Anda di halaman 1dari 15

MODUL PRAKTIKUM PLC

PLC Micrologix 1400


I. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapakan dalam praktikum sistem instrumentasi kali
yaitu :
1. Praktikan Memahami pemrograman PLC micrologix 1400
2. Praktikan mampu menerapkan logika PLC pada process Batch

II. Dasar Teori


2.1 PLC Micrologix 1400

Gambar 2.1 PLC ABB Micrologix 1400


Micrologic 1400 merupakan salah satu produk PLC yang dibuat oleh produsen
bernama Allen-Bradly. Allen-Bradley® MicroLogix ™ 1400 dari Rockwell Automation
merupakan bentuk pengembangan dari keluarga micrologix sebelumnya yakni micrologic
1100, dengan kelebihan sebagai berikut.
➢ Mampu melakukan penambahan modul I/O sampai 256 discrete I/O
➢ Mendukung 2 Serial ports with DF1/ DH485/• Modbus
RTU/DNP3/ASCII protocol
➢ Port Ethernet member dukungan protokol EtherNet / IP, DNP3 over IP
dan Modbus TCP / IP serta kemampuan server web dan email
➢ Terdapat backlight pada LCD yang memungkinkan untuk melihat
controller & I / O status, dan menyediakan antarmuka sederhana untuk
pesan, bit / integer monitoring dan manipulasi.
➢ higher I/O count, faster High Speed Counter/PTO and peningkatan
kapabilitas network
Sama seperti keluarga micrologix lainnya, micrologix 1400 dapat
diprogram menggunakan software RSLogix 500 dengan versi 8.1 atau
diatasnya. Micrologix 1400 terdiri dari beberapa komponen, diantaranya.
Gambar 2.2 Komponen PLC ABB Micrologix 1400
1. Comm port 2 – 9 pin D-Shell RS-232C connector
2. Memori module
3. User 24V
4. Input terminal block
5. LCD Display Keypad
6. Battery compartement
7. 1762 expansion bus connector
8. Battery connector
9. Output terminal block
10. LCD Display
11. Indicator LED panel
12. Comm port 1-RJ45 connector
13. Comm port 0-8 pin mini DIN RS-232C/RS-485 connector

2.2 Pemrograman PLC


Berkaitan dengan pemrograman PLC, ada lima model atau metode yang
distandarnisasi penggunaannya oleh IEC (International Electrical Commission)
61131-3, yaitu:
1. Ladder Digram (Diagram Tangga) - Pemrograman berbasis logika relai,
cocok digunakan untuk persolan-persoalan kontrol diskrit yang kondisi
input outputnya hanya memiliki dua kondisi yaitu ON dan OFF, seperti pada
sistem kontrol konveyor, lift, dan motor-motor industri.
2. Instruction List (Daftar Instruksi) – Pemrograman dengan menggunakan
instruksi instruksi bahasa level rendah (mnemonic), seperti LD/STR, NOT,
AND, dan sebagainya.
3. Function Block Diagram (Diagram Blok Fungsional) – Pemrograman
berbasis aliran data secara grafis. Banyak digunakan untuk tujuan kontrol
proses yang melibatkan perhitungan-perhitungan kompleks dan akuisisi
data analog.
4. Sequential Function Charts (Diagram Fungsi Sekuensial) – Metode grafis
untuk pemrograman terstruktur yang banyak melibatkan langkah-langkah
rumit, seperti pada bidang robotika, perakitan kendaraan, batch control, dan
sebagainya.
5. Structured Text (Teks Terstruktur) – Pemrograman ini menggunakaN
statemen statemen yang umum dijumpai pada bahasa level tinggi (high level
programming) seperti If/Then, Do/While, Case, For/Next, dan sebagainya.
Dalam aplikasinya, model ini cocok digunakan untuk perhitungan-
perhitungan matematis yang kompleks, pemrosesan tabel dan data, serta
fungsi-fungsi kontrol yang memerlukan algoritma khusus.

2.3 Gerbang Logika


Pada sistem digital dikenal beberapa tipe dasar gerbang logika. Gerbang Logika
merupakan suatu rangkaian dengan satu atau beberapa masukan yang akan
menghasilkan satu buah keluaran. Pada Ladder Diagram yang dipakai pada PLC,
gerbang-gerbang logika tersebut dapat dianalogikan sebagai suatu saklar. Saklar
tersebut mempunyai dua keadaan yaitu ON (terhubung) atau OFF (terputus).
1. Gerbang Logika AND

Gambar 2.3 Gerbang AND.

Gambar 2.4 Ladder Diagram Gerbang AND.


Tabel 1. Tabel Kebenaran Gerbang Logika
A B Q
0 0 0
1 0 0
0 1 0
1 1 1
2. Gerbang Logika OR

Gambar 2.5 Gerbang OR.

Gambar 2.6 Ladder Diagram Gerbang OR.

Tabel 2. Tabel Kebenaran Gerbang Logika OR.

A B Q
0 0 0
1 0 1
0 1 1
1 1 1

3. Gerbang Logika NOT

Gambar 2.7 Gerbang NOT

Gambar 2.8 Ladder Diagram Gerbang NOT


Tabel 3. Tabel Kebenaran Gerbang Logika NOT
4. Gerbang Logika NAND

Gambar 2.9 Gerbang NAND

Gambar 2.10 Ladder Diagram Gerbang NAND

Tabel 4. Tabel Kebenaran Gerbang Logika NAND

5. Gerbang Logika NOR

Gambar 2.11 Gerbang NOR

Gambar 2.12 Ladder Diagram Gerbang NOR


Tabel 5. Tabel Kebenaran Gerbang Logika NOR

6. Gerbang Logika XOR

Gambar 2.13 Gerbang XOR

Gambar 2.14 Ladder Diagram Gerbang XOR


Tabel 6. Tabel Kebenaran Gerbang Logika XOR

7. Gerbang Logika XNOR

Gambar 2.15 Gerbang XNOR


Gambar 2.16 Ladder Diagram Gerbang XNOR

Tabel 7. Tabel Kebenaran Gerbang Logika XNOR

A B Output
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
2.4 Pengunci (Latching)
Seringkali terdapat situasi-situasi di mana output harus tetap berada dalam
keadaan hidup meskipun input telah terputus. Istilah rangkaian latching (pengunci)
dipergunakan untuk rangkaian-rangkaian yang mampu mempertahankan dirinya
sendiri (self-maintaining), dalam artian bahwa setelah dihidupkan, rangkaian akan
mempertahankan kondisi ini hingga input lainnya diterima. Contoh sebuah
rangkaian latching diperlihatkan pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Rangkaian latching


Ketika saklar input A menutup, dihasilkan sebuah output. Akan tetapi,
ketika terdapat sebuah output, saklar lain yang diasosiasikan dengan output juga
menutup.Saklar ini bersama dengan saklar input A membentuk suatu sistem
gerbang logika OR. Sehingga, walaupun input A membuka, rangkaian akan tetap
mempertahankan output dalam keadaan menyala. Satu-satunya cara untuk
melepaskan kontak-kontak saklar output adalah dengan mengaktifkan kontak B
yang normal-menutup.

2.5 Fungsi Timer


1. Timer On Delay (TON)
Instruksi TON adalah instruksi timer non-retentive (tidak menyimpan),
akumulasi waktu akan berjalan ketika kondisi rung aktif. Jadi saat kondisi Rung
tidak aktif maka akumulasi waktu akan kembali ke 0. Done bit atau DN akan aktif
jika nilai Accumulator lebih besar atau sama dengan Preset.

Gambar 2.18 Diagram tangga TON pada PLC Allen Bradley

2. Timer Off Delay (TOF)


Instruksi TOF adalah instruksi timer non-retentive (tidak menyimpan),
akumulasi waktu akan berjalan ketika kondisi rung mulai tidak aktif. Jadi saat
kondisi Rung aktif maka akumulasi waktu akan kembali ke nilai Preset awal . Done
bit atau DN akan aktif jika nilai Accumulator sama dengan Preset

Gambar 2.19 Diagram tangga TOF pada PLC Allen Bradley

3. Reventive Timer On (RTO)


Instruksi RTO adalah instruksi timer retentive menyimpan akumulasi waktu
ketika kondisi rung tidak aktif. Jadi saat kondisi Rung tidak aktif maka akumulasi
waktu akan sama dengan kondisi terakhir, akumulasi akan bernilai 0 jika timer
direset. Done bit atau DN akan aktif jika nilai Accumulator lebih besar atau sama
dengan Preset.

Gambar 2.20 Diagram tangga RTO pada PLC Allen Bradley


2.6 Fungsi Counter
Sebuah counter ditetapkan untuk menghitung suatu nilai (atau jumlah) tertentu,
dan ketika pulsa-pulsa dengan jumlah tersebut telah diterima, counter akan
mengoperasikan kontak-kontaknya. Sehingga, jika yang digunakan adalah kontak
normal terbuka (NO), kontak tersebut akan menutup, sedangkan jika kontak
normal-tertutup (NC) maka kontak tersebut akan membuka. Ada dua tipe counter,
yaitu up-counter (pencacah-maju), dan down-counter (pencacah-mundur).
1. Up-counter menghitung maju dari nol hingga mencapai suatu nilai yang
ditetapkan, dengan kata lain, setiap kejadian akan menyebabkan nilai
perhitungan bertambah satu. Ketika counter mencapai nilai yang ditetapkan,
keadaan kontak-kontaknya berubah.

Gambar 2.21 Diagram tangga CTU pada PLC Allen Bradley

2. Down-counter melakukan perhitungan mundur dari suatu nilai yang ditetapkan


hingga mencapai nol, dengan kata lain, setiap kejadian (event) akan mengurangi
suatu nilai yang ditetapkan. Ketika counter mencapai nilai nol, keadaan kontak-
kontaknya akan berubah. Sebagian besar PLC menyediakan fasilitas pencacahan
mundur ini.

Gambar 2.21 Diagram tangga CTD pada PLC Allen Bradley

III. Peralatan Praktikum


Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum Sistem Instrumentasi pada
kali ini adalah sebagai berikut :
1. Laptop yang terinstall RS Logix 500
2. PLC micrologix 1400
3. Software Logixpro

IV. Langkah Percobaan


Adapun langkah percobaan yang harus dilakukan dalam praktikum Sistem
Instrumentasi adalah sebagai berikut:
1. Siapkan computer dan Modul PLC ABB
2. Kabel power modul PLC, dan adaptor router
3. Pastikan kabel LAN terhubung dengan PLC
4. Setting IP pada computer menjadi IP static
5. Setting IP PLC Micrologix 1400 menjadi
IP Address : 192.168.1.2
Subnet mask : 255.255.255.0

6. Klik Rslinx classic


7. Klik Communication kemudian pilih configure Drives

8. Setelah itu Klik Add new Ethernet devices


9. Setting IP pada AB_ETH-1 sama seperti IP pada PLC

10. Klik add new Ethernet device


11. Buka RSLogix 500
12. Klik new untuk membuat program baru

13. Pilih Micrologix 1400 Series A lalu klik OK

14. Program Ladder pada kasus proses pencampuran menggunakan Software


Simulator Logixpro. System ini mencampurkan 2 fluida yang berbeda.
Fluida A melewati flowmeter 1 dan fluida B melewati flowmeter 2. Kedua
fluida itu dicampurkan sekaligus dipanaskan pada temperature tertentu.
Sampai waktu yang ditentukan proses pencampuran selesai maka hasil
pencampuran akan keluar melalui flowmeter 3 secara otomatis.
Berdasarkan kasus tersebut buat program ladder menggunakan simulator
software logixpro.
15. Compile hasil ladder diagram process batch menggunakan RS Logix 500

Anda mungkin juga menyukai