Anda di halaman 1dari 25

FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI DUSUN MAJAN

DESA KLUNGKUNG KECAMATAN SUKORAMBI


KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PENELITIAN
Untuk memenuhi tugas akhir matakuliah
Pengantar Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Imam Hambali

OLEH
ZAHIRA IRHAMNI ARROVIA
NIM 180731640026

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
S1 PENDIDIKAN SEJARAH
MEI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
Adapun isi dari laporan penelitian ini adalah faktor penyebab anak usia sekolah di
Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan penelitian ini adalah
untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Pendidikan. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan laporan ini, diantaranya.
1. Bapak Imam Hambali selaku dosen pembimbing matakuliah Pengantar
Pendidikan yang selalu membimbing dan memberi arahan dalam
penyusunan laporan penelitian ini.
2. Orang tua yang selalu memberikan do’a serta dukungannya kepada penulis.
3. Serta teman-teman yang ikut mendukung dalam penulisan laporan
penelitian ini.
Harapan penulis semoga laporan penelitian ini dapat memberikan informasi
kepada pembaca agar lebih mengetahui secara detail tentang faktor penyebab anak
putus sekolah di Dusun Mujan, Kecamatan Klungkung, Kecamatan Sukorambi,
Kabupaten Jember. Terlepas dari semua itu penulis menyadari laporan penelitian
ini masih ada kekurangan baik dari segi bahasa maupun penulisan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
penelitian ini.

Malang, 1 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................. 2
1.4. Manfaat ........................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Pendidikan .................................................... 3
2.2. Program Wajib Belajar ................................................... 3
2.3. Putus Sekolah.................................................................. 4

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 6
3.2. Metode Penelitian ........................................................... 6
3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 6
3.4. Data Penelitan ................................................................. 7

BAB IV ANALISIS DATA


4.1. Hasil Penelitian ............................................................... 13

BAB V PEMBAHASAN
5.1. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah ............................ 14
5.2. Tindak Lanjut.................................................................. 16

BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ..................................................................... 18
6.2. Saran ............................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

LAMPIRAN ................................................................................................ 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada negara berkembang salah satu permasalahan yang dihadapi dalam
bidang kehidupan adalah pendidikan. Indonesia yang termasuk dalam kategori
negara berkembang, tengah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan
pemerataan dan kualitas pendidikan mengingat pada zaman saat ini tenaga
manusia yang dibutuhkan adalah lulusan yang memiliki intelektual dan
keterampilan dalam bidangnya guna memenuhi kebutuhan negeri dimasa yang
akan datang. Berbagai kebijakan telah diberlakukan pada setiap jenjang
pendidikan, dimulai pada anak usia dini, SD, SMP, SMA, bahkan sampai
perguruan tinggi. Hal tersebut disampaikan oleh Kementerian Pendidikan
Nasional (Kemendiknas) dalam perencanaan kerja tahun 2018 akan
memprioritaskan beberapa hal yang tertera dalam Nawacita (JawaPos.com, 20
Desember 2017). Tujuan dari program Kemendiknas tersebut adalah untuk
meningkatkan mutu dan memperluas akses pendidikan. Adapun program yang
diprioritaskan adalah Program Indonesia Pintar (PIP), Revitalisasi Pendidikan
Kejuruan, dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), serta peningkatan Ujian
Nasional (UN). Upaya yang telah diberlakukan tersebut seperti PIP dan
penyaluran KIP Menteri Pendidikan Nasional menyatakan bahwa berjalan dengan
lancar serta diterima langsung oleh siswa (Sudharso, 23 Maret 2019), sehingga
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Kemendiknas tersebut dapat membantu
beberapa daerah dikawasan Indonesia untuk membangun pendidikannya, baik dari
segi lembaga pendidikan, guru, maupun siswa.
Upaya pemerintah pusat dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia tidak
sepenuhnya mengalami keberhasilan secara keseluruhan. Tanpa adanya tanggapan
atau proses yang lamban dalam menata pendidikan oleh pemerintah daerah
mengakibatkan pendidikan didaerah tersebut tidak mengalami peningkatan, salah
satunya di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Salah seorang pengamat Pendidikan di
Kabupaten Jember, Ali Wafi menyatakan bahwa sistem pendidikan Kabupaten
Jember mengalami kemerosotan (Suarajatimpost.com, 12 Mei 2017). Bahkan

1
pemerataan pendidikan di Kabupaten Jember dapat dikatakan tidak merata
terutama didaerah pelosok sehingga salah satu dampaknya adalah anak usia
sekolah didaerah tersebut tidak melanjutkan pendidikannya bahkan putus sekolah,
khususnya didaerah Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi.
Banyak anak usia sekolah disana tidak melanjutkan jenjang pendidikannya dan
putus sekolah. Ada beberapa alasan anak usia sekolah didusun tersebut tidak
melanjutkan pendidikannya dan putus sekolah. Selain dilatarbelakangi oleh akses
jalan menuju sekolah jauh, padahal pendidikan sangat penting untuk kebutuhan
pribadi bahkan masyarakat. Dari paparan tersebut maka peneliti akan
menyampaikan dalam laporan penelitian ini mengenai faktor-faktor penyebab
anak usia sekolah di Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi
sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah penyebab anak putus sekolah di Dusun Mujan, Desa Klungkung,
Kecamatan Sukorambi ?
1.2.2. Bagaimanakah tindak lanjut bagi anak putus sekolah untuk melanjutkan
jenjang pendidikan selanjutnya ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Menganalisis penyebab anak putus sekolah di Dusun Mujan, Desa
Klungkung, Kecamatan Sukorambi.
1.3.2. Mendeskripsikan tindak lanjut bagi anak putus sekolah untuk melanjutkan
jenjang pendidikan selanjutnya.

1.4. Manfaat Penelitian


Dengan adanya laporan penelitian mengenai faktor penyebab putus sekolah
di Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember
pembaca khususnya yang berada di Kabupaten Jember dapat mengetahui kondisi
pendidikan didesa tersebut dan mengetahui faktor yang menyebabkan anak usia
sekolah disana putus sekolah.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pendidikan


Menurut Undang-Undang Dasar No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan
merupakan upaya sadar manusia untuk meningkatkan budi pekerti, melalui
sekolah sehingga anak bisa menjadi lebih baik dan lebih sempurna, sehingga anak
didik bisa lebih maju dan seimbang secara lahir dan batin (Ruminiati, 2016:10).
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Neolaka (2017:14) adalah proses
upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan
tertentu menuju keadaan lebih baik, dengan proses melalui penelitian,
pembahasan, atau merenungkan tentang masalah atau gejala-gejala perbuatan
mendidik.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
serangkaian proses yang dilakukan oleh manusia dalam rangka untuk
meningkatkan potensi dalam dirinya menuju kearah lebih baik yang ditempuh
melalui satuan lembaga pendidikan baik formal, non-formal, maupun informal.

2.2. Program Wajib Belajar


Program wajib belajar telah diatur secara legal dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam mukadimah UUD 1945 mengamanatkan bahwa Pemerintah
Negara Republik Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia serta
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dalam UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Untuk merealisasikannya,
maka pemerintah mengesahkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

3
Pendidikan Nasional. Pada pasal 34 ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut pendidikan. Agar terlaksana secara efektif
sampai pada tingkat provinsi, kabupaten, dan kota, maka pemerintah telah
memperkuat dasar hukum pelaksanaan wajib belajar 12 tahun melalui PP No. 47
Tahun 2008 tentang wajib belajar. Dalam PP tersebut ditegaskan bahwa wajib
belajar adalah program pendidikan minimal yang wajib diikuti oleh warga negara
Indonesia atas tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pada zaman sekarang Indonesia dihadapi oleh persaingan global terutama
dalam bidang ekonomi mengingat pada tahun 2015 ASEAN menerapkan ASEAN
economic community atau komunitas ekonomi ASEAN sehingga menyebabkan
kawasan ASEAN menjadi pasar terbuka berbasis produksi, sehingga aliran
barang, jasa, dan investasi akan bergerak secara terbuka sesuai dengan
kesepakatan ASEAN. Kualitas pendidikan warga negara menjadi tolak ukur
dalam menentukan daya saing rakyat Indonesia dalam tingkat ASEAN dan global.
Atas dasar tersebut maka, mengharuskan bangsa Indonesia untuk meningkatkan
kualitas tingkat pendidikan warga negaranya, dari wajib belajar 9 tahun menjadi
wajib belajar 12 tahun (Ikrom dkk, 2015:2). Kebijakan tersebut bertujuan untuk
memberi layananan, perluasan, dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan hingga jenjang pendidikan menengah yang berkualitas (bermutu) bagi
setiap warga Negara Indonesia sampai pada usia 18 tahun.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa wajib belajar adalah jenjang
pendidikan yang harus ditempuh oleh setiap peserta didik hingga batas yang telah
ditentukan oleh pemerintah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri yang orientasinya menuju ke masa depan.

2.3. Putus Sekolah


Menurut Gunawan (2010:71) putus sekolah merupakan suatu predikat yang
diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan jenjang
pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan
selanjutnya. Menurut Suyanto (2010:361) menyatakan bahwa secara garis besar,
proses yang menyebabkan anak hingga memutuskan untuk putus sekolah yaitu.

4
1. Berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran disekolah, sehingga memiliki
kesan bahwa memahami belajar hanya sekedar kewajiban masuk dikelas
dan mendengarkan guru berbicara tanpa diiringi dengan kesungguhan untuk
mencerna pelajaran secara baik.
2. Akibat prestasi belajar yang rendah, pengaruh dari keluarga atau pengaruh
dari teman sebaya. Mayoritas anak yang putus sekolah selalu tertinggal
dalam pelajaran apabila dibandingkan teman-teman sekelasnya.
3. Kegiatan belajar dirumah tidak tertib dan disiplin, terutama karena tidak
didukung oleh upaya pengawasan dari orang tua.
4. Perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai didominasi oleh kegiatan-
kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran.
5. Kegiatan bermain dengan teman sebayanya meningkat pesat.
6. Mereka yang putus sekolah mayoritas berasal dari keluarga ekonomi lemah.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa putus sekolah adalah kondisi
dimana seseorang yang sedang menempuh jenjang pendidikan tidak
melanjutkannya sampai lulus atau setelah lulus tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan selanjutnya karena disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi
faktor ekonomi, sosial, maupun budaya.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi, Kabupaten Jember. Peneliti memilih lokasi tersebut karena memiliki
jumlah anak putus sekolah yang cukup banyak dan akses desa tersebut menuju ke
sekolah sangat jauh.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu hari, yaitu dimulai pada tanggal 20
April 2019 pada pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB.

3.2. Metode Penelitian


Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif-
kualitatif. Adapun pengertian dari penelitian kualitatif menurut Erickson (1968)
dalam Anggito dan Setiawan (2018:6) adalah usaha untuk menemukan dan
menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan
yang dilakukan dan dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap kehidupan
mereka.

3.3. Teknik Pengumpulan data


Dalam pengumpulan data penelitian ini, maka peneliti melakukannya
dengan tiga cara berdasarkan metode penelitian deskruptif-kualitatif sebagai
berikut.
1. Observasi
Jika ditinjau berdasarkan etimologi, observasi berasal dari bahasa latin yang
berarti melihat dan memperhatikan. Sedangkan menurut Kerlinger (2003) dalam
Ni’matuszahroh dan Susanti Prasetyaningrum (2018:3) secara terminologi
observasi adalah pengamatan yang dilakukan harus secara alami (naturalistic)
dimana pengamat harus laru dalam situasi realistis dan alami sedang terjadi, atau

6
lebih sederhananya merupakan salah satu metode penelitian dengan melakukan
pengamatan secara langsung dilokasi penelitian.
2. Wawancara
Menurut Slamet (2011) dalam Edi (2016:2) wawancara adalah cara yang
dipakai untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara
peneliti dengan yang diteliti. Sedangkan menurut Djuharie (2012) dalam Edi
(2016:2) wawancara adalah bagian dari proses penerimaan atau perekrutan
karyawan atau anggota yang mempunyai berbagai tujuan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa wawancara yaitu salah satu metode dalam pengumpulan data dimana
peneliti melakukan interaksi kepada pihak yang diteliti untuk memperoleh
informasi dalam mendukung proses penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data berupa dokumen-dokumen
yang akurat dari sumber-sumber pencatatan khusus dari karangan, buku, undang-
undang, dan sebagainya.

3.4. Data Penelitian


1. Koresponden 1
a. Identitas Pribadi
Nama : Hofiatul Jannah
Tempat, tanggal lahir : Jember, 9 September 2001
Usia : 17 tahun
Alamat : Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi.
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
b. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Soaman
Nama Ibu : Dartik
Pekerjaan

7
 Ayah : Petani
 Ibu : Ibu rumah tangga
Penghasilan
 Ayah : Rp 1.500.000/bulan (tidak menentu)
 Ibu :-
Pendidikan terakhir
 Ayah : SD
 Ibu : SD
c. Alasan tidak sekolah : Sekolah jauh, ingin menikah dan didukung
oleh kedua orang tua
d. Harapan untuk lanjut : Tidak ada
2. Koresponden 2
a. Identitas Pribadi
Nama : Nurul Qomariyah
Tempat, tanggal lahir : Jember, 16 Desember 2006
Usia : 12
Alamat : Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi.
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
b. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Tuari
Nama Ibu : Sumiyati
Pekerjaan
 Ayah : Petani
 Ibu : Ibu rumah tangga
Penghasilan
 Ayah : Rp 300.000/bulan (tidak menentu)
 Ibu :-
Pendidikan terakhir

8
 Ayah : SD
 Ibu : SD
c. Alasan tidak sekolah : Faktor ekonomi, ingin bekerja, telah
bertunangan dan didukung oleh orang tua,
akses menuju sekolah jauh, serta terbatasnya
transportasi
d. Harapan untuk lanjut : tidak ada
3. Koresponden 3
a. Identitas Pribadi
Nama : Feri Irawan
Tempat, tanggal lahir : Jember, 29 Agustus 2004
Usia : 14 tahun
Alamat : Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi.
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Status : Belum menikah
Pekerjaan :-
b. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Madi
Nama Ibu : Alm. Saenab
Wali : Suati
Pekerjaan
 Ayah : Buruh tani
 Ibu :-
 Wali : Ibu rumah tangga
Penghasilan
 Ayah : Rp 1.500.000/bulan (tidak menentu)
 Ibu :-
 Wali :-
Pendidikan terakhir
 Ayah : SD

9
 Ibu :-
 Wali : SD
c. Alasan tidak sekolah : Faktor ekonomi, sekolah jauh, tidak ada
transportasi, minat untuk melanjutkan
sekolah kurang, malas.
d. Harapan untuk lanjut : Yang bersangkutan mempunyai keinginan
untuk lanjut apabila ada temannya
4. Koresponden 4
a. Identitas Pribadi
Nama : Rendi Rahmadi
Tempat, tanggal lahir : Jember, 28 September 2005
Usia : 13 tahun
Alamat : Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi.
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
b. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Sianto
Nama Ibu : Suami
Pekerjaan
 Ayah : Petani
 Ibu : Ibu rumah tangga
Penghasilan
 Ayah : Rp 500.000/bulan (tidak menentu)
 Ibu :-
Pendidikan terakhir
 Ayah : SD
 Ibu : SD
c. Alasan tidak sekolah : Faktor ekonomi, minat yang kurang, malas,

10
akses menuju sekolah sulit dan tidak ada
transportasi

d. Harapan untuk lanjut : Tidak ada, namun kedua orang tau memiliki
harapan kepada anaknya agar lanjut sekolah

5. Koresponden 5
a. Identitas Pribadi
Nama : Silvi Widiawati
Tempat, tanggal lahir : Jember, 25 Juli 2002
Usia : 16 tahun
Alamat : Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi.
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
b. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Edi
Nama Ibu : Siti
Pekerjaan
 Ayah : Buruh tani
 Ibu : Ibu rumah tangga
Penghasilan
 Ayah : Rp 1.500.000/bulan (tidak menentu)
 Ibu :-
Pendidikan terakhir
 Ayah : SD
 Ibu : SD
c. Alasan tidak sekolah : Faktor ekonomi, tidak nyaman karena yang

11
bersangkutan merasa teman-temannya jahat,
akses menuju sekolah jauh, transportasi
kurang memadai
d. Harapan untuk lanjut : Ada

6. Koresponden 6
a. Identitas Pribadi
Nama : Nur Azizah
Tempat, tanggal lahir : Jember, 13 Maret 2001
Usia : 18
Alamat : Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi.
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
b. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Marto
Nama Ibu : Karyati
Pekerjaan
 Ayah : Buruh tani
 Ibu : Ibu rumah tangga
Penghasilan
 Ayah : Rp 1.500.000/bulan (tidak menentu)
 Ibu :-
Pendidikan terakhir
 Ayah : SD
 Ibu : SD
c. Alasan tidak sekolah : Pelajaran disekolah dinilai sulit, ingin
Menikah, akses jalan sulit dan transportasi
kurang memadai
d. Harapan untuk lanjut : Tidak ada

12
BAB IV

ANALISIS DATA

4.1. Hasil Penelitian


Dari paparan data diatas, maka dapat diperoleh beberapa faktor yang
menyebabkan anak putus sekolah di Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi sebagai berikut.
Koresponden
No Faktor Penyebab
1 2 3 4 5 6
1 Faktor ekonomi    
2 Faktor Sosial 
3 Menikah usia dini   
4 Bekerja 
5 Minat yang kurang     
6 Minat kedua orang    
tua yang kurang
7 Akses menuju      
sekolah sulit
8 Transportasi     
kurang memadai
Setelah diadakan penelitian, maka dapat dikatakan bahwa terjadinya putus sekolah
di Dusun Klungkung, dominan disebabkan oleh:
1. Akses menuju sekolah sulit.
2. Transportasi kurang memadai.
3. Minat koresponden yang kurang untuk melanjutkan jenjang pendidikan
berikutnya.
4. Tidak adanya partisipasi orang tua terhadap anak.
5. Faktor ekonomi.
6. Menikah usia dini.

13
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Faktor Penyebab Putus Sekolah di Dusun Mujan


5.1.1. Akses Menuju Sekolah Sulit
Jarak antara sekolah dengan rumah penduduk Dusun Mujan dengan SD
setempat kurang lebih 5 km. Sedangkan jarak dengan SMP dan SMA baik negeri
maupun swasta sangatlah jauh, mengingat lokasi kedua jenjang pendidikan
tersebut berada didaerah kota. Selain itu kondisi jalan yang bebatuan dan tidak
dilapisi dengan aspal menyebabkan masyarakat setempat mengalami kesulitan
untuk menuju ke daerah kota. Kondisi ini bertambah parah ketika hujan, akses
jalan sebagai penghubung antara Dusun Mujan dengan Desa Klungkung sama
sekali tidak dapat dilewati terutama bagi kendaraan beroda empat seperti mobil.
Dari situasi yang telah dipaparkan di Dusun Mujan mengakibatkan masyarakat
yang memiliki anak usia sekolah memerintahnya untuk berhenti dan memilih
untuk mendidiknya dirumah dengan kemampuan orang tua yang seadanya.
5.1.2. Transportasi Kurang Memadai
Terdapat beberapa masyarakat yang memiliki transportasi (kendaraan)
untuk mempermudah dalam melakukan aktivitas diluar area dusun, dan mayoritas
warganya memiliki kendaraan bermotor. Meskipun demikian, kondisi sepeda
motor mereka sudah tidak layak pakai, dan selain itu tempat pengisian bahan
bakar sangat jauh dari dusun. Dengan alasan tersebut, menyebabkan anak usia
sekolah disana tidak melanjutkan jenjang pendidikannya, walaupun dapat
ditempuh dengan jalan kaki tetapi kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk
dilakukan karena jarak kesekolah yang sangat jauh.
5.1.3. Minat Koresponden yang Kurang untuk Melanjutkan Jenjang Pendidikan
Berikutnya
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa minat anak usia sekolah di
Dusun Kelungkung sangat rendah, hal ini disebabkan oleh
1. Mereka menganggap bahwa pelajaran disekolah sangat susah untuk
dipelajari dan dipahami.

14
2. Bosan, karena pelajaran yang dihadapi ketika menempuh jenjang
pendidikan fokus pembelajarannya hanya seputar itu saja yang dihadapi,
hanya berbeda tingkat kesulitannya.
3. Malas, hanya ingin main dengan teman-teman lainnya yang tidak sekolah
dan tidak adanya pasrtisipasi atau motivasi terhadap anaknya untuk lanjut
sekolah.
4. Sulit beradaptasi, karena merasa teman-teman yang berada disekitarnya
tidak memberikan perlakuan baik sehingga satu-satunya jalan adalah
berhenti sekolah dan tidak melanjutkannya. Meskipun dapat pindah
kesekolah lain tetapi masih terdapat kendala pada akses jalan dan
transportasi yang sulit kesekolah.
Dari ke-6 koresponden yang telah diminta informasinya, minat mereka untuk
melanjutkan sekolah tidak ada, terlebih lagi bagi mereka yang telah menikah dan
memiliki anak.
5.1.4. Tidak Adanya Partisipasi Orang Tua Terhadap Anak
Beberapa kedua orang tua di Dusun Klungkung yang bernotabene lulusan
SD/sederajat membolehkan anaknya ketika mempunyai keinginan untuk tidak
melanjutkan pendidikannya. Karena dahulunya sebagian dari mereka menganggap
bahwa sekolah keseluruhan mata pelajaran yang diberikan bersifat stagnan.
Sehingga menyebabkan anak mereka memiliki pola pikir yang sama dengan
kedua orang tuanya tentang perspektifnya terhadap sekolah. Namun tidak semua
orang tua memiliki pemikiran yang sama. Ada beberapa orang tua yang memaksa
agar anaknya tetap melanjutkan sekolah tetapi paksaan dari orang tua mereka
tidak mendapat tanggapan dari anak, sehingga sampai saat ini anak-anak tersebut
tetap tidak sekolah dan didalam pikirannya hanya ingin main atau kerja.
5.1.5. Faktor Ekonomi
Penghasilan orang tua yang tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya untuk
sekolah menghendaki agar putus sekolah. Mayoritas orang tua para koresponden
bekerja pada sektor agraris yaitu petani dimana pengahasilannya tergantung pada
musim tertentu, dalam hal ini terkadang setiap bulan mendapatkan uang banyak
maupun tidak sama sekali. Terlebih ketika musim panen tiba, padi yang ditanam
terserang oleh hama dan bencana alam yang tidak terduga. Selain itu orang tua

15
dari para koresponden juga bekerja sebagai buruh tani dimana penghasilan selama
sebulan tidak menentu dan kurang dari rata-rata serta bergantung pada musim
panen. Matapencaharian yang hanya dilaksanakan oleh ayah mereka tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sekunder terlebih untuk pendidikan anaknya, belum
biaya transportasi kesekolah, kebutuhan alat-alat sekolah yang wajib dimiliki oleh
setiap siswa-siswi sekolah. Dengan kondisi ini salah satu diantara mereka yang
diminta informasi mengutarakan kepada peneliti bahwa untuk meningkatkan
ekonomi keluarga dia ingin bekerja, namun hingga saat ini ia masih bingung akan
bekerja sebagai apa dengan notabene lulusan SD yang belum memiliki tingkat
intelektual yang cukup dan tidak mempunya keterampilan yang berpengalaman.
5.1.6. Menikah usia dini
Menikah usia dini bagi masyarakat Dusun Klungkung sudah menjadi hal
yang biasa dan umumnya dilakukan oleh anak perempuan. Orang Tua yang
menikahkan anaknya usia dini beranggapan bahwa anak perempuan yang telah
sampai pada akal baligh diharuskan untuk menikah karena agar tidak telat
nantinya dalam mencari pasangan hidup atau orang sekitar menganggapnya
sebagai perawan tua. Selain itu tujuan dari adanya pernikahan usia dini adalah
agar kebutuhan ekonomi anak perempuannya dapat dipenuhi oleh suami.
Lazimnya anak perempuan Dusun Mujan ketika telah sampai pada akal baligh
ingin segera menikah, dengan alasan ingin hidupnya lebih tentram. Namun masih
ada beberapa anak perempuan disana yang enggan untuk menikah dengan alasan
masih terlalu kecil atau ingin bekerja.

5.2. Tindak Lanjut


Untuk menindak lanjuti kasus anak putus sekolah di Dusun Mujan, Desa
Klungkung, Kecamatan Sukorambi, maka solusi yang dapat peneliti berikan pada
anak putus sekolah didusun setempat sebagai berikut.
1. Memberikan sosialisasi kepada seluruh warga setempat mengenai betapa
pentingnya pendidikan bagi anak-anak usia sekolah dan memberikan
bimbingan serta pengarahan kepada orang tua sebagai pendidik pertama
terhadap anak tentang bagaimana seharusnya memberikan motivasi terhadap
anak, memahami psikologis anak, dan selalu mendukung anaknya agar mau
melanjutkan sekolah.

16
2. Membentuk beberapa organisasi atau lembaga swasta kependidikan secara
gratis di Dusun Mujan mengingat daerah tersebut memiliki akses jalan sulit,
terbatasnya transportasi ke Desa Klungkung, dan sektor ekonomi keluarga
yang lemah dengan jumlah minimal dua organisasi atau lembaga swasta
kependidikan. Upaya tersebut mungkin dapat dilakukan, sehingga dapat
mengurangi resiko bertambahnya anak putus sekolah.
3. Menginformasikan kepada orang tua tentang dampak negatif dari
pernikahan usia dini diantaranya pertama adanya potensi perselingkuhan
atau perceraian pada kalangan muda dikarenakan pada usia mereka
memiliki emosi yang labil bahkan belum dewasa sehingga apabila ada
permasalahan kecil mereka menanggapinya dengan pertengkaran dan hal ini
tentunya orang tua tidak mengetahui kondisi yang demikian, kedua menikah
diusia muda utamanya perempuan yang baru akal baligh tidak memahami
masalah kehamilan sehingga anak yang dilahirkan mengalami kekurangan
gizi, dan ketiga pasangan muda yang baru menikah memiliki mental belum
siap menghadapi perubahan peran dan menghadapi permasalahan rumah
tangga sehingga menimbulkan penyesalan akan kehilangan masa sekolah
dan remaja (Kartikawati & Djamilah, 2010).
4. Melakukan pemberdayaan masyarakat pada usia dewasa terutama yang
memiliki anak usia sekolah di Dusun Kelungkung dengan melibatkan
lembaga-lembaga yang bekerja pada bidangnya dalam menaggulangi
permasalahan tersebut seperti LSM, kelompok peduli, tenaga pendidikan
dan sebagainya. Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
ekonominya yaitu melalui Usaha Mikro Kecil Menengah sehingga warga
setempat tidak hanya tergantung dengan penghasilan sebagai petani maupun
buruh tani yang hanya ada pada musim tertentu. Selain itu yang
kesehariannya sebagai ibu rumah tangga juga dilakukan pemberdayaan agar
tidak hanya tergantung pada penghasilan suami. Mungkin dari upaya
tersebut pada setiap keluarga didusun setempat dapat meningkatkan
perekonomian keluarga sehingga bisa menyekolahkan anaknya baik yang
akan masuk maupun melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.

17
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember
mayoritas masyarakatnya yang dikategorikan dalam usia sekolah tidak
melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain.
1. Akses menuju sekolah sulit.
2. Transportasi kurang memadai.
3. Minat koresponden yang kurang untuk melanjutkan jenjang pendidikan
berikutnya.
4. Tidak adanya partisipasi orang tua terhadap anak.
5. Faktor ekonomi.
6. Menikah usia dini.
Namun faktor dominan yang menyebabkan mereka putus sekolah adalah akses
menuju sekolah sulit dan transportasi yang kurang memadai.

6.2. Saran
Kasus putus sekolah di Kabupaten Jember tidak hanya terjadi di Dusun
Mujan, tetapi dibeberapa daerah juga mempunyai kasus yang sama. Sehingga
saran peneliti bagi Pemerintah Kabupaten Jember melakukan upaya pemerataan
pendidikan didaerah pelosok dan melakukan sosialisasi serta pengarahan kepada
warganya mengenai betapa pentingnya menempuh pendidikan di zaman sekarang.
Selain pemerintah, masyarakat baik yang berasal dari Kabupaten Jember maupun
luar kabupaten melakukan tindakan untuk menganstisipasi bertambahnya jumlah
anak putus sekolah dengan membentuk organisasi atau LSM didaerah pelosok
dengan memberikan bantuan berupa barang-barang keperluan sekolah atau berupa
jasa pendidik dengan suka rela, sehingga pendidikan dapat ditempuh oleh seluruh
kalangan baik yang berada didekat pusat kabupaten/kota maupun diluar zona
kabupaten/kota (daerah pelosok).

18
DAFTAR PUSTAKA

Anggito, A., & Setiawan, J. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:


CV Jejak.

Djamilah, & Kartikawati, R. 2010. Dampak Perkawinan Anak di Indonesia.


Jurnal Studi Pemuda, 3(1), 1-16. Dari https://journal.ugm.ac.id/jurnal
pemuda/article/viewFile/32033/19357.

Edi, F.R.S. 2016. Teori Wawancara Psikodignostik. Yogyakarta: Leutikaprio.

Gunawan, A. 2010. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang


Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ikrom, A., Taufik, A., & Hendri, F. 2015. Peta Jalan Pendidikan 12 Tahun
Indonesia. Jakarta: Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia.

Jawa Pos. 2017. Mendikbud: 2018 Perluas Akses, Tingkatkan Mutu Pendidikan,
(Online), (https://www.jawapos.com/pendidikan/20/12/2017/mendikbud-
2018-perluas-akses-tingkatkan-mutu-pendidikan), diakses 25 Maret 2019.

Khairon, I. 2017. Kondisi Pendidikan Kabupaten Jember Semakin Merosot,


(Online), (http://www.suarajatimpost.com/read/6351/20170512/103249/kon
disi-pendidikan-kabupaten-jember-dinilai-semakin-merosot/), diakses 26
April 2019.

Neolaka, A., & Neolaka, G.A. 2017. Landasan Pendidikan, Dasar Pengenalan Diri
Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Depok: Kencana.

Ni’matuzahroh, & Prasetyaningrum, S. 2018. Observasi: Teori dan Aplikasi


dalam Psikologi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar. JDIH BPK
RI (online), (https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/4861/pp-no-47-
tahun-2008), diakses 26 April 2019.

Ruminiati. 2016. Sosio Antropologi Pendidikan: Suatu Kajian Multikultural.


Malang: Gunung Samudera.

Sudharso, A. 2019. Gebyar Pendidikan dan Kebudayaan, (Online), (https://www.


ngopibareng.id/timeline/mendikbud-gebyar-pendidikan-dan-kebudayaan-
bentuk-pertanggungjaw-4511220), diakses 25 Maret 2019.

19
Suyanto, B. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Prenadamedia Group.

Undang-Undang Dasar Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Kelembagaan Ristekdikti (online), (https://kelembagaan.ristekdik
ti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf), diakses 25
Maret 2019.

20
LAMPIRAN

Berikut adalah foto dokumentasi peneliti ketika melakukan wawancara


terhadap anak putus sekolah di Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi, Kabupaten Jember. Namun ada beberapa koresponden merasa
keberatan untuk diambil fotonya, sehingga peneliti hanya memberi beberapa foto
koresponden yang bersedia.
1. Koresponden bernama Nurul Qomariyah

2. Koresponden bernama Nur Azizah dan Silvi Widianti

21
3. Aktivitas peneliti melakukan wawancara terhadap koresponden bernama
Nur Azizah dan Silvi Widiawati

4. Aktivitas wawancara peneliti terhadap wali dari Feri Irawan

22

Anda mungkin juga menyukai