Anda di halaman 1dari 19

Nama : Yeni Diana Putri

NIM : 16080324041
Kelas : PTN 16A
Matkul : Manajemen Pariwisata

RESUME 5 JURNAL NASIONAL DAN 5 JURNAL INTERNASIONAL

1. JURNAL NASIONAL

Judul jurnal : Analisa strategi pengembangan e-tourism sebagai promosi pariwisata


di pulau Lombok
Volume : 9 nomor 3
Tahun : 2017
Penulis : Pahrul Irfan dan Apriani
Latar belakang:
Penggunaan teknologi informasi adalah beraneka ragam. Setiap pulau yang ada
di Indonesia memiliki potensi pariwisata yang menjadi destinasi wisatawan lokal
maupun mancanegara. Keindahan objek wisata di Indonesia telah mendapatkan
pengakuan dunia internasional, seperti di lansir dari media travel internasional asal
Inggris, Rough Guide menempatkan Indonesia pada posisi ke-6 sebagai salah satu dari
20 negara terindah di dunia [1]. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki keindahan
pesona alamnya adalah Pulau Lombok yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Keindahan Pariwisata di Pulau Lombok telah mendapatkan pengakuan mancanegara
dengan memperoleh penghargaan seperti pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 Pulau
Lombok meraih penghargaan World’s Best Halal Honeymoon Destination dan World’s
Best Halal Tourism Destination dalam ajang The World Halal Travel Summit &
Exhibition [2].
Pulau Lombok menjadi salah satu destinasi wisata karena keindahan alam serta
banyaknya objek wisata yang ada di Pulau Lombok seperti wisata alam, wisata pantai,
wisata budaya, dan wisata kuliner. Salah satu destinasi wisata yang disukai wisatawan
adalah objek wisata pantai, beberapa pantai di Pulau Lombok yang cukup terkenal
antara lain Pantai Senggigi, Pantai Kuta Lombok, dan Pantai Pink. Selain pantai, wisata
alam seperti Gunung Rinjani yang merupakan gunung tertinggi ke-3 di Indonesia juga
merupakan salah satu destinasi wisatawan. Beberapa objek wisata yang ada di Pulau
Lombok antara lain Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air, Gili Kendis, Gili Nanggu,
Gunung Rinjani, Air Terjun Benang Kelambu, Air Terjun Tiu Kelep,dan lain-lain.
Peran dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangan
pariwisata di Pulau Lombok dapat dilihat dari rencana strategis di bidang pariwisata
yang digadangkan oleh pemerntah dengan menjadikan Kawasan Wisata Mandalika
yang berada di Pulau Lombok menjadi salah satu dari 10 destinasi prioritas Indonesia.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah maka
pemerintah daerah memiliki peluang dan kesempatan untuk mengelola dan
mengembangkan potensi yang ada di wilayahnya dan membangun berbagai sektor
kepariwisataan. Pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan cara pengembangan
objek pariwisata, pengadaan sarana dan prasarana untuk mendukung pariwisata, dan
pemasaran atau promosi pariwisata. Pemasaran atau promosi pariwisata pada suatu
daerah tergantung dari pengetahuan dan minat wisatwan terhadap suatu objek wisata.
Promosi pariwisata dengan menggunakan metode konvensional seperti penyebaran
brosur/pamflet, dan sebagainya membutuhkan biaya yang besar dan tidak efektif
dilakukan saat ini, sehingga dipandang perlu suatu metode promosi yang lebih efektif
yaitu salah satunya melalui promosi internet atau lebih dikenal dengan e-tourism. Di
era digital ini, promosi pariwisata melalui internet merupakan cara yang paling efektif
dalam mempromosikan pariwasata mengingat kemudahan akses dan jaringan informasi
dari internet yang sangat luas memungkinkan promosi pariwisata dapat diakses kapan,
dimana, dan siapa saja. Promosi pariwisata melalui internet dapat dilakukan dengan
membuat website pariwisata (e-tourism), promosi video pariwisata melalui youtube dan
jejaring sosial, dan ulasana-ulasan yang membahas pariwisata di Pulau Lombok. Pada
tahun 2016, website pariwisata http://www.wonderfullomboksumbawa.com/ meraih
penghargaan World’s Best Halal Tourism Website pada ajang World Halal Tourism
Award 2016 di Abu Dhabi [4]. Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu
membahas pengembangan e-tourism sebagai sarana promosi pariwisata di Pulau
Lombok.

Tujuan:
Untuk melihat dan menganalisa perkembangan e-tourism yang ada di Pulau Lombok
sebagai salah satu cara mempromosikan pariwisata di Pulau Lombok.

Metodologi :
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan melihat perkembngan website pariwisata (e-tourism) dan
melihat lebih mendalam kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan
pariwisata di Pulau Lombok. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan
cara mengamati keadaan di lapangan. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan
terhadap kebijakan, strategi, dan keputusan pemerintah dalam pengembangan
pariwisata berbasis internet (e-tourism) di Pulau Lombok. Selain itu, observasi juga
dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap website pariwisata pulau Lombok,
review atau ulasan di internet tentang pariwisata di Pulau Lombok, dan jejaring sosial
. Pencarian pariwisata di internet dilakukan dengan menggunakan mesin pencarian
Google. Untuk teknik analisis yang digunakan dalam melakukan analisa
pengembangan e-tourism di Pulau Lombok adalah menggunakan teknik analisis SWOT
dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil dari analisis
SWOT ini dapat digunakan oleh pemerintah dalam menentukan arah kebijakan dan
strategi dalam pengembangan pariwisata di Pulau Lombok.
Hasil :
Adapun beberapa rencana strategi WO yang dapat digunakan untuk pengembangan e-
tourism di Pulau Lombok sebagai berikut:

1. Meningkatkan jumlah website pariwisata (e-tourism) yang ada serta melakukan


pembaharuan informasi serta konten pada website tersebut. Pada website pariwisata
yang dibangun juga perlu ditambahkan beberapa fitur seperti informasi tempat
umum, serta chat room dan Frequently Asked Questions (FAQ) untuk memfasilitasi
pengguna jika ingin bertanya atau berkonsultasi terkait objek wisata di Pulau
Lombok. Untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu mempersiapkan
sumber daya manusia yang mahir di bidang jaringan dan internet.
2. Melakukan optimalisasi dengan Search Engine Optimization (SEO) pada website
pariwisata Lombok untuk menaikkan rangking traffic pencarian pariwisata Lombok
sehingga pengguna dapat dengan mudah mencari informasi pariwisata melalui
internet. Promosi dengan optimasi mesin pencarian (search engine) seperti Google,
Bing, dan Yahoo dilakukan agar wisatawan dapat merujuk pada pariwisata Pulau
Lombok. Untuk optimalisasi dapat menggunakan kata kunci seperti pantai,
petualangan alam (termasuk surfing, diving, trekking, dll), budaya, kuliner,
interaksi dengan masyarakat setempat, dan gelaran budaya.
3. Perlu adanya sistem pariwisata yang terintegrasi untuk memudahkan dalam
transaksi data antara website yang satu dengan website lainnya. Integrasi data
dilakukan pada website pariwisata (e-tourism) dengan website atau sistem
perhotelan, agen perjalanan, maskapai penerbangan, rumah makan, dan lainnya
yang terkait dengan pariwisata. Untuk hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Nusa Tenggara Barat perlu membangun sebuah basis data kepariwisataan
Lombok yang terintegrasi.
4. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, Badan Promosi
Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi Nusa Tenggara Barat atau instansi terkait dapat
bekerja sama dengan agen perjalan agar agen perjalanan wisata tidak hanya menjual
produk/jasa, tetapi juga membantu dalam mempromosikan pariwisata melalui
internet serta menaikkan rangking traffic pariwisata Lombok.
5. Mendorong berkembangnya startup di bidang pariwisata seperti ITX dan Lombok
Travel Mart yang tidak hanya membantu mempromosikan pariwisata, tetapi juga
membantu wisatawan dalam melakukan transaksi pembayaran seperti pembayaran
agen perjalanan, hotel, transportasi, dan lain-lain. Hal ini dapat memberikan
kemudahan kepada wisatawan dalam melakukan transaksi secara online.
6. Meningkatkan promosi pariwisata (e-tourism) di bidang kebudayaan dalam bentuk
sinema digital yang bertema budaya. Hal ini dipandang perlu sebagai salah satu
strategi promosi pariwisata melalui internet mengingat saat ini promosi pariwisata
di Pulau Lombok masih mengangkat keindahan alam objek wisata.
7. Mengelola jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instragram, Youtube, dan yang
lainnya untuk promosi pariwisata. Selain itu juga dapat menggunakan teknik
promosi mouth to mouth yaitu melakukan perbincangan serta review pariwisata
Pulau Lombok di internet.
8. Melakukan promosi wisata halal sebagai branding pariwisata di Pulau Lombok. Hal
ini sesuai dengan Pergub Nomor 51 tahun 2015 tentang Wisata Halal dan Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal.

Kesimpulan :
Guna mendukung program kerja, kebijakan, dan strategi pemerintah dalam
meningkatkan kunjungan wisatawan di Pulau Lombok, Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Barat telah melakukan beberapa upaya promosi melalui pemanfaatan media
seperti media cetak, media TV, internet, radio, mengikuti event pariwisata dan
sebagainya. Media promosi yang digunakan dalam mendukung promosi pariwisata
Pulau Lombok salah satunya melalui internet dengan e-tourism. Dari penelitian yang
telah dilakukan dengan analisis SWOT terkait dengan evaluasi pengembangan e-
tourism di Pulau Lombok diketahui bahwa strategi yang harus digunakan pemerintah
adalah strategi WO yaitu berfokus untuk melakukan koordinasi secara internal,
melakukan evaluasi diri terhadap penerapan e-tourism serta evaluasi yang sistematis
terhadap penerapan promosi melalui internet dan meningkatkan strategi promosi
pariwisata melalui internet. Penelitian ini hanya berfokus pada melihat kondisi
penerapan e-tourism di Pulau Lombok dalam hal faktor internal dan faktor eksternal
yang dapat dijadikan bahan evaluasi bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Nusa Tenggara Barat serta instansi terkait strategi dan arahan kebijakan dalam
penerapan e-tourism. Penelitian selanjutnya dapat membuat sistem aplikasi yang dapat
memberikan rekomendasi objek wisata kepada wisatawan berdasarkan karakteristik
wisatawan.

Judul jurnal : Analisis strategi pengembangan pariwisata daerah


( Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten
Nganjuk
Volume : Vol. 1 No. 4
Penulis : Sefira Ryalita Primadany, Mardiyono, Riyanto
Latar belakang:
Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang berpotensi untuk
mengembangkan pariwisata di daerahnya. Di Kabupaten Nganjuk terdapat empat objek
wisata daerah yang dikelola langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah.
Keempat objek wisata tersebut yaitu: Air Terjun Sedudo, Air Merambat Roro Kuning,
TRAL, dan Goa Margo Tresno. Wisata Nganjuk menawarkan sejumlah objek wisata
dengan daya tariknya masing-masing. Namun, masih kurangnya upaya dari pemerintah
daerah yang belum maksimal dalam mempromosikan wisata tersebut mengakibatkan
potensi-potensi objek wisata yang dimiliki tidak dapat berkembang secara optimal. Di
sinilah pentingnya peraturan dan kesadaran dari pemerintah daerah yang melaksanakan
pembangunan di sektor pariwisata. Sektor pariwisata memerlukan suatu strategi dengan
pola pengembangan kepariwisataan yang terencana atau tersusun agar potensi yang di
miliki bisa di kembangkan secara optimal. Didalam memajukan sektor pariwisata
ditingkat daerah peran pemerintah daerah adalah sebagai motor penggerak yang
selanjutnya memberikan kewenangan penuh kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Daerah Kabupaten Nganjuk dalam menentukan strategi-strategi pembangunan
kepariwisataan. Di sini penulis ingin mengetahui sejauh mana strategi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk dalam mengembangkan
potensi pariwisata daerahnya, sehingga muncul dua permasalahan, yaitu pertama
bagaimana strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk
dalam pengembangan pariwisata daerah, kedua faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan pariwisata daerah di Kabupaten Nganjuk.

Tinjauan Pustaka:
Pengertian pariwisata menurut Norval dalam Muljadi dan Nurhayati (2002,
h.80) adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal, dan
pergerakan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota, atau wilayah
tertentu.
Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh Kodhyat (1983, h.4)
pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara,
dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan dan
kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Selanjutnya menurut Musanef (1995, h.11) mengartikan pariwisata sebagai suatu
perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang dilakukan dari satu tempat
ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan bertamasya dan berekreasi.
Menurut Suryono (2004, h.80) strategi pada prinsipnya berkaitan dengan
persoalan: Kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan
penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana. Strategi selalu
berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga
harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam
melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata daerah,
pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan
prasarana pariwisata.

Metodologi :
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Di sini peneliti bermaksud akan
menggambarkan tentang analisis strategi pengembangan di sektor pariwisata daerah di
Kabupaten Nganjuk beserta faktor penghambatnya dalam pengembangan pari-wisata
di daerahnya.

Hasil :
Strategi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk
dalam mengembangkan pariwisata daerah yaitu:
1. Penyediaan sarana dan prasarana objek wisata di Kabupaten Nganjuk
2. Penyediaan sarana dan prasarana air terjun sedudo
3. Penyediaan sarana dan prasarana air merambat roro kuning
4. Penyediaan sarana dan prasarana goa margo tresno
5. Pengemangan objek wisata daerah
Peran serta masyarakat:

Dalam mengembangkan objek wisata daerah di Kabupaten Nganjuk sangat penting


dibutuhkan peran aktif dari masyarakat sekitar. Karena secara tidak langsung upaya
pengembangan pariwisata daerah akan ber-dampak juga pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar itu sendiri. Untuk meningkatkan peran serta
masyarakat tersebut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk
melakukan beberapa langkah yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat sekitar, yaitu:
1) mengadakan pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat sekitar objek wisata untuk
menciptakan masyarakat yang sadar wisata;
2) ikut serta masyarakat dalam melestarikan dan menjaga alam dan hutan khususnya;
3) mengajak masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan di lokasi wisata dengan
mungkin mengadakan kerja bakti bersama-sama;
4) Ikut melestarikan budaya adat-istiadat yang di sekitar objek wisata, budaya kuliner,
dan lain-lain; serta
5) mengajak masyarakat untuk ikut berperan dalam menciptakan pesona wisata atau
yang disingkat 5K, yaitu: keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan keramahan
terhadap pengunjung

Peran serta pihak swasta:


Masih minim peran dari pihak swasta untuk ikut membantu pengembangan pariwisata
di Kabupaten Nganjuk. Pemerintah masih cenderung pasif dalam hal mencari bantuan
kepada pihak luar. Akan tetapi, pemerintah daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata masih terus membuka kesempatan jika pihak swasta ingin membantu
mengembangkan potensi objek wisata yang ada di daerah Kabupaten Nganjuk.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan baik melalui
observasi, wawancara, maupun dokumentasi yang didapat berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Di Kabupaten Nganjuk sebenarnya mempunyai banyak objek wisata yang
berpotensi menarik minat para wisatawan dari dalam maupun dari luar daerah
Kabupaten Nganjuk. Terdapat empat objek wisata daerah yang juga dikelola oleh
pemerintah daerah khususnya di bawah pengawasan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Nganjuk sebagai pengelola pariwisata tersebut. Keempat
objek wisata yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah meliputi:
tiga objek wisata alam dan satu objek wisata buatan, yaitu objek wisata Air Terjun
Sedudo, Air Merambat Roro Kuning, Goa Margotresno, dan objek wisata buatan
Taman Rekreasi Anjuk Ladang.
2. Keempat objek wisata tersebut masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri,
akan tetapi pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk masih kurang optimal dalam
mengem-bangkan potensi yang dimiliki di tiap-tiap objek wisata tersebut. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk masih belum maksimal
dalam melakukan pengem-bangan objek wisata Nganjuk. Buktinya belum
berjalannya program-program terkait pengembangan wisata daerah karena
terhalang dengan dana yang terbatas, sedangkan objek wisata yang perlu perbaikan
dan pengembangan banyak.
3. Belum adanya aturan hukum atau peraturan daerah (PERDA) yang mengatur
khusus tentang strategi pengembangan sektor pariwisata di daerah Kabupaten
Nganjuk sehingga rencana-rencana atau program yang telah dibuat oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Daerah kabupaten Nganjuk dengan para koordinasi
lapangan di empat objek wisata tersebut belum bisa dilaksanakan dengan baik dan
menyeluruh.

Judul jurnal : Pemasaran, Daya Tarik Ekowisata dan Minat Berkunjung Wisatawan
Volume : Vol. 7 No. 2
Tahun : Oktober 2017
Penulis : Kurniawan Gilang Widagdyo
Latar belakang:
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu Kabupaten di Selatan Provinsi Jawa
Barat yang memiliki segudang potensi pariwisata untuk dijelajahi. Wilayah yang
memiliki luas 4.128 km2 memiliki kekayaan alam berupa GURILAPSS (Gunung,
Rimba, Laut, Pantai, Sungai, Seni Budaya), hal ini merupakan sebuah ungkapan yang
menggambarkan kekayaan potensi pariwisata Kabupaten Sukabumi, baik berupa daya
tarik wisata wisata alam maupun wisata buatan.
Kawasan wisata berbasis budaya belum menjadi destinasi wisata unggulan
didalam pengembangan industri kepariwisataan di Kabupaten Sukabumi. Daerah yang
syarat akan budaya dan berbasis masyarakat tersebut adalah Kampung Adat Kasepuhan
Ciptagelar, sebuah Kampung Adat yang berada di wilayah dusun Sukamulya, desa
Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, kabupaten Sukabumi yang memiliki keunikan dan
keindahan yang berbeda dari tempat wisata lainnya. Ciri khas dari kawasan ini yakni
dalam lokasi, bentuk rumah adat yang unik menyerupai lumbung padi, serta adat dan
tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya yang diturunkan sejak
640 tahun yang lalu.
Selain itu satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah masih minimnya kajian
akademik yang komprehensif berkaitan dengan konsep Community Based Sustainable
Tourism Development di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar. Oleh sebab itu
penelitian ini mencoba untuk mengangkat konsep Ecotourism sebagai sebuah konsep
pariwisata yang yang paling ideal untuk diterapkan dikawasan ini, hal ini mengacu
kepada karakteristik kawasan Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar yang saat ini sudah
memiliki hubungan yang harmonis dan dinamis dengan alam yang terwujudkan dari
nilai-nilai kearifan lokal yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya hingga saat
ini. Perlu dilakukan identifikasi daya tarik ekowisata.

Tujuan:
Mengetahui potensi daya tarik ekowisata di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar Jawa
Barat Indonesia dan menentukan faktor-faktor daya tarik ekowisata yang berimplikasi
dalam meningkatkan pangsa pasar wisatawan domestic.

Metodologi :
Penelitian ini menggunakan metode survey dan observasi serta wawancara mendalam
kepada para pemangku kepentingan. Metode analisis faktor digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor daya tarik ekowisata yang terdapat di kawasan Kampung
Adat Kasepuhan Ciptagelar yang dapat meningkatkan pangsa pasar wisatawan
domestik. Faktor-faktor yang terbentuk adalah: Faktor Petualangan dan Budaya, Faktor
Daya Tarik Wisata dan Keindahan Alam serta Faktor Nilai Pranata Sosial dan Sejarah.
Dari ketiga faktor terbentuk hanya faktor 1 dan 3 yang mempengaruhi minat
berkunjung dan dapat meningkatkan pangsa pasar wisatawan domestik karena memiliki
nilai korelasi antar faktor diatas 0,5 yaitu 0,641 dan 0,705. Sedangkan faktor 2 memiliki
nilai lebih kecil dari 0,5 yaitu 0,402 dikatakan belum tepat dikarenakan faktor ini masih
memiliki korelasi dengan variable lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil :
Menjaga kekentalan adat dari leluhur selama turun temurun menjadikan Kasepuhan
Ciptagelar mulai didatangi banyak wisatawan yang ingin merasakan kearifan budaya
lokal masyarakat Kasepuhan. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan
yang berkunjung ke Kasepuhan. Dan kini informasi tentang Kasepuhan sudah makin
mudah didapat karena makin banyak yang mengangkat keunikan budaya Kasepuhan
ini di sosial media dan Internet. Tak hanya keindahan alam yang dari atas pegunungan,
Kasepuhan Ciptagelar juga memiliki banyak keunikan dari budaya yang mereka pegang
teguh, hingga kehidupan masyarakat yang ramah dan penuh kekeluargaan memberikan
suasana nyaman kepada wisatawan yang datang. Tak hanya itu, wisatawan pun dibuat
terpesona dengan perkembangan dari Kasepuhan Ciptagelar dari segi teknologi, karena
teknologi yang ada di Kasepuhan ini hasil buatan tangan masyarakat sendiri. Namun
ditengah perkembangan zaman kini, tidak mengubah adat istiadat Kasepuhan. Mereka
tetap sederhana dan berlaku secara adat. Hal tersebut juga menjadi harapan dari
wisatawan yang datang, bahwa Kasepuhan dapat menjaga kekentalan adatnya ditengah
perkembangan zaman dan Globalisasi.

Kesimpulan:
Ketertarikan wisatawan terhadap daya tarik wisata yang dimiliki Kasepuhan Ciptagelar
digambarkan dengan nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequancy
sebesar 0.883, nilai signifikan 0.5. Nilai Bartlett’s Test of Sphericity sebesar 707.762
dengan signifikansi sebesar 0.000 menunjukkan bahwa analisis faktor ini, selain sudah
terjadi korelasi yang signifikan dengan terbentuknya 3 faktor baru yang dapat
meningkatkan pangsa pasar wisatawan. Faktor-faktor tersebut adalah: (1) Faktor
Petualangan dan Budaya dengan nilai eigenvalues sebesar 5.228, terdiri dari variabel
Leuit, Kearifan lokal, Pakaian adat, Kuliner, jalur Offroad dan jalur Downhill. (2)
Faktor Daya Tarik Wisata dan Keindahan Alam dengan nilai eigenvalues sebesar 1.277,
terdiri dari variabel Keindahan alam, Kesejukan, Hutan rimba, Kesenian tradisional dan
Ekowisata. (3) Faktor Nilai Pranata Sosial dan Sejarah dengan nilai eigenvalues sebesar
1.110, terdiri dari variabel Aturan, Rumah adat, dan Situs sejarah. Dari ketiga faktor
yang terbentuk hanya faktor 1 dan 3 saja yang sudah tepat disebut sebagai faktor yang
dapat meningkatkan pangsa pasar wisatawan hal ini dikarenakan kedua faktor tersebut
memiliki nilai korelasi antar faktor diatas 0.5 yaitu 0.641 dan 0.705. Sedangkan pada
faktor 2 yang memiliki nilai korelasi antar faktor lebih kecil dari 0.5 yaitu 0.402
dikatakan belum tepat dikarenakan faktor ini masih memiliki korelasi dengan variable
lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Judul jurnal : Pengaruh bauran promosi pariwisata terhadap motivasi berkujung


wisatawan ( Study pada Kediri Water Park Kabupaten Kediri)
Volume : Vol. 45 No. 1
Tahun : April 2017
Penulis : Faisal Akbar, Yusri Abdillah, Topowijono
Latar belakang:
Menurut Ali Hasan dalam buku Tourism marketing (2015) “kegiatan promosi
melipti periklanan, promosi penjulaan, penjualan pribadi yang kemampuan semuanya
merupakan elemen-elemen dari promosi atau sering disebut bauran promosi
(promotional mix). Dari masing-masing elemen tersebut mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda serta terdapat keuntungan dan kekurangannya sendiri. Seorang manajer
pemasaran harus mampu menetapkan strategi mana yang sekiranya cocok untuk
digunakan dalam berpromosi karena jika tidak cocok tentu pesan yang ingin
disampaikan tidak akan sampai pada konsumen. Pangsa pasar yang sesuai juga
emudahkan manajer dalam membuat iklan. Misalnya saja jika perusahaan membidik
kalangan keluarga maka iklan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan keluarga.
Salah satu perusahaan yang menerapkan promosi pariwisata adalah Kediri
Water Park yang berada di Kabupaten Kediri. Objek wisatah yang mempunyai wahana
unggulan berupa slide terpanjang di Asia (206 meter) ini merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang jasa pariwisata dan berorientasi pada profit. Namun dari tahun ke
tahun jmlah kunjungan wisatawannya terus menurun (marketing Kediri Water Park).
Fenomena menurunnya jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ini terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi , salah satunya strategi promosi yang kurang tepat
sasaran. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meraih pasar
tergantung usaha pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.

Metodologi :
Penelitian ini menggunakan merupakan explanatory research dengan pendekatan
kuantitatif. Lokasi penelitian adalah Kediri Water Park Kabupaten Kediri. Skala
pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert. Populasi penelitian adalah wisatawan
yang mengunjungi Kediri WaterPark. Sampel menggunakan rumus Maholtra (1993)
sebanyak 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling dengan usia diatas 18 tahun. Teknik pengumpulan data menggunakan data
primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa dokumen yang diperoleh dari Kediri
Water Park.Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi.
Instrumen yang digunakan adalah melalui kuesioner dan dokumentasi. Uji instrument
dengan uji reliabilitas dan uji validitas. Sedangkan untuk teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.

Hasil :
1. Pegaruh bauran promosi ariwisata secara simultan terhadap motivasi berkunjung
wisatawan:
Pengujian yang dilakukan memperoleh nilai signifikansi F 0,000 sehingga
signifikansi F < signifikansi α yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
terdapat pengaruh antara variabel Bauran Promosi (X) terhadap variabel Motivasi
Berkunjung Wisatawan (Y). Jika dilihat dari nilai adjust R square, maka bauran
promosi dan motivasi berkunjung wisatawan memiliki pengaruh sebesar 86,1%.
Sedangkan sisanya 13,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
2. Pengaruh periklanan terhadap motivasi berkunjung wisatawan:
Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung
sebesar 2,562 dengan t tabel sebesar 2,31sehingga variabel periklanan memiliki
pengaruh terhadap keputusan berkunjungwisatawan. Jika dilihat dari nilai
signifikansi t sebesar 0,575 lebih besar dari alpha yangdipakai yaitu 0,05 sehingga
0,575>0,05.Sehingga dapat disimpulkan periklananmempunyai pengaruh yang
tidak signifikan terhadap motivasi berkunjung wisatawan.
3. Pengaruh penjualan pribadi terhadap motivasi berkunjung wisatawan:
Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung
sebesar 2,502dengan t tabel sebesar 2,31sehingga variabel penjualan pribadi
memiliki pengaruh terhadap keputusan berkunjung wisatawan. Jika dilihat dari
nilai signifikansi t sebesar 0,617 lebih besar dari alpha yang dipakai yaitu 0,05
sehingga 0,617> 0,05. Sehingga dapat disimpulkan penjualan pribadi mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap motivasi berkunjung wisatawan.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel Bauran Promosi Pariwisata secara simultan berpengaruh positif terhadap
Motivasi Berkunjung Wisatawan dengan nilai Adjust R Square sebesar 86,1%,
sehingga sisanya sebanyak 13,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
2. Variabel Periklanan dan Penjualan Pribadi berpengaruh tidak signifikan terhadap
Motivasi Berkunjung wisatawan, sedangkan Promosi Penjualan, Direct Marketing
dan Word of Mouth berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Berkunjung
Wisatawan.
3. Berdasarkan hasil uji t didapat hasil bahwa variabel bebas yang berpengaruh paling
besar adalah promosi penjualan, sehingga dapat disimpulkan promosi penjualan
merupakan variabel yang dominan terhadap Motivasi Berkunjung Wisatawan.

Judul jurnal : Analisis Strategi Pemasaran Ekowisata Green Hill Park


Taman Wisata Alam Cimanggu Kabupaten Bandung – Jawa Barat
Penulis : Yuli Astutik
Volume : Vol. 7 No. 2
Tahun : Agustus 2016
Latar belakang:
Indonesia memiliki potensi wisata alam yang tinggi dilihat dari meningkatnya angka
kunjungan wisata alam. Green Hill Park adalah kawasan wisata di TWA Cimanggu,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor
internal dan faktor eksternal, menganalisis penerapan prinsip ekowisata, serta
menganalisis dan menyusun strategi pemasaran ekowisata di Green Hill Park TWA
Cimanggu. Prinsip ekowisata menjadi landasan pelaksanaan kegiatan wisata di Green
Hill Park, tetapi prinsip tersebut belum diterapkan dengan baik karena manajemen
ekowisata belum stabil. Berdasarkan hasil IFE dan EFE, Green Hill Park berada pada
posisi cukup kuat. Berdasarkan matriks IE, Green Hill Park berada pada sel II, tumbuh
dan bina. Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh enam alternatif strategi.
Berdasarkan hasil analisis AHP, faktor yang paling berpengaruh dalam strategi
pemasaran ekowisata Green Hill Park adalah partisipasi masyarakat, aktor yang paling
berperan adalah pengelola, objektif yang paling ingin dicapai adalah peningkatan
pelayanan wisata menggunakan alternatif strategi prioritas, yakni melibatkan
masyarakat dalam program wisata.

Metodologi :
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi dan
wawancara, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka
berbagai literatur yang berkaita. Wawancara langsung dengan narasumber
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi lengkap dan mendalam terkait topik
penelitian. Wawancara menggunakan kuesioner kepada responden yang terpilih
menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah responden ditentukan
menggunakan metode Slovin. Populasi pengunjung GHP TWA Cimanggu hingga
September 2014 adalah 495 orang dengan batas toleransi 10% sehingga dihasilkan
jumlah sampel pengunjung aktual sebanyak 60 orang responden.

Hasil :
Segmentasi berdasarkan demografis dengan menggunakan variabel umur sesuai jenis
wisata yang ditawarkan. Segmentasi berdasarkan psikografi yakni motivasi serta
bentuk kunjungan. Segmentasi berdasarkan geografis dibagi menjadi wisatawan dalam
negeri dan wisatawan mancanegara. Pasar khusus yang menjadi target dari GHP TWA
Cimanggu adalah kalangan pemuda dan mahasiswa dengan umur rata-rata 15-35 tahun
dengan bentuk kunjungan minat khusus, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Hal ini dikarenakan GHP TWA Cimanggu mengusung konsep wisata minat khusus
yang sejauh ini belum banyak ditawarkan oleh pengelola kawasan sejenis di sepanjang
kawasan wisata Ciwidey. Produk wisata yang ditawarkan oleh GHP semisal paket
menanam pohon, kolam air panas dan sauna uap, terapi ikan, trekking hutan Cimanggu,
dan lainnya. Sarana dan prasarana di GHP TWA Cimanggu diantaranya penginapan
berupa vila dan camping ground, interpretation center, MCK, jalan setapak, areal
parkir dan sarana lainnya. Media promosi yang dilakukan masih terbatas pada sosial
media berupa website serta baliho dan leaflet yang di pasang sepanjang kawasan wisata
Ciwidey. Harga yang di patok oleh CV. Amanah 19 di GHP TWA Cimanggu
disesuaikan dengan harga pasar yang ada di kawasan Ciwidey serta pajak yang harus
di bayarkan sesuai dengan aturan yang berlaku untuk wisata alam di kawasan
konservasi.

Kesimpulan :
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan: (1) kekuatan GHP
TWA Cimanggu adalah potensi wisata yang menarik dan beragam serta memiliki nilai
estetika, kawasan sudah dikenal sebagai ODTWA di Kabupaten Bandung, lokasi
strategis, memiliki dua situs kearifan lokal, program wisata terbagi menjadi wisata
minat massal dan wisata minat khusus, sedangkan kelemahannya adalah manajemen
pengelolaan yang belum rapi, sarana dan pra-sarana yang belum terbangun dengan baik,
akses jalan menuju kawasan sempit, jumlah karyawan kurang memadai, kerjasama
dengan mitra belum optimal, serta promosi kurang gencar; (2) peluang yang dimiliki
GHP TWA Cimanggu adalah trend back to nature yang merajai pariwisata dunia dan
Indonesia, penerimaan masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata cukup baik, potensi
peningkatan pendapatan daerah, berkembangnya promosi lewat internet, peluang
investasi dengan mitra, sedangkan ancaman yang dihadapi adalah persaingan antar
pengelola kawasan, degradasi kualitas obyek wisata, kurangnya kesadaran pengunjung
wisata untuk menjaga kebersihan dan pelestarian alam, serta kondisi sosial, politik,
ekonomi yang belum stabil; (3) prinsip ekowisata menjadi landasan pelaksanaan
kegiatan wisata di GHP TWA Cimanggu, namun penerapan prinsip tersebut belum
berjalan dengan baik dikarenakan manajemen ekowisata yang belum stabil; (4) strategi
pemasaran ekowisata GHP TWA Cimanggu paling dipengaruhi oleh partisipasi
masyarakat, stakeholder, serta edukasi dan konservasi, aktor yang paling berperan
adalah pengelola, objektif yang paling ingin dicapai adalah peningkatan pelayanan
wisata dengan menggunakan alternatif strategi yang menjadi prioritas yakni melibatkan
masyarakat dalam program wisata dan membuat produk (paket) wisata yang
berorientasi edukasi dan konservasi.
2. JURNAL INTERNASIONAL

Judul jurnal : Shadow economy in tourism: some conceptual considerations from


Croatia.
Volume : Vol. 20 No. 2
Tahun : 2017
Penulis : Oliver Kesar, Katarina Cuic
Latar belakang:
Meskipun pentingnya pariwisata untuk ekonomi Kroasia secara luas diakui dan
didokumentasikan dengan baik, isu-isu yang berkaitan dengan ekonomi bayangan
dalam pariwisata belum sepenuhnya diselidiki dan diselesaikan. Meskipun banyak
upaya untuk memperkirakan ukuran dan dampak ekonomi bayangan dalam pariwisata,
masih ada banyak kontroversi mengenai ruang lingkup wilayah penelitian dan
ketetapan pendekatan metodologis yang digunakan untuk kuantitas fenomena
kompleks ini.

Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk
1. Meringkas isi bukti empirical yang ada terkait dengan referensi khusus untuk kasus
kroasia.
2. Memberikan lebih banyak cahaya pada aspek tambahan dan variabel yang telah
ditemukan, menjadi penenntu penting untuk pemahaman yang lebih baik tentang
nature ekonomi bayangan dibidang pariwisata.
3. Untuk mengurangi dampak buruk dari ekonomi bayangan dalam periwisata.

Metodologi :
Metode untuk memperkirakan ukuran ekonomi bayangan sangat bervariasi antar
Negara, sebagian karena kegiatan ekonomi bawah tanah, karena sifatnya, sulit diamati,
dan sebagian karena titik-titik yang berbeda pada definisi ekonomi bayangan. Untuk
membahas akemungkinan alternative dalam mengukur ukuran dan pengembangan
ekonomi bayangan di beberapa Negara, Schneider & Enste 2013, meyerankan tiga
kelompok utama metode a) pendekatan langsung- pendekatan mikroekonomi seperti
menggunakan survey berdasarkan jawaban sukarela, atau audit pajak b) pendekatan
indirek atau pendekatan indicator , sebagian besar karena perbedaan ID antara belanja
nasional dan pendapatan, kesenjangan antara tenaga kerja resmi dan angkatan kerja
yang sebenarnya, c) metode moneter seperti transaksi atau pendekatan permintaan uang
tunai, dan d) metode input fisik, seperti penghematan listrik, e) pendekatan model-
mempertimbangkan indicator multiple dan beberapa penyebab MIMO yang mengarah
pada pertumbuhan dan keberadaan ekonomi bayangan.

Kesimpulan :
Ekonomi bayangan memiliki fungsi social, politik, ekonomi yang penting, tapi pada
akhirnya hal itu danggap sebagai sesuatu yang negative karena berbagai alas an.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa dalam jangka pendek tidak ada
bayangan ekonomi yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan pekerjaan, tetapi
dalam jangka waktu yang lebih lama, ekonomi bayangan yang kuat akan
menghancurkan norma dan nilai social, dan akhirnya mengarah pada perlambatan
ekonomi bahkan resesi selama dua decade ini. Bayangan ekonomi telah menjadi salah
satu perhatian utama bagi otorisasi pajak, pembuat kebijakan dan akademisi karena
nilai ekonomi formal telah mencapai jumlah yang besar diberbagi Negara. Alasan
utama untuk tindakan represif pemerintah terhadap penekanan ekonomi bayangan
karena sulit untuk diberantas. Setiap Negara menghadapi tantangan bagaimana
mengukur, mengobati, dan menekan bagian informal ekonomi nasional yang
berkembang.

Judul jurnal : Tourism and economic growth: comparing Malaysia and Singapore
Volume : Vol. 8 No. 1
Tahun : 2014
Penulis : Hooi Hooi Lean, Sio Hing Chong, Chee-Wooi Hooy
Latar belakang:
Hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi diperdebatkan apakah
pariwisata berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan ekonomi yang
dituntun pariwisata) atau dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan
pariwisata yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi). Penelitian ini mengkaji dampak
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Singapura. Dua variabel
control perdagangan internsional dan nilai tukar dimsukkan kedalam model untuk
meningkatkan spesifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis pertumbuhan
ekonomi yang dipimpin pariwisata telah diidentifikasi oleh singapura. Selain itu,
mempertahankan nilai tukar yang kompetitif sangat penting untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

Metodologi :
Penelitian ini mengadopsi analisis deret waktu dan data telah dikmpulkan selama
periode 1980-2009. Data termasuk GDP riil, jumlah total kedatangan wisatawan
internasional, total penerimaan pariwisata, total perdagangan nasional dan REER untuk
Malaysia dan Singapura. Variabel out put diwakili oleh variabel riil. Ini dihitung
dengan membagi PDB nominal dengan CPI pada tahun 2005 yang diukur dalam mata
uang local dalam juta dolar.

Hasil :
Malaysia denga kedua proksi, untuk singapura, ketika penerimaan pariwisata
diterapkan untuk mengukur kegiatan pariwisata. Hipotesis pertumbuhan ekonomi yang
dipimpin pariwisata ditemukan. Kedatangan turis ke singapura terutama didominasi
oleh Asia dengan tujuan berkunjung sebagai hubungan keluarga, pengaturan transit dan
untuk kesenangan murni. Selain itu kegiatan periwisata mempengarhui REER di
Malaysia tetapi kegiatan yangsama memanipulasi perdagangan di singapura. Haisl
berbagai macam menunjukkan peran signifikan perdagangan REER dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomidan ekspansi pariwisata. Wisatawan bisnis dapat
melakukan perjalanan keluar dari rasa ingin tahu atau sebagai pemeriksaan rutin
dinegara tuuan dimana mereka berdagang. Ini membenarkan perdagangan didahului
oleh kegiatan pariwisata di singapura. Sementara itu, volatilitas nilai tukar atau
perubahan harga relative mempengaruhi pemilihan turis di Negara tujuan.

Kesimpulan :
Penelitian ini mengkaji dan membandingkan hubungan antara pariwisata dan
pertumbuhan ekonomi di Malaysia dan singapura menggunakan data tahunan dari tahu
1980 hingga 2009, hasilnya secara konsisten menunjukkan bahwa ekspansi pariwisata
terkointegrasi dengan pertumbuhan ekonomi. REER dan total perdagangan dikedua
Negara hasil kausalitas Granger menunjukkan bahwa hipotesis pertumbuhan yang
dipimpin periwisata ditujukan untuk janka panjang untuk penerimaan pariwisata. Hal
ini, konsisten dengan temuan Nanthakumar et al (2008). REER memainkan peran
penting untuk kegiatan pariwisata baik di Malaysia dan di singapura yang
mempertahankan nilai tukar yang kompetitif sangat penting untuk meningkatkan
industry pariwisata.

Judul jurnal : Tourism and economic growth: the case of next-11 countries
Volume : Vol. 5 No. 4
Tahun : 2015
Penulis : Hakam Kum, Alper Aslan, Merve Gungor
Latar belakang:
Perkembangan suatu Negara dan pertumbuhan ekonomi serta kemmpuannya untuk
mempersempit urang pembangunan dengan Negara –negara lain tergantung pada
mencari solusi untuk masalah ekonomi seperti pengangguran, keseimbangan deficit
pembayaran, ketidakstabilan makro ekonomi fiscal dan moneter. Dalam pengertian ini,
sector pariwisata dianggap sebagai kunci, kontribusi perjalanan wisata untuk produk
domestic bruto PDB pada tahun 2013 naik ke total 95% dari dunia. Potensi PDB (US 7
triliun dolar) untuk menyumbangkan tenaga kerja sebesar 43%. Juga diharapkan bahwa
ini menciptakan lebih dar 4,7 juta pekerjaan baru. Sector ini memiliki rakyat. Tahun
2014 sama positifnya. Perjalanan dan tourisme pariwisata akan menghasilkan 6,5 juta
pekerjaan baru. International tourism adalah salah satu industry jasa terbesar dan paling
capat berkembang di dunia karena pariwisata merupakan sumber utama mata uang
asing, ia menyediakan eksternal dan membuat tambahan nilai untuk sector riil ini
mendorong akumulasi modal dan penciptaan investasi baru.

Metodologi :
Penelitian ini mengadopsi analisis deret waktu dan data telah dikmpulkan selama
periode 1980-2009. Data termasuk GDP riil, jumlah total kedatangan wisatawan
internasional, total penerimaan pariwisata, total perdagangan nasional dan REER untuk
Malaysia dan Singapura. Variabel out put diwakili oleh variabel riil. Ini dihitung
dengan membagi PDB nominal dengan CPI pada tahun 2005 yang diukur dalam mata
uang local dalam juta dolar. Metode untuk memperkirakan ukuran ekonomi bayangan
sangat bervariasi antar Negara, sebagian karena kegiatan ekonomi bawah tanah, karena
sifatnya, sulit diamati, dan sebagian karena titik-titik yang berbeda pada definisi
ekonomi bayangan. Untuk membahas akemungkinan alternative dalam mengukur
ukuran dan pengembangan ekonomi bayangan di beberapa Negara.

Kesimpulan :
Pariwisata adalah bidang yang relative baru dalam perdagangan ekonomi internasioal.
Saat ini, periwisata berkontribusi pada sumber pendapatan asing dari banyak Negara.
Hal ini juga memainkan peran ekonomi, budaya, dan penelitian ini menyelidiki
hubungan antara pariwisata dengan GDP untuk sampel Negara-negara N-11 (1995-
2013) untuk pertama kalinya dengan menggunakan teknik kointegrasi terbaru 0,0000
panel kointegrasi. Estimasi model 0,0250 utama menggunakan metode DOLS dan
FMOLS menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara arivals pariwisata dan GDP,
sehingga satu persen peningkatan dari pariwisata menstimulasi bahwa GDP naik
0,0219 hingga 0,06 persen sebagai garis FMOLS yang meningkatkan PDB menjadi
0,08. Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada kausalitas searah dari
pertumbuhan ekonomi hingga pariwisata untuk pembangunan social dibanyak Negara.

Judul jurnal : Tourism development and economic growth in developing countries


Volume : Vol. 6 No. 1
Tahun : 2012
Penulis : E.M Ekanayake, Aubrey E. Long
Latar belakang:
Industry pariwisata telah muncul sebagai salah satu indutri jasa terkemuka dalam
industry ekonomi global dalam decade terakhir. Aliran ekonomi yang dihasilkan oleh
pariwisata internasional telah menjadi faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi dan
hubungan ekonomi iternasional telah menjadi faktor penting dalam pertumbuhan
ekonomi pariwisata di banyak Negara berkembang. Selain itu, kontribusi pariwisata
untuk kegiatan ekonomi diseluruh dunia adalah untuk pekerjaan yang diperkirakan
dalam urutan 67% dari jumlah keseluruhan.

Metodologi :
Spesifikasi model bagian ini membahas spesiikasi model untuk menguji hubugan antara
pengembangan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi. Model ini diturunkan, dengan
cara konvensional , dari fungsi produksi yang penerimaan wisata diperkenankan
ssebagai input selain tenaga kerja dan fungsi modal domestic.

Hasil :
Ada banyak penelitian yang dilakukan pada pariwisata dan pertumbuhan ekonomi.
Studi –studi ini dapat dikelompokkan menjadi dua materi besar, yaitu sumber daya,
ulasan ini terbatas pada stu terbaru. Wisatawan bisnis dapat melakukan perjalanan
keluar dari rasa ingin tahu atau sebagai pemeriksaan rutin dinegara tuuan dimana
mereka berdagang. Ini membenarkan perdagangan didahului oleh kegiatan pariwisata
di singapura. Sementara itu, volatilitas nilai tukar atau perubahan harga relative
mempengaruhi pemilihan turis di Negara tujuan. Aliran ekonomi yang dihasilkan oleh
pariwisata internasional telah menjadi faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi dan
hubungan ekonomi iternasional telah menjadi faktor penting dalam pertumbuhan
ekonomi pariwisata di banyak Negara berkembang.

Kesimpulan :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan pengembangan
pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi dari Negara-negara berkembang
menggunakan teknik panel heterogen yang baru dikembangkan. Studi ini meneliti
hubungan kausal anatara pengembangan pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi
menggunakan uji kausalitas Granger dalam model multivanate dan menggunakan data
tahunan untuk mendukung 1995-2009. Penelitian ini menggunakan sampel 140 negara
berkembang. Sampel Negara dikelompokkan ke dalam enam wilayah utama mengikuti
klasifikasi yang digunakan oleh bank dunia, untuk membandingkan setiap perbedaan
temuan antar wilayah. Kerangka membukukan PDB riil dalam dolar AS 2000 konstan,
tenaga kerja jutaan dan penerimaan pariwisata internasional nyata dalam dolar AS 2000
konstan. Tes akar unit panel menunjukkan semua variabel terintegritas dengan pesanan
satu. Tes-tes kointegrasi panel menunjukkan bahwa samua tujuh statistic uji menolak
hipotesis pabrik tidak ada penyimpangan pada tingkat signifikasi 1% menunjukkan
bahwa keempat dapat dihitung dan diurai. Hasil dari FMLOS menunjukkan bahwa
meskipun elastisitas pendapatan tol sehubungan dengan PDB riil, secara statistic tidak
signifikan untuk semua wilayah, tanda positifnya terhadap pertumbuhan ekonomi di
Negara berkembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Negara
berkembang harus merubah kebijakan ekonomi untuk mempromosikan pariwisata
sebagai sumber potensial pertumbuhan ekonomi. Studi ini menemukan bukti untuk
mendukung hipotesis growth yang dipimpin oleh helicopter.
Judul jurnal : Tourism development and growth: international evidence and lessons
for Cyprus
Volume : Vol. 3 No. 2
Tahun : 2009
Penulis : Adamous Adamou, Sofronis Clerides
Latar belakang:
Pariwisata dan perjalanan adalah sector ekonomi global yang besar dan terus
berkembang. Ketika pendapatan dunia tumbuh , lebih banyak individu dapat membeli
perjalanan liburan yang relative murah. Permintaan untuk layanan pariwisata
diperkirakan akan terus tumbuh karena banyak Negara yang mencapai tahap
pengembangan dimana konsumsi layanan rekreasi menjadi terjangkau. Banyak Negara
telah mendapat manfaat dari maningkatnya permintaan dengan mengembangkan sector
perhotelan yang dinamis yang meghasilkan mata uang asinng yang sangat dibutuhkan
untk ekonomi local. Bagi banyak Negara kecil, pariwisata adalah sector yang paling
penting dari ekonomi. Permintaan pariwisata sangat mudah berubah dan nnegara-
negara yang menjadi tergantung padanya rentan terhadap guncangan negative.

Hasil:
Pariwisata diukur sebagai penerimaan presentasi dari PDB dan pertumbuhan ekonomi
dalam tiga tahun tertentu, sesuai dengan awal , titik tengah dan akhir sampel kami.
Periode berfokus pada Negara-negara dengan spesialisasi pariwisata diatas 10%
tampaknya ada hubungan negative sedikit tahun 1981 dan 2004 tetapi hubungan positif
pada tahun 1992. Negara-negara dengan spesialisai yang relative rendah berkumpul
bersama-sama, sehingga sulit untuk membedakan pola apapun karena alasannya ini pda
gambar paling bawah kita hanya merencanakan pengamatan dengan spesialisasi di
bawah 10%.

Kesimpulan :
Estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi ini yang disajikan dalam bagian 4
membutuhkan pembuatan beberapa keputusan yang berkaitan dengan lamanya interfal
waktu yang harus dipertimbangkan sebagai pengamatan tunggal. Model pertumbuhan
diracang untuk mengukur dampak dari berbagai faktor pada pertumbuhan jangkan
penjang. Praktek yang mapan adalah untuk menyusun variable dalam interval lima atau
bahkan sepuluh tahun, daripada menggunakan data tahunan , untuk focus pada efek
jangka panjang dan untuk meminimalkan dampak kesalahan pengukurang dan siklus
dalam variabel. Karena sampel kami pendek kami menggunakan interval 3 tahun.
Kami menggunakan rasio penerimaan terhadap PDB sebagai indeks utama spesialisasi
pariwisata. Model ini diperkirakan menggunakan dua efek tetap dan acak tetapi
estimasi efek acak ditolak atas dasar uji Hausman.

Anda mungkin juga menyukai