaman
    Bab III Nyasar
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Flavonoid
    Flavonoid
    Dokumen1 halaman
    Flavonoid
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Flavonoid
    Flavonoid
    Dokumen1 halaman
    Flavonoid
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Preparasi, Skillab Restorasi PDF
    Preparasi, Skillab Restorasi PDF
    Dokumen86 halaman
    Preparasi, Skillab Restorasi PDF
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • Flavonoid
    Flavonoid
    Dokumen1 halaman
    Flavonoid
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    PipitKusuma
    Belum ada peringkat