Anda di halaman 1dari 21

DINAMIKA SOSIAL MASYARAKAT SEKITAR BUKIT KARAMPUANG DESA

BARUGAE KECAMATAN BULUKUMPA KABUPATEN

M. RUSDI

Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Makassar


rusdigallarang@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor penyebab terjadinya dinamika sosial,
interaksi antara masyarakat dengan npengunjung sehingga terjadi dinamika sosial, dan
dampak positif dan negatif dari pengunjung terhadap masyarakat di sekitar bukit Karampuang
Desa Barugae. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif
melalui tahap reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika
sosial di sekitar bukit Karampuang adalah; Pertama, Pertambahan jumlah penduduk. Kedua,
munculnya kesadaran individu. Ketiga, kesenjangan ekonomi. Pola interaksi masyarakat
dengan pengunjung di sekitar bukit Karampuang, terjadi dalam bentuk tukar menukar
kepentingan, yakni dengan adanya berbagai macam kebutuhan yang disediakan oleh
masyarakat sekitar untuk pengunjung, jasa menjaga dan membersihkan lokasi, menjadi
pemandu lokal bagi pengunjung. Segala jenis usaha tersebut menjadi media sosial dalam
melakukan interaksi antara masyarakat sekitar dengan pengunjung. (3) Gambaran dinamika
sosial, melahirkan dampak positif dan negatif. Dampak positif sangat tampak terlihat sebagai
tempat untuk melakukan produksi sosial-ekonomi. Sedangkan dampak negatif, dimana
interaksi sosial yang terjadi di sekitar bukit Karampuang telah melahirkan berbagai bentuk
baik pola pikir maupun pola perilaku.

Kata Kunci: Dinamika Sosial, Interaksi, Ekonomi


ABSTRACT

Karampuang hill is one of the places to perform tomb pilgrimage which is considered
sacred by the local people and also it has social function as tourism object. The arrival of
visitors from outside the village has brought influence on social life of the people in Barugae
Village.
The research aimed to discover (i) the factors which cause the social dynamics, (ii) the
interaction between the people and the visitors for the occurrence of social dinamics, (iii) the
positive and negative impacts from the visitors on the people around Karampuang Hill in
Barugae. The research was qualitative research by employing observation, interview, and
documentation technique in collecting the data. The data were analyzed descriptively through
several stages, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing.
The results of the research revealed that (1) the factors which cause social dynamics to
the people around Karampuang hill were first, the increase of the population; second, the
emergence of individual; third, economic discrepancies, (2) the interaction patterns of the
people with the visitors around Karampuang hill were in forms of exchange of interest by
various needs provided by the people for visitors. The servive of keeping and cleaning the
location, as local guide for the fisitors. Those various businesses were social median in doing
the interaction between the people around Karampuang hill and the visitors, (3) the socio
dynamics description brought positive and negative impacts. The positive impact was seen as
the place to do socioeconomic production; whereas, the negative impact was the social
interaction occurred around Karampuang hill created various forms of mindsets and pattern
of behaviors.

Keywords: Social Dinamics, Interaction, Economic


1

PENDAHULUAN datang membuat simpul yang kemudian


Dinamika sosial dalam masyarakat baru dibuka kembali ketika cita-cita atau
dapat terjadi pada nilai sosial, norma keinginan mereka telah terpenuhi. Tak
sosial, pola perilaku organisasi, susunan jarang pula, aktifitas pembukaan simpul
lembaga kemasyarakatan, kekuasaan, dan plastik diiringi dengan acara selamatan
interaksi sosial yang berkaitan dalam dengan memotong hewan peliharaan,
kehidupan sosial. Fenomena dinamika seperti ayam, kambing, bahkan seekor sapi
sosial terjadi pula dalam kehidupan yang kemudian dinikmati bersama dengan
masyarakat di Desa Barugae Kecamatan masyarakat sekitar bukit karampuang.
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Keberadaan bukit Karampuang juga
Masyarakat Desa Barugae menganut mempunyai fungsi sosial karena bagi
paham animisme, sehingga banyak tempat masyarakat diluar Desa Barugae bukit
yang dianggap keramat oleh masyarakat. tersebut mempunyai daya tarik di
Salah satu tempat yang dianggap tersendiri sebagai obyek ritual, bernasar,
keramat oleh masyarakat adalah bukit ziarah makam sekaligus tempat wisata
Karampuang. Bukit Karampuang secara alam. Tingginya intensitas masyarakat
etimologi berasal dari dua akar kata pengunjung dari luar Desa, Kecamatan
Karaeng dan Puang yang berarti gelar bahkan Kabupaten yang datang ke bukit
kebangsawanan yang kemudian di jadikan Karampuang telah membawa pengaruh
perbatasan antara wilayah golongan tersendiri terhadap kehidupan sosial
Karaeng dan Puang. Menurut Hasanuddin masyarakat setempat, seperti dalam pola
(2007:22), Panorama yang melingkari kaki pikir dan perilaku masyarakat. Banyak hal
bukit cukup menyajikan suatu yang dianggap baru oleh masyarakat
pemandangan eksotis, dari puncak bukit sekitar dibawa oleh pengunjung khususnya
dengan leluasa mata kita dapat melihat pemuda ataupun remaja, mulai dari gaya
gugusan pulau Sembilan di perairan Sinjai, rambut, cara berpakaiyan, bahasa dan
melihat Kajang dengan rimbunan seterusnya kemudian diinternalisasi oleh
perkebunan karet Balombessi, melihat kota masyarakat sekitar dan dimanifestasikan
Tanete dan menguningnya padi di sela-sela dalam kehidupan sehari-hari.
pucuk pohon cengkeh, yang kemudian Sistem mata pencaharian masyarakat
dilengkapi pula dengan desau air terjun desa Barugae dulunya hanya bertani
yang sesekali muncul ketika musim sekaran sudah mulai lebih kreatif dengan
penghujan tiba. cara berjualan disekitar bukit dalam rangka
Menurut Hasanuddin (2007:94) Situs mencari penghasilan tambahan. Selain itu
Karampuang di puncak bukit terdapat keseharian kehidupan masyarakat telah
bangunan sederhana yang terbuat dari merespon perkembangan teknologi dan
konstruksi kayu yang dipercaya oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan,
masyarakat sebagai makam Syekh yang dulunya hanya sampai tingkat SD
Abdullah. Secara historis Syek Abdullah sekarang sudah banyak diantara mereka
adalah murid sekaligus teman dari Datuk yang menyekolahkan anaknya sampai ke
Tiro yang diberikan tugas untuk jenjang sarjana. Dari perkembangan itulah
menyebarkan agama islam di Kecamatan kemudian dunia lokal yang cenderung
Bulukumpa yang kemudian wafat dan tradisional, berkembang jadi global yang
dimakamkan di puncak bukit sehingga mengarah ke modern
banyak yang melakukan ziarah. Aktifitas Berdasarkan kajian tersebut di atas,
ziarah makam tersebut ditandai dengan maka disini peneliti mencoba melakukan
banyaknya simpul plastik yang diikatkan penelitian terkait tentang keberadaan bukit
pada dindin bangunan ini menunjukkan Karampuang sebagai wadah dalam
banyaknya nazar yang diucapkan oleh terjadinya proses dinamika sosial
pengunjung, sebab setiap peziarah yang masyarakat Desa Barugae, dengan judul
2

penelitian yaitu “ Dinamika Sosial Menurut Soerjono Soekanto (2010:


Masyarakat Di Sekitar Bukit Karampuang 101) ada 2 faktor yang mempengaruhi
Desa Barugae Kecamatan Bulukumpa terjadinya dinamika sosial yakni faktor
Kabupaten Bulukumba”, sehingga dari dalam dan luar masyarakat. Faktor
nantinya dapat diketahui lebih jelas yang berasal dari dalam. Pertama,
mengenai faktor terjadinya dinamika bertambah dan berkurangnya penduduk.
sosial, interaksi antara masyarakat lokal Pertambahan jumlah penduduk akan
dengan masyarakat pengunjung, dan menyebabkan perubahan jumlah dan
dampak yang ditimbulkan terhadap persebaran wilayah pemukiman karena
masyarakat sekitar Bukit Karampuang. faktor pekerjaan. Hal ini bisa ditinjau
secara geografis bahwa masyarakat Bukit
KAJIAN PUSTAKA Karampuang telah melakukan migrasi
1. Konsep Dinamika Sosial untuk bekerja di masyarakat perkotaan.
Menurut Santoso (2004:5) Berkembangnya penduduk juga akan
Dinamika berarti adanya interaksi dan menyebabkan dinamika sosial.
interpendensi antara anggota kelompok Kedua, penemuan-penemuan baru.
yang satu dengan anggota kelompok secara Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan
keseluruhan. Dari pandangan tersebut adanya arus modernisasi. Misalnya
dapat disimpulkan bahwa dinamika sosial kehadiran teknologi akan mempengaruhi
adalah sebuah tingkah laku yang dilakukan pola interaksi masyarakat. Perkembangan
baik masyarakat maupun individu yang teknologi juga dapat mengurangi jumlah
mempengaruhi masyarakat lain dengan kebutuhan tenaga kerja di sector industry
berbagai faktor. karena tenaga manusia telah tergantikan
Dinamika social bukanlah sebuah oleh mesin yang menyebabkan proses
proses yang terjadi secara tiba-tiba, produksi semakin efektif dan efisien.
terlebih lagi ketika dinamika tersebut Misalnya, dalam masyarakat pedesaan
melibatkan individu atau kelompok social melakukan pekerjaan di sawah dulunya
sebagai target perubahan. Untuk itu, mengandalkan hewan dan tenaga manusia
konsep dasar mengenai dinamika perubaha kini tergantikan dengan adanya mesin
social menurut (Stompka, 2004) traktor.
menyangkut tiga hal, yaitu: Ketiga, pertentangan atau konflik.
a. Studi mengenai perbedaan Pertentangan dalam suatu system social
b. Studi harus dilakukan pada waktu yang akan menyebabkan dinamika perubahan
berbeda social secara kultur dan struktur, baik
c. Pengamatan pada system social yang secara fungsional maupun disfungsional.
sama Keempat, terjadinya
Studi dinamika perubahan sosial, pemberontakan atau revolusi. Terjadinya
dengan demikian akan melibatkan dimensi pemberontakan tentu saja akan melahirkan
ruang dan waktu. Dimensi ruang menunjuk berbagai perubahan, pihak pemberontak
pada wilayah terjadinya perubahan sosial akan memaksakan tuntutannya, lumpuhnya
serta kondisi yang melingkupinya. kegiatan ekonomi, pergantian kekuasaan,
Dimensi waktu dalam studi dinamika dan sebagainya.
perubahan sosial meliputi konteks masa Faktor yang berasal dari luar.
lalu (past), sekarang (present), dan masa Pertama, terjadinya bencana alam atau
depan (future). Dalam segi aspek masa lalu kondisi lingkungan fisik, Kondisi ini
menjadi bagian proyeksi yang akan terjadi terkadang memaksa masyarakat suatu
pada masyarakat yang akan datang. Namun daerah untuk mengungsi meninggalkan
sosiolog bukanlah peramal, karena tanah kelahirannya.
sosiologi melakukan peramalan melalui Kedua, peperangan. Peristiwa
metode ilmiah yang dapat peperangan, baik peran saudara maupun
dipertanggunjawabkan.
3

perang antarnegara dapat menyebabkan kontak ini tidak bisa dibatasi oleh kekuatan
dinamika sosial, karena pihak yang apapun apalagi ditunjang dengan adanya
menang biasanya akan memaksakan sarana pendukung yang memungkinkan
ideology dan kebudayaannya kepada pihak mobilitas masyarakat. Menurut Mahangga
yang kalah. (Firdaus 2015:27) mengatakan kontak
Ketiga, adanya pengaruh yang paling mungkin terjadi adalah kontak
kebudayaan masyarakat lain. Interaksi antara masyarakat sekitar dengan
antara kebudayaan dapat diterima tanpa pengunjung baik wisatawan maupun
paksaan, maka disebut demonstration peziarah makam. Masyarakat sekitar
effect. berperan sebagai penyedia jasa kebutuhan
pengunjung.
2. Bukit Karampuang
Bukit Karampuang adalah salah satu 3. Interaksi Sosial
tempat wisata alam dan tempat ziarah Manusia sebagai mahluk sosial
makam Syekh Abdullah yang terdapat di selalu berhubungan dengan orang lain.
Desa Barugae kabupaten Bulukumba yang Dalam bergaul, berbicara, bersalaman,
banyak di kunjungi oleh masyarakat. bahkan bertentangan sekalipun
Menurut Hasanuddin (2007:22) memerlukan orang lain. Interaksi sosial
bukit Karampuang sebagai wisata alam. merupakan ciri khas kehidupan
Sebab panorama yang melingkari kaki bermasyarakat. Artinya kehidupan
bukit cukup menyajikan suatu bermasyarakat akan kelihatan nyata dalam
pemandangan eksotis ketika berada di berbagai bentuk pergaulan seseorang
puncak bukit. dengan orang lain. Contoh: keramaian di
Situs di puncak bukit Karampuang pasar, buruh pabrik maupun di tempat
ditandai dengan adanya bangunan wisata.
sederhana yang terbuat dari konstruksi Interaksi sosial terjadi apabila satu
kayu yang dipercaya oleh masyarakat individu melakukan tindakan sehingga
sebagai makam Syekh Abdullah. menimbulkan reaksi bagi individu-individu
Aktifitas ziarah dan ritual di lain.. Interaksi sosial akan menyebabkan
makam tersebut ditandai dengan kegiatan hidup seseorang semakin
banyaknya simpul plastik yang diikatkan bervariasi dan kompleks. Jalinan interaksi
pada dinding menunjukan banyaknya nazar yang terjadi antara individu dan individu,
yang diucapkan oleh peziarah yang datang individu dan kelompok, serta kelompok
membuat simpul, yang kemudian baru dan kelompok sangat bersifat dinamis dan
dibuka kembali ketika cita-cita atau mempunyai pola tertentu yang membentuk
keinginan mereka telah terpenuhi. Tak suatu kehidupan bermasyarakat.
jarang pula, aktifitas pembukaan simpul Teori yang digunakan dalam
plastik diiringi dengan acara selamatan mengkaji dinamika sosial di sekitar bukit
dengan memotong hewan peliharaan Karampuang Desa Barugae adalah teori
seperti ayam, kambing, sapi ataupun interaksi sosial yang di kemukakan oleh
kerbau. George Simmel.
Bukit Karampuan di Desa Barugae George Simmel memusatkan
bersifat terbuka, hal ini berarti tempat perhatiannya pada dunia nyata yang terdiri
tersebut bisa di akses dan dinikmati oleh dari peristiwa, tindakan, dan interaksi.
siapapun yang ingin berwisata dan ziarah Simmel menjelaskan bahwa salah satu
makam. Dengan demikian tidak tertutup perhatian utamanya ialah interaksi
kemungkinan akan terjadi “kontak” antara (asosiasi-asosiasi) di kalangan aktor-aktor
aktifitas kepariwisataan, ziarah makam yang dasar dan maksud Simmel ialah
dengan aktifitas masyarakat sekitar melihat sederetan luas interaksi yang
kawasan bukit Karampuang. Kontak- mungkin tampak sepele pada suatu ketika
tetapi sangat penting pada saat lainnya
4

(Ritzer,2012:282-283). George Simmel ilmu pengetahuan; (2) bergerak dari


membagi interaksi sosial dalam beberapa pertanian subsistensi ke pertanian
sub bahasa yang mendeskripsikan kondisi komersional; (3) penggantian tenaga
realitas sosial yang terbentuk dalam suatu binatang dan manusia oleh energi benda
interaksi sosial yaitu: Geometri sosial, tipe mati dan produksi mesin; (4)
sosial dan bentuk sosial. berkembangnya bentuk pemukiman urban
dan konsentrasi tenaga kerja di tempat
4. Modernisasi tertentu. Di bidang politik, ditandai oleh
Konsep modernisasi dalam arti transisi dari kekuasaan suku ke sistem hak
khusus yang disepakati teoritisi pilih, perwakilan, partai politik, dan
modernisasi di tahun 1950-an dan tahun kekuasaan demokratis. Di bidang
1960-an, didefenisikan dalam tiga cara: pendidikan modernisasi meliputi
historis relatif, dan analisis. Menurut penurunan angka buta huruf dan
devenisi historis, modernisasi sama dengan peningkatan perhatian pada pengetahuan,
westernisasi atau amerikanisasi. keterampilan dan kecakapan. Di bidang
Modernisasi dilihat sebagai gerakan agama ditandai dengan sekulerisasi. Di
menuju ciri-ciri masyarakat yang dijadikan bidang kehidupan keluarga ditandai oleh
model. Berikut ini di kutip dua contoh berkurangnya peran ikatan kekeluargaan
pandangan seperti itu. Menurut Eisenstadt dan makin besarnya spesialisasi fungsional
dalam Sztompka (2004: 152) mengatakan, keluarga. Di bidang stratifikasi,
secara historis modernisasi adalah proses modernisasi berarti penekanan pada
perubahan menuju tipe sistem sosial, mobilitas dan prestasi individual
ekonomi, politik yang telah maju di eropa ketimbang pada status yang diwarisi.
barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 Adapun syarat-syarat suatu
hingga 19 dan kemudian menyebar ke modernisasi menurut Soekanto (1982),
negara Eropa lain dan dari abad ke-19 dan adalah sebagai berikut :
20 ke negara Amerika Selatan, Asia dan
Afrika. a. Cara berfikir yang ilmiah (scientific
Gambaran serupa dikemukakan thingking) yang institutionalized dalam
Wilbert Moore dalam Sztompka (2004: the rulling class maupun masyarakat.
152) bahwa, Modernisasi adalah Hal ini menghendaki suatu sistem
transformasi total masyarakat tradisional pendidikan dan pengajaranyang
atau pra moderent ke tipe masyarakat terencana dengan baik.
teknologi dan organisasi sosial yang b. Sistem administrasi Negara yang
menyerupai kemajuan dunia Barat yang baikyang benar-benar mewujudkan
ekonominya makmur dan situasi politiknya bureaucracy (birokrasi).
stabil. c. Adanya sistem pengumpulan data yang
Berdasarkan ungkapan tersebut, baik dan teratur yang terpusat pada
modernisasi tidak akan datang dan terjadi suatu lembaga atau badan tertentu. Hal
begitu saja melainkan harus diusahakan, ini memerlukan penelitian yang
diupayakan. Modernisasi yang merupakan kontinu, agar data termasuk tidak
transformasi total masyarakat tradisional tertinggal.
atau pra moderent menuju masyarakat d. Penciptaan iklim yang favourable dari
teknologi atau masyarakat yang modern. masyarakat terhadap modernisasi
Menurut Neil Smensel dalam dengan
Sztompka (2004: 153), melukiskan e. cara penggunaan alat-alat komunikasi
modernisasi sebagai transisi masa. Hal ini harus dilakukan tahap
multidimensional yang meliputi enam demi tahap, karena banyak sangkut
bidang. Modernisasi di bidang ekonomi pautnya dengan sistem kepercayaan
berarti (1) mengakarnya teknologi dalam masyarakat (belief sistem).
5

f. Tingkat organisasi yang tinggi, yang kebutuhan manusia akan barang-barang


disuatu pihak berarti disiplin, dan jasa sehingga sector industi dibangun
sedangkan sisi lain pihak berarti secara besar-besaran untuk memproduksi
pengurangan kemerdekaan. barang.
g. Sentralisasi wewenang dalam Keempat, pada bidang social
pelaksanaan social planning. ditandai dengan semakin banyaknya
Modernisasi cenderung kelompok baru dalam masyarakat, seperti
memperluas jangkauannya terutama kelompok buruh, kaum intelektual,
ruangnya dan inilah yang dimaksud proses kelompok manajer, dan lain sebagainya.
globalisasi seperti dinyatakan Giddens Kelima, adanya perluasan bidang
(dalam Sztompka, 2005). “Modernisasi pekerjaan dan pemisahannya dengan
adalah globalisasi”, artinya cenderung kehidupan keluarga. Misalnya dalam
meliputi kawasan geografis yang makin kegiatan pertanian seorang perempuan atau
luas dan akhirnya meliputi seluruh dunia. istri dapat membantu memetik hasil
Modernitas juga berkembang makin pertanian.
mendalam, menjangkau kehidupan sehari- Keterkaitan antara modernisasi
hari yang paling pribadi sifatnya (misalnya dengan budaya dalam suatu masyarakat
: keyakinan agama, perilaku seksual, selera adalah :
komsumsi, pola hiburan dan sebagainya). a. Adanya modernisasi dan globalisasi
Ruang dan aspek kehidupan yang dalam budaya menyebabkan
dijangkau modernitas ini lebih hebat pergeseran nilai dan sikap masyarakat
daripada kebanyakan cirri perubahan yang yang semua irasional menjadi rasional.
terjadi dalam periode sebelum Dalam suatu kebudayaan atau
modernisasi. masyarakat tertentu hal-hal yang
Perwujudan aspek modernisasi bersifat mitos atau takhayul mulai di
ialah berkembangnya aspek-aspek rasionalisasikan dengan adanya
kehidupan modern, seperi mekanisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan
media massa yang teratur, urbanisasi, teknologi.
peningkatan pendapatan per kapita dan b. Dengan berkembangnya ilmu
sebagainya. Selain itu, juga mencakup pengetahuan dan teknologi akan
perubahan structural yang menyangkut mengubah pola interaksi social di
lembaga-lembaga social, norma-norma, masyarakat. Kebudayaan-kebudayaan
stratifikasi social, hubungan social, dan yang dipandang sebagai hal yang
sebagainya (Soekanto,1999). primitive seiring dengan adanya arus
Di dalam kehidupan sehari-hari, modernisasi akan mengalami
modernisasi dapat dilihat dari fenomena perubahan.
berikut : c. Kebudayaan dapat diartikan sebagai
Pertama, budaya tradisional nilai-nilai (values) yang dianut oleh
mengalami marginalisasi, posisinya masyarakat ataupun persepsi yang
tergantikan dengan budaya modern yang dimiliki oleh warga masyarakat
dating dari luar, sehingga budaya asli terhadap berbagai hal. Dalam
semakin pudar. kebudayaan mencakup gagasan atau
Kedua, semakin banyaknya negara ide, kelakuan dan hasil kelakuan
yang lepas dari penjajahan, munculnya (Koentjaraningrat). Seiring dengan
Negara-negara yang baru merdeka, perkembangan modernisasi nilai dan
tumbuhnya Negara-negara demokrasi, sikap perilaku yang diwariskan oleh
lahirnya lembaga-lembaga politik, dan nenek moyang tertentu mengalami
semakin diakuinya hak-hak asasi manusia. proses akulturasi dengan kebudayaan
Ketiga, dalam bidang ekonomi yang dating dari luar.
ditandai dengan semakin kompleksnya
6

d. Globalisasi dan modernisasi dalam sesuai dengan taraf kemampuan penduduk


bidang kebudayaan dapat dilihat dan keadaan demografinya (Daldjoeni
semakin menyempitnya proses antara dalam Hamzanawadi Selong 2011:89).
jarak ruang dan waktu. Mata pencaharian dibedakan menjadi dua
e. Dengan adanya modernisasi, yaitu mata pencaharian pokok dan mata
masyarakat melakukan upaya pencaharian sampingan. Mata pencaharian
pelestarian kebudayaan terutama pokok adalah keseluruhan kegiatan untuk
kearifan lokal dalam masyarakat memanfaatkan sumber daya yang ada yang
sebagai identitas suatu bangsa. dilakukan sehari-hari dan merupakan mata
pencaharian utama untuk memenuhi
5. Akulturasi kebutuhan hidup. Mata pencaharian
Akulturasi adalah suatu proses sampingan menurut Susanto adalah mata
sosial yang timbul bila suatu kelompok pencaharian di luar mata pencaharian
manusia dengan suatu kebudayaan tertentu pokok (Selong, 2011:89). Sedangkan
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu menurut Mulyadi (Selong, 2011:90) mata
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, pencaharian adalah keseluruhan kegiatan
sehingga unsure-unsur kebudayaan asing untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan
itu lambat laun diterima dan diolah ke sumber-sumber daya yang ada pada
dalam kebudayaan sendiri tanpa lingkungan fisik, sosial dan budaya yang
menyebabkan hilangnya kepribadian terwujud sebagai kegiatan produksi,
kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat distribusi dan komsumsi.
dalam Seojono Soekanto.2010:98). Berbagai penjelasan diatas maka
Akulturasi kebudayaan adalah dapat disimpulkan bahwa mata
proses kontak satu atau lebih kebudayaan pencaharian adalah merupakan suatu
asing terhadap suatu kebudayaan yang kegiatan mengelolah alam atau sumber
lambat laun kebudayaan asing tersebut daya alam yang ada untuk memenuhi
diserap ke dalam kebudayaan asli, namun segala kebutuhan pribadi maupun
hasil dari interaksi tersebut tidak kebutuhan keluarga. Berkaitan dengan
menghilankan nilai-nilai asli kebudayaan bukit Karampuang sebagai tempat wisata
penerima. lokal dan ziarah makam Syek Abddullah,
Berkaitan dengan bukit ada sebagian anggota masyarakat yang
Karampuang sebagai wadah sosial menjadikan tempat tersebut untuk mencari
terjadinya proses interaksi antar nafkah atau mata pencaharian utama dan
masyarakat sekitar dengan pengunjung ada juga yang menjadikan tempat tersebut
maka proses akulturasi hanya terjadi untuk mencari nafkah tambahan seperti
karena pengaruh dari budaya lain atau dengan cara membuka lapak-lapak
pengunjung wisata dan peziarah makam dagangan di sekitar bukit tersebut.
yang melakukan proses difusi kebudayaan.
Faktor yang memperkuat potensi akulturasi 7. Westernisasi
dalam taraf individu adalah faktor-faktor Westernisasi merupakan suatu
kepribadian seperti toleransi, kesaman proses peniruan oleh suatu masarakat atau
nilai, mau mengambil resiko, keluesan Negara terhadap kebudayaan dari Negara-
kognitif, keterbukaan dan kesamaan negara barat yang dianggap lebih baik dari
budaya yang membuat akulturasi akan budaya daerahnya; suatu proses untuk
mudah terjadi. mengembangkan kebiasaan hidup yang
bergaya kebarat-baratan. Westernisasi
6. Mata Pencaharian juga biasa diartikan sebagai sebuah arus
Mata pencaharian merupakan besar yang mempunyai jangkauan politik,
aktifitas manusia untuk memperoleh taraf sosial, cultural dan teknologi.
hidupyang layak dimana antara daerah
yang satu dengan daerah lainya berbeda
7

Banyak faktor-faktor yang dapat interaksi atau hubungan dengan


menimbulkan terjadinya westernisasi masyarakat luar yang membawa budaya
seperti dapat berimplikasi pada aspek westernisasi kedalam masyarakat tersebut
positif yaitu: (Firdaus, 2015).
1. Kurang penguasaan dan perkembangan
IPTEK METODE PENELITIAN
2. Masyarakat yang bersifat komsumtif 1. Jenis dan Lokasi Penelitian.
terhadap barang-barang luar negeri Jenis penelitian kualitatif deskriptif,
3. Masuknya budaya barat dan akulturasi artinya data dan fakta tentang dinamika
budaya sosial dihimpun melalui informasi-
4. Kurangnya kesadaran masyarakat akan informasi lisan yang diperoleh dari
memilah budaya yang baik dan buruk informan. Data dan fakta tersebut
5. Munculnya keinginan untuk mencari selanjutnya dideskripsikan secara utuh
kebebasan, seperti Negara-negara barat untuk menggambarkan dinamika sosial
6. Meniru gaya berbusana, rambut serta yang diakibatkan oleh pengunjung.
gaya hidup kebarat-baratan Adapun lokasi penelitian ini bertempat di
Selain itu westernisasi berimplikasi Desa Barugae Kecamatan Bulukumpa
positif juga dapat berimplikasi pada aspek Kabupaten Bulukumba.
negative seperti: 2. Fokus dan Deskripsi Fokus
1. Masuknya paham-paham barat yang Penelitian
mampu merusak mral bangsa Fokus penelitian ini adalah
2. Lunturnya jiwa nasionalisme bangsa masyarakat lokal di sekitar bukit
3. Melunturkan semangat cinta akan Karampuang Desa Barugae dan
bangsa dan budaya sendiri masyarakat pengunjung, khususnya
4. Gaya hidup yang bersifat komsumtif mereka yang telah menjalani suatu proses
5. Mencari segala sesuatu yang instan interaksi sehingga terjadi dinamika sosial
6. Budaya barat yang dikenal dengan yang ditandai oleh meleburnya dua
konsep liberalism, yang mengakibatkan kelompok budaya menjadi satu, yang
munculnya seks bebas, pornografi. akhirnya melahirkan sesuatu yang baru
7. Mengkomsumsi makanan siap saji (fast (amalgamasi). obyek penelitian yang
food)
dilakukan di bukit Karampuang Desa
8. Gaya hidup yang glamorasi Barugae Kecamatan Bulukumpa
(bermewah-mewahan) Kabupaten Bulukumba dengan berfokus
9. Pemaknaan simbol secara berlebihan pada “Dinamika Sosial Masyarakat Di
10. Adanya masyarakat yang menganut sekitar Bukit Karampuang Desa Barugae”.
paham kapitalisme, hedonism, Deskripsi fokus dalam penelitian ini yaitu
sekularisme dinamika sosial dalam hal ini adalah
11. Meniru cara berpakaiyan gaya barat perubahan struktur masyarakat karena
12. Men-cat warnah rambut yang kepirang- terjadinya perubahan kebudayaan dan pola
pirangan seperti orang barat hidup ditengah-tengah maraknya para
13. Mencampur bahasa Indonesia dengan pengunjung di bukit Karampuang Desa
ingris sebagai gaya bahasa Barugae Kecamatan Bulukumpa
14. Banyaknya kosakata bahasa Indonesia Kabupaten Bulukumba.
yang diambil dari bahasa lain 3. Informan Penelitian
(khususnya bahasa ingris) Informan ditentukan secara
Berbagai implikasi negativ dari Purposive Sampling. informan dipilih
westernisasi gaya rambut dan gaya berdasarkan ketentuan bahwa informan
berpakaiyan yang paling dominan terlihat tersebut adalah yang melakukan,
di masyarakat sekitar bukit Karampuang, mengalami, mengetahui dan memahami
salah satu faktor penyebabnya karena persis masalah yang dikaji. Teknik ini
8

digunakan apabila sampel yang dipilih di luar kota. Sesekali mereka kembali ke
secara khusus berdasarkan tujuan kampung halaman dan melakukan
penelitian dengan persyaratan tertentu. kunjungan di bukit Karampuang melepas
4. Instrumen Penelitian nasar, melakukan ritual, berwisata dan
a. Panduan observasi lapangan melakukan interaksi sosial dengan
b. Panduan wawancara, dan keluarga atau masyarakat tanpa melupakan
c. Kamera digital pengalaman, pengetahuan dan budaya
5. Jenis dan Sumber Data yang diperoleh diperantauan dan
Jenis dan sumber data dalam diceritakan kepada masyarakat.
penelitian ini adalah data primer yang Kedua, Munculnya kesadaran
diperoleh dengan menggunakan metode individu terhadap masyarakat sekitar bukit
wawancara dan data sekunder yang Karampuang tentang pentingnya ilmu
diperoleh dari hasil observasi, catatan pengetahuan. Kadar dan arah dinamika
lapangan, pengkajian bahan pustaka sosial suatu masyarakat banyak
berupa buku-buku, jurnal, artikel, maupun dipengaruhi oleh kebutuhan dan kesadaran
foto-foto yang relevan dengan kajian masyarakat itu sendiri. Maka proses
penelitian. interaksi antara pengunjung dengan
6. Teknik Pengumpulan Data masyarakat setempat semakin muda dan
a. Observasi terbuka. Kesadaran itu pula sebagai bentuk
b. Wawancara proses internalisasi dalam kehidupan
c. Dokumentasi masyarakat, sebagai kesadaran diri pribadi.
7. Teknik Analisis Data Kesadaran seperti ini merupakan cikal
Data yang diperoleh melalui bakal untuk dapat menerima ide-ide dan
berbagai teknik pengumpulan data perkembangan modernisasi dari luar yang
selanjutnya dipilih antara data yang di bawa oleh pengunjung melalui proses
relevan dan yang tidak relevan dengan interaksi. Hal ini sesuai dengan apa yang
fokus penelitian. Adapun tahapan dalam dikemukakan oleh Hagen dalam Farida
analisis data ditempuh dengan langkah- (2010:263) bahwa “pertumbuhan yang
langkah: reduksi data, penyajian data dan menjadi tujuan masyarakat tidak akan
penarikan kesimpulan. terjadi tanpa perkembangan kreatifitas atau
8. Teknik Keabsahan Data penerimaan ide-ide dalam kepribadian.
a. Tringulasi sumber Kepribadian dapat dilihat dari sudut
b. Tringulasi teknik kebutuhan dan ini menjadi dimensi penting
c. Tringulasi waktu dalam kepribadian individu.
Ketiga, terjadinya kesenjangan
ekonomi di sekitar bukit Karampuan yang
HASIL PENELITIAN DAN
mengakibatkan masyarakat melakukan
PEMBAHASAN
aktifitas tambahan untuk menambah
1. Faktor Yang Mendorong Terjadinya penghasilan. Seperti yang dilakukan oleh
Dinamika Sosial beberapa masyarakat yang memanfaatkan
Hasil penelitian ini menunjukkan kedatangan pengunjung dengan menjual
bahwa terjadinya dinamika sosial di sekitar bahan-bahan minuman, makanan ringan
bukit Karampuang disebabkan oleh dan alat-alat ritual untuk menambah mata
beberapa faktor yaitu: pencaharian. Hal ini serupa dengan
Pertama, Pertambahan jumlah pandangan Ramdani (2013:104), bahwa
penduduk di sekitar buki Karampuang kegiatan-kegiatan ekonomi tambahan yang
Desa Barugae dan semakin menyempitnya di lakukan oleh anggota-anggota rumah
lahan pertanian menyebabkan banyak tangga, merupakan sebagian dari strategi
masyarakat meninggalkan kampung adaptasi yang harus ditempuh untuk
halaman untuk mencari lapangan pekerjaan
9

menjaga kelansungan hidup ekonomi tidak dapat terhindarkan untuk teribat


dalam keluarga. dalam rentang berbagai aspek yang ada
Terjadinya dinamika sosial karena dalam Desa tersebut, keseluruhan aspek
adanya kontak lewat interaksi antara dimaknai secara berkelin dan dalam
pengunjung dari luar dengan masyarakat mengkontruksi realitas dalam kehidupan
setempat, baik dari individu dengan sosial budayanya. Konstruksi realitas
individu, individu dengan kelompok, tersebut adalah sebuah proses sosial yang
maupun kelompok dengan masyarakat. menghasilkan keadaan dan struktur sosial
George Simmel, dalam sudut yang baru.
pandangnya menjelaskan bahwa salah satu Desa Barugae dengan segenap
perhatian utamanya ialah interaksi masyarakatnya memiliki karakteristik
(asosiasi-asosiasi di kalangan aktor-aktor tersendiri yang menjadikan desa tersebut
yang dasar dan maksud Simmel ialah bergerak dalam dinamikanya mengikuti
melihat sederetan luas interaksi yang pola tuntutan zaman. Desa Barugae dalam
mungkin tampak sepeleh pada suatu ketika tipologinya merupakan Desa dataran tinggi
tapi sangat penting pada saat lainnya atau Desa pedalaman. Bukit Karampuang
(Ritzer, 2012: 282-283). Kontak dan adalah sebuah objek yang dijadikan
interaksi yang terjadi menciptakan sebagai tempat untuk melakukan ritual
pemaknaan-pemaknaan tertentu terhadap adat baik masyarakat Desa Barugae
ucapan, tindakan, dan perbuatan setiap maupun masyarakat yang datang dari
anggota masyarakat sehingga menjadi berbagai tempat. Bukit Karampuang dalam
sebuah realitas sosial. kediamannya tersimpan banyak potensi
yang sangat mempengaruhi kehidupan
2. Kehidupan Sosial Budaya sosial budaya masyarakat sekitar. sehingga
Masyarakat Sekitar Bukit tipologi tersebut juga sangat berpengaruh
Karampuang dalam kehidupan sosial budaya masyarakat
Desa Barugae dalam sekitar bukit Karampuang yang dapat kita
perkembangannya dapat dikaji dalam dua lihat mulai dari:
ontologi, yaitu sebagai statika dan sebagai a. Sistem Kepercayaan
dinamika. Desa Barugae dalam statikanya Keberadaan Makam dan indahnya
ditempatkan sebagai entitas diam pada alam di bukit Karampuang Desa Barugae
ruang dan waktu, yang dalam kediamannya membawa pengaruh yang cukup besar
tersimpan banyak aspek. Desa Barugae pada masyarakat khusunya pada sistem
dalam dinamikanya ditempatkan sebagai kepercayaan. Masyarakat sekitar bukit
entitas bergerak melintasi waktu, yag Karampuang menganut kepercayaan yaitu
dalam pergerakannya berlansung sejumlah beragama Islam. Agama Islam pada
proses sosial. Masyarakat tidak bisa masyarakat Desa Barugae tidaklah
dibayangkan sebagai keadaan tetapi sepenuhnya dijalankan sesuai syariat, akan
sebagai proses, bukan sebagai objek semu tetapi Islam pada masyarakat Desa tersebut
yang kaku, tetapi sebagai aliran peristiwa masih melekat kepercayaan-kepercayaan
terus menerus tanpa henti. “semua realitas terhadap roh nenek moyang dan
sosial senantiasa berubah dengan derajat kepercayaan yang bersifat dinamisme.
kecepatan, intensitas, irama dan tempo Sistem kepercayaan pada
yang berbeda. (Sztompka: 2004). masyarakat Desa Barugae dapat
Statika dan dinamika Desa Barugae dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu:
saling mengakselerasi membentuk pola 1. Agama ketuhanan (Theistic religion),
dan tatanan masyarakat tersendiri sebagai yaitu agama yang para penganutnya
karakteristik dalam kehidupan sosial menyembah Tuhan (theos). Agama-
budayanya. Bentuk-bentuk kehidupan agama ini mempunyai keyakinan
sosial budaya masyarakat desa Barugae bahwa Tuhan adalah tempat manusia
10

menaruh kepercayaan, dan kecintaan Masyarakat Desa Barugae


kepadanya merupakan kebahagiaan. merupakan entitas yang memiliki
Keyakinan ini didasarkan pada fakta- karakteristik tersendiri dalam
fakta yang tak terbantahkan dan yang menggunakan bahasa sebagai alat
dapat memperluas dan meningkatkan komunikasi. Desa Barugae dalam
pengetahuan serta moral manusia. lokalitasnya merupakan Desa pedalaman
Agama ketuhanan yang merupakan atau Desa dataran tinggi yang dihuni oleh
asal-usul istilah dari semua sistem entitas masyarakat bugis. Kondisi tersebut
kepercayaan terhadap eksistensi Tuhan secara koheren masyarakatnya
mencakup kepercayaan terhadap satu menggunakan bahas bugis sebagai alat
atau banyak Tuhan. komunikasi.
2. Agama Penyembah Roh, yaitu 1. Bahasa Sebagai Alat Komunikasi
kepercayaan orang primitif kepada roh Komunikasi merupakan akibat
nenek moyang, roh pemimpin, atau roh yang lebih jauh dari ekspresi diri.
para pahlawan yang telah meninggal. Komunikasi tidak akan sempurna bila
Mereka percaya bahwa yang sudah ekspresi diri tidak diterima atau dipahami
meninggal itu dapat memberikan oleh orang lain. Dengan komunikasi pula
pertolongan dan perlindungan ketika manusia mempelajari dan mewarisi semua
manusia mendapat kesulitan. Untuk yang pernah dicapai oleh nenek
menghadirkan roh-roh tersebut perlu moyangnya, serta apa yang dicapai oleh
diadakan upacara keagamaan yang orang-orang yang sezamannya.
khusus dan kompleks. Sebagai alat komunikasi, bahasa
b. Sistem Pemerintahan merupakan saluran perumusan maksud
Masyarakat Desa Barugae yang yang melahirkan perasaan dan
tersatukan dalam satu kesatuan hukum memungkinkan untuk menciptakan kerja
yang memiliki batas-batas wilayah dalam sama. Pada saat menggunakan bahasa
memiliki otonomi untuk mengurus dan sebagai alat komunikasi, manusia sudah
mengatur kepentingan masyarakat memiliki tujuan tertentu yang ingin
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat dipahami oleh orang lain, ingin
setempat dan diakui dalam pemerintahan menyampaikan gagasan yang dapat
secara umum. diterima, ingin membuat orang lain yakin
Masyarakat Desa Barugae yang terhadap pandangan yang disampaikan,
diatur berdasarkan aturan-aturan adat yang serta ingin mempengaruhi orang-orang di
tersepakati dan melembaga dan sekitarnya. Lebih jauh lagi, kita ingin
pemerintahan moderen dalam hal ini orang lain memberi hasil pemikiran. Jadi,
kepala Desa sebagai struktur tertinggi dalam hal ini pembaca, pendegar atau
dalam pemerintahan lokal, berakulturasi khalayak sasaran menjadi perhatian utama
melahirkan sebuah tatanan masyarakat dalam menggunakan bahasa dengan
yang seimbang. memperhatikan kepentingan dan
Desa Barugae sebagai suatu teritori kebutuhan khalayak atau sasaran.
yang dihuni oleh suatu masyarakat yang Bahasa sebagai alat ekspresi diri
hidup bersama dalam waktu yang cukup dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula
panjang, dengan sistem sosial menjadi merupakan alat untuk menunjukan
wadah dari pola-pola interaksi sosial atau identitas diri. Melalui bahasa, manusia
hubungan interpersonal maupun hubungan dapat menunjukan sudut pandang,
antar kelompok sosial sebagai proses pemahaman akan sesuatul, asal usul
lahirnya kebudayaan salah satunya hukum bangsa, negara, pendidikan, bahkan sifat
adat yang disepakati secara bersama. yang dimiliki. Bahasa menjadi cermin diri,
c. Sistem Bahasa baik sebagai bangsa maupun sebagai diri
sendiri.
11

dalam budaya bahasa tersebut. Dengan


menguasai bahasa suatu bangsa, kita
2. Bahasa Sebagai Alat Integrasi dan dengan muda berbaur dan menyusaikan
Adaptasi Sosial diri dengan bangsa tersebut.
Bahasa disamping sebagai salah 3. Bahasa Sebagai Alat Kontrol Sosial
satu unsur kebudayaan, memungkinkan Sebagai alat kontrol sosial, bahasa
pula manusia memanfaatkan pengalaman- sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat
pengalaman mereka, mempelajari dan diterapkan pada diri kita sendiri atau
mengambil bagian dalam pengalaman- kepada masyarakat. Berbagai penerangan,
pengalaman itu, serta belajar berkenalan informasi, maupun pendidikan
dengan orang lain. Anggota-anggota disampaikan melalui bahasa. Buku-buku
masyarakat hanya dapat dipersatukan pelajaran dan buku-buku instruksi adalah
secara ifisien melalui bahasa. Bahasa salah satu contoh penggunaan bahasa
sebagai alat komunikasi, lebih jauh sebagai alat kontrol sosial.
memungkinkan setiap orang untuk merasa Ceramah agama atau dakwa
dirinya terikat dengan kelompok sosial merupakan contoh penggunaan bahasa
yang dimasuki, serta dapat melakukan sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi,
semua kegiatan kemasyarakatan dengan orasi ilmiah atau politik merupakan alat
menghindari sejauh mungkin bentrokan- kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti
bentrokan untuk memperoleh efisiensi diskusi atau atau acara bincang-bincang
yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan (talk show) di televisi dan radio. Iklan
integrasi (pembaruan) yang sempurna bagi layanan masyarakat atau layanan sosial
tiap individu dengan masyarakat. merupakan salah satu wujud penerapan
Cara bahasa tertentu selain bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua
berfungsi sebagai alat komunikasi, itu merupakan kegiatan bahasa yang
berfungsi pula sebagai alat integrasi dan memberikan cara untuk memperoleh
adaptasi sosial. Pada saat beradaptasi pandangan baru, sikap baru, perilaku dan
kepada lingkungan sosial tertentu kita akan tindakan yang baik. Di samping itu, kita
memilih bahasa yang akan digunakan dan belajar untuk menyimak dan
bergantung pada situasi atau kondisi yang mendengarkan pandangan orang lain
dihadapi. Kita akan menggunakan bahasa mengenai suatu hal.
yang nonstandar di lingkungan teman- Contoh fungsi bahasa sebagai alat
teman dan menggunakan bahasa standar kontrol sosial yang sangat muda kita
pada orang tua atau orang yang di hormati. terapkan adalah sebagai alat peredam rasa
Pada saat kita mempelajari bahasa marah. Menulis merupakan salah satu cara
asing, kita juga berusaha mempelajari yang sangat efektif untuk meredakan rasa
bagaimana cara menggunakan bahasa marah. Menuangkan rasa marah ke dalam
tersebut. Misalnya, pada situasi apakah bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya
kita akan menggunakan kata tertentu, kata rasa marah itu berangsur-angsur
manakah yang sopan dan tidak sopan. Bila menghilang dan kita dapat melihat
manakah dalam berbahasa Indonesia boleh persoalan secara lebih jelas dan tenang.
menegur orang dengan kata kamu atau 4. Bahasa Dan Budaya
saudara atau bapak atau anda? Bagi orang Bahasa juga merupakan sarana
asing, pilihan kata itu penting agar ia komunikasi budaya yang penting karena
diterima di dalam lingkungan pergaulan menggambarkan kebudayaan pemakai
orang Indonesia. Jangan sampai ia bahasa tersebut dan membudidayakan
menggunakan kata kamu untuk menyapa melalui penggunanya. Apapun tradisi,
seorang pejabat. Demikian pula jika reaksi ataupun hasil kebudayaan yang
mempelajari bahasa asing. Jangan sampai dimiliki, dapat segera punah dan berganti.
salah menggunakan tata cara berbahasa Bahasa memiliki durasi yang jauh lebih
12

panjang jika dibandingkan dengan produk- tidur, timpa laja, coppo bola. Dan
produk lainnya. Dengan bahasa suatu dapureng (ruang dapur). Kontruksi rumah
bangsa mengemukakan dan menemukan tinggal di desain berdasarkan kebutuhan
seluruh harapan, obsesi/mimpi, kenyataan, setiap keluarga.
kekuatan, maupun protes-protesnya dalam Timpa laja dalam masyarakat Desa
kehidupan, sehingga bahasa menjadi vital Barugae memiliki arsitektur tersendiri
dalam hidup. Bahkan kini menjadi senjata yang di desain berdasarkan stratifikasi
bagi kita karena dapat menentukan bahkan sosial setiap masyarakat. Stratifikasi sosial
menguasai seseorang atau sebuah bangsa, masyarakat Desa Barugae yang dapat
hanya dengan berkomunikasi dengan terlihat dari konstruksi rumah tinggal
bahasa. masyarakat dengan menampakan simbol
Untuk melihat bahasa sebagai alat, tertentu yang ada pada bagian atap rumah.
kita harus mensugesti diri bahwa kita Simbol tersebut didesain berdasarkan latar
melakukan segala hal dengan bahasa. belakang keluarga. Kriteria yang dapat
Bahasa adalah tindakan dan pembimbing dipakai dalam menggolongkan strata sosial
menuju tindakan yang ingin dilakukan. masyarakat desa Barugae, adalah:
Bahasa dalam konteks penggunaan 1. Ukuran Kejayaan, Barang siapa yang
sosialnya dapat secara temporer ditetapkan memiliki kejayaan paling banyak
untuk tujuan praktis. termasuk dalam lapisan atas. Kejayaan
d. Sistem Kesenian tersebut misalnya dalam bentuk rumah
Masyarakat yang mendiami Desa yang bersangkutan, mobil pribadi, cara
Barugae tertata oleh keinginan kolektif berpakaian atau dengan memakai
untuk mendiami suatu pemukiman pakaian mahal.
harmonis dalam hubungan interaksinya. 2. Ukuran Kekuasaan, Barang siapa yang
Pemukiman masyarakat di tempati oleh memiliki kekuasaan atau mempunyai
struktur rumah tinggal yang mencirikan wewenang terbesar, maka ia
arsitektur suku bugis. Rumah tinggal menempati lapisan atas.
masyarakat yang berbahan dasar kayu 3. Ukuran Kehormatan, ukuran
dengan memanfaatkan pohon kayu besar kehormatan dapat dipisahkan dari
sesuai kebutuhan. Kontruksi rumah tinggal ukuran kekuasaan dan kejayaan.
masyarakat Desa Barugae adalah rumah Orang-orang yang paling disegani dan
panggung desain berdasarkan strata sosial dihormati mendapat tempat yang
dan karakter orang bugis Bulukumba paling teratas. Ukuran semacam ini
dengan setiap bagian rumah memiliki dapat dijumpai pada masyarakat
makna sosial tersendiri. tradisional. Biasanya mereka adalah
Makna sosial dalam gologan orang tua atau orang yang
interaksionalisme simbolik memiliki 3 pernah berjasa.
premis utama; 1) manusia bertindak 4. Ukuran Ilmu Pengetahuan, ilmu
terhadap sesuatu berdasarkan makna- pengetahuan sebagai ukuran dipakai
makna yang ada pada sesuatu itu. 2) makna oleh masyarakat yang menghargai ilmu
itu diperoleh dari hasil interaksi yang pengetahuan. Akan tetapi, ukuran
dilakukan dengan orang lain. 3) makna- tersebut kadang-kadang menyebabkan
makna tersebut kemudian direvisi, diubah terjadinya akibat negatif karena
dan disempurnakan melalui proses ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan
interaksi (Blumer dalam Kuswandi 2015). yang dijadikan ukuran, tetapi gelar
Bagian-bagian rumah masyarakat kesarjanaannya. Dengan demikian
Desa Barugae diantaranya alliri bola (tiang memicu segala macam usaha untuk
rumah), ale bola (badan rumah) yang mendapat gelar walau tidak halal.
terdiri dari beberapa bagian yaitu lego-lego Ukuran-ukuran diatas amat
(teras), ruang tamu, ruang keluarga, kamar menentukan sebagai dasar timbulnya
13

sistem lapisan dalam masyarakat tertentu. objektifitas, internalisasi, dan


Pada masyarakat tradisional golongan eksternalisasi.
pembuka tanah yang dianggap menduduki Penggunaan alat-alat teknologi
lapisan atas kemudian pemilik tanah dan moderent dalam sistem pertanian di Desa
lapisan bawah yaitu mereka yang hanya Barugae belum begitu lama di terapkan.
menumpang saja pada tanah milik orang Perubahan dalam menggunakan teknologi
lain. berlangsung secara bertahap tetapi bukan
e. Sistem Mata Pencaharian berarti mereka tertinggal dari sebuah
Desa Barugae merupakan desa proses kemajuan.
pedalaman dataran tinggi yang memiliki g. Sistem Pengetahuan
sumber daya alam yang cukup melimpah Masuknya teknologi moderent
khususnya dalam bidang agraris. Kondisi dalam sistem pertanian di Desa Barugae
Desa tersebut sangat mempengaruhi sistem dalam tolak ukur pengetahuan petani
mata pencaharian masyarakatnya. Hampir dalam menggunakan teknologi tersebut.
semua masyarakat melangsungkan Bergantinya tenaga hewan ke traktor
kehidupannya dengan cara bertani. Sistem dalam mengolah tanah persawahan, dari
mata pencaharian masyarakat Desa tenaga manusia ke mesin rontok untuk
Barugae khususnya petani, masih nampak menghasilkan gabah adalah implikasi dari
hubungan kekerabatan yang diikat oleh penerimaan masyarakat pada sebuah
solidaritas sosial yang kuat. perubahan.
Solidaritas sosial masyarakat Desa Kemampuan petani menggunakan
Barugae termanifestasi saat musim tanam teknologi pertanian berbekalkan
padi dan panen, saat ada pesta pernikahan pengetahuan berbasis pengalaman yaitu
dan saat melakukan kerja bakti. Gotong- proses mencoba kemudian berulang dan
royong yang merupakan wujud dari itulah yang menjadikan petani terampil
solidaritas mekanik merupakan tipe dalam menggunakan teknologi tersebut.
solidaritas yang didasrakan pada atas
persamaan. Individu diikat oleh kesadaran 3. Pola Interaksi Masyarakat dengan
kolektif yang sama dan kuat. Individualitas Pengunjung di Sekitar Bukit
tidak berkembang karena dilumpuhkan Karampuang
oleh tekanan besar untuk menerima Interaksi sosial masyarakat Desa
konfomitas. Barugae terjadi dalam bentuk tukar
Tipe solidaritas yang didasarkan menukar kepentingan dengan tetap
atas kepercayaan dan kesetiakawanan ini berdasar pada ikatan norma sosial dan
diikat oleh apa yang disebut Durkheim jejaring sosial yang cukup erat. Interaksi
dengan collective consciousness yaitu ini terjadi dalam bentuk dyad (duaan)
sistem kepercayaan dan perasaan yang antara pembeli dengan penjual ataupun
menyebar merata pada semua anggota dalam bentuk triad (tigaan) seperti antara
masyarakat. penjual dengan dua orang pembeli
f. Sistem Peralatan dan Teknologi sekaligus. Perbedaan antara dua bentuk
Dalam pengelolahan, lahan untuk interaksi tersebut terletak pada keintiman
bertani masyarakat begitu jelas adanya dari keduanya, dimana dyad lebih dominan
modernisasi teknologi. Fenomena itu intim daripada triad. Interaksi yang terjadi
terjadi di karenakan petani di Desa berdasarkan kepentingan merupakan
Barugae juga mengikuti perkembangan prilaku sosial yang didalamnya terdapat
teknologi dalam hal pertanian. prinsip ekonomi yakni interaksi sosial
Modernisasi teknologi pertanian berlansung seperti dengan transaksi
masuk di Desa Barugae secara evolusi ekonomi, (homans dalam Kuswandi:2008).
dengan melakukan persentuhan dengan Bukit Karampuang dalam
pola pikir masyarakat, melalui proses keberadaannya saat ini mengalami
14

perubahan khususnya dari segi fungsi. terhadap berbagai kebiasaan dan tata
Masyarakat sekitar maupun masyarakat kelakuan yang membentuk etika sosial,
dari luar yang dulunya memaknai bukit berproses melalui kontak dan komunikasi
Karampuang sebagai tempat melakukan sosial, serta terintegrasi dalam sebuah
ritual, akibat dari interaksi sosial proses interaksi sosial. Wawasan dan
masyarakat sekitar bukit Karampuang pengetahuan tersebut masyarakat
dengan pengunjung mengakibatkan bukit menumbuh kembangkan proses sosial
Karampuang dikonstruksi oleh masyarakat secara alamiah dalam sebuah interaksi
menjadi tempat untuk melakukan berbagai sosial yang kondusif di bawah kesadaran
usaha untuk meningkatkan ekonomi ikatan sistem nilai dan norma masyarakat
keluarga. Usaha tersebut dilakoni setempat sehingga tetap tercipta
masyarakat sekitar bukit Karampuang keteraturan dan keseimbangaan
diantaranya; menjual makanan ringan, alat interaksional.
dan bahan yang digunakan untuk Keramaian bukit Karampuang oleh
melakukan ritual, menjadi tukan bersih pengunjung dimanfaatkan masyarakat
lokasi, menjadi pemandu lokal bagi sekitar untuk mendapatkan pendapatan
pengunjung. Semua jenis usaha yang ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan
dilakukan menjadi media sosial dalam keluarga pada khususnya sehingga ibu
melakukan interaksi antara masyarakat rumah tangga yang kebanyakan hanya
sekitar dengan pengunjung Makam atau mengurusi wilayah domestik atau urusan
wisatawan. rumah tangga, sekaran telah keluar untuk
memanfaatkan berbagai potensi baik dari
4. Dampak Kedatangan Pengunjung diri sendiri maupun kondisi lingkungan
Terhadap Masyarakat Sekitar Bukit dengan membuka usaha kecil. Pemuda
Karampuang yang tidak memiliki pekerjaan kini terbuka
Bukit Karampuang sebagai objek ruang untuk menuangkan kreatifitasnya
telah melahirkan sebuah kondisi yang dengan menyediakan berbagai pelayanan
kompleks. Kompleksitas yang ada pada jasa.
bukit Karampuang disebabkan oleh Kedatangan para pengunjung dari
masyarakat sekitar dan pengunjung ketika luar sedikit banyaknya juga membawa
melakukan interaksi. Interaksi sosial yang pengaruh terjadinya kemajuan IPTEK bagi
terjadi antara masyarakat bukit masyarakat di sekitar bukit Karampuang.
Karampuang dengan pengunjung di Salah satu bentuk kemajuan ilmu
bingkai dengan berbagai kepentingan yang pengetahuan dan teknologi yang ada pada
berorientasi pada kepentingan masing- masyarakat sekitar bukit Karampuang
masing. Terbukanya ruang bagi semua yaitu dalam bidang pertanian, perubahan
masyarakat melahirkan dampak baik pengelolaan pertanian dari cara tradisional
positif maupun negatif. Dampak itu lahir kecara yang lebih maju dengan
dari interaksi sosial akan tetapi tetap menggunakan teknologi-teknologi baru,
tercipta sebuah keseimbangan hidup dalam masyarakat yang dulunya dalam membajak
masyarakat khususnya yang ada pada sawah menggunakan sapi sekarang sudah
sekitar bukit Karampuang. menggunakan traktor dan mesin rontok.
Dampak positif sangat tampak Pemahaman tentang teknologi
terlihat sebagaai suatu realitas baru dengan didapatkan melalui interaksi yang terjadi
dijadikannya sekitar bukit Karampuang antara pengunjung yang datang dari daerah
sebagai tempat untuk melakukan produksi lain dengan masyarakat di sekitar bukit
sosial-ekonomi. Dalam dimensi sosial Karampuang, sedangkan interaksi itu
kehadiran para pengunjung di bukit terjadi karena adanya kesamaan profesi
Karampuang mampu memberikan sebagai petani, dari interaksi yang terjalin
wawasaan dan pengetahuan masyarakat kemudian terjadi pertukaran informasi
15

tentang hal-hal yang baru mengenai atau pola budaya masyarakat khususnya
pertanian, dengan demikian kemajuan masyarakat yang menjadi tuan rumah.
IPTEK yang ada pada masyarakat Perubahan kebudayaan yang terjadi
setempat sedikit banyaknya dipengaruhi di Desa Barugae adalah nilai-nilai yang
oleh kedatangan pengunjung yang datang ada pada bukit Karampuang sudah tergeser
dari luar Desa Barugae. menjadi nilai baru dan kompleks
Selain dampak positif yang menyebabkan melemahnya pemahaman
ditimbulkan dari realitas tersebut juga masyarakat terhadap dimensi kebudayaan
melahirkan dampak negatif, dimana lokal. Pergeseran nilai itu terjadi karena
interaksi sosial yang terjadi di sekitar bukit persentuhan pola pikir dan prilaku
Karampuang telah melahirkan berbagai masyarakat sekitar dengan pengunjung.
bentuk pola pikir maupun pola perilaku. Bukit Karampuang yang memiliki nilai
Banyak hal yang dianggap baru oleh sakral sebagai warisan dari nenek moyang
masyarakat sekitar dibawa oleh tergantikan oleh dominasi nilai ekonomi
pengunjung khususnya pemuda ataupun sehingga bukit Karampuang tidak lagi
remaja, mulai dari gaya rambut, cara diposisikan sebagai tempat untuk
berpakaiyan, bahasa dan seterusnya yang melakukan ritual bagi semua masyarakat
cenderung kebarat-baratan kemudian yang mempercayainya, tetapi sekedar
diinternalisasi oleh masyarakat sekitar dan objek ziarah Makam dan wisata yang
dimanifestasikan dalam kehidupan sehari- berorientasi pada pemberdayaan dan profit.
hari, tentunya ini membawa pengaruh yang
buruk bagi masyarakat khususnya generasi
Kesimpulan
muda yang ada di Desa Barugae, dimana
Berdasarkan data-data penelitian
budaya yang cenderung kebarat-baratan
dan pembahasan tentang Dinamika Sosial
sudah mulai di internalisasi oleh sebagian
Masyarakat di Sekitar Bukit Karampuang
masyarakat yang ada di Desa Barugae.
Desa Barugae Kecamatan Bulukumpa
Hal lain yang terjadi pada
Kabupaten Bulukumba dapat disimpulkan
masyarakat Desa Barugae akibat dari
sebagai berikut:
tingginya mobilitas pengunjung yang
1. Faktor yang menyebabkan terjadinya
datang ke bukit Karampuang adalah
dinamika sosial pada masyarakat
terkikisnya budaya lokal yang ada di Desa
sekitar bukit Karampuang adalah;
Barugae, kedatangan pengunjung
Pertama, Pertambahan jumlah
menimbulkan interaksi kultural yaitu suatu
penduduk dan semakin menyempitnya
bentuk hubungan di mana basis sosial
lahan pertanian menyebabkan banyak
budaya yang menjadi modalnya. Dalam
masyarakat meninggalkan kampung
dimensi interaksi kultural dimungkinkan
halaman untuk mencari lapangan
adanya pertemuan antara dua atau lebih
pekerjaan di luar kota. Kedua,
warga dari pendukung unsur kebudayaan
munculnya kesadaran individu tentang
yang berbeda, pertemuan ini
pentingnya ilmu pengetahuan. Ketiga,
mengakibatkan saling sentuh, saling
adanya kesenjangan ekonomi yang
pengaruh dan saling memperkuat sehingga
mengakibatkan masyarakat melakukan
bisa terbentuk suatu kebudayaan baru.
aktifitas tambahan untuk menambah
Dengan demikian bukit
penghasilan.
Karampuang ditinjau dari dimensi kultural
2. Pola interaksi masyarakat dengan
dapat menumbuhkan suatu interaksi antara
pengunjung di sekitar bukit
masyarakat tradisional dengan masyarakat
Karampuang, terjadi dalam bentuk
moderent. Melalui proses interaksi itu
tukar menukar kepentingan, yakni
maka memungkinkan adanya suatu pola
dengan adanya berbagai macam
saling mempengaruhi yang pada akhirnya
kebutuhan yang disediakan oleh
akan mempengaruhi struktur kehidupan
masyarakat sekitar untuk pengunjung,
16

diantaranya: menjual makanan ringan, Yogyakarta: Tici Publications


alat dan bahan yang digunakan untuk Bekerjasama Pustaka Pelajar.
melakukan ritual, jasa menjaga dan
membersihkan lokasi, menjadi
pemandu lokal bagi pengunjung. Abdul syani. 1987. Sosiologi Kelompok
Segala jenis usaha tersebut menjadi dan Masalah Sosial. Penerbit Fajar
media sosial dalam melakukan Agung. Jakarta.
interaksi antara masyarakat sekitar
dengan pengunjung. Anitatera. 2009. Pariwisata dan
3. Gambaran dinamika sosial, melahirkan Pergeseran Sosial Budaya. Mataram:
dampak positif dan negatif. Dampak Fakultas MIPA, Universitas
positif sangat tampak terlihat sebagai Mataram. Dalam Website:
tempat untuk melakukan produksi one.indoskripsi.com.
sosial-ekonomi dan kemajuan IPTEK.
Asfrianto, Umar Fatmawati, Hasanuddin.
Sedangkan dampak negatif, dimana
2005. Spektrum Sejarah Budaya dan
interaksi sosial yang terjadi di sekitar
Tradisi Bulukumba. Kampus Unhas
bukit Karampuang telah melahirkan
Tamalanrea: Hasanuddin University
berbagai bentuk baik pola pikir
Press. ..
maupun pola perilaku yang membuat
nilai budaya semakin terkikis. Asnaeni. 2013. Perubahan Perilaku Sosial
(Studi Pada Masyarakat Penerimah
Saran Bantuan Lansun tunai di Kelurahan
Dari beberapa kesimpulan diatas Batang Kaluku Kabupaten Gowa).
tentang keberadaan bukit Karampuang Tesis. Tidak Diterbitkan.
sebagai tempat ziarah Makam dan wisata Pascasarjana Universitas Negeri
yang ramai dikunjungi, hal ini Makassar.
mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat Desa Barugae, maka peneliti Beilharz, Peter. 2005. Teori-teori Sosial
mengemukakan saran-saran sebagai (Observasi Kritis Terhadap Para
berikut: Filosof Terkemuka). Yogyakarta:
1. Kepada masyarakat Desa Barugae agar Pustaka Pelajar.
kiranya tetap ,mempertahankan nilai-
nilai yang ada di bukit Karampuang Candra Aria. 2015. Transformasi sosio
sebagai warisan nenek moyang. kultural (Studi Kasus pada
2. Kepada pemerintah Desa, tokoh adat Komunitas Tani Desa Curio
dan pemuda agar kiranya turut serta Kabupaten Enrekan). Tesis. Tidak
menjaga kelestarian nilai-nilai yang Diterbitkan. Pascasarjana Universitas
ada di bukit Karampuang. Negeri Makassar.
3. Kepada para peneliti ilmu sosial, Daeng, Hans J. 2000. Manusia,
terutama yang tertarik untuk Kebudayaan dan Lingkungan
mendalami Dinamika Sosial, hasil Tinjauan Antropologis. Yogyakarta:
penelitian ini bisa dijadikan sebagai Pustaka Pelajar.
bahan informasi dan referensi untuk
meningkatkan ilmu sosial Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi
Pendidikan. Jakarta: Kencana
DAFTAR PUSTAKA Prenada Media Group.

Abdullah, I., Wening,U., & Hasse, J. 2009. Farida Dawi. 2010. Dinamika Sosial dan
Dinamika Masyarakat dan Perubahan Struktural Komunitas
Kebudayaan Konterporer. Lokal di Kawasan Industri
17

Makassar. Disertasi. Tidak Taufik, Muhammad. 2011. Perubahan


Diterbitkan. Pascasarjana Universitas Fungsi Ritual Makam Syekh Yusuf
Negeri Makassar. dan Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Di Kelurahan Katangka
Firdaus. 2015. Dinamika Perubahan Sosial Kabupaten Gowa. Tesis. Tidak
Masyarakat di Sekitar Permandian Diterbitkan. Pascasarjana Universitas
Wae Pellae Desa Kampala Negeri Makassar.
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten
Sinjai. Tesis. Tidak Diterbitkan. Tilaar. 2012. Perubahan Sosial dan
Pascasarjana Universitas Negeri Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Makassar.
Polama Margaret M. 2010. Sosiologi
Goodman Douglas J & Ritzer George. Konterporer. Terjemahan oleh Tim
2011. Teori Sosiologi Modern. Penerjemah Yasogama. Jakarta: PT
Terjemahan oleh Alimandan Jakarta: Rajagrafindo Perseda.
Kencana Prenada Media Grup.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Komunikasi
Hasanuddin, A.Fatmawati, Asfriyanto. Politik. Bandung: PT Remaja
2005. Spektrum Sejarah Budaya dan Rosdakarya
Tradisi Bulukumba. Makassar:
Media Karya Utama. Ramdani. 2013. Dinamika Masyarakat di
Kelurahan Lappa Kabupaten Sinjai.
Hidayat, Komaruddin. 2003. Budaya Lokal Tesis. Tidak Diterbitkan.
dalam Perspektif Baru Dialektika Pascasarjana Universitas Negeri
Agama dan Budaya dalam Sinergi Makassar.
Agama dan Budaya Lokal. Surakarta:
UNM Press Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial
Budaya Indonesia (Suatu
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Pengantar). Bogor: Ghalia
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Indonesia.
Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Redfield, Robert.1956. Pesant.. Society
Massa. Jakarta: Rineka Cipta and Culture. Chicago: University of
Chicago Press.
Mahagagga, I.Gst. Ag. Oka, Muriawan,
Agus Putra, Hendrik, Adi Manafe Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi
dan Rocky, Andeka Tananah.” Klasik Sampai Perkembangan
Komodifikasi Budaya dalam Terakhir Postmodern. Edisi
Pariwisata. Dalam Jurnal “Analisis Kedelapan. Terjemahan oleh Saut
Pariwisata”, Vol. 8 Tahun 2008: Paaribu, Rh. Widada, dan Eka
Universitas Udayana. Adinugraha. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Martono Nanang. 2011. Sosiologi
Perubahan Sosial, Perspektif Klasik Santoso, S. 2004. Dinamika Kelompok.
dan Moderen, Posmoderen, dan Edisi revisi. Jakarta: PT. Bumi
Poskolonial. Jakarta : Rajawali Pers. Aksara.
Muhadjir, Neong.1989. Metodologi Satori, Djam’an dan Komaria, Aan. 2010.
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Metodologi Penelitian Kualitatif.
Rake Sarasin. Bandung: Alfabate.
Nazir, Mohamad. 1988. Metode Penelitian. Selong Hamzanawadi. 2011. Prespektif
Jakarta: Galia Indonesia. Sosiologi Ekonomi dari Masyarakat
18

Prakapitalis Hingga
KafitalismeNeoliberal. Suraarta:
Lindu Pustaka.
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soelaiman, Munandar. 1998. Dinamika
Masyarakat Transisi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu
Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Funsional. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Suyanto Bagong & Narwoko J. Dwi. 2007.
Sosiologi Pengantar dan Terapan
(edisi kedua). Jakarta: Kencana.
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi
Perubahan sosial. Jakarta: Prenada
Media.

Anda mungkin juga menyukai