M. RUSDI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor penyebab terjadinya dinamika sosial,
interaksi antara masyarakat dengan npengunjung sehingga terjadi dinamika sosial, dan
dampak positif dan negatif dari pengunjung terhadap masyarakat di sekitar bukit Karampuang
Desa Barugae. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif
melalui tahap reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika
sosial di sekitar bukit Karampuang adalah; Pertama, Pertambahan jumlah penduduk. Kedua,
munculnya kesadaran individu. Ketiga, kesenjangan ekonomi. Pola interaksi masyarakat
dengan pengunjung di sekitar bukit Karampuang, terjadi dalam bentuk tukar menukar
kepentingan, yakni dengan adanya berbagai macam kebutuhan yang disediakan oleh
masyarakat sekitar untuk pengunjung, jasa menjaga dan membersihkan lokasi, menjadi
pemandu lokal bagi pengunjung. Segala jenis usaha tersebut menjadi media sosial dalam
melakukan interaksi antara masyarakat sekitar dengan pengunjung. (3) Gambaran dinamika
sosial, melahirkan dampak positif dan negatif. Dampak positif sangat tampak terlihat sebagai
tempat untuk melakukan produksi sosial-ekonomi. Sedangkan dampak negatif, dimana
interaksi sosial yang terjadi di sekitar bukit Karampuang telah melahirkan berbagai bentuk
baik pola pikir maupun pola perilaku.
Karampuang hill is one of the places to perform tomb pilgrimage which is considered
sacred by the local people and also it has social function as tourism object. The arrival of
visitors from outside the village has brought influence on social life of the people in Barugae
Village.
The research aimed to discover (i) the factors which cause the social dynamics, (ii) the
interaction between the people and the visitors for the occurrence of social dinamics, (iii) the
positive and negative impacts from the visitors on the people around Karampuang Hill in
Barugae. The research was qualitative research by employing observation, interview, and
documentation technique in collecting the data. The data were analyzed descriptively through
several stages, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing.
The results of the research revealed that (1) the factors which cause social dynamics to
the people around Karampuang hill were first, the increase of the population; second, the
emergence of individual; third, economic discrepancies, (2) the interaction patterns of the
people with the visitors around Karampuang hill were in forms of exchange of interest by
various needs provided by the people for visitors. The servive of keeping and cleaning the
location, as local guide for the fisitors. Those various businesses were social median in doing
the interaction between the people around Karampuang hill and the visitors, (3) the socio
dynamics description brought positive and negative impacts. The positive impact was seen as
the place to do socioeconomic production; whereas, the negative impact was the social
interaction occurred around Karampuang hill created various forms of mindsets and pattern
of behaviors.
perang antarnegara dapat menyebabkan kontak ini tidak bisa dibatasi oleh kekuatan
dinamika sosial, karena pihak yang apapun apalagi ditunjang dengan adanya
menang biasanya akan memaksakan sarana pendukung yang memungkinkan
ideology dan kebudayaannya kepada pihak mobilitas masyarakat. Menurut Mahangga
yang kalah. (Firdaus 2015:27) mengatakan kontak
Ketiga, adanya pengaruh yang paling mungkin terjadi adalah kontak
kebudayaan masyarakat lain. Interaksi antara masyarakat sekitar dengan
antara kebudayaan dapat diterima tanpa pengunjung baik wisatawan maupun
paksaan, maka disebut demonstration peziarah makam. Masyarakat sekitar
effect. berperan sebagai penyedia jasa kebutuhan
pengunjung.
2. Bukit Karampuang
Bukit Karampuang adalah salah satu 3. Interaksi Sosial
tempat wisata alam dan tempat ziarah Manusia sebagai mahluk sosial
makam Syekh Abdullah yang terdapat di selalu berhubungan dengan orang lain.
Desa Barugae kabupaten Bulukumba yang Dalam bergaul, berbicara, bersalaman,
banyak di kunjungi oleh masyarakat. bahkan bertentangan sekalipun
Menurut Hasanuddin (2007:22) memerlukan orang lain. Interaksi sosial
bukit Karampuang sebagai wisata alam. merupakan ciri khas kehidupan
Sebab panorama yang melingkari kaki bermasyarakat. Artinya kehidupan
bukit cukup menyajikan suatu bermasyarakat akan kelihatan nyata dalam
pemandangan eksotis ketika berada di berbagai bentuk pergaulan seseorang
puncak bukit. dengan orang lain. Contoh: keramaian di
Situs di puncak bukit Karampuang pasar, buruh pabrik maupun di tempat
ditandai dengan adanya bangunan wisata.
sederhana yang terbuat dari konstruksi Interaksi sosial terjadi apabila satu
kayu yang dipercaya oleh masyarakat individu melakukan tindakan sehingga
sebagai makam Syekh Abdullah. menimbulkan reaksi bagi individu-individu
Aktifitas ziarah dan ritual di lain.. Interaksi sosial akan menyebabkan
makam tersebut ditandai dengan kegiatan hidup seseorang semakin
banyaknya simpul plastik yang diikatkan bervariasi dan kompleks. Jalinan interaksi
pada dinding menunjukan banyaknya nazar yang terjadi antara individu dan individu,
yang diucapkan oleh peziarah yang datang individu dan kelompok, serta kelompok
membuat simpul, yang kemudian baru dan kelompok sangat bersifat dinamis dan
dibuka kembali ketika cita-cita atau mempunyai pola tertentu yang membentuk
keinginan mereka telah terpenuhi. Tak suatu kehidupan bermasyarakat.
jarang pula, aktifitas pembukaan simpul Teori yang digunakan dalam
plastik diiringi dengan acara selamatan mengkaji dinamika sosial di sekitar bukit
dengan memotong hewan peliharaan Karampuang Desa Barugae adalah teori
seperti ayam, kambing, sapi ataupun interaksi sosial yang di kemukakan oleh
kerbau. George Simmel.
Bukit Karampuan di Desa Barugae George Simmel memusatkan
bersifat terbuka, hal ini berarti tempat perhatiannya pada dunia nyata yang terdiri
tersebut bisa di akses dan dinikmati oleh dari peristiwa, tindakan, dan interaksi.
siapapun yang ingin berwisata dan ziarah Simmel menjelaskan bahwa salah satu
makam. Dengan demikian tidak tertutup perhatian utamanya ialah interaksi
kemungkinan akan terjadi “kontak” antara (asosiasi-asosiasi) di kalangan aktor-aktor
aktifitas kepariwisataan, ziarah makam yang dasar dan maksud Simmel ialah
dengan aktifitas masyarakat sekitar melihat sederetan luas interaksi yang
kawasan bukit Karampuang. Kontak- mungkin tampak sepele pada suatu ketika
tetapi sangat penting pada saat lainnya
4
digunakan apabila sampel yang dipilih di luar kota. Sesekali mereka kembali ke
secara khusus berdasarkan tujuan kampung halaman dan melakukan
penelitian dengan persyaratan tertentu. kunjungan di bukit Karampuang melepas
4. Instrumen Penelitian nasar, melakukan ritual, berwisata dan
a. Panduan observasi lapangan melakukan interaksi sosial dengan
b. Panduan wawancara, dan keluarga atau masyarakat tanpa melupakan
c. Kamera digital pengalaman, pengetahuan dan budaya
5. Jenis dan Sumber Data yang diperoleh diperantauan dan
Jenis dan sumber data dalam diceritakan kepada masyarakat.
penelitian ini adalah data primer yang Kedua, Munculnya kesadaran
diperoleh dengan menggunakan metode individu terhadap masyarakat sekitar bukit
wawancara dan data sekunder yang Karampuang tentang pentingnya ilmu
diperoleh dari hasil observasi, catatan pengetahuan. Kadar dan arah dinamika
lapangan, pengkajian bahan pustaka sosial suatu masyarakat banyak
berupa buku-buku, jurnal, artikel, maupun dipengaruhi oleh kebutuhan dan kesadaran
foto-foto yang relevan dengan kajian masyarakat itu sendiri. Maka proses
penelitian. interaksi antara pengunjung dengan
6. Teknik Pengumpulan Data masyarakat setempat semakin muda dan
a. Observasi terbuka. Kesadaran itu pula sebagai bentuk
b. Wawancara proses internalisasi dalam kehidupan
c. Dokumentasi masyarakat, sebagai kesadaran diri pribadi.
7. Teknik Analisis Data Kesadaran seperti ini merupakan cikal
Data yang diperoleh melalui bakal untuk dapat menerima ide-ide dan
berbagai teknik pengumpulan data perkembangan modernisasi dari luar yang
selanjutnya dipilih antara data yang di bawa oleh pengunjung melalui proses
relevan dan yang tidak relevan dengan interaksi. Hal ini sesuai dengan apa yang
fokus penelitian. Adapun tahapan dalam dikemukakan oleh Hagen dalam Farida
analisis data ditempuh dengan langkah- (2010:263) bahwa “pertumbuhan yang
langkah: reduksi data, penyajian data dan menjadi tujuan masyarakat tidak akan
penarikan kesimpulan. terjadi tanpa perkembangan kreatifitas atau
8. Teknik Keabsahan Data penerimaan ide-ide dalam kepribadian.
a. Tringulasi sumber Kepribadian dapat dilihat dari sudut
b. Tringulasi teknik kebutuhan dan ini menjadi dimensi penting
c. Tringulasi waktu dalam kepribadian individu.
Ketiga, terjadinya kesenjangan
ekonomi di sekitar bukit Karampuan yang
HASIL PENELITIAN DAN
mengakibatkan masyarakat melakukan
PEMBAHASAN
aktifitas tambahan untuk menambah
1. Faktor Yang Mendorong Terjadinya penghasilan. Seperti yang dilakukan oleh
Dinamika Sosial beberapa masyarakat yang memanfaatkan
Hasil penelitian ini menunjukkan kedatangan pengunjung dengan menjual
bahwa terjadinya dinamika sosial di sekitar bahan-bahan minuman, makanan ringan
bukit Karampuang disebabkan oleh dan alat-alat ritual untuk menambah mata
beberapa faktor yaitu: pencaharian. Hal ini serupa dengan
Pertama, Pertambahan jumlah pandangan Ramdani (2013:104), bahwa
penduduk di sekitar buki Karampuang kegiatan-kegiatan ekonomi tambahan yang
Desa Barugae dan semakin menyempitnya di lakukan oleh anggota-anggota rumah
lahan pertanian menyebabkan banyak tangga, merupakan sebagian dari strategi
masyarakat meninggalkan kampung adaptasi yang harus ditempuh untuk
halaman untuk mencari lapangan pekerjaan
9
panjang jika dibandingkan dengan produk- tidur, timpa laja, coppo bola. Dan
produk lainnya. Dengan bahasa suatu dapureng (ruang dapur). Kontruksi rumah
bangsa mengemukakan dan menemukan tinggal di desain berdasarkan kebutuhan
seluruh harapan, obsesi/mimpi, kenyataan, setiap keluarga.
kekuatan, maupun protes-protesnya dalam Timpa laja dalam masyarakat Desa
kehidupan, sehingga bahasa menjadi vital Barugae memiliki arsitektur tersendiri
dalam hidup. Bahkan kini menjadi senjata yang di desain berdasarkan stratifikasi
bagi kita karena dapat menentukan bahkan sosial setiap masyarakat. Stratifikasi sosial
menguasai seseorang atau sebuah bangsa, masyarakat Desa Barugae yang dapat
hanya dengan berkomunikasi dengan terlihat dari konstruksi rumah tinggal
bahasa. masyarakat dengan menampakan simbol
Untuk melihat bahasa sebagai alat, tertentu yang ada pada bagian atap rumah.
kita harus mensugesti diri bahwa kita Simbol tersebut didesain berdasarkan latar
melakukan segala hal dengan bahasa. belakang keluarga. Kriteria yang dapat
Bahasa adalah tindakan dan pembimbing dipakai dalam menggolongkan strata sosial
menuju tindakan yang ingin dilakukan. masyarakat desa Barugae, adalah:
Bahasa dalam konteks penggunaan 1. Ukuran Kejayaan, Barang siapa yang
sosialnya dapat secara temporer ditetapkan memiliki kejayaan paling banyak
untuk tujuan praktis. termasuk dalam lapisan atas. Kejayaan
d. Sistem Kesenian tersebut misalnya dalam bentuk rumah
Masyarakat yang mendiami Desa yang bersangkutan, mobil pribadi, cara
Barugae tertata oleh keinginan kolektif berpakaian atau dengan memakai
untuk mendiami suatu pemukiman pakaian mahal.
harmonis dalam hubungan interaksinya. 2. Ukuran Kekuasaan, Barang siapa yang
Pemukiman masyarakat di tempati oleh memiliki kekuasaan atau mempunyai
struktur rumah tinggal yang mencirikan wewenang terbesar, maka ia
arsitektur suku bugis. Rumah tinggal menempati lapisan atas.
masyarakat yang berbahan dasar kayu 3. Ukuran Kehormatan, ukuran
dengan memanfaatkan pohon kayu besar kehormatan dapat dipisahkan dari
sesuai kebutuhan. Kontruksi rumah tinggal ukuran kekuasaan dan kejayaan.
masyarakat Desa Barugae adalah rumah Orang-orang yang paling disegani dan
panggung desain berdasarkan strata sosial dihormati mendapat tempat yang
dan karakter orang bugis Bulukumba paling teratas. Ukuran semacam ini
dengan setiap bagian rumah memiliki dapat dijumpai pada masyarakat
makna sosial tersendiri. tradisional. Biasanya mereka adalah
Makna sosial dalam gologan orang tua atau orang yang
interaksionalisme simbolik memiliki 3 pernah berjasa.
premis utama; 1) manusia bertindak 4. Ukuran Ilmu Pengetahuan, ilmu
terhadap sesuatu berdasarkan makna- pengetahuan sebagai ukuran dipakai
makna yang ada pada sesuatu itu. 2) makna oleh masyarakat yang menghargai ilmu
itu diperoleh dari hasil interaksi yang pengetahuan. Akan tetapi, ukuran
dilakukan dengan orang lain. 3) makna- tersebut kadang-kadang menyebabkan
makna tersebut kemudian direvisi, diubah terjadinya akibat negatif karena
dan disempurnakan melalui proses ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan
interaksi (Blumer dalam Kuswandi 2015). yang dijadikan ukuran, tetapi gelar
Bagian-bagian rumah masyarakat kesarjanaannya. Dengan demikian
Desa Barugae diantaranya alliri bola (tiang memicu segala macam usaha untuk
rumah), ale bola (badan rumah) yang mendapat gelar walau tidak halal.
terdiri dari beberapa bagian yaitu lego-lego Ukuran-ukuran diatas amat
(teras), ruang tamu, ruang keluarga, kamar menentukan sebagai dasar timbulnya
13
perubahan khususnya dari segi fungsi. terhadap berbagai kebiasaan dan tata
Masyarakat sekitar maupun masyarakat kelakuan yang membentuk etika sosial,
dari luar yang dulunya memaknai bukit berproses melalui kontak dan komunikasi
Karampuang sebagai tempat melakukan sosial, serta terintegrasi dalam sebuah
ritual, akibat dari interaksi sosial proses interaksi sosial. Wawasan dan
masyarakat sekitar bukit Karampuang pengetahuan tersebut masyarakat
dengan pengunjung mengakibatkan bukit menumbuh kembangkan proses sosial
Karampuang dikonstruksi oleh masyarakat secara alamiah dalam sebuah interaksi
menjadi tempat untuk melakukan berbagai sosial yang kondusif di bawah kesadaran
usaha untuk meningkatkan ekonomi ikatan sistem nilai dan norma masyarakat
keluarga. Usaha tersebut dilakoni setempat sehingga tetap tercipta
masyarakat sekitar bukit Karampuang keteraturan dan keseimbangaan
diantaranya; menjual makanan ringan, alat interaksional.
dan bahan yang digunakan untuk Keramaian bukit Karampuang oleh
melakukan ritual, menjadi tukan bersih pengunjung dimanfaatkan masyarakat
lokasi, menjadi pemandu lokal bagi sekitar untuk mendapatkan pendapatan
pengunjung. Semua jenis usaha yang ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan
dilakukan menjadi media sosial dalam keluarga pada khususnya sehingga ibu
melakukan interaksi antara masyarakat rumah tangga yang kebanyakan hanya
sekitar dengan pengunjung Makam atau mengurusi wilayah domestik atau urusan
wisatawan. rumah tangga, sekaran telah keluar untuk
memanfaatkan berbagai potensi baik dari
4. Dampak Kedatangan Pengunjung diri sendiri maupun kondisi lingkungan
Terhadap Masyarakat Sekitar Bukit dengan membuka usaha kecil. Pemuda
Karampuang yang tidak memiliki pekerjaan kini terbuka
Bukit Karampuang sebagai objek ruang untuk menuangkan kreatifitasnya
telah melahirkan sebuah kondisi yang dengan menyediakan berbagai pelayanan
kompleks. Kompleksitas yang ada pada jasa.
bukit Karampuang disebabkan oleh Kedatangan para pengunjung dari
masyarakat sekitar dan pengunjung ketika luar sedikit banyaknya juga membawa
melakukan interaksi. Interaksi sosial yang pengaruh terjadinya kemajuan IPTEK bagi
terjadi antara masyarakat bukit masyarakat di sekitar bukit Karampuang.
Karampuang dengan pengunjung di Salah satu bentuk kemajuan ilmu
bingkai dengan berbagai kepentingan yang pengetahuan dan teknologi yang ada pada
berorientasi pada kepentingan masing- masyarakat sekitar bukit Karampuang
masing. Terbukanya ruang bagi semua yaitu dalam bidang pertanian, perubahan
masyarakat melahirkan dampak baik pengelolaan pertanian dari cara tradisional
positif maupun negatif. Dampak itu lahir kecara yang lebih maju dengan
dari interaksi sosial akan tetapi tetap menggunakan teknologi-teknologi baru,
tercipta sebuah keseimbangan hidup dalam masyarakat yang dulunya dalam membajak
masyarakat khususnya yang ada pada sawah menggunakan sapi sekarang sudah
sekitar bukit Karampuang. menggunakan traktor dan mesin rontok.
Dampak positif sangat tampak Pemahaman tentang teknologi
terlihat sebagaai suatu realitas baru dengan didapatkan melalui interaksi yang terjadi
dijadikannya sekitar bukit Karampuang antara pengunjung yang datang dari daerah
sebagai tempat untuk melakukan produksi lain dengan masyarakat di sekitar bukit
sosial-ekonomi. Dalam dimensi sosial Karampuang, sedangkan interaksi itu
kehadiran para pengunjung di bukit terjadi karena adanya kesamaan profesi
Karampuang mampu memberikan sebagai petani, dari interaksi yang terjalin
wawasaan dan pengetahuan masyarakat kemudian terjadi pertukaran informasi
15
tentang hal-hal yang baru mengenai atau pola budaya masyarakat khususnya
pertanian, dengan demikian kemajuan masyarakat yang menjadi tuan rumah.
IPTEK yang ada pada masyarakat Perubahan kebudayaan yang terjadi
setempat sedikit banyaknya dipengaruhi di Desa Barugae adalah nilai-nilai yang
oleh kedatangan pengunjung yang datang ada pada bukit Karampuang sudah tergeser
dari luar Desa Barugae. menjadi nilai baru dan kompleks
Selain dampak positif yang menyebabkan melemahnya pemahaman
ditimbulkan dari realitas tersebut juga masyarakat terhadap dimensi kebudayaan
melahirkan dampak negatif, dimana lokal. Pergeseran nilai itu terjadi karena
interaksi sosial yang terjadi di sekitar bukit persentuhan pola pikir dan prilaku
Karampuang telah melahirkan berbagai masyarakat sekitar dengan pengunjung.
bentuk pola pikir maupun pola perilaku. Bukit Karampuang yang memiliki nilai
Banyak hal yang dianggap baru oleh sakral sebagai warisan dari nenek moyang
masyarakat sekitar dibawa oleh tergantikan oleh dominasi nilai ekonomi
pengunjung khususnya pemuda ataupun sehingga bukit Karampuang tidak lagi
remaja, mulai dari gaya rambut, cara diposisikan sebagai tempat untuk
berpakaiyan, bahasa dan seterusnya yang melakukan ritual bagi semua masyarakat
cenderung kebarat-baratan kemudian yang mempercayainya, tetapi sekedar
diinternalisasi oleh masyarakat sekitar dan objek ziarah Makam dan wisata yang
dimanifestasikan dalam kehidupan sehari- berorientasi pada pemberdayaan dan profit.
hari, tentunya ini membawa pengaruh yang
buruk bagi masyarakat khususnya generasi
Kesimpulan
muda yang ada di Desa Barugae, dimana
Berdasarkan data-data penelitian
budaya yang cenderung kebarat-baratan
dan pembahasan tentang Dinamika Sosial
sudah mulai di internalisasi oleh sebagian
Masyarakat di Sekitar Bukit Karampuang
masyarakat yang ada di Desa Barugae.
Desa Barugae Kecamatan Bulukumpa
Hal lain yang terjadi pada
Kabupaten Bulukumba dapat disimpulkan
masyarakat Desa Barugae akibat dari
sebagai berikut:
tingginya mobilitas pengunjung yang
1. Faktor yang menyebabkan terjadinya
datang ke bukit Karampuang adalah
dinamika sosial pada masyarakat
terkikisnya budaya lokal yang ada di Desa
sekitar bukit Karampuang adalah;
Barugae, kedatangan pengunjung
Pertama, Pertambahan jumlah
menimbulkan interaksi kultural yaitu suatu
penduduk dan semakin menyempitnya
bentuk hubungan di mana basis sosial
lahan pertanian menyebabkan banyak
budaya yang menjadi modalnya. Dalam
masyarakat meninggalkan kampung
dimensi interaksi kultural dimungkinkan
halaman untuk mencari lapangan
adanya pertemuan antara dua atau lebih
pekerjaan di luar kota. Kedua,
warga dari pendukung unsur kebudayaan
munculnya kesadaran individu tentang
yang berbeda, pertemuan ini
pentingnya ilmu pengetahuan. Ketiga,
mengakibatkan saling sentuh, saling
adanya kesenjangan ekonomi yang
pengaruh dan saling memperkuat sehingga
mengakibatkan masyarakat melakukan
bisa terbentuk suatu kebudayaan baru.
aktifitas tambahan untuk menambah
Dengan demikian bukit
penghasilan.
Karampuang ditinjau dari dimensi kultural
2. Pola interaksi masyarakat dengan
dapat menumbuhkan suatu interaksi antara
pengunjung di sekitar bukit
masyarakat tradisional dengan masyarakat
Karampuang, terjadi dalam bentuk
moderent. Melalui proses interaksi itu
tukar menukar kepentingan, yakni
maka memungkinkan adanya suatu pola
dengan adanya berbagai macam
saling mempengaruhi yang pada akhirnya
kebutuhan yang disediakan oleh
akan mempengaruhi struktur kehidupan
masyarakat sekitar untuk pengunjung,
16
Abdullah, I., Wening,U., & Hasse, J. 2009. Farida Dawi. 2010. Dinamika Sosial dan
Dinamika Masyarakat dan Perubahan Struktural Komunitas
Kebudayaan Konterporer. Lokal di Kawasan Industri
17
Prakapitalis Hingga
KafitalismeNeoliberal. Suraarta:
Lindu Pustaka.
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soelaiman, Munandar. 1998. Dinamika
Masyarakat Transisi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu
Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Funsional. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Suyanto Bagong & Narwoko J. Dwi. 2007.
Sosiologi Pengantar dan Terapan
(edisi kedua). Jakarta: Kencana.
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi
Perubahan sosial. Jakarta: Prenada
Media.