Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

ALAT DAN BAHAN

1.1 Tujuan Praktikum


Untuk melihat kepekaan seseorang terhadap karies.
1.2 Alat Praktikum
1.
2.
3.
4.

Tabung Reaksi
Inkubator
Ph Meter
Media Snyder : 2 buah surbitol, Glukosa, Golion

1.3 Bahan Praktikum


1. Saliva
1.4 Cara Kerja
1) Tampung saliva sebesar 1 ml
2) Masukkan 0,2 ml saliva kedalam Media Snyder
3) Kocok atau campur saliva dengan Media Snyder sehingga merata
4) Masukkan kedalam inkubator (tempat pembiakan kuman) dengan
suhu 37c
5) Diamati seetelah 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.
6) Catat perubahan warna setelah beberapa lama.

Catatan :
Respon imun setiap manusia itu berbeda, mudah terkena karies karena
ditentukan pada waktu masih dalam kandungan.

BAB 2
HASIL PRAKTIKUM

Hasil

Perubahan

Aktivitas

Warna

Karies

Hijau

Sedang

(setelah 48

(moderate

jam)

caries

pH

Tes Snyder
4.2

activity)

Tes Cariostat
Hijau Kekuning

Aktiv

4.0
0.3

BAB 3
PEMBAHASAN
Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras
gigi yaitu email, dentin dan sementum yang mengalami proses kronis
regresif. Karies gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di
permukaan gigi, plak atau

biofilm dan diet, terutama komponen

karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam,


terutama asam laktat dan asetat.

Yang ditandai dengan adanya

demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organik akibat


terganggunya keseimbangan email dan sekelilingnya, menyebabkan
terjadinya invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri dapat berkembang ke

jaringan periapeks sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi


(Edwina, 2012).
Karies dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
host, agent, mikroorganisme, substrat dan waktu. Ada yang membedakan
faktor etiologi atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi
biofilm atau lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari
saliva dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.
Faktor host meliputi struktura anatomi gigi dan saliva . Saliva juga
berperan penting dalam terbentuknya karies. Saliva tersusun atas
komponen organik dan anorganik. Komponen utama anorganik saliva
adalah elektrolit dalam bentuk ion seperti natrium, kalium, kalsium,
magnesium, klorida, dan fosfat. Sedangkan komponen organik seperti
musin, lipid, asam lemak dan ureum yang dapat pula berasal dari sisa
makanan dan pertukaran zat bakterial. Komponen Ion kalsium fosfat dan
fluor yang terkandung dalam saliva mampu memineralisasi karies yang
masih dini. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak
saliva juga mempengaruhi pH. Karena itu, aliran saliva yang berkurang
dapat menyebabkan karies gigi yang tidak terkendali. Komponenkomponen tersebut dipengaruhi oleh derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan
cahaya, irama siang-malam, obat, usia, efek psikis, hormonal dan jenis
kelamin. Faktor agent dipengaruhi oleh jumlah bakteri dan plak dalam
rongga mulut. Plak gigi berperan penting dalam proses terjadinya karies.
Bakteri yang merupakan penyebab karies paling banyak adaah
Streptococcus mutans dan lactobacillus merupakan kuman kariogenik
karena dapat dengan cepat membuat asam dari karbohidrat yang diragikan.
Bakteri-bakteri ini banyak memproduksi asam dengan tersedianya
karbohidrat

yang

mudah

meragi

seperti

sukrosa

dan

glukosa,

menyebabkan pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam waktu 1-3


menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan

mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan dimulai proses karies


(Edwina, 2012).
Pada praktikum kali ini, bahan yang digunakan adalah saliva dan
media snyder. Saliva merupakan suatu cairan oral yang kompleks yang
terdiri dari atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang
ada pada mukosa oral. Hubungan karies dengan saliva, saliva dapat
mengatur ph rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat dan
protein amfoter. Peningkatan kecepatan sekresinya biasanya berakibat
pada peningkatan pH dan kapasitas buffernya. Oleh karena itu, membrana
mukosa akan terlindung dari asam yang ada pada makanan dan pada waktu
muntah (Sally, 2012).
Pada praktikum ini, tujuannya adalah untuk menguji kepekaan
karies menggunakan saliva dan media snyder dengan prinsip
menghitung jumlah asam yang dihasilkan oleh bakteri
Streptococcus. Warna sediaan awal berwarna hijau , jika
memiliki aktivitas karies yang tinggi sediaan akan berubah
warna menjadi kuning. Sementara hasil sampel pada
percobaan kelompok kami menunjukkan perubahan warna
sediaan tetap hijau dengan PH 7. Hal ini menunjukkan
bahwa resiko terkena kariesnya rendah. Apabila pada
media snyder didapatkan hasil adanya perubahan warna
menjadi hijau yang menunjukkan bahwa bakteri sedang
berada pada masa

inkubasi pada

24 jam pertama.

Sedangkan, setelah 48 jam dan 72 jam, warna berubah


menjadi warna kuning. Hal ini menunjukan bahwa bakteri
sedang berkembang dan memiliki resiko sedang terserang
karies. Apabila didapatkan hasil perubahan warna menjadi
hijau selama 3x24 jam, akan tetapi pada hasil yang
terakhir hijau yang didapatkan sedikit lebih terang. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri mengalami masa inkubasi dan

memiliki resiko yang minim terkena karies pada pasien


(Regina, 2007).

BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan

Dari tes kepekaan karies menggunakan tes snyder dengan


prinsip menghitung jumlah asam yang dihasilkan oleh
bakteri Streptococcus. Warna sediaan awal berwarna hijau ,
jika memiliki aktivitas karies yang tinggi sediaan akan
berubah warna menjadi kuning. Sementara hasil sampel
pada percobaan kelompok kami menunjukkan perubahan
warna

sediaan

tetap

hijau

dengan

PH

7.

Hal

ini

menunjukkan bahwa resiko terkena kariesnya rendah. Hal


ini menunjukkan bahwa resiko terkena kariesnya rendah,
jika memiliki aktivitas karies yang tinggi sediaan akan
berubah warna menjadi kuning.

DAFTAR PUSTAKA

Edwina A. M, dkk. 2012. Dasar Dasar Karies. Jakarta : EGC


Jawetz, Melnick, dan Adelberg s. 2004. Mikrobiologi Kedokteran, Ed 23,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, page 233, 235.
Maksum, R. 2009. Mikrobiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
page 153-154.
Manton, J. W. 2010. Streptococcus mutans and You; Home Sweet Home in
your mouth. Microbiology Fall 2010.
Regina, R.A. 2007. The Effect of Mouthwash Containing Cetylpyrydinium
Chloride on Salivary Level of Streptococcus mutans, J PDGI,
57(1), page 19-24.
Samaranayake, L.P. 2002. Essential Microbiology For Detistry, W.B.
Saunders Company, Philadelphia, page 175, 217-223, 425-426,
719-720.
Willett, N.P., White, R.R., and Rosen, W. 1991. Essential Dental
Microbiology, International Edition, page 157, 327-328, 346-347,
355.

Anda mungkin juga menyukai