Anda di halaman 1dari 4

KEGAGALAN STRUKTUR DI INDONESIA

GEDUNG MIRING SAIDAH JAKARTA

Menara Saidah adalah nama sebuah gedung yang berfungsi sebagai pusat
perkantoran dan terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Indonesia. Sebelumnya
nama gedung ini adalah Gedung Grancindo dan didirikan lama sebelum kemudian
direnovasi besar besaran menjadi Menara Saidah. Wikipedia
Alamat : Jl. Letjen M.T. Haryono No.30, RT.3/RW.1, Cikoko, Kec.
Pancoran, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
13630
Tinggi : 94 m
Pemilik : Saidah Abu Bakr Ibrahim
Provinsi : Jakarta
Jumlah lantai : 28 Lantai

Penutupan Gedung Saidah


Menara saidah adalah nama sebuah gedung yang berfungsi sebagai pusat
perkantoran dan terletak di jalan Gatot Subroto, Jakarta. Sebelumnya nama
gedung ini adalah Gedung Gracindo dan didirikan lama sebelum kemudian
direnovasi besar-besaran menjadi menara saidah. Gedung ini diresmikan pada
tahun 2001. Pihak yang membangun Menara Saidah atau Gedung Gracindo
adalah PT Hutama Karya dan merupakan gedung tinggi pertama yang dibangun
oleh kontraktor ini. Menara Saidah memiliki 28 lantai.
Pada tahun 2007 gedung ini resmi ditutup untuk umum karena pondasi
gedung tidak tegak berdiri dan miring beberapa derajat serta dianggap
membahayakan keselamatan penghuni gedung. Konstruksinya dianggap
bermasalah sejak awal, namun dari pihak pemilik maupun suku dinas pengawasan
dan penertiban bangunan (P2B) tidak ada yang bersedia memberikan penjelasan.
Rahmat selaku petugas keamanan yang pernah bekerja selama delapan tahun
digedung tersebut menuturkan pada tahun 2007 pemutusan hubungan kerja
dilakukan secara sepihak, dan hingga hari ini ratusan karyawan belum
memperoleh pesangon karena lokasinya yang strategis banyak penawaran masuk,
termasuk dari universitas satyagama pada tahun 2011. Keterangan yang diberikan
oleh salah satu petugas keamanan, Rahmat, pindah tangan pemilik tidak terjadi
karena pemilik awal tidak bersedia menunjukkan gambar struktur gedung.
Menara saidah pada tahun 2012 oleh pemilik kemudian diserahkan dalam
pengawasan polsek Cawang, Jakarta Timur dimana setiap pagi polisi dari cawang
datang, dan menandatangani daftar. Masalah keamanan, termasuk kebakaran
sepenuhnya tanggung jawab polisi. Pada tahun 2012 gedung dalam keadaan tidak
terawat karena jalan akses masuk dan keluar gedung sudah banyak yang pecah,
dalam keadaan gelap, dan hanya taman depannya yang masih dibersihkan dengan
menyewa jasa petugas kebersihan jalan raya. Ketidakjelasan status gedung ini
mengakibatkan masyarakat yang tinggal disekitar khawatir dan takut terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan. Lurah setempat, Shalih Nopianyar mengatakan
permintaan bertemu dengan pemilik terkait kelangsungan bangunan tidak berhasil,
begitu pula pihak yang tertarik membeli gedung yang selalu terhenti ditengah
jalan dan tak ada kabar lagi. Pemda setempatpun belum menerima laporan
mengenai rencana terkait bangunan menara saidah. Dua pengamat perkotaan,
Yayan Supriyatna dan Nirwono Joga menyatakan bahwa pemerintah (Dinas P2B)
dan pemilik harus bertanggung jawab terhadap pembiaran gedung. Nirwono
menyatakan miringnya menara saidah dapat dikategori sebagai gagal bangunan
dimana terjadinya kemiringan atau masalah sedikit sudah dikategorikan gagal
bangunan karena ada keteledoran.
Menurut Yayat Dinas P2B yang tidak segera bertindak pada pemilik yang
terkesan membiarkan. Padahal tidak boleh melakukan pembiaran hanya karena
alasan rugi. Sementara Nirwono berpendapat bahwa dinas P2B seharusnya
memerintahkan pemilik gedung untuk segera membongkar dan merenovasi agar
gedung aman untuk digunakan. Pemerintah tidak pernah tegas terhadap
perencana, pengawasan, dan pelaksana gedung yang bermasalah. Selama ini
kecelakaan karena faktor struktur gedung tidak pernah diproses hukum sampai ke
pengadilan karenanya pemilik gedung juga tidak terlalu mengindahkan syarat-
syarat pendirian gedung sesuai dengan aturan. Walaupun dilakukan audit
bangunan, apabila ada korban pun kasus selesai setelah memberikan uang
kerohiman, dan tidak diproses hukum sampai ke pengadilan karenanya pemilik
gedung juga tidak terlalu mengindahkan syarat-syarat pendirian gedung sesuai
dengan aturan. Walaupun dilakukan audit bangunan, apabila ada korban pun kasus
selesai setelah memberikan uang kerohiman, dan tidak diproses hukum.
Sementara Yayat menyatakan kasus menara saidah sebagai pelajaran dalam
proyek pembangunan gedung lainnya dalam melakukan pengawasan yang baik,
termasuk juga konstruksinya.
Pihak pengelola gedung menara saidah, dami okta (manajer umum) PT.
Gamlimdo Nusa, membantah pemberitaan Tempo pada tahun 2013 bahwa gedung
itu miring. Menurut mereka, gedung itu sengaja dikosongkan sampai masa sewa
penyewa habis dan skema penyewaan pada calon penyewa berikutnya adalah satu
gedung secara keseluruhan.
Manajemen Buruk
Pada tahun 2013 kepala suku dinas P2B Putu Indiana membantah adanya
kegagalan konstruksi dan menyatakan terbengkalainya menara saidah dikarenakan
masalah internal manajemen yang tidak dikelola dengan baik dan kisruh
kepemilikan. Pengecekan kemiringan bangunan menurut putu dilakukan
menggunakan alat ukur bernama teodolit dan dikonfirmasi tidak miring oleh
kepala suku dinas P2B Jakarta Selatan.
Pada tahun 2012 situs merdeka.com mencatat bahwa menara saidah dikelola
oleh beberapa perusahaan berbeda namun masih di dalam merial group,
diantaranya PT. Merial Esa, PT. Merial Medika, dan dewa.com. Banyaknya pihak
yang ikut mengelola gedung, termasuk kakak-adiknya, juga ikut mengelola,
membuat harga sewa menjadi tinggi.
Dilansir Merdeka.com (26 Mei 2012), konstruksi pembangunan gedung ini
dianggap sudah bermasalah sejak awal, namun dari pihak pemilik maupun Suku
Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) tidak ada yang bersedia
memberikan penjelasan.

Anda mungkin juga menyukai