Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bisnis pariwisata pada tahun 2019 semakin menjanjikan, indonesia merupakan
salah satu destinasi dari turis berbagai negari. Semakin banyak yang melirik bisnis
pariwisata karena masih banyak potensi yang dimiliki oleh Indonesia sebagai
destinasi wisata khususnya wisata alam. Karena indonesia memiliki pesona alam
yang cantik dan natural dan selain itu letak indonesia sebagai negara kepulauan
begitu strategis.
Menurut data dari Google anggaran APBN dalam sektor pariwisata adalah
sebesar 3.7 triliun untuk tahun 2018, ini menunjukkan komitmen Pemerintah
Indonesia untuk mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia. Apabila kita sadari
bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang terbesar,
ini menunjukkan bahwa peluang dalam bisnis pariwisata akan terus bertumbuh.
Selain menyimpan berjuta pesona alam nya begitu indah, indonesia juga kaya akan
wisata budayanya yang terbukti dengan begitu namyaknya peninggalan- peninggalan
sejarah serta keanekaragamaan seni dan adat budaya masyarakat lokal yang menarik
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, sehingga banyaknya potensi yang
dimiliki menjadikan indonesia sebagai salah satu daerah tujuan wisata.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu wilayah yang didalamnya
terdapapat berbagai jenis kekayaan alam yang potensial untuk dikembangkan. Salah
satunya adalah kekayaan alam yang berwujud wisata alam danau linting yang tedapat
di kawasan Desa Sibunga- bunga Hilir, Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara. Desa Sibunga- bunga merupakan terkenal dengan kawasan
wisata desa karena didalam kawasan tersebut terdapat beragam objek wisata alam
yang salah satunya adalah Danau Linting yang terus menerus telah mengalami
perkembangan sebagai dampak dari adanya kegiatan pengembangan objek wisata
yang dilakukan pada objek wisata tersebut.
Perkembangan tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan selama hampir lima tahun terakhir. Selain itu semakin
gencarnya kegiatan pembangunan, penambahan, renovasi dan pengelolaan fasilitas

1
prasarana yang ditunjang dengan meningkatnya kualitas pelayanan obyek wisata
telah menjadikan Obyek Wisata Danau Linting sebagai daerah tujuan wisata
unggulan di Deli Serdang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun rumusan masalah
yang diangkat oleh penulis adalah Bagaimana Strategi Perencanaan Komunikasi yang
dilakukan pada Objek Wisata Danau Linting?
1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini, yaitu untuk memberikan informasi mengenai
Perkembangan pariwisata di Objek Wisata Danau Linting dan Peluan Usaha yang ada
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi Pariwisata

Peran komunikasi sangat penting di dalam bidang pariwisata, baikpada aspek


komponen maupun elemen-elemen pariwisata. Peran pentingkomunikasi bukan saja pada
komponen pemasaran pariwisata namun padasemua komponen dan elemen pariwisata
memerlukan peran komunikasi,baik komunikasi personal, komunikasi massa,
komunikasi persuasif, sertakomunikasi lainnya. Dunia pariwisata sebagai kompleks
produk,memerlukan komunikasi untuk mengkomunikasikan pemasaranpariwisata,
mengkomunikasikan destinasi, dan sumber daya kepadawisatawan dan seluruh
stakeholder pariwisata termasuk membentuk kelembagaan pariwisata (Bungin, 2015: 86
dan 88)Komunikasi membantu pemasaran pariwisata diberbagai elemen pemasaran,
komunikasi berperan baik dsi meda komunikasi maupun konten komunikasi. Di media
komunikasi, tersedia berbagai macam media komunikasi sebagai saluran pemasaran,
destinasi, aksesibilitas maupun saluran media SDM dan kelembagaan pariwisata.
Komunikasi juga berperan menyiapkan konten pesan yang harus disampaikan kepada
masyarakat atau wisatawan, tentang apa yang seharusnya mereka tahu tentang media-
media pemasaran, tentang destinasi, aksesibilitas dan SDM serta kelembagaan
pariwisata.Komunikasi pariwisata juga dijadikan sebagai disiplin ilmu. Sebagai disipin
ilmu, komunikasi telah berperan begitu pesat, terutama di Indonesia. Setelah reformasi,
kajian-kajian komunikasi tumbuh subur dan berkembang secara multilinear membangun
disiplin-disiplin ilmu baru yang memperkaya khazanah disiplin ilmu komunikasi,
(Bungin, 2015: 92). Adapun bidang kajian dari komunikasi Pariwisata yang dituliskan
Burhan Bungin dalam bukunya “Komunikasi Pariwisata” adalah sebagai berikut.

a) Komunikasi Pemasaran Pariwisata


Bidang komunikasi pemasaran pariwisata (touris communication marketing) atau
disingkat (TCM). Bidang TCM mengkaji secara keseluruhan dalam konteks komunikasi
pemasaran. Bidang kajian ini menjelaskan 4P, 7P, Communication Mix, Marketing Mix,
dan hal ihwal tentang TCM. Bidang ini adalah bidang yang secara utuh membincangkan
TCM dalam koonteks teoretis dan praktis yang lengkap, namun tidak spesifik dalam
konteks-konteks spesialis.

3
b) Brand Destinasi
Brand destinasi adalah kajian tentang brand destinasi dalam konteks brand produk
destinasi, di mana brand destinasi adalah media dan pesan itu sendiri di dalam konteks
dan proses komunikasi pemasaran secara umum dan khususnya di dalam konteks
pemasaran pariwisata. Selain dikaji brand sebagai media dan sebagai pesan itu sendiri,
dikaji pula bagaimana konstruksi sosial brand destinasi sebagaimana hubungan brand
dengan produk destinasi, brand dengan aksesibilitas, dengan pemasaran pariwisata, brand
dengan SDM dan kelembagaan pariwisata. Juga dikaji brand induk pariwisata, sub-brand
dan brand induk baru. Semua sifat dan jenis brand dikaji di sini, termasuk city brand,
state brand, dan nation brand. Begitu pula publisitas brand dan branding juga menjadi
kajian-kajian penting diperbincangan ini.
c) Manajemen Komunikasi Pariwisata
Di dalam kajian ini, prinsip-prinsip manajemen komunikasi menjadi ulasan-ulasan
penting yang dilakukan dan diterapkan di bidang komunikasi pariwisata. Kajian ini
mengulas mengenai bagaimana manajemen diterapkan di bidang komunikasi pariwisata,
yaitu bagaimana memenejemen pemasaran pariwisata, memenejemen destinasi
memenejemen asesibilitas dan memenej SDM serta kelembagaan pariwisata. Bagaimana
peran pimpinan dan leadership, bagaimana memenej orang-orang, memenej anggaran dan
memenej alat-alat dan mesin komunikasi pariwisata. Terpenting pula di sini bagaimana
memenej berbagai macam saluran saluran media komunikasi yang digunakan di dalam
komunikasi pariwisata.
d) Komunikasi Transportasi Pariwisata
Masyarakat pariwisata (tourism community) memerlukan informasi tentang aksesibilitas
ke destinasi pariwisata. Karena itu salah satu yang terpenting adalah informasi
transportasi ketika akan bepergian ke destinasi pariwisata. Hal ini sangat penting dan
mengambil hampir separuh perhatian mereka akan berwisata. Karena itu, perhtian khusus
di bidang ini sangat penting. Kajian komunikasi pariwisata ini menyangkut media atau
saluran-saluran komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan informasi transportasi
pariwisata, dampak informasi terhadap masyarakat pariwisata, umpan balik yang
diharapkan. Kajian ini juga menyangkut tentang alat dan jenis transportasi, anggaran yang
diperlukan, masalah keamanan dan keselamatan transportasi, transportasi alternatif, dan
koneksitas dengan akomodasi perhotelan, motel, guesthouse, dan sebagainya apabila ada
keadaan emergency di jalan. Mengenai anggaran yang diperlukan dan pilihan yang harus

4
dibuat sehingga menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Prinsip utama di dalam
transportasi komunikasi ini adalah keamanan, kenyamanan, keterjangkauan, komunikasi
alternatif seperti word of mouth (dari mulut ke mulut) dan media sosial serta media
literasi lainnya.
e) Komunikasi Visual Pariwisata
Bidang komunikasi visual pariwisata adalah bidang desain grafis yang sangat menantang
di bidang industri pariwisata. Karena bidang ini akan selalu berkembang di masa depan di
mana kajiannya diarahkan kepada komunikasi enterpreneurship, kreativitas, seni, dan
kebebasan berkreasi. Komunikasi visual pariwisata mengambil sisi kajian konseptual
konten komuniksi yang diterapkan pada industri kreatif yang mengasilkan souvenir,
cenderamata, oleh-oleh yang memiliki ikon local tourism yang berkesan dan menjadi
brand pariwisata. Kajian juga menyangkut pendekatan sistem komunikasi pariwisata
dengan destinasi, venue, transportasi, hotel, dan stakeholder pariwisata. Pembentukan
jaringan komunkasi bisnis dengan pihakpihak lain yang potensial seperti bank, pasar, dan
tokoh masyarakat juga haus dikaji di bidang ini.
f) Komunikasi Kelompok Pariwisata
Bidang komunikasi kelompok pariwisata menyangkut kemampuan pribadi pelaku
pariwisata baik pemilik destinasi, penguasa venue atau bahkan kemampuan pribadi
pramuwisata dan pandu wisata. Bisnis pariwisata bukan bisnis personal, namun bisnis
yang dijalankan secara berkelompok sehingga keterampilan komunikasi kelompok
menjadi penting. Hal-hal lain yang penting pula dalam kajian ini seperti penyelenggaraan
event, dinamika kelompok, kemampuan bertutur, penguasaan sejarah destinasi, dan venue
wisata.
g) Komunikasi Online Pariwisata
Media online menjadi kajian tersendiri di dalam komunikasi pariwisata, karena itu media
online tidak saja dapat digunakan untuk berbagai kepentingan di dalam dunia pariwisata.
Ada lima kemampuan media online saat ini, yaitu kemampuan menyimpan (upload)
informasi, kemampuan mengolah informasi, kemampuan mengeluarkan informasi
(download), menyebarkan komunikasi dan kemampuan mengkronstruksi citra informasi.
Jadi kelima-lima kemampuan media online ini dikaji di dalam penerapannya di dalam
komunikasi pariwisata. Di dalam kajian ini pula dibincangkan tenteng media baru (new
media), media online baru (new media online), diverifikasi media, media metafora, dan
semiotika media serta media virtual yang dapat diaplikasikan ke dalam komunikasi
pariwisata.

5
2.2. Peluang Usaha yang Potensial di Objek Wisata Danau Linting
Ada banyak sekali peluang usaha yang cukup potensial yang dijalankan di kawasan
Objek Wisata Danau Linting, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Usaha Kuliner
Berkunjung ke tempat wisata Danau Linting tentu saja akan menghabiskan waktu
yang cukup banyak. Banyaknya kegiatan yang dapat dilakukan ketika berlibur di
Danau Linting seperti bermain air, berenang, berselancar dan lain sebagainya
membutuhkan banyak tenaga dan waktu. Dengan melihat peluang tersebut, maka
menjalankan bisnis kuliner seperti membuka rumah makan atau restoran
merupakan pilihan yang tepat. Karena pasti akan banyak disinggahi oleh para
wisatawan.
b. Toilet dan Kamar Mandi
Seorang wisatawan yang melakukan aktivitas di Danau Lintng seperti berenang,
bermain air, dan selancar pasti membutuhkan toilet dan kamar mandi. Oleh
karena itu, peluang bisnis wisata Danau Linting yang satu ini cukup menjanjikan,
Membuka jasa sewa toilet dan kamar mandi akan sangat laris dan ramai. Dengan
begitu, Anda akan lebih mudah untuk memperoleh pendapatan tinggi, apalagi saat
banyak pengunjung di musim liburan.
c. Usaha Tempat Parkir
Minimnya lahan parkir yang ada di daerah objek wisata membuat bisnis tempat
parkir kendaraan menjadi salah satu bisnis sampingan yang potensial. Jenis bisnis
yang satu ini sangat cocok bagi para penduduk yang memiliki lahan kosong untuk
dijadikan sebagai tempat parkir.
d. Usaha sewa tenda dan perlengkapan berkemah
Bagi para wisatawan yang belum puas menikmati pesona Danau Linting di siang
hari, biasanya mereka akan melanjutkan untuk bermalam di Danau Linting. Hal
ini tentu saja dapat dijadikan sebagai peluang bisnis wisata Danau Linting yang
cukup menjanjikan. Untuk menjalankan bisnis ini, harus menyediakan berbagai
jenis tenda dan perlengkapan pendukung lainnya untuk berkemah. Tenda yang
Anda sediakan tidak perlu mewah, yang penting adalah nyaman digunakan oleh
setiap wisatawan yang menyewanya.

6
e. Bisnis Sewa Tikar dan Pakaian Untuk Mandi
Para wisatawan yang berkunjung ke Danau Linting biasanya membawa keluarga
besarnya. Jumlahnya pun biasanya mencapai 8 hingga 10 orang. Hal ini
merupakan salah satu peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan. Selain itu
biasanya wisatawan yang berkunjung ke Danau Linting akan mandi di sana, dan
jarang diantara wisatwan yang membawa pakaian untuk mandi, sehingga usaha
sewa pakaian ganti sangat menjanjikan.

2.2.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Objek Wisata Danau Linting

Dalam proses komunikasi Pariwisata atau pengembangan objek wisata tentunya tidak
berjalan dengan baik. Artinya harus ada faktor- faktor pendukung agar kemajuan objek
pariwisata dapat berhasil dengan baik. Faktor- faktor pendukung itu meliputi eksternal dan
internalnya. Selain faktor pendukung, tentunya pada prosesnya pasti ada hambatan- hambatan
yang mempengaruhi objek wisata, baik hambatan eksternal ataupun internal. Berikut adalah
penjelasan terkait dengan faktor pendukung dan penghambat pengembangan objek wisata
danau linting.

Adapun faktor pendukung pengembangan objek Wisata Danau Linting yaitu faktor
keindahan alam yang sangat indah sehingga menjadikan para wisatawan selalu ingin
berkunjung ke Objek Wisata Danau Linting ini. Faktor keindahan alam ini menjadi daya tarik
yang sangat dominan terhadap kunjungan wisatawan. Sedangkan air danau yang panas dan
juga dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit kulit juga menjadi faktor pendukung
tinykat wisatawan berkunjung ke Danau Linting. Kedalaman Danau Linting yang hingga saat
ini belum mampu diukur, bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi justru menjadi faktor
pendukung daya tarik wisatawan berkunjung ke Danau Linting.

Selain itu Goa Kekelengen yang berjarak tidak jauh dari Objek Wisata Danau Linting
ini juga menjadi faktor pendukung meningkatnya kunjungan wisatawan ke objek wisata
Danau linting. Goa yang cukup unik yang didalamnya terdapat emas dan perak menjadikan
tujuan utama dari pengunjung untuk terapi kesehatan kulit. Selain itu di Danau Linting juga
mampu menghilangkan stress dan untuk mencari suasana baru, selain dilengkapi dengan
fasilitas yang memadai pengunjung juga akan di sambut oleh masyarakat Desa Danau Linting
dengan ramah tamah. Karena Komunitas Objek Wisata Danau Linting telah melakukan
pelatihan ke masyarakat dan para pedagang agar menerapkan prinsip sikap ramah tamah ke
pengunjung. Sehingga pengunjung objek wisata akan merasa nyaman. Petugas pengelola

7
objek wisata Danau Linting sangat memprihatinkan kebesihan lingkungan sekitar Danau
Linting serta pengunjung juga diperingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan
dan lebih diperhatikan lagi keamanan bagi pengunjung setelah kejadian beberapa bulan lalu
bahwa ada pengunjung yang tenggelam.

Selanjutnya adalah faktor penghambat pengembangan Objek Wisata Danau Linting


diantaranya yaitu, salah satu faktor penghambat pengembangan objek wisata adalah bahwa
masyarakat yang berjualan relative sulit untuk diarahkan, karena dahulunya objek wisata ini
belum dikelola oleh Pemerintah jadi pada pedagang sebebas- bebas nya mendirikan warung
dimana pun mereka inginkan. Namun saat ini objek wisata ini sudah diambil alih oleh
Pemerintah Deli Serdang, sehingga pemerintah mengalami kesulitan untuk menertibkan
warung- warung yang dianggap merusak keindahan objek wisata tersebut. Pemerintah harus
melakukan pendekatan dan pemahaman yang baik agar masyarakat dapat menerima dengan
baik untuk Objek Wisata yang lebih baik lagi.

Selain itu hambatan yang memperngaruhi pengembangan objek wisata Danau Linting
yaitu, kesadaran pengunjung untuk menjaga lingkungan objek wisata. Padahal setiap titik
sudah disediakan fasilitas tong sampah, tetapi pengunjung tidak membuang sampah pada
tempatnya. Banyaknya sampah bertebaran di sekiar Danau Linting menjadikan keindahan
Danau linting tercemar. Padahal objek wisata yang baik itu ketika kebersihannya terjaga.
Selain kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan , para wisatawan juga sukar untuk
dibimbing, faktanya sudah dipasang papan pengumuman bahwasanya kedalaman danau
belum mampu untuk diukur, sehingga wisatawan dilarang untuk berenang ke tengah danau.
Tetapi wisatawan banyak yang memilih untuk melanggar aturan tersebut, sehingga
wisatawan menjadi korban tenggelam di danau Linting.

2.3 Perencanaan Komunikasi

Perencanaan yang baik akan menentukan hasil yang optimal, terlebih perencanaan
komunikasi. Menurut Robin Mehell perencanaan komunikasi adalah sebuah dokumen yang
tertulis yang menggambarkan tentang apa yang harus dilakukan yang berhubungan dengan
komunikasi itu ditujukan dengan komunikasi dalam pencapaian tujuan, dengan cara apa yang
dapat dilakukan hingga tujuan tersebut dapat dicapai, dan kepada siapa program komunkasi
itu ditujukan, dengan (evaluasi) hasil- hasil dari program yang direncakan tersebut.

8
2.4 Pembahasan

Objek Wisata di kawasan di Desa Sibunga- bunga hilir yang telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat sebagai akibat dilakukannya pengembangan dalam
kawasan tersebut adalah objek wisata danau linting yang saat ini menjadi destinasi wisata
unggulan yang dimiliki oleh Desa Sibunga- bunga Hilir dan merupakan salah satu objek
wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan sepanjang tahun 2018- 2019 di
kabupaten Deli Serdang. Objek wisata danau linting memiliki beberapa unit pengelola
yang memiliki peran untuk mengelola dan melayani wisatawan serta fungsinya untuk
mendukung keberlangsungan kegiatan kepariwisatawan di dalam objek Wisata Danau
Linting.

Unit- unti tersebut diantaranya berupa unit loket yang bertanggungjawab untuk
penyediaan dan penjualan tiket masuk objek wisata, unit prasarana yang
bertanggungjawab untuk pemeliharaan seluruh fasilitas didalam objek wisata, unit rumah
makan bertugas untuk mengelola warung makan didalam objek wisata, unit musik
bertanggung jawab atraksi wisata berupa hiburan musi, unit kebersihan yang berfungsi
untuk menjaga kebersihan seluruh lingkungan objek wisata dan unit keamanan seluruh
kegiatan kepariwisataan didalam objek wisata Danau Linting.

Tingkat kunjungan wisatawan mempengaruhi jumlah pendapatan yang mampu


dihasilkan oleh suatu objek wisata. Menikatnya jumlah kunjungan wisatawan belum tentu
akan dapat meingkatkan pula jumlah pendapatan bagi objek wisata itu sendiri hal ini
terjadi dapat dilihat dari selisih angka kenaikan dari tahun berikutnya apakah cukup
signifikan atau tidak, apabila angka tersebut menunjukkan kenaikan yang cukup
signifikan maka sudah pasti hasil jumlah pendapatan yang didapatkan dari tahun ke tahun
tentu akan semakin meningkat. Berlaku juga sebaliknya apabila selisih angka kenaikan
kunjungan wisatawan tidak terlalu besar maka jumlah pendapatan dari tahun ke tahun
tentunya akan mengalami kecendrungan seimbang bahkan penurunan terlepas dari
berbagai faktor internal didalamnya yang mempengaruhiya.

Perkembangan yang telah dialami oleh objek wisata Danau Linting sebagai hasil dari
pengembangan pariwisata dalam kawasan tersebut tidak hanya cukup dirasakan
manfaatnya bagi beberapa kelompok atau golongan saja namun seluruh lapisan

9
masyarakat juga ikut merasakan dampak positif dari adanya kegiatan pengembangan
objek wisata yang ada di daerah mereka. Karena semakin berkembangnya objek wisata
yang ditandai dengan banyaknya kunjungan wisatawan dan pendapatan yang mampu
dihasilkan oleh objek wisata tersebut juga akan mendorong manfaat positif yakni
mendorong kemajuan ekonomi masyarakat pelaku wisata sehingga apa yang menjadi
tujuan utama pengembangan objek wisata yakni meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat lokal dapat terpenuhi.

Semakin meningktnya kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana dan kualitas


pelayanan di dalam objek wisata Danau Linting inilah yang menjadi salah satu alasan lain
dibalik semakin banyaknya wisatawan yang datang untuk berwisata didalam kawasan
wisata ini terlepas dari daya tarik utamanya yakni keindahan Danau Linting yang
ditunjang dengan pesona alamnya yang sangat sejuk dan dan menarik sehingga
menjadikan objek Wisata Danau Linting menjadi unggulan di kabupaten Deli Serdang
Sumatera Utara.

Tanpa keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat lokal secara langsung dalam


kegiatan pengembangan pariwisata pada suatu daerah yang didalamnya terdapat sumber
daya potensial untuk dikembangkan, dirasa akan sulit bagi objek wisata tersebut untuk
berkembang. Dengan keiikutsertaan dan keterlibatan masyarakat sekitar untuk terlibat
langsung dalam seluruh kegiatan kepariwisataan didalam objek wisata tersebut selain
berperan untuk memajukan objek wisata itu sendiri, masyarakat sekitarlah yang nantinya
juga akan ikut merasakan langsung hasil yang diproleh dari keberhasilan objek wisata
Danau Linting.

Dengan semakin meningkatnya perkembangan objek wisata Danau Linting dan


semakin banyak nya pengunjung yang datang dari berbagai daerah diharapkan dengan
habitus yang dimiliki oleh masyarakat Sibunga- bunga Hilir ini dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin agar mampu untuk bertahan dalam mendapatkan modal (modal
ekonomi, modal sosial budaya dan modal simbolik) untuk kemudian mempertahankan
dan mengembangkannya didalam ranah yang dimilikinya untuk mencapai kesejahteraan
dan kualitas kehidupan yang lebih baik.

Habitus masyarakat Desa Sibunga- bunga Hilir terbentuk seiring dengan kegiatan
pengembangan Objek Wisata Danau Linting hal ini terlihat dari sebagian masyarakat
Desa Sibunga- bunga Hilir yang belum memiliki mata pencaharian yang tetap memilih

10
untuk menjadi pedagang makanan didalam objek Wisata Danau Linting. Sementara itu
seiring dengan perkembangan Objek Wisata Danau Linting yang ditandai dengan
semakin meningkatnya kualitas pengelolaan dan pelayanan yang berpengaruh langsung
terhadap meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan Objek Wisata Danau Linting, telah
menjadikan masyarakat Sibunga- bunga Hilir yang sebelumnya telah memiliki mata
pencaharian utama sebagai petani membentuk habitus baru.

Oleh karenanya seiring dengan momen prkatik pengembangan objek wisata di


lingkungan mereka, petani di Desa Gunung Meriah yang membentuk habitus baru mereka
terlihat dari keikutsertaan mereka untuk berpartisipasi dalam bidang pariwisata dengan
berdagang makanan dan minuman di kawasan Objek Wisata Danau Linting setiap akhir
pekan selain untuk menambah penghasilan mereka lakukan juga untuk mendukung
kegiatan kepariwisataan dilingkungan mereka.

Keterlibatan masyarakat Desa Sibunga- Bunga Hilir dalam kegiatan kepariwisataan


dilingkungan mereka baik itu sebagai pedagang, pengelola lahan parkir dan yang
membuka usaha penginapan merupakan suatu bentuk keputusan yang telah mereka pilih
untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung kegiatan pengembangan kepariwisataan
didaerah mereka sekaligus sebagai bentuk dukungan mereka untuk keberlangsungan
kegiatan kepariwisataan didalam obyek wisata Danau Linting yang berada disekitar
mereka tinggal. Keputusan yang telah diambil oleh masyarakat Desa Sibunga- bunga
Hilir untuk ikut terlibat dalam kegiatan pengembangan kepariwisataan didalam kawasan
mereka juga akan membentuk suatu habitus baru yang dapat mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat mereka. Membuka usaha berdagang didalam kawasan yang menjadi
daerah tujuan wisata merupakan habitus yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang
tempat tinggal mereka berada dekat dengan Obyek Wisata Danau Linting, keputusan
untuk memilih berdagang merupakan pilihan yang dilakukan oleh penduduk sekitar
sebagai bentuk dampak dari keberadaan obyek wisata yang saat ini mulai banyak dikenal
dan dikunjungi oleh banyak wisatawan yang berasal dari berbagi daerah.

Selain menjadi sumber modal mereka, perkembangan yang terjadi dalam Obyek
Wisata Danau Linting ini juga telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di
Desa Sibunga- Bunga Hilir. Kegiatan pengembangan yang dilakukan didalam Obyek
Wisata Danau Linting juga telah mulai merubah cara hidup masyarakat Desa Sibunga-
bunga Hilir terutama dalam bidang perekonomian mereka. Banyak masyarakat yang

11
berasal dari Desa Sibunga- Bunga Hilir yang awalnya belum memiliki pekerjaan yang
tetap, kini seiring dengan perkembangan obyek wisata tersebut, mereka memilih untuk
berdagang disekitar obyek wisata Danau Linting dan menjadikan usaha dagang merkea
didalam kawasan tersebut sebagai mata pencaharian tetap mereka.

Habitus baru yang telah masyarakat Desa Sibunga- Bunga Hilir ciptakan seiring
dengan perkembangan yang terjadi pada Obyek Wisata Danau Linting juga didukung
oleh modal-modal yang dimiliki oleh masyarakat Desa Sibunga- Bunga Hilir. Modal
modal tersebut diantaranya adalah modal ekonomi, berupa mata pencaharian atau
berbagai jenis usaha yang mereka miliki; modal sosial, berupa jaringan atau relasi yang
terjalin antar individu atau kelompok dalam masyarakat; modal budaya, berupa sikap
sopan dan santun sesama warga masyarakat serta penggunaan tata bahasa yang benar dan
santun; modal simbolik, berupa simbolik material diantaranya adalah lahan berupa sawah,
ladang atau perkebunan, rumah, kendaraan dan berbagai jenis usaha, sedangkan simbolik
gelar berupa jabatan sebagai kepala desa, kepala dusun, ketua RW, ketua RT dan berbagai
jenis simbol tak kasat mata lainnya.

Berbagai dimensi yang muncul dalam kegiatan pengembangan Obyek Wisata Danau
Linting yang juga berpengaruh langsung terhadap perkembangan Obyek Wisata Danau
Linting diantaranya adalah dimensi pendukung berupa, obyek wisata ini memiliki potensi
alam yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yakni berupa air danau yang sumber mata
air nya berasal dari air tanah dan ditunjang dengan lingkungan alam didalam obyek
wisata yang sejuk dan alami serta didukung dengan berbagai fasilitas yang telah
disediakan oleh pihak pengelola obyek wisata Danau Linting diantaranya berupa fasilitas
kolam renang, ruang pertemuan, Mushola dan sebagainya; Aksesibilitas yang mudah
dijangkau oleh wisatawan karena memiliki dua jalur utama yakni dengan melalui jalan
atas yang memiliki kontur jalan yang cukup tinggi dan menanjak, sedangkan jalan bawah
adalah jalur datar yang dapat diakses oleh wisatawan dengan cukup mudah.

Sedangkan dimensi yang menghambat dalam pengembangan Obyek Wisata Danau


Linting adalah masih minimnya gerakan pemerintah dalam memberikan pendampingan
dan pelatihan untuk masyarakat dalam menghasilkan produk atau olahan khas dari Desa
Sibunga- Bunga Hilir Sedangkan hambatan dilihat dari masyarakat adalah masih
minimnya kesadararan dan keterlibatan masyarakat untuk ikut terlibat didalam kegiatan
pengembangan Obyek Wisata Danau Linting. Hambatan lainnya adalah masih belum

12
adanya kerajinan lokal yang menjadi oleh-oleh khas yang dapat dibeli dan dibawa pulang
oleh wisatawan saat mengunjungi Obyek Wisata Danau Linting.

Pengembangan Obyek Wisata Danau Linting juga memunculkan berbagai dampak


sebagai akibat dari adanya kegiatan pengembangan pariwisata didalam kawasan Obyek
Wisata Danau Linting. Berbagai dampak yang dimunculkan dalam kegiatan
pengembangan Obyek Wisata Danau Linting secara garis besar telah dibedakan menjadi
tiga yakni dampak ekonomi, dampak sosial budaya dan dampak lingkungan. Dampak
ekonomi berupa, membuka lapangan pekerjaan yang baru bagi sebagian besar masyrakat
Desa Sibunga- Bunga Hilir yang belum memiliki mata pencaharian yang tetap dan telah
memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat Desa Sibunga- Bunga Hilir yang ikut
berpartisipasi dengan menjadi pedagang di Obyek Wisata Danau Linting ; Dampak sosial
budaya berupa, terbentuknya berbagai organisasi dalam bidang pariwisata seperti
POKDARWIS dan Kelompok Pedagang yang seluruh kegiatannya berorientasi untuk
pengembangan dan kemajuan Obyek Wisata Danau Linting; Sedangkan dampak
lingkungan dari kegiatan pengembangan Obyek Wisata Danau Linting adalah dapat
menumbuhkan rasa untuk lebih mencintai potensi sumber daya yang ada di lingkungan
Desa Sibunga- Bunga Hilir dan memanfaatkannya secara bijak guna meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup seluruh masyarakat di Desa Sibunga- Bunga Hilir.

Minimnya pendampingan serta pelatihan yang seharusnya dilakukan oleh berbagai


pihak terkait didalam kawasan yang menjadi daerah tujuan wisata lah yang menjadikan
masyarakat lokal hingga saat ini belum menyadari adanya kesempatan yang dapat mereka
lakukan untuk menjadikan hidup mereka berubah menjadi jauh lebih baik dengan adanya
perkembangan kepariwisataan dikawasan mereka bertempat tinggal. Masyarakat yang
berada didalam kawasan yang telah menjadi daerah tujuan wisata biasanya akan ikut
terlibat secara langsung dalam membangun serta mengembangkan seluruh aspek
pariwisata yang ada dikawasan mereka. Hal ini sering kali terjadi karena biasanya
masyarakat lokal biasanya akan merawat dan mengelola sendiri potensi wisata apa yang
ada didaerah mereka sehingga menjadi daerah unjungi oleh banyak wisatawan.

Hasil penemuan ini secara teoritis mendukung Teori Praktik Soial dari Bourdieu.
Dimana masyarakat Desa Sibunga- Bunga Hilir memiliki Habitus dan Modal yang dapat
dimanfaatkan dalam ranah pertarungan dan perjuangan di Desa Sibunga- Bunga Hilir
untuk kemudian menghasilkan praktik-praktik yang dapat mendukung kegiatan

13
pengembangan kepariwisataan didaerah mereka serta meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat lokal yang hidup dikawasan yang menjadi daerah tujuan wisata. Tanpa
keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat lokal secara langsung dalam kegiatan
pengembangan pariwisata pada suatu daerah yang didalamnya terdapat sumber daya
potensial untuk dikembangkan, dirasa akan cukup sulit bagi obyek wisata tersebut untuk
berkembang.

Dengan keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat sekitar untuk terlibat langsung


dalam seluruh kegiatan kepariwisataan didalam obyek wisata tersebut selain berperan
untuk dapat memajukan obyek wisata itu sendiri, masyarakat sekitarlah yang nantinya
juga akan ikut merasakan langsung hasil yang diperoleh dari keberhasilan pengembangan
Obyek Wisata Danau Linting yang berada didaerah mereka. Pengembangan Obyek
Wisata Danau Linting yang dilakukan secara fisik yakni dengan menambahkan dan
memperbaiki beberapa fasilitas dan prasarana yang menunjang kegiatan kepariwisataan di
Obyek Wisata Danau Linting Sedangkan pengembangan non-fisik yang dilakukan adalah
dengan membentuk beberapa unit diantaranya adalah unit loket, prasarana, kebersihan,
musik, keamanan dan warung makan yang seluruhnya memiliki peran dan tanggung
jawab untuk mengelola keberlangsungan aktifitas obyek dan memberikan pelayanan
kepada wisatawan yang mengunjungi Obyek Wisata Danau Linting Pengembangan
Obyek Wisata Danau Linting menghadapi berbagai hambatan. Hambatan hambatan
tersebut antara lain:

a. Belum adanya produk olahan atau kerajinan yang menjadi ciri khas dari Obyek
Wisata Danau Linting

b. Kurangnya pendampingan dan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat lokal


sehingga kreativitas Sumber Daya Manusia di Desa Sibunga- Bunga Hilir belum
maksimal.

Keberhasilan kegiatan pengembangan dalam sektor pariwisata terutama yang


dilakukan di dalam kawasan yang di dalamnya memiliki aset berupa destinasi wisata yang
sangat berpotensi untuk dikembangkan tidak terlepas dari peran kelembagaan yang
terdapat didalam kawasan itu sendiri. Kelembagaan yang terdapat di dalam kawasan
tersebut memiliki kewenangan untuk merencanakan dan mengawasi seluruh kegiatan
yang berhubungan dengan kepariwisataan didalam kawasan obyek wisata tersebut, selain
itu kelembagaan tersebut juga bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan serta

14
keberlangsungan obyek wisata itu sendiri. Hal tersebut juga berlaku dalam kegiatan
pengembangan Obyek Wisata Danau Linting yang berada didalam Kawasan

BAB III

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Potensi Obyek Wisata Danau Linting meliputi air yang sangat biru dan hangat
dengan pepohonan yang rindang dan didukung lingkungan obyek wisata yang hijau dan
bersih sehingga terlihat sangat alami. Fasilitas dan prasarana yang menunjang kegiatan
kepariwisataan di Obyek Wisata Danau Linting meliputi kolam renang, gedung tempat
pertemuan, sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur tracking, warung makan,
penginapan, memiliki dua jalur utama untuk menuju obyek wisata yang sudah dilengkapi
dengan loket untuk tempat penjualan tiket dan fasilitas lahan parkir untuk wisatawan.

Strategi yang dilakukan dalam mengembangkan Obyek Wisata Danau Linting adalah
dengan membuat kebijakan-kebijakan yang telah direncanakan oleh kordinator objek
wisata Danau Linting dan didukung oleh Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah serta para
pelaku wisata di kawasan tersebut. Kebijakan yang telah dibentuk antara lain: (1) Pelaku
wisata diantaranya adalah pedagang, pengelola lahan parkir dan karyawan Obyek Wisata
Danau Linting hanya boleh masyarakat yang berasal dari Desa Sibunga- Bunga dan
sekitarnya. (2) Promosi kawasan ObyekWisata Danau Linting.

Pengembangan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan kordinatorlapangan


mendapatkan berbagai tanggapan dari para pelaku wisata di kawasan Obyek Danau
Linting Pelaku wisata di kawasan Obyek Wisata Danau Linting tersebut adalah pedagang

15
makanan, pemilik penginapan dan pengelola lahan parkir yang menganggap bahwa
pengembangan yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini
dikarenakan wisatawan yang mengunjungi obyek wisata sudah semakin ramai dan Obyek
Wisata Danau Linting sendiri sudah semakin dikenal.

Tanggapan lain juga muncul dari kalangan wisatawan yang menganggap bahwa
pengembangan di Obyek Wisata Danau Linting sudah lebih baik dari yang dulu terbukti
dari semakin lengkapnya fasilitas dan prasarana, pelayanan yang semakin baik dan
semakin banyaknya pedagang makanan di kawasan Obyek Wisata Danau Linting.
Pengembangan Obyek Wisata Danau Linting yang dilakukan oleh Kordinator lapangan
secara fisik yakni dengan menambahkan dan memperbaiki beberapa fasilitas dan
prasarana yang menunjang kegiatan kepariwisataan di Obyek Wisata Danau Linting.
Sedangkan pengembangan non-fisik yang dilakukan adalah dengan membentuk beberapa
unit diantaranya adalah unit loket, prasarana, kebersihan, musik, keamanan dan warung
makan yang seluruhnya memiliki peran dan tanggung jawab untuk mengelola
keberlangsungan aktifitas obyek dan memberikan pelayanan kepada wisatawan yang
mengunjungi Obyek Wisata Danau Linting.

16
Daftar Pustaka

Argyo. 2014. Habitus Pengembangan Pariwisata Konsep dan Aplikasi. Surakarta : UNS Press
Demartoto, Argyo. Penyunting. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat.
Surakarta : UNS

Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik : Dari Comte Hingga Parsons. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta :
Kencana Prenada Media Demartoto,

Faisal, Sanapiah. 2010. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta : Rajawali Pers

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta : Penerbit Erlangga

Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta : Referensi Jenkins,
Richard. 2013. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta : Kreasi Wacana

Rosyid, Ibnu. 2016.Perencanaan Komunikasi City Brabd Kota Semarang. Surakarta

Jurnal Komunikasi, 2016. Volume 10 Nomor 2, Perencanaan Komunikasi Pemerintah


Palembang dalam Kampanye Program Palembang EMAS (Elok, Madani, Aman, Sejahtera)

17
Nawawi, Hadari. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press

Press Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar. 2013. “Buku Profil Data
Kepariwisataan Kabupaten Karanganyar Tahun 2013”

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya

Paramitha Prof. Dr. I Gede Pitana. dan Ir. Putu G. Gayatri M.Di. 2005. Sosiologi Pariwisata.
Yogyakarta : ANDI Soemanto, RB. 2010. Sosiologi Pariwisata. Jakarta : Universitas Jakarta

Sutinah. Penyunting. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana Jurnal Andika, G
Very. 2015. Skripsi : “Strategi Pengembangan Obyek Wisata Umbul Ponggok sebagai Daya
Tarik Wisata di Desa Ponggol Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten Jawa Tengah

file:///C:/Users/hp/Downloads/11194-20512-1-PB.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai