Anda di halaman 1dari 381
~__ILMU MASYARAKAT . Vv c ) M Y I> ak. SI \ a I ‘ . 1 \ % f - £ Dr., dr., Alexat -ucas Slamet Ryadi, S.K.M. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Oleh: Dr. dr. Alexander Lucas Slamet Ryadi, S.K.M. 2016 pada Penulis. 1. dr. Yudhiakuari Sincihu, M.Kes. (Ketua) 2. dr. Steven, M.Ked. Trop. (Anggota) 3. dr. Christine Juliet Dewi, M.Ph., M.A.P. (Anggota) Copy Editor: Aditya Ari Setting Yulius Basuki Desain Cover: Aninditya Korektor Putri Christian Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penulis. Penerbit CV. ANDI OFFSET (Penerbit ANDI, Anggota IKAPI) JI, Beo 38-40, telp (0274) 561881, Fax (0274) 588282 Yogyakarta 55281 Percetakan CV. ANDI OFFSET (Penerbit ANDI, Anggota IKAPI) JI, Beo 38-40, telp (0274) 561881, Fax (0274) 588282 Yogyakarta 55281 Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan Ryadi, Alexander Lucas Slamet ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / Alexander Lucas Slamet Ryadi ~ Ed. |.— Yogyakarta: ANDI; 25-24-23 - 22-21 -20-19-18- 17-16 him xii + 260; 16 x 23 Cm, 9 8 765432 1 ISBN: 978 - 979 -29- 5585-9 1. Judul 1, Public Health DDC'23 :362.1 DAFTAR CAMBAR Ga MBAR 1. DETERMINAN STATUS KESEHATAN MASYARAKAT (H. L. BLur R ENS! GiZI, INFEKSI, DAN DIARE KR GAMBA 3. KORELAS! PENDIDIKAN & EKONOMI TERHADAP KEMISKINAN-K¢RODOHAN TERHADAP STATUS KESEHATAN GAMBAR 5. PERIODE KEHAMILAN DAN MELAHIRKAN .. GAMBAR 6. KEJADIAN DETERMINAN SOSIAL-EKONOMI DALAM MODEL ANAUISIS KELANGSUNGAN HIDUP ANAK ......cssssssssseseressnsnsseaessresssnneeesessssees 50. Gabar 7, TREN PERKEMBANGAN LANSIA. 83 GAMBAR 8. PENGELOLAAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH HiNGGA TE 104 GAMBAR 9, RECYCLING SECARA EKOLOGIS TERHADAP PERSAMPAHAN 10! GAMBAR 10. AKTIVITAS BIOLOGIS TERHADAP PERSAMPAHAN ......csusssssssusssss 106 _GAMBAR 11, TRANSMIS! PENYAKIT BERASAL DARI SAMPAH SECARA EKOLOGIS ...... 109 GAMBAR 12. LIMA LAPISAN UDARA .o.csscccsssstcsssesecusstusiesnsesssee 112 GAMBAR 13. PROSES PENCEMAR PRIMER oc c-ccssseeestsstuesutnenneeneneneeee 127 Gamear 14. MODEL PEMBENTUKAN 03 DAN NO2 ausesiseneisie 428 Gampar 15. Mone! PEMRENTUKAN OksipAN DaN KaRUT AsaM Di para. 129 GAMBAR 16, PROSES EUTROFIKASI.. 144 _GAMBAR 17, BAGAN KLASIFIKAS! PENYAKIT 160 GAMBAR 18, SEGITIGA GORDON. 161 _GAMBAR 19, TEORI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP STATUS KESEHATAN . 161 GAMBAR 20, PERKEMBANGAN TAHAP-TAHAP PENYAKIT a 163 _Ganpar 21. BAGAN MODE OF TRANSMISSION BD GAMBAR 22. INTERAKSI ANTARA AGENT, HOST DAN ENVIRONMENT (GORDON) .... 169 Gambak 23. PERUBAHAN KESEIMBANGAN ANTARA AGENT DAN Host (GORDON) 171 GAMBAR 24, PENGELOMPOKAN RESERVOIR silt oi7s GAMBAR 25. KLASIFIKASI PENELITIAN EPIDEMIOLOG! BERDASARKAN METODENYA 187 Gampar 26. ARAH DAN WAKTU PENYELIDIKAN COHORT 188 GaMmBAR 27. ARAH DAN WAKTU PENYELIDIKAN CASE CONTROL STUDIES. 192 GAMBAR 28. JENIS PENELITIAN BERDASARKAN ARAH DAN WAKTU PENELITIAN..... 211 GAMBAR 29. MODEL PENGARUH SAMPAH KONTAINER TERHADAP PREVALENSI DHF... GAMBAR 30. MODEL COHORT STUDIES GAMEBAR 31, VARIABEL ANTESEDEN DAN VARIABEL ANTARA GAMBAR 32. VARIABEL PENEKAN GAMBAR 33. VARIABEL PENGANGGU ....... GaMpar 34. ENAM MACAM JENIS HUBUNGAN PASANGAN . -Ganinar 35, MODEL VARIABEL ANTARA PADA V.SOSIAL BUDAVA DAN FERTILITAS .. 232 -Ganiban 36, MODEL VARIABEL ANTASENDEN 1 GAMBAR 37. MODEL KAJIAN SISTEM KESEHATAN GAMBAR 38. APLIKAS! MODEL KAJIAN PROGRAM KESEHATAN PADA KASUS GEA... 236 limu Kesehatan Masyarakat GAMBAR 39. SKTRUKTUR SISTEM KESEHATAN NASIONAL. soe 245 GAMBAR 40, SISTEM DENGAN BEBERAPA SUBSISTEM....ccccscssuen . 251 GAMBAR 41. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS. r 269 _GAMBAR 42, KORELASI PENDIDIKAN DAN EKONOMI DENGAN KEMISKINAN DAN KEBODOHAN... 328 _GAMBAR 43. BERBAGAI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP STATUS KESEHATAN MASVARAKAT DAN PERILAKU (BLUM).. 330 Gapar 44, MODEL PERIALANAN PESTISIDA DI DALAM LINGKUNGAN .. 360 Gama 45. HiRARG! DAMPAK PESTISIDA PADA LINGKUNGAN (MODIFIKASI DAR! SASTRODIHARDJO, 1989) ... 361 GamBar 46. MODEL PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA (BPS) HASIL SENSUS TAHUN 1980 (DALAM 100.000) 374 Gambar 47. PERBANDINGAN MODEL PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 1996 (I), AUSTRALIA TAHUN 1961 (II) DAN MALAYSIA BARAT TAHUN 1957 (iI). DALAM 100.000 aN POPULASI DAN DALAM% 374 GAMBAR 48, MODEL STRUKTUR PROTOTIPE PIRAMIDA PENDUDUK MENURUT Pouaro. 377 GAMBAR 49. TIGA CiRI PENDUDUK MENURUT BUREAU ‘ 379 GAMBAR 50, TRANSISI DEMOGRAFI 381 GAMBAR 51. EMPAT TAHAPAN TRANSIS! DeMOGRAFI 384 GAMBAR 52. DEFERENSIASI STRUKTUR PENDUDUK BERDASARKAN TENAGA KERJA DAN ANGKATAN KERJA. 389 GAMBAR 53. HIERARKI MANAJER DAN POKOK KEGIATANNYA 404 GAMBAR 54. STRUKTUR ORGANISASI BERBENTUK LINE 416 GAMBAR SS. STRUKTUR ORGANISASI BERBENTUK STAF 417 GAMBAR 56. STRUKTUR ORGANISASI BERBENTUK LINE FUNGSIONAL.... 1418 Dattar Gambar Xx k cipta GAMBAR 57. RUANG LINGKUP PROGRAM EVALUASI.. 426 GAMBAR 58, BASIC MODEL UNTUK EVALUATION FRAMEWORK (REYNOLDS)......... 428 Gamba 59. Mopirikasi KONSEP OUTPUT OLEH REYNOLDS.. 428 XXL limu Kesehatan Masyarakat SEN PENGANTAD ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 1.1 PENDAHULUAN Iimu Kesehatan Masyarakat sebagai terjemahan dari Public Health pendekatannya berbeda dengan Kedokteran Klinik (Medical Clinic). Pada Kedokteran Klinik individu-individu yang datang sudah dalam keadaan sakit. Keadaan berbeda terjadi pada Keschatan Masyarakat, di mana individu- individu tersebut berada dalam suatu komunitas tertentu (community), namun bisa juga pada masyarakat yang lebih luas dan umum (public). Pada masyarakat yang luas kita menangani yang sakit maupun tidak sakit dan masih dalam status sehat. Pada pengantar Keschatan Masyarakat kita perlu memahami materi berbagai area, Untuk memudahkan sogi praktisnya bila Pengantar Kesehatan Masyarakatkita “berlakukan” sebagai suatu pokokbahasan, maka komplemen- komplemen pendukungnya kami istilahkan sebagai subpokok bahasannya. Di bawah Ini akan diterangkan berbagai subpokok bahasan. 1). Pengertian Definisi Sehat dan Sakit Kontradiksi pengertian antara sehat dan sakitakan menimbulkan kesulitan apabila tidak diberikan batasan yang tajam. Pada umumnya orang yang tidak berada dalam kondisi sakit “bisa dikatakan” sehat, sehingga untuk 2 dapat menjelaskan perbedaan antara keduanya penting diketahui definisi mana yang kita pergunakan. Definisi Sehat Untuk memahami definisi sehat, kita dapat mengacu pada berbagai sumber antara lain Undang-Undang (UU) RI No. 9 Tahun 1960 pasal 22, yang memberikan batasan pengertian sehat secara nasional bagi penduduk Indonesia. Hanya sayangnya UU ini yang sebagian besar masih relevan telah dicabut dan diganti dengan UU No. 23 Tahun 1992 dengan judul “Kesehatan”. Pada UU no 9 definisi “schat” terformulir dengan tajam, sedangkan pada UU no 23 menggunakan judul “Pokok-Pokok Kesehatan” UU No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan: Sehat diformulasikan sebagai kondisi pada seseorang yang memungkinkan bogi pihak bersangkutan untuk menunaikan tugas peri- kehidupannya di tengah-tengah masyarakat tanpa merasa cemas di dalam memelihara dan memajukan dirinya sendirimaupun keluorganya sehari-hari. Formulasi schat dalam UU No. 9 tentang Pokok-Pokok Kesehatan di atas dibandingkan dengan UU No. 23 yang mengubah istilah “sehat” menjadi “kesehatan’: UU No. 23 Tahun 1992 “Kesehatan adalah keadaon sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.” Apabila kedua UU dibandingkan dari aspek pendekatannya, maka UU No, 23 lebih banyak mengandung konsep-konsep kesehatan masyarakat, sedangkan UU No. 9 membuat definisi “schat” dari definisi WHO. limu Kesehatan Masyarakat UU No. 36 Tahun 2009 “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.” Dari ketiga UU sehat/kesehatan tersebut, masing-masing menjabarkan definisi sehat/kesehatan berbedasecara redaksional namun tetap memiliki pemahaman inti yang sama. UU No. 9 Tahun 1960 __: tentang istilah sehat sebagai suatu kondisi....... UU No. 23 Tahun 1992: tentang kesehatan sebagai keadaan sejahtera UU No. 36 Tahun 2009 _: tentang kesehatan sebagai keadaan sehat Sehat menurut WHO “Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease and infirmity.” Di sini definisi WHO menformulasikan definisi sehat secara singkat, namun tetap mengarah tajam sebagai suatu kondisi dengan kualitas sempurna pada badan secara fisik, mental maupun secara sosial serta tidak hanya semata-mata karena tidak adanya penyakitatau kelemahan, Sehat menurut Batasan dari Hanlon Pengertian sehat menurut batasan Hanlon dinyatakan dalam bahasa asingnya sebagai berikut: “It ts the result of the combination: - Intrinsic and extrinsic. - Inherited and contrives. - Individual and collective. - Private and public. - Medical, environmental and social. 3 Pengantar limu Kesefiatan Masyarakat Ba arpnaile eipta aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Bagan 3. Formulasi Basic Seven oleh WHO Basic 7 WHO Kesehatan Ibu dan Anak (Mother and Child Health/MCH) Palayanan kuratif (Medical Care/MC) Sanitasi Lingkungan (Enviconmental Sanitation/t5) Pendidikan Kesehatan (Heaith Education/HE) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public Health Nursing/PHN) Pengendalian Penyakit Menular (Communicable Disease Contro\/CDC) Statistik Bagi petugas lapangan di Puskesmas penggunaan singkatan bahasa asing ini sudah terbiasa dan mendarah daging. Bagan 4. Formulasi Basic Seven oleh Prof Sajono dan Bagiastra Basie 7 Prot Sajono Basic 7Banastia 1. MCH/KIA 1. MCH/KIA\ 2. Medical Core 2. Medical Care 3. Sanitasi lingkungan 3. Sanitasiingkungan 4. Laboratorium (*) 4, Pendidikan Kesehatan 5, Perawatan Kesehatan 5. Laboratorium (*) Masyarakat 6. Pengendalian Penyakit 6. Pengendalian Penyakit Merular Menular 7. Statistik 7. Statistik (Catalan no 7Penaiarkan ratatan’ no 5 Perawatan Kesehatan diganti Kesehatan Masyarakat Laboratorium. diganti Laboratorium 7 Pengantar limu Kesefiatan Masyarakat ira ciptal 8 Basic 7 dari Sarjono dan Bagiastra masih dilanjutkan dengan Basic 8 Achmad, yang sesudah itu berkembang menjadi Basic 12 dari Sulianti. Bahkan pada Puskesmas yang sangat maju di perkotaan ada Basic 13. Pada Basic 8 dari Achmad dimasukkan dua usaha kesehatan pokok yang baru, yaitu Nutrition dan Laboratorium. Bagan 5. Formulasi Basic Eight oleh Achmad Basic & Achmad KIA dan Keluarga Beencana Medical Care Sanitasi Lingkungan Gizi (*) Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Pengendalian Penyakit Menular Statistik: Laboratorium (*) PN OVAwYNE Pada Basic 12 Sulianti unsur Usaha Kesehatan Pokok yang baru dimasukkan dalam formula adalah gizi, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pendidikan ‘Tenaga Kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain Bagan 6. Formulasi Basic Twelve oleh Sulianti ulantt 1, KIA dan Keluarga Rerencana 2. Pengobatan dan Perawatan (Medical Care) 3. Sanitasi Lingkungan 4, Perawatan Kesehatan Masyarakat [Public Health Nursing) 5. Penyuluhan Kesehatan 6, Pemberantasan Penyakit Menular 7. Gizi (Public Health Nutrition) 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9. Laboratorium 10. Statistik 11. Pendidikan Tenaga Kesehatan 12, Kesehatan-kesehatan khusus dengan ruang lingkup yang lebih luas disesuaikan dengan perkembengan dan kemampuan kondisi yang akan datang limu Kesehatan Masyarakat 2) Untuk item nomor 12 bisa berupa usaha kesehatan pokok lain/pelayanan spesialistik, seperti Kesehatan Gigi, Poliklinik Interna, Apotek maupun suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan (recording and reporting system) Dari berbagai formula paket Usaha Kesehatan Pokok yang telah dijelaskan di atas, maka Basic 7 WHO secara resmi diperlakukan minimal bagi Indonesia yang diputuskan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III di Jakarta tanggal 24-27 Agustus 1970. Keputusan tersebut ditetapkan sebagai kebijakan nasional bagi upaya kesehatan Puskesmas. Beberapa komponen dari Basic 7 Emerson maupun WHO sesungguhnya menjadi tulang punggung dari apa kemudian yang disebut Pelayanan Kesehatan Dasar/Primer, yang secara minimal harus dijalankan sebagai program Puskesmas Berbagai Usaha Kesehatan Pokok Usaha Kesehatan pokok menurut sifatnya, dapat dibedakan dalam empat jenis, yaitu Kesehatan promotif, kesehatan preventif, keschatan kuratif dan rehabilitatif. Pengembangan suatu program Kesehatan seyogyanya mencakup keempat silat tersebut. Keempat sifat pelayanan kesehatan hendakaya dikembangkan bersama sebagai satu bagian yang utuh dan sebaiknya tidak dipisah-pisahkan satu sama lain, tetapi tetap mempunyai porsinya masing-masing. Contohnya Puskesmas, fokus utamanya adalah promotif dan preventif, tetapi tidak meninggalkan kuratif dan rehabilitatif, schingga sifat pelayanan kesehatannya berupa pelayanan yang komprehensif. Contoh penggabungan keempat sifat tersebut dapat ditemukan dalam konsep “5 Level of Prevention Against Disease” dari Leavel and Clark. Suatu konsep penanganan suatu penyakit terutama menekankan pada aspek preventif dan promotif sebagaimana dalam bagan 3 Pengantar limu Kesefiatan Masyarakat arpnaile eipta 10 Tabel 1. Five Level of Prevention Against Disease PRA PATHOGENESIS PATHOGENESIS. FASE FASE PRIMARY SECOND TERTIARY PREVENTION PREVENTION PREVENTION General Health Early Diagnosis and | Disability and specific Rehabilitation Promotion Prompt Treatment | Limitation Protection Dalam bukunya Preventive Medicine for the Doctor in his Community, Leavel and Clark mengemukakan bahwa terdapat tiga dalam proses pencegahan dalam kaitannya dengan upaya penanganan_ timbulnya penyakit. Dua di antara tiga fase utama tersebut adalah: a) Fase sebelum sakit. pra-pathogenesis phase atau disebut PRIMARY PREVENTION. b) Fase selama proses sakit = pathogenesis phase, terbagi dalam dua tingkat pencegahan, yait SECONDARY PREVENTION & TERTIARY PREVENTION Pada masing-masing Uingkat pencegahan dikemukakan beberapa sifat kegiatan atau usaha-usaha pokok yang dapat dilakukan, yaitu pada tingkat pencegahan. Primary Prevention 1. Dapat dilakukan Health Promotion di mana kegiatan-kegiatan di bawah ini dapat dipersiapkan: (a) Penyuluhan kesehatan yang intensif. (b) Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat, (c) Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan_ balita khususnya anak-anak dan remaja pada umumnya. limu Kesehatan Masyarakat (d) Perbaikan perumahan sehat. (ec) Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan keschatan mental maupun sosial (f) Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab. (g) Pengendalian terhadap faktorlingkunganyangdapatmemengaruhi timbulnya suatu penyakit. 2. General and Specific Protection yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Memberikan kekebalan kepada golongan yang rentan (vulnerable groups) (b) Pening! lingkungan yang tidak menguntungkan. higiene perorangan dan perlindungan terhadap (c) Perlindungan terhadap adanya kemungkinan kecelakaan (pengembangan aspek keselamatan). (d) Perlindungan kerja (pengembangan occupational health) (e) Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan beracun maupun alergan. (f) Pengendalian sumber-sumber pencemaran. Secondary Prevention Kegiatan pokok yang dianjurkan dikenal sebagai kegiatan Early Diagnosis and Prompt Treatment yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Mencari kasus sedini mungkin (early case detection/finding). (b) Melakukan general check-up secara rutin (baik individual maupun mass screening) (c) Survei selektif (selective screening) seperti melakukan contact survey, school survey atau household contact survey yang makin Pengantar limu Kesefiatan Masyarakat 1 ira ciptal intensif. Dewasa ini survei tersebut dilakukan dalam program pemberantasan penyakit kusta. (d) Meningkatkan keteraturan pengobatan pada penderita (case holding) biasanya perlu diperhatikan dalam pemberantasan penyakit-penyakit kronis yang memerlukan — keteraturan pengobatan (Program Pencegahan Penyaki Menular) (ec) Pemberian pengobatan yang tepat pada sctiap permulaan kasus (adequate treatment) Tertiary Prevention Dalam tingkat pencegahan ini ada dua kegiatan pokok yang sangat dianjurkan untukditerapkan, yaitu Dissability Limitation and Rehabilitation. Untuk Dissability Limitation ini dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar penyakit tidak berkembang menjadi stadium komplikasi (b) Pencegahan terhadap komplikasi/cacat setelah sembuh. (c) Perbaikan fasilitas Kesehatan sebagai penunjang untuk memungkinkan pengobatan dan perawatan intensif. (d) Mengusahakan pengurangan beban-beban nonmedis (sosial) pada seorang penderita agar dapat meneruskan pengobatan dan perawatan terhadap dirinya Untuk kegiatan pokok Rehabilitation dapat diusahakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut (a) Penyuluhan dan usaha berkelanjutan yang harus tetap dilakukan soscorang setelah ia sombuh. (b) Work-therapy untuk memungkinkan pengembangan kehidupan sosial setelah ia sembuh. (c) Mengusahakan suatu “perkampungan rehabilitasi sosial” sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan dirinya sebagai warga negara yang masih berguna. 12 limu Kesehatan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai